Tentang
Dosen Pembimbing :
Oleh :
Mairizal Ajis NIM : 30115005
Beni Hidayat NIM : 30115008
0
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Tujuan Masalah
1
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan pembuatan makalah ini
sebagai berikut:
1. Memberikan penjelasan tentang akad musyarakah, dan
2. Menjelaskan tentang standar akuntansi musyarakah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Musyarakah
I. Pengertian Musyarakah
1
Rizal Yaya dkk, Akuntansi Perbankan Syari’ah ; teori dan praktik kontemporer,
(Jakarta:Salemba Empat, 2009) hal.150
3
keahlian yang lebih beragam, wawasan yang lebih luas, pengendalian yang
lebih tinggi dan lain sebagainya.2
Dalam Musyarakah dapat ditemukan aplikasi ajaran islam tentang
ta’awun (gotong royong), ukhuwah (persaudaraan) dan keadilan. Keadilan
sangat terasa ketika penentuan nisbah untuk pembagian keuntungan yang bisa
saja berbeda dari porsi modal karena disesuaikan oleh faktor lain selain modal
misalnya keahlian, pengalaman, ketersediaan waktu dan sebagainya. Selain itu
keuntungan yang dibagikan kepada pemilik modal merupakan keuntungan
riil, bukan merupakan nilai nominal yang telah ditetapkan sebelumnya seperti
bunga atau riba. Prinsip keadilan juga terasa ketika orang yang punya modal
lebihh besar akan menanggung resiko finansial yang juga lebih besar. Apabila
terjadi sengketa dan tidak terdapat kesepakatan antara pihak yang bersengketa
maka penyelesaiannya dilakukan berdasarkan keputusan institusi yang
berwenang.3
II. Skema Musyarakah
Keterangan :
2
Sri Nurhayati, Akuntansi Syar’iah di Indonesia, (Jakarta:Salemba Empat, 2011)
hal.142
3
Ibid. hal. 143
4
Keuntungan di bagi berdasarkan kesepakatan, dan kerugian dibagi
berdasarkan kontribusi modal.
QS. Shad: 24
Al-Hadist
“Allah berfirman, Aku akan menjadi pihak ketiga dari orang yang
berserikat, selama salah seorang dari keduanya tidak mengkhianati
sahabatnya (pihaknya).” (HR. Abu Daud dan Hakim no 2936, dalam
Kitab al-Buyu).
4[5]
Ibid, Akuntansi syari’ah di indonesia, hal. 147
5
3. Obyek akad, yaitu modal (mal), kerja (dharabah), dan keuntungan
(ribh).5
B. Akuntansi Musyarakah
Pernyataan Standar Akutansi Keuangan 106 : Akutansi
Musyarakah terdiri dari paragraph 1-40. Seluruh paragraph dalam
pernyataan ini memiliki kekuatan mengatur yang sama. Paragraph yang di
dicetak dengan huruf tebal dan miring mengatur prinsip-prinsip utama.
Pernyataan ini harus dibaca dalam konteks Kerangka Dasar Penyusunan
dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah. Pernyataan ini tidak wajib
diterapkan untuk unsur-unsur yang tidak material.
PENDAHULUAN
Tujuan
01. Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan,pengukuran,
penyajian dan pengungkapan transaksi musyarakah.
Ruang Lingkup
02. Pernyataan ini diterapkan untuk entitas yang melakukan tranksaksi
musyarakah.
03. Pernyataan ini tidak mencakup pengaturan perlakuan akutansi atas
obligasi syariah (sukuk) yang mengunakan akad musyarakah
Definisi
04. Berikut ini adalah pengertian istilah yang digunakan dalam
pernyataan ini :
Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk
suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi
dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan
sedangkan kerugian berdasarkan porsi kontribusi dana. Dana tersebut
meliputi kas atau asset nonkas yang diperkenankan oleh syariah.
5[6]
http, mataelan, Mudharabah dan musyarakah dasar hukum, (09 Oktober 2012)
6
Musyarakah permanen adalah musyarakah dengan ketentuan bagian
dana setiap mitra ditentukan sesuai akad dan jumlahnya tetap hingga akhir
masa akad.
Musyarakah menurun (musyarakah mutanaqisah) adalah musyarakah
dengan ketentuan bagian dana salah satu mitra akan dialihkan secara
bertahap kepada mitra lainnya sehingga bagian dananya akan menurun dan
pada akhir masa akad mitra lain tersebut akan menjadi pemilik penuh
usaha tersebut.
Mitra aktif adalah mitra yang mengelola usaha masyarakat, baik
mengelola sendiri atau menunjuk pihak lain atas nama mitra tersebut.
Mitra pasif adalah mitra yang tidak ikut mengelola usaha musyarakah.
Karakteristik
05. Para mitra (syarik) bersama-sama menyediakan dana untuk
mendanai suatu usaha tertentu dalam musyarakah, baik usaha yang
sudah berjalan maupun yang baru. Selanjutnya salah satu mitra
dapat mengembalikan dana tersebut dan bagi hasil yang telah
disepakati nisbahnya secara bertahap atau sekaligus kepada mitra
lain.
06. Investasi musyarakah dapat diberikan dalam bentuk kas, setara kas,
atau asset nonkas.
07. Karena setiap mitra tidak dapat menjamin dana mitra lainnya, maka
setiap mitra dapat meminta mitra lainnya untuk menyediakan
jaminan atas kelalaian atau kesalahan yang disengaja. Beberapa hal
yang menunjukkan adanya kesalahan yang disengaja adalah :
(a) Pelanggaran terhadap akad, antara lain, penyalahgunaan dana
investasi, manipulasi biaya dan pendapatan opertioanal ;
(b) Pelaksanaan yang tidak sesuai dengan prinsip syariah.
08. Jika tidak terdapat kesepakatan antara pihak yang bersengketa maka
kesalahan yang disengaja harus dibuktikan berdasarkan keputusan
institusi yang berwenang.
7
09. Keuntungan usaha musyarakah dibagi di antara para mitra secara
proporsional sesuai dengan dana yang disetorkan (baik berupa kas
maupun asset nonkas) atau sesuai nisbah yang disepakati oleh para
mitra. Sedangkan kerugian dibebankan secara proporsional sesuai
dengan dana yang disetorkan (baik berupa kas maupun asset
nonkas).
10. Jika salah satu mitra memberikan kontribusi atau nilai lebih dari
mitra lainnya dalam akad musyarakah maka mitra tersebut dapat
memperoleh keuntungan lebih besar untuk dirinya. Bentuk
keuntungan lebih tersebut dapat berupa pemberian porsi keuntungan
yang lebih besar dari porsi dananya atau bentuk tambahan
keuntungan lainnya.
11. Porsi jumlah bagi hasil untuk para mitra ditentukan berdasarkan
nisbah yang disepakati dari hasil usaha yang diperoleh selama
periode akad, bukan dari jumlah investasi yang disalurkan.
12. Pengelola musyarakah mengadministrasikan transaksi usaha yang
terkait dengan investasi musyarakah yang dikelola dalam catatan
akutansi sendiri.
Pengakuan dan Pengukuran (Paragraf 13- 34)
13. Untuk pertanggungjawaban pengelolaan usaha musyarakah dan
sebagai dasar penentuan bagi hasil, maka mitra aktif atau pihak
yang mengelola usaha musyarakah harus membuat catatan akutansi
yang terpisah untuk usaha musyarakah tersebut.
C. Prinsip-prinsip Akutansi Musyarakah
Adapun prinsip-prinsip Akutansi Musyarakah adalah :
1. Pembiayaan/Investasi Musyarakah diakui pada saat penyerahan kas
atau aset nonkas untuk usaha musyarakah oleh mitra.
2. Biaya pra akad tidak dapat dianggap sebagai bagian investasi
musyarakah kecuali jika ada persetujuan dari seluruh mitra.
3. Modal dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang diserahkan
8
4. Setoran Modal dalam bentuk Aset Non Kas dinilai sebesar nilai
wajar
5. Jika Nilai Wajar besar dari Nilai buku aset non kas
Untuk mitra aktif
- diakui sebagai selisih penilaian asset musyarakah
- disajikan di sisi ekuitas
Untuk mitra pasif
- diakui sebagai keuntungan tangguhan
- disajikan sebagai kontra akun investasi musyarakah
6. Baik selisih penilaian asset maupun keuntungan tangguhan
diamortisasi selama masa akad
7. Jika Nilai wajar kecil dari Nilai buku
Baik Mitra Aktif maupun mitra pasif mengakui sebagai kerugian
pada saat penyerahan aset nonkas
D. Ilustrasi Akutansi Musyarakah
Adapun Ilustrasi Akutansi Musyarakah sebagai berikut :
1 Januari 2005 Mitra Aktif menyerahkan :
uang tunai Rp 50.000
aset nonkas dengan harga perolehan Rp. 100.000
akm penyusutan Rp. 20.000
nilai pasar Rp. 120.000.
Diakhir akad Aset Nonkas akan dikembalikan. Masa manfaat 10 tahun
Mitra Pasif menyerahkan:
aset dengan harga perolehan Rp. 50.000
akm penyusutan Rp. 10.000
nilai pasar Rp. 30.000
Diakhir akad Aset Nonkas tidak dikembalikan. Masa manfaat 3 tahun.
Masa akad 2 tahun. Nisbah bagi hasil 3:1
Jurnal untuk ilustrasi akutansi musyarakah di atas adalah :
9
Perusahaan memperoleh pendapatan Rp 80.000 dan beban Rp 100.000
10
Kerugian ditampung dalam akun Penyisihan Kerugian sebagai akun kontra
Investasi Musyarakah
Kerugian karena lalai akan ditanggung oleh mitra ybs
Jurnal bagi hasil
Jurnal penutup
11
Pengungkapan
Mitra mengungkapkan hal-hal yang terkait transaksi musyarakah, tetapi
tidak terbatas, pada:
isi kesepakatan utama usaha musyarakah, seperti porsi dana,
pembagian hasil usaha,aktivitas usaha musyarakah, dan lain-lain;
pengelola usaha, jika tidak ada mitra aktif; dan
pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang
Penyajian Laporan Keuangan Syari’ah.
Dalam PSAK 106 disebutkan bahwa investasi musyarakah diakui
pada saat pembayaram kas kepada mitra aktif. Aset berwujud kas di nilai
sebesar jumlah yang dibayarkan, investasi musyarakah non kas yang diukur
dengan berkurangnya nilai sebesar beban penyusutan atas aset yang
diserahkan. Penyerahan investasi, musyarakah tidak harus dilakukan pada
saat akad. Penyerahan investasi dilakukan ketika nasabah siap menggunakan
investasi yang diperlukan.
Dalam kasus Bu Nasibah anggaplah pada tanggal 12 Februari bank
mentransfer sebesar Rp 35.000.000 ke rekening Bu Nasibah sebagai
pembayaran tahap pertama. Selanjutnya pada tanggal 2 Maret, bank syariah
menyerahkan dana tahap kedua sebesar Rp 25.000.000 adapun bentuk
jurnalnya sebagai berikut:
12
Kr. Kas/Rekening nasabah 35.000.000
Db. Kewajiban komitmen 35.000.000
administratif pembiayaan
Kr. Pos lwan komitmen administratif 35.000.000
pembiayaan
02/03/XA Db. Investasi Musyarakah 25.000.000
Kr. Kas/Rekening nasabah 25.000.000
Db. Kewajiban komitmen 25.000.000
administratif pembiayaan
Kr. Pos lwan komitmen administratif 25.000.000
pembiayaan
Berikut adalah realisasi laba bruto usaha Bu Nasibah selama dua kali
masa panen yayng dilaporkan pada masa panen yang dilaporkan pada tanggal
2 Mei 20XA dan Agustus 20XA.
No Periode Jumlah Laba Bruto Porsi Bank Tanggal
13
(Rp) 25% (Rp) Pembayaran
Bagi Hasil
1 Masa panen 14.000.000 3.500.000 02 Mei
I
2 Masa panen 16.000.000 4.000.000 12 gs
II
BAB III
KESIMPULAN
6
Ibid, Akuntansi bank syari’ah ; teori dan praktik kontemporer, hal :156
14
Akad musyarakah merupakan akad kerjasama antara dua pihak
atau lebih untuk suatu usaha tertentu dengan kondisi masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi
berdasarkan kesepakatan, sedangkan kerugian berdasarkan porsi kontribusi
dana.
Investasi musyarakah dapat dalam bentuk kas, setara kas atau aset
nonkas. Musyarakah merupakan akad kerjasama diantara pemilik modal
yang mencampurkan modal mereka dengan tujuan mencari keuntungan.
Adapun aplikasi musyarakah adalah :
1. Pembiayaan dalam modal kerja, dapat dialokasikan untuk perusahaan
yang bergerak dalam bidang kontruksi, industri, perdagangan, dan jasa.
2. Pembiayaan investasi, dapat dialokasikan untuk perusahaan yang
bergerak dalam bidang industri.
3. Pembiayaan secara sindikasi, baik untuk kepentingan modal kerja
maupun intestasi.
DAFTAR PUSTAKA
15
Rizal Yaya dkk. (2009). Akuntansi Perbankan Syari’ah ;teori dan praktik kontemporer.
Jakarta : Salemba Empat .
Sri Nurhayati. (2011). Akuntansi Syar’iah di Indonesia. Jakarta : Salemba Empat.
Veithzal Riva’i dkk. (2008). Islamic financial management. Jakarta : Rajawali Pers.
http://mataelan.blogspot.com/2012/10/mudharabah-dan-musyarakah-dasar-hukum.html
http://vijedina.wordpress.com/2012/09/06/akad-musyarakah-dan-murabahah/
http://www.slideshare.net/Mulyanah/kel2-musyarokah
Standar Akutansi Keuangan Syariah, Dewan Standar Akutansi Syariah IAI,2014
16