Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agara terbesar di Indonesia dan dunia. Islam diturunkan ke dunia
adalah sebagai rahmatan lil ‘alamin. Islam adalah agama yang mengatur tatanan
hidup dengan sempurna, kehidupan individu dan masyarakat, baik aspek rasio,
materi, maupun spiritual, yang didampingi oleh ekonomi, sosial dan politik
(Qardhawi, 1997: 33). Sedangkan tugas manusia sebagai khalifah Allah adalah
menjaga dan terus mengusahakan agar rahmatan lil ‘alamin dapat secara
berkesinambungan dinikmati oleh seluruh manusia dan bahkan itu harus
dikembangkan untuk kesejahteraan seluruh alam. Syariat Islam merupakan tatanan
hidup bagi kehidupan perorangan maupun kelompok, bahkan tatanan bagi seluruh
alam semesta, ia mempunyai konsepsi dasar hukum yang sempurna dan meliputi
semua permasalahan kehidupan manusia.
Manusia hendaknya jangan hanya berupaya mengisi kehidupan ini dengan
urusan surgawi saja, akan tetapi juga memikirkan hal-hal duniawi guna terciptanya
masyarakat yang produktif. Karena perubahan-perubahan itu terjadi karena ulah
manusia terhadap dirinya dan alam sekitarnya. Namun yang paling berbahaya dari
perubahan-perubahan itu adalah perubahan yang begitu cepat menimpa alam
kemanusiaan baik dalam bidang politik, ekonomi, maupun sosial, sebagai sebab dari
ketidakberdayaan individu dan masyarakat lemah untuk bangkit, selain itu
merekapun terpecah-pecah sehingga menjadi santapan pihak yang kuat bertindak
semena-mena (Qardhawi, 2001: 3)
Dengan kondisi tersebut, untuk memperbaiki dari awal tentunya harus
mendapatkan motivasi dari masyarakat guna terwujudnya sistem ekonomi yang kuat
dan berkembang. Dengan demikian kehidupan masyarakat menjadi teratur, pertalian
antara satu dengan yang lain menjadi baik. Sistem perilaku tersebut dalam Islam
disebut dengan istilah Muamalah (A. Mas’adi, 2002: 1).

1
Salah satu bagian terpenting dari muamalah atau ekonomi dalam perspektif
Islam adalah syirkah (perseroan) (Nabhani, 1996: 153). Transaksi perseroan tersebut
mengharuskan adanya Ijab dan Qabul (A. Mas’adi, 2002: 77). Sah tidaknya transaksi
perseroan tergantung kepada suatu yang ditransaksikan yaitu harus sesuatu yang
bisa dikelola tersebut sama-sama mengangkat mereka (Diebul, 1984: 206). Secara
sederhana akad ini bisa digambarkan sebagai satu proses transaksi dimana dua orang
(institusi) atau lebih menyatukan modal untuk satu usaha, dengan prosentasi bagi
hasil yang telah disepakati.

Dalam konteks perbankan, musyarakah berarti penyatuan modal dari bank dan
nasabah untuk kepentingan usaha. Musyarakah biasanya diaplikasikan untuk
pembiayaan proyek, dimana nasabah dan pihak bank sama-sama menyediakan dana
untuk membiayai proyek tersebut. Setelah proyek itu selesai, nasabah
mengembalikan dana tersebut bersama dengan bagi hasil yang telah disepakati
dalam kontrak untuk pihak bank. Musyarakah juga bisa diterapkan dalam skema
modal ventura, pihak bank diperbolehkan untuk melakukan investasi dalam
kepemilikan sebuah perusahaan.

itu bank melakukan divestasi, baik secara singkat maupun bertahap (Djuwaini,
2010: 207).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimkasud Akad Musyarakah?
2. Bagaimana produk bank syariah dengan akad Musyarakah?
3. bagiamana praktek Musyarakah di Masyarakat?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk menngetahui akad Musyarakah Supaya dapat memahami produk bank
syariah dengan akad Musyarakah
2. Dapat memahami bagaimana praktek akad Musyarakah di Masyarakat.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akad Musyarakah
1. Pengertian Akad
Akad atau al-‘aqd adalah perikatan, perjanjian dan permufakatan (al-
ittifaq). Pertalian ijab (pernyataan melakukan ikatan) dan kabul (pernyataan
penerimaan ikatan) sesuai dengan kehendak syariat yang berpengaruh pada
objek perikatan. Hal tersebut berarti bahwa di dalam akad masing-masing pihak
terikat untuk melaksanakan kewajiban mereka masing-masing yang telah
disepakati terlebih dahulu. Jadi, ketika terdapat salah satu atau kedua pihak yang
terikat dalam kontrak tersebut tidak dapat memenuhi kewajiban kewajibannya,
maka salah satu atau kedua pihak tersebut menerima sanksi yang sudah
disepakati dalam akad.
Akad atau transaksi yang digunakan lembaga keuangan syariah dalam
operasinya terutama diturunkan dari kegiatan mencari keuntungan (tijarah) dan
sebagian dari kegiatan tolong menolong (tabarru). Akad yang berhubungan
dengan kegiatan usaha bank syariah dapat digolongkan kedalam transaksi untuk
mencari keuntungan (tijarah) dan transaksi tidak untuk mencari keuntungan
(tabarru’). Transaksi untuk mencari keuntungan dapat dibagi menjadi dua, yaitu
transaksi yang mengandung kepastian (natural certainty contracts / NCC), yaitu
kontrak dengan prinsip non-bagi hasil ( jual beli dan sewa ), dan transaksi yang
mengandung ketidakpastian ( natural uncertainty contracts / NUC), yaitu kontrak
dengan prinsip bagi hasil.

3
2. Pengertian Musyarakah
Kata syirkah dalam bahasa Arab berasal dari kata syarika (fi’il mâdhi ),
yasyraku ( fi’il mudhâri’), syarikan / syirkatan /syarikatan ( mashdar /kata dasar);
artinya menjadi sekutu atau serikat (Kamus Al-Munawwir , hlm. 765). Kata
dasarnya boleh dibaca syirkah, boleh juga dibaca syarikah. Akan tetapi, menurut
Al-Jaziri dalam Al-Fiqh ‘alâ al-Madzâhib al-Arba’ah , 3/58,.
Syirkah Menurut arti asli bahasa arab (makna etimologis) syirkah berarti
mencampurkan dua bagian atau lebih sedemikian rupa sehingga tidak dapat lagi
dibedakan satu bagian dengan bagian lainnya ( An-Nabhani , 1990: 146).
Adapun menurut makna syariat, syirkah adalah suatu akad antara dua pihak atau
lebih, yang bersepakat untuk melakukan suatu usaha dengan tujuan memperoleh
keuntungan ( An-Nabhani , 1990: 146).
Ascarya dalam buku yang berjudul Akad dan Produk Bank Syariah
mengatakan musyarakah merupakan akad bagi hasil ketika dua atau lebih
pengusaha pemilik dana/modal bekerja sama sebagai mitra usaha membiayai
investasi usaha baru atau yang sudah berjalan. Mitra usaha pemilik modal
berhak ikut serta dalam menejemen perusahaan, tetapi itu tidak merupakan
keharusan. Para pihak dapat membagi pekerjaan mengelola usaha sesuai
kesepakatan dan mereka juga dapat meminta gaji/upah untuk tenaga dan
keahlian yang mereka curahkan untuk usaha tertentu.
Jadi, dari pengertian di atas bisa disimpulkan bahwa musyarakah
merupakan akad kerja sama antara dua pihak atau lebih, masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana untuk membiayai suatu usaha tertentu baik usaha
yang sudah berdiri ataupun baru, dimana keuntungan dan kerugian dibagi
bersama sesuai dengan kesepakatan.

4
3. Landasan Pembiayan Musyarakah
Alquran Surat Shad ayat 24: artinya: Daud berkata: “Sesungguhnya dia
telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta kambingmu untuk di
tamnbahkan ke kambingnya dan sesungguhnya kebanyakan dari orang – orang
yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang
lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh dan
amat sedikitlah mereka itu.
4. Ketentuan dalam Akad Musyarakah
a. Unsur – unsur yang harus ada dalam akad musyarakah ada 4 :
1) Pelaku terdiri dari para mitra
2) Objek musyarakah berupa modal dan kerja
3) Ijab qabul
4) Nisbah keuntungan (bagi hasil)
b. Ketentuan syariah
Pelaku : mitra harus cakap hukum dan baligh
5. Modal :
Modal yang diberikan harus tunai Modal yang diserahkan dapat berupa
uang tunai, emas, asset perdagangan atau asset tak berwujud seperti hak paten
dan lisensi Apabila modal yang diserahkan dalam bentuk nonkas, maka harus
ditentukan nilai tunainyaterlebih dahulu dan harus disepakati bersama. Modal
para mitra harus dicampur, tidak boleh dipisah.
6. Kerja :
Partisipasi mitra merupakan dasar pelaksanaan musyarakat Tidak
dibenarkan jika salah satu mitra tidak ikut berpartisipasiSetiap mitra bekerja atas
dirinya atau mewakili mitra Meskipun porsi mitra yang satu dengan yang
lainnya tidak harus sama, mitra yang bekerja lebih banyak boleh meminta bagian
keuntungan lebih besar.
7. Ijab qabul

5
Ijab qabul disini adalah pernyataan tertulis dan ekspresi saling ridha
antara para pelaku akad.

8. Nisbah
Pembagian keuntungan harus disepakati oleh para mitra. Perubahan
nisbah harus disepakati para mitra. Keuntungan yang dibagi tidak boleh
menggunakan nilai proyeksi akan tetapi harus menggunakan nilai realisasi
keuntungan.
9. Berakhirnya akad musyarakah
Jika salah satu pihak menghentikan akad Salah seorang mitra meninggal
atau hilang akal. Dalam hal ini bisa digantikan oleh ahli waris jika disetujui oleh
para mitra lainnya. Modal musyarakah habis.
B. Produk Bank Syariah Dengan Akad Musyarakah
1. Pengertian Bank Syariah
Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang berfungsi memperlancar
mekanisme ekonomi di sektor riil melalui aktivitas investasi atau jual beli, serta
memberikan pelayanan jasa simpanan bagi para nasabah. Menurut undang-
undang No. 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah pasal 4 Bank syariah
memiliki fungsi antara lain: Bank syariah dan UUS wajib menjalankan fungsi
menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat Bank syariah dan UUS dapat
menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitulmal, yaitu menerima
dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan
menyalurkannya kepada organisasi pengola zakat. Pelaksanaan fungsi sosial
sebagaimana dimaksud pada poin A dan poin B sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
2. Aplikasi dalam perbankan:
a. Pembiayaan proyek
Musyarakah ini biasanya di aplikasikan untuk pembiayaan proyek di
mana nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana untuk membiayai

6
proyek tersebut. Setelah proyek itu selesai nasabah mengembalikan dana
tersebut bersama bagi hasil yang telah di sepakati.

b. Modal ventura
Musyarakah ini ditetapkan dengan skema modal venture. Penanaman
modal dilakukan untuk jangka waktu tertentu dan setelah itu bank
melakukan devistasi atau melakukan penjualan sebagian sahamnya, baik
secara singkat maupun bertahap.
c. Manfaat dan Fungsi Pembiayaan Musyarakah
Manfaat pembiayaan bagi bank syariah adalah sebagai berikut: Bank
akan menikmati peningkatan dalam jumlah tertentu pada saat keuntungan
nasabah meningkat. Bank tidak berkewajiban membayar dalam jumlah
tertentu dalam jumlah tertentu kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi
di sesuaikan dengan pendapatan/ hasil usaha bank sehingga banktidak
merugi Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow/ arus
kas usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah. Bank akan lebih
selektif dan hati-hati dalam menangani nasabah.
Adapun fungsi dari pembiayaaan adalah sebagai berikut:
1) Meningkatkan daya guna uang.
2) Meningkatkan daya guna barang.
3) Meningkat peredaran uang
4) Meningkatkan kegairahan berusaha.
5) Stabilitas ekonomi.
6) Sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional
7) Sebagai alat hubungan ekonomi internasional.
d. Jenis Jenis Pembiayaan Musyarakah
1) Syirkah Inan
Pengertian akad Syirkah Inan adalah Akad kerja sama antara dua
orang atau lebih, masing-masing memberikan kontribusi dana dan
berpartisipasi daam kerja. Porsi dana dan bobot partisipasi dalam kerja

7
tidak harus sama, bahkan dimungkinkan hanya salah seorang yang aktif
mengelola usaha yang ditunjuk oleh partner lainnya. Sementara itu,
kenuntungan atau kergian yang timbul dibagi menurut kesepakatan
bersama.
2) Syirkah al-uqud
Pengertian akad Syirkah al-Uqud (contractual partnership), dapat
dianggap sebagai kemitraan yang sesungguhnya, karena pada pihak yang
bersangkutan secara sukarela yang berkeinginan untuk membuat suatu
perjanjian investasi bersama dan berbagai untung dan resiko. (Dalam
Syirkah al-Uqud dapat dilakukan tanpa adanya perjanjian formal atau
dengan perjanjian secara tertulis dengan disertai para saksi.
C. Praktek Akad Musyarakah Di Masyarakat
1. Akad Musyarakah Bagi Hasil
Praktek kerjasama usaha bagi hasil dalam islam ini memberikan
kemudahan bagi pemilik usaha yang mencari investor untuk modal usaha. Serta
peluang bagi pemilik dana yang hendak berinvestasi. Melalui mekanisme sistem
bagi hasil atas keuntungan usaha. pengelola usaha dapat memperoleh manfaat
musyarakah, sebab lebih mudah dalam mencari investor untuk pengembangan
usaha. Hal ini karena kebutuhan modalnya menjadi lebih sedikit. Sedangkan
investor mendapatkan manfaat musyarakah dengan tidak terpapar resiko
terburuk. yaitu, mengalami kerugian lebih besar, apabila usaha gagal bukan
karena kesalahan pengelola. Seperti yang menjadi ketentuan dalam akad
mudharabah dan contohnya.
2. Pembiayaan Modal Kerja Bank
Bank syariah juga dapat menjadi alternatif bagi pengusaha yang
membutuhkan modal usaha dengan skema bagi hasil. Produk pembiayaan modal
kerja bank syariah dan pembiayaan rekening koran syariah merupakan dua
contoh akad musyarakah bank syariah yang banyak diminati nasabah. Skema
musyarakah pada bank syariah menempatkan bank sebagai shahibull mall.
Sebagai investor bank akan meneliti kelayakan usaha untuk dijadikan objek

8
musyarakah. Beberapa metode berikut ini dapat dilakukan bank dalam
melakukan studi kelayakan usaha memperoleh tambahan modal
3. Pembiayaan KPR Bank Syariah
Contoh akad musyarakah dalam kehidupan sehari-hari lainnya adalah
pada transaksi KPR Bank syariah. Tidak seperti KPR Mandiri Syariah, terdapat
KPR Bank Muamalat yang mengunakan akad musyarakah. Tepatnya skema
hybrid contract musyarakah mutanaqisah (MMQ). Pada akad KPR Syariah ini
terdapat contoh akad musyarakah dan contoh akad ijarah di bank syariah. Akad
ini juga merupakan contoh akad musyarakah menurun, sebab porsi nisbahnya
tidak tetap selama masa kontrak kerjasama. Demikianlah contoh akad
musyarakah dalam kehidupan sehari-hari.
D. Cara Menghitung Laba dalam Musyarakah Profit/ Loss
Secara matematis perhitungan laba Musyarakah adalah : Profit / Loss = Revenue
– ( Operating Costs + Expenses + Taxes ) – Capital.

9
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Musyarakah merupakan akad kerja sama antara dua pihak atau lebih, masing-
masing pihak memberikan kontribusi dana untuk membiayai suatu usaha tertentu
baik usaha yang sudah berdiri ataupun baru, dimana keuntungan dan kerugian dibagi
bersama sesuai dengan kesepakatan. Dalam konteks perbankan, musyarakah berarti
penyatuan modal dari bank dan nasabah untuk kepentingan usaha. Musyarakah
biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan proyek, dimana nasabah dan pihak bank
sama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut. Setelah proyek itu
selesai, nasabah mengembalikan dana tersebut bersama dengan bagi hasil yang telah
disepakati dalam kontrak untuk pihak bank. Musyarakah juga bisa diterapkan dalam
skema modal ventura, pihak bank diperbolehkan untuk melakukan investasi dalam
kepemilikan sebuah perusahaan. Penanaman modal dilakukan oleh pihak bank untuk
jangka waktu tertentu dan setelah itu bank melakukan divestasi, baik secara singkat
maupun bertahap.
B. Saran
Semoga makalah kami bisa bermanfaat dan bisa menjadi bahan acuan belajar
pembaca dalam memahami akad Musyarakah.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ascarya, Bank dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: Rajawali Press,2012)

Mahmudatus Sa’diyah,Nur Aziroh,Musyarakah Dalam Fiqh dan Perbankan


Syariah,Vol.2 No.2. Desember 2014,SMK Walisongo Jepara.

Muhammad, Model-model Akad Pembiayaan di Bank Syariah, (Yogyakarta : UII Press


Yogyakarta, 2009),

11

Anda mungkin juga menyukai