Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH AKUTANSI PERBANKAN SYARIAH

Tentang

AKUTANSI MUSYARAKAH (PSAK 106)

Dosen Pembimbing :

Dr. ANNE PUTRI, SE, M.Sc,Akt.,CA

Oleh :
Mairizal Ajis NIM : 30115005
Beni Hidayat NIM : 30115008

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


PASCA SARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
BUKITTINGGI
2017

0
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perbankan dan beberapa lembaga keuangan syariah lainnya merupakan


organisasi yang aktifitas bisnisnya sangat bergantung kepada ilmu akuntansi.
Bukan saja mekanisme pencatatan yang akurat dan benar saja yang dituntut,
akan tetapi bagaimana pencatatan tersebut selaras dengan ketentuan syariah.

Dan untuk itu secara khusus akuntansi untuk transaksi musyarakah


pembahasan diawali dengan pembahasan detail tentang transaksi musyarakah.
Hubungannya adalah sebagai dasar pengetahuan dalam menguasai praktik
akuntansi terkait pengakuan dan pengukuran berbagai transaksi yang terjadi
dalam aktivitas penyaluran dana Bank Syariah dengan menggunakan skema
musyarakah. Teori dan praktik terkait pengakuan dan pengukuran transaksi ini
sangat penting dikuasai, mengingat transaksi ini merupakan skema penyaluran
dana ketiga terbesar Bank Syari’ah. 
Beragam produk dengan akad yang bervariasi pada lembaga keuangan
syariah seperti akad murabahah, mudharabah, bai’ al-salaam, bai’ istisna’,
musyarakah, dan lain-lain, tentu memerlukan sebuah standar akuntansi agar
lembaga keuangan syariah tersebut dapat beroperasi dengan laik.
Karena itulah, dalam makalah ini akan dibahas bagaimana standar
akuntansi keuangan syariah, khususnya akuntansi musyarakah, yang dapat
diterapkan pada lembaga keuangan syariah.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, yang menjadi rumusan masalah adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan akad musyarakah?
2. Bagaimana standar akuntansi musyarakah?

C. Tujuan Masalah

1
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan pembuatan makalah ini
sebagai berikut:
1. Memberikan penjelasan tentang akad musyarakah, dan
2. Menjelaskan tentang standar akuntansi musyarakah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Musyarakah
I. Pengertian Musyarakah

Musyarakah berasal dari kata syirkah. Syirkah artinya pencampuran


atau interaksi. Berarti: serikat/partnership. Secara istilah musyarakah adalah
Akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu,
dimana masing-masing pihak memberi kontribusi dana dan kerja dengan
ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan
kerugian berdasarkan porsi kontribusi dana.

Dalam PSAK 106 mendefinisikan musyarakah sebagai akad kerjasama


antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dengan kondisi masing-
masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa
keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan, sedangkan kerugian berdasarkan
porsi kontribusi dana. 1
Para mitra bersama-sama menyediakan dana untuk menyediakan dana
untuk mendanai sebuah usaha tertentu dalam masyarakat, baik usaha yang
sudah berjalan maupun yang baru, selanjutnya salah satu mitra dapat
mengembalikan dana tersebut dan bagi hasil yang telah disepakati nisbahnya
secara bertahap atau sekaligus kepada mitra lain. Investasi musyarakah dapat
dalam bentuk kas, setara kas atau aset non kas.
Musyarakah merupakan akad kerjasama diantara pemilik modal yang
mencampurkan modal mereka dengan tujuan mencari keuntungann. Dengan
bergabungnya dua orang atau lebih, hasil yang diperoleh diharapkan jauh
lebih baik dibandingkan jika dilakukan sendiri, karena didukung oleh
kemampuan akumulasi modal yang lebih besar, relasi bisnis yang luas,

1
Rizal Yaya dkk, Akuntansi Perbankan Syari’ah ; teori dan praktik kontemporer,
(Jakarta:Salemba Empat, 2009) hal.150

3
keahlian yang lebih beragam, wawasan yang lebih luas, pengendalian yang
lebih tinggi dan lain sebagainya.2
Dalam Musyarakah dapat ditemukan aplikasi ajaran islam tentang
ta’awun (gotong royong), ukhuwah (persaudaraan) dan keadilan. Keadilan
sangat terasa ketika penentuan nisbah untuk pembagian keuntungan yang bisa
saja berbeda dari porsi modal karena disesuaikan oleh faktor lain selain modal
misalnya keahlian, pengalaman, ketersediaan waktu dan sebagainya. Selain itu
keuntungan yang dibagikan kepada pemilik modal merupakan keuntungan
riil, bukan merupakan nilai nominal yang telah ditetapkan sebelumnya seperti
bunga atau riba. Prinsip keadilan juga terasa ketika orang yang punya modal
lebihh besar akan menanggung resiko finansial yang juga lebih besar. Apabila
terjadi sengketa dan tidak terdapat kesepakatan antara pihak yang bersengketa
maka penyelesaiannya dilakukan berdasarkan keputusan institusi yang
berwenang.3
II. Skema Musyarakah

Keterangan :
2
Sri Nurhayati, Akuntansi Syar’iah di Indonesia, (Jakarta:Salemba Empat, 2011)
hal.142

3
Ibid. hal. 143

4
Keuntungan di bagi berdasarkan kesepakatan, dan kerugian dibagi
berdasarkan kontribusi modal.

III. Landasan Syariah

QS. Shad: 24

”Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu


sebagian mereka berbuat dzalim kepada sebagian yang lain kecuali orang
yang beriman dan mengerjakan amal shaleh.” (QS.Shad:24)

Al-Hadist

“Allah berfirman, Aku akan menjadi pihak ketiga dari orang yang
berserikat, selama salah seorang dari keduanya tidak mengkhianati
sahabatnya (pihaknya).” (HR. Abu Daud dan Hakim no 2936, dalam
Kitab al-Buyu).

“Pertolongan Allah tercurah atas dua pihak yang berserikat,


sepanjang keduannya tidak saling berkhianat.’’ (HR. Muslim)4

IV. Rukun-Rukun Akad Musyarakah


Dari segi hukumnya melakukan kerjasama dengan menggunakan
sistem musyarakah adalah suatu hal yang dibenarkan dalam Islam.
Keabsahannya juga bergantung pada syarat-syarat dan rukun yang telah
ditetapkan. Adapun rukun  musyarakah yang disepakati oleh jumhur
ulama adalah:
1.         Shigat (lafal) ijab dan qabul
2.         Pelaku akad, yaitu para mitra usaha

4[5]
Ibid, Akuntansi syari’ah di indonesia, hal. 147

5
3.         Obyek akad, yaitu modal (mal), kerja (dharabah), dan keuntungan
(ribh).5

B. Akuntansi Musyarakah
Pernyataan Standar Akutansi Keuangan 106 : Akutansi
Musyarakah terdiri dari paragraph 1-40. Seluruh paragraph dalam
pernyataan ini memiliki kekuatan mengatur yang sama. Paragraph yang di
dicetak dengan huruf tebal dan miring mengatur prinsip-prinsip utama.
Pernyataan ini harus dibaca dalam konteks Kerangka Dasar Penyusunan
dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah. Pernyataan ini tidak wajib
diterapkan untuk unsur-unsur yang tidak material.
PENDAHULUAN
Tujuan
01. Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan,pengukuran,
penyajian dan pengungkapan transaksi musyarakah.
Ruang Lingkup
02. Pernyataan ini diterapkan untuk entitas yang melakukan tranksaksi
musyarakah.
03. Pernyataan ini tidak mencakup pengaturan perlakuan akutansi atas
obligasi syariah (sukuk) yang mengunakan akad musyarakah
Definisi
04. Berikut ini adalah pengertian istilah yang digunakan dalam
pernyataan ini :
Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk
suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi
dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan
sedangkan kerugian berdasarkan porsi kontribusi dana. Dana tersebut
meliputi kas atau asset nonkas yang diperkenankan oleh syariah.

5[6]
http, mataelan, Mudharabah dan musyarakah dasar hukum, (09 Oktober 2012)

6
Musyarakah permanen adalah musyarakah dengan ketentuan bagian
dana setiap mitra ditentukan sesuai akad dan jumlahnya tetap hingga akhir
masa akad.
Musyarakah menurun (musyarakah mutanaqisah) adalah musyarakah
dengan ketentuan bagian dana salah satu mitra akan dialihkan secara
bertahap kepada mitra lainnya sehingga bagian dananya akan menurun dan
pada akhir masa akad mitra lain tersebut akan menjadi pemilik penuh
usaha tersebut.
Mitra aktif adalah mitra yang mengelola usaha masyarakat, baik
mengelola sendiri atau menunjuk pihak lain atas nama mitra tersebut.
Mitra pasif adalah mitra yang tidak ikut mengelola usaha musyarakah.

Karakteristik
05. Para mitra (syarik) bersama-sama menyediakan dana untuk
mendanai suatu usaha tertentu dalam musyarakah, baik usaha yang
sudah berjalan maupun yang baru. Selanjutnya salah satu mitra
dapat mengembalikan dana tersebut dan bagi hasil yang telah
disepakati nisbahnya secara bertahap atau sekaligus kepada mitra
lain.
06. Investasi musyarakah dapat diberikan dalam bentuk kas, setara kas,
atau asset nonkas.
07. Karena setiap mitra tidak dapat menjamin dana mitra lainnya, maka
setiap mitra dapat meminta mitra lainnya untuk menyediakan
jaminan atas kelalaian atau kesalahan yang disengaja. Beberapa hal
yang menunjukkan adanya kesalahan yang disengaja adalah :
(a) Pelanggaran terhadap akad, antara lain, penyalahgunaan dana
investasi, manipulasi biaya dan pendapatan opertioanal ;
(b) Pelaksanaan yang tidak sesuai dengan prinsip syariah.
08. Jika tidak terdapat kesepakatan antara pihak yang bersengketa maka
kesalahan yang disengaja harus dibuktikan berdasarkan keputusan
institusi yang berwenang.

7
09. Keuntungan usaha musyarakah dibagi di antara para mitra secara
proporsional sesuai dengan dana yang disetorkan (baik berupa kas
maupun asset nonkas) atau sesuai nisbah yang disepakati oleh para
mitra. Sedangkan kerugian dibebankan secara proporsional sesuai
dengan dana yang disetorkan (baik berupa kas maupun asset
nonkas).
10. Jika salah satu mitra memberikan kontribusi atau nilai lebih dari
mitra lainnya dalam akad musyarakah maka mitra tersebut dapat
memperoleh keuntungan lebih besar untuk dirinya. Bentuk
keuntungan lebih tersebut dapat berupa pemberian porsi keuntungan
yang lebih besar dari porsi dananya atau bentuk tambahan
keuntungan lainnya.
11. Porsi jumlah bagi hasil untuk para mitra ditentukan berdasarkan
nisbah yang disepakati dari hasil usaha yang diperoleh selama
periode akad, bukan dari jumlah investasi yang disalurkan.
12. Pengelola musyarakah mengadministrasikan transaksi usaha yang
terkait dengan investasi musyarakah yang dikelola dalam catatan
akutansi sendiri.
Pengakuan dan Pengukuran (Paragraf 13- 34)
13. Untuk pertanggungjawaban pengelolaan usaha musyarakah dan
sebagai dasar penentuan bagi hasil, maka mitra aktif atau pihak
yang mengelola usaha musyarakah harus membuat catatan akutansi
yang terpisah untuk usaha musyarakah tersebut.
C. Prinsip-prinsip Akutansi Musyarakah
Adapun prinsip-prinsip Akutansi Musyarakah adalah :
1. Pembiayaan/Investasi Musyarakah diakui pada saat penyerahan kas
atau aset nonkas untuk usaha musyarakah oleh mitra.
2. Biaya pra akad tidak dapat dianggap sebagai bagian investasi
musyarakah kecuali jika ada persetujuan dari seluruh mitra.
3. Modal dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang diserahkan

8
4. Setoran Modal dalam bentuk Aset Non Kas dinilai sebesar nilai
wajar
5. Jika Nilai Wajar besar dari Nilai buku aset non kas
Untuk mitra aktif
- diakui sebagai selisih penilaian asset musyarakah
- disajikan di sisi ekuitas
Untuk mitra pasif
- diakui sebagai keuntungan tangguhan
- disajikan sebagai kontra akun investasi musyarakah
6. Baik selisih penilaian asset maupun keuntungan tangguhan
diamortisasi selama masa akad
7. Jika Nilai wajar kecil dari Nilai buku
Baik Mitra Aktif maupun mitra pasif mengakui sebagai kerugian
pada saat penyerahan aset nonkas
D. Ilustrasi Akutansi Musyarakah
Adapun Ilustrasi Akutansi Musyarakah sebagai berikut :
1 Januari 2005 Mitra Aktif menyerahkan :
uang tunai Rp 50.000
aset nonkas dengan harga perolehan Rp. 100.000
akm penyusutan Rp. 20.000
nilai pasar Rp. 120.000.
Diakhir akad Aset Nonkas akan dikembalikan. Masa manfaat 10 tahun
Mitra Pasif menyerahkan:
aset dengan harga perolehan Rp. 50.000
akm penyusutan Rp. 10.000
nilai pasar Rp. 30.000
Diakhir akad Aset Nonkas tidak dikembalikan. Masa manfaat 3 tahun.
Masa akad 2 tahun. Nisbah bagi hasil 3:1
Jurnal untuk ilustrasi akutansi musyarakah di atas adalah :

9
Perusahaan memperoleh pendapatan Rp 80.000 dan beban Rp 100.000

E. Pengakuan dan Pengukuran (Selama Akad)


Modal berupa aset tetap, pada akhir akad:
a. Dikembalikan, beban depresiasi diakui mitra yang menyerahkan.
b. Jika tidak dikembalikan, usaha musyarakah yang mencatat beban
depresiasi
Penyusutan dilakukan berdasarkan nilai wajar untuk masa akad/umur
ekonomis.
Jurnal penyesuaian per 31 Desember 2005 untuk
 Beban penyusutan
 Amortisasi selisih nilai Aset Non Kas.

 Keuntungan akan dibagikan kepada mitra untuk periode yang disepakati.

10
 Kerugian ditampung dalam akun Penyisihan Kerugian sebagai akun kontra
Investasi Musyarakah
 Kerugian karena lalai akan ditanggung oleh mitra ybs
 Jurnal bagi hasil
 Jurnal penutup

Penyajian (paragraph 35-36)


35. Mitra aktif menyajikan hal-hal sebagai berikut yang terkait dengan usaha
musyarakah dalam laporan keuangan :
a) Kas atau aset nonkas yang disisihkan oleh mitra aktif dan yang diterima dari
mitra pasif disajikan sebagai investasi musyarakah.
b) Aset musyarakah yang diterima dari mitra pasif disajikan sebagai unsur dana
syirkah temporer untuk;
c) Selisih Penilaian Aset musyarakah, bila ada, disajikan sebagai unsur ekuitas.
36. Mitra pasif menyajikan hal-hal sebagai berikut yang terkait dengan usaha
musyarakah dalam laporan keuangan :
a) kas atau asset nonkas yang diserahkan kepada mitra aktif disajikan sebagai
investasi musyarakah.
b) keuntungan tangguhan dari selisih penilaian asset nonkas yang diserahkan pada
nilai wajar disajikan sebagai pos lawan (contra account ) dari investasi
musyarakah.

11
Pengungkapan
Mitra mengungkapkan hal-hal yang terkait transaksi musyarakah, tetapi
tidak terbatas, pada:
 isi kesepakatan utama usaha musyarakah, seperti porsi dana,
pembagian hasil usaha,aktivitas usaha musyarakah, dan lain-lain;
 pengelola usaha, jika tidak ada mitra aktif; dan
 pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang
Penyajian Laporan Keuangan Syari’ah.
Dalam PSAK 106 disebutkan bahwa investasi musyarakah diakui
pada saat pembayaram kas kepada mitra aktif. Aset berwujud kas di nilai
sebesar jumlah yang dibayarkan, investasi musyarakah non kas yang diukur
dengan berkurangnya nilai sebesar beban penyusutan atas aset yang
diserahkan. Penyerahan investasi, musyarakah tidak harus dilakukan pada
saat akad. Penyerahan investasi dilakukan ketika nasabah siap menggunakan
investasi yang diperlukan.
Dalam kasus Bu Nasibah anggaplah pada tanggal 12 Februari bank
mentransfer sebesar Rp 35.000.000 ke rekening Bu Nasibah sebagai
pembayaran tahap pertama. Selanjutnya pada tanggal 2 Maret, bank syariah
menyerahkan dana tahap kedua sebesar Rp 25.000.000 adapun bentuk
jurnalnya sebagai berikut:

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


12/02/XA Db. Investasi Musyarakah 35.000.000

12
Kr. Kas/Rekening nasabah 35.000.000
Db. Kewajiban komitmen 35.000.000
administratif pembiayaan
Kr. Pos lwan komitmen administratif 35.000.000
pembiayaan
02/03/XA Db. Investasi Musyarakah 25.000.000
Kr. Kas/Rekening nasabah 25.000.000
Db. Kewajiban komitmen 25.000.000
administratif pembiayaan
Kr. Pos lwan komitmen administratif 25.000.000
pembiayaan

F. Saat penerimaan bagi hasil bagian bank


Selama akad berlangsung, pendapatan usaha investasi musyarakah
diakui sebagian sebesar bagian mitra pasif sesuai kesepakatan. Sementara itu,
kerugian investasi musyarakah diakui sesuai dengan porsi dana. Pengakuan
pendapatan usaha musyarakah dalam praktik dapat diketahui berdasarkan
laporan bagi hasil atas realisasi pendapatan usaha dari catatan akuntansi mitra
aktif pengelola usaha yang dilakukan seccara terpisah.

Berikut adalah realisasi laba bruto usaha Bu Nasibah selama dua kali
masa panen yayng dilaporkan pada masa panen yang dilaporkan pada tanggal
2 Mei 20XA dan Agustus 20XA.
No Periode Jumlah Laba Bruto Porsi Bank Tanggal

13
(Rp) 25% (Rp) Pembayaran
Bagi Hasil
1 Masa panen 14.000.000 3.500.000 02 Mei
I
2 Masa panen 16.000.000 4.000.000 12 gs
II

G. Penyajian Transaksi Musyarakah


Berdasrkan PSAK 106 paragraf 36 tentang akuntaansi musyarakah,
terdapat beberapa hal yang perlu disjikan oleh bank sebagai mitra pasif terkait
dengan transaksi musyarakah yang dilakukan, yaitu sebagi berikut:
a)    Kas atau aset yang diserahkan kepada mitra aktif disajikan sebagai investasi
musyarkah.
b)   Keuntungan tangguhan dari selisih penilaian aset non-kas yang diserahkan
pada akhir nilai wajar disajikan sebagai pos lawan (contra account) dari investasi
musyarakah.6

BAB III
KESIMPULAN

6
Ibid, Akuntansi bank syari’ah ; teori dan praktik kontemporer, hal :156

14
Akad musyarakah merupakan akad kerjasama antara dua pihak
atau lebih untuk suatu usaha tertentu dengan kondisi masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi
berdasarkan kesepakatan, sedangkan kerugian berdasarkan porsi kontribusi
dana.
Investasi musyarakah dapat dalam bentuk kas, setara kas atau aset
nonkas. Musyarakah merupakan akad kerjasama diantara pemilik modal
yang mencampurkan modal mereka dengan tujuan mencari keuntungan.
Adapun aplikasi musyarakah adalah :
1.   Pembiayaan dalam modal kerja, dapat dialokasikan untuk perusahaan
yang bergerak dalam bidang kontruksi, industri, perdagangan, dan jasa.
2.  Pembiayaan investasi, dapat dialokasikan untuk perusahaan yang
bergerak dalam bidang industri.
3.      Pembiayaan secara sindikasi, baik untuk kepentingan modal kerja
maupun intestasi.

DAFTAR PUSTAKA

15
Rizal Yaya dkk. (2009). Akuntansi Perbankan Syari’ah ;teori dan praktik kontemporer.
Jakarta : Salemba Empat .
Sri Nurhayati. (2011). Akuntansi Syar’iah di Indonesia. Jakarta : Salemba Empat.
Veithzal Riva’i dkk. (2008). Islamic financial management. Jakarta : Rajawali Pers.
http://mataelan.blogspot.com/2012/10/mudharabah-dan-musyarakah-dasar-hukum.html
http://vijedina.wordpress.com/2012/09/06/akad-musyarakah-dan-murabahah/
http://www.slideshare.net/Mulyanah/kel2-musyarokah
Standar Akutansi Keuangan Syariah, Dewan Standar Akutansi Syariah IAI,2014

16

Anda mungkin juga menyukai