1. Prinsip keadilan yaitu berbagi untung atas dasar penjualan riil yang disesuaikan dengan
kontribusi dan risiko masing-masing pihak.
2. Prinsip kemitraan yaitu posisi nasabah penyimpan dana, pengguna dana, dan lembaga
keuangan sejajar dengan mitra usaha yang saling sinergi dengan tujuan untuk
memperoleh keuntungan.
3. Prinsip transparansi yaitu prinsip yang menekankan bahwa lembaga keuangan Syariah
selalu memberikan pelaporan keuangan secara terbuka dan secara berkesinambungan
agar nasabah penyimpan dana (investor) dapat memantau dan mengetahui kondisi
perihal dananya.
4. Prinsip universal yaitu prinsip yang tidak membeda-bedakan agama, ras, suku dan
golongan dalam masyarakat. Hal ini disesuaikan dengan prinsip dalam agama Islam
sebagai rahmatan lil ‘alamin.
Untuk membedakan antara Lembaga Syariah dan Non-Syariah dapat dilihat dari ciri-
ciri khusus lembaga Syariah. Lembaga keuangan Syariah memiliki ciri-ciri yaitu Lembaga
keuangan Syariah diharuskan sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah saat
menerima titipan dan investasi. Hubungan antara pengguna dana, penyimpan dana
(investor), dan lembaga keuangan Syariah sebagai intermediary institution. Hal ini
didasarkan pada kemitraan bukan hubungan antara kreditur dan debitur. Bisnis dalam
lembaga ini tidak hanya dikhususkan atau berpusat pada profit (keuntungan) tetapi juga
menguatamakan falah oriented. Yang dimaksud falah oriented yaitu kemakmuran di dunia
dan kebahagiaan di akhirat.
1. Meminjamkan uang.
Terbagi kepada tiga kategori:
a. Qarad: adalah apabila pinjaman diberikan tanpa mensyaratkan apapun, selain
mengambil pinjaman tersebut setelah jangka waktu tertentu.
b. Rahn : adalah jika dalam meminjam uang si pemberi pinjaman mensyaratkan suatu
jaminan dalam bentuk benda atau jumlah tertentu.
c. Hiwalah : bertujuan mengambil alih piutang dari pihak lain.
2. Meminjamkan Jasa Kita (lending yourself).
Terbagi menjadi tiga jenis:
a. Wakakah : adalah melakukan sesuatu atas nama orang lain, karena melakukan
sesuatu atas nama orang yang dibantu tersebut, sebenarnya kita menjadi wakil
orang tersebut.
b. Wadi’ah adalah apabila akad wakalah dirinci tugasnya, yakni bila kita
menawarkan jasa kita untuk menjadi wakil seorang, dengan tugas menjadikan jasa
coustody (penitipan, pemeliharaan), bentuk peminjaman seperti ini disebut
wadi’ah.
c. Kafalah : adalah variasi lain dari akad wakalah, yaitu wakalah bersyarat. Dalam
hal ini kita bersedia memberikan jasa kita untuk melakukan sesuatu. Atas nama
orang lain, jika terpenuhi kondisinya, atau jika sesuau terjadi. Sebagai contoh
seorang dosen menyatakan kepada asistennya bahwa anda adalah asisten saya.
“Tugas anda adalah menggantikan saya mengajar bila saya berhalangan”. Dalam
kasus ini, yang terjadi adalah wakalah bersyarat ini dalam terminology fikih
disebut kafalah.
3. Memberikan sesuatu (Giving Something).
Yang termasuk kedalam golongan ini adalah akad-akad sebagai berikut : hibah,
waqaf, sedekah dan hadiah-hadiah lain. Dalam semua akad-akad tersebut sipelaku
memberikan sesuatu kepada orang lain. Apabila penggunaannya untuk kepentingan
umum dan agama, akadnya dinamakan waqaf. Sedangkan sedekah, hibah, dan hadiah,
adalah pemberian sesuatu secara sukarela kepada orang lain.
Akad Tijarah
Merupakan kontrak yang diturunkan dari teori pencampuran dimana pihak yang
bertransaksi saling mencampurkan asset yang mereka miliki menjadi satu, kemudian
menanggung risiko bersama-sama untuk mendapatkan keuntungan. Oleh sebab itu,
kontrak jenis ini tidak memberikan imbal hasil yang pasti, baik nilai imbal hasil maupun
waktu. Jenis-jenis natural uncertainty contract antara lain:
Mudharabah: yaitu bentuk kerjasama antara dua pihak atau lebih, dimana pemilik modal
(shahibul maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) untuk
melakukan kegiatan usaha dengan nisbah bagi hasil atas keuntungan yang diperoleh
menurut kesepakatan dimuka, sedangkan apabila terjadi kerugian hanya ditanggung
pemilik dana sepanjang tidak ada unsure kesengajaan atau kelalaian oleh mudharib
Musyarakah: akad kerjasama yang terjadi antara pemilik modal (mitra musyarakah)
untuk menggabungkan modal dan melakukan usaha secara bersama dalam suatu
kemitraan, dengan nisbah bagi hasil sesuai dengan kesepakatan, sedangkan kerugian
ditanggung secara proporsional sesuai dengan kontribusi modal.