Anda di halaman 1dari 139

FIQIH MUAMALAH

Dalam
Akuntansi Syariah
Disampaikan Oleh :

Waluyo, Lc., M.A.


Kuliah Umum Akuntansi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Surakarta
Surakarta, 20 Juni 2016

Islam
Islam dalam
dalam Ajarannya
Ajarannya
---Syariah
---Syariah dalam
dalam arti
arti luas:
luas:
1.
2.

Akidah,
Syariah (dalam arti sempit):
a. Akhlak
b. Ibadat
c. Muamalat (dalam arti luas)
1) Fikih Ahwal Syakhsiah (keluarga dan peradilan Islam)
2) Fikih Muamalat (dalam arti sempit)
a) Fikih Mal (Fiqh al-Amwl),
b) Fikih Perikatan(Fiqh al-Iltizm),
c) Fikih Bisnis (Fiqh at-Tijrah),
3) Fikih Jinayat, (al-Fiqh al-jin],
4) Fikih Siyasah, (al-Fiqh ad-Dustr),
5) Hukum Acara (Fiqh al-murfat al-madaniyyah
wa al-jiniyyah].
6) Fikih Keuangan Publik (Fikih Mali, al-Fiqh alMl),
7) Fikih Internasional () :
a) Fikih Publik Internasional () ,
b) Fikih Perdata Internasional () .

Ruang Lingkup Fiqih Muamalah


1.
-

Bersifat Adabiyah
Ijab dan Qabul
Saling Meridloi
Tidak Terpaksa
Kejujuran
Penipuan
Penimbunan

2. Bersifat Madiyah
Harta, Buyu, Wakalah, Hiwalah,
Kafalah, Rahn, Shulhu, dhaman,
Syirkah, Wadiah, Ariyah, Qard,
Ghasab, Syuf,ah, Mudharabah,
Musaqat, Muzaraah, Taflis, Jialah,
Murabahah, Salam, Istishna, Bai
Muajjal dan Taqshith, Sharf, Urbun,
Ijarah, Riba, Shukuk, Faraid, Luqathah,
Wakaf, Hibah, Wasiat, Iqrar, Fai dan
Ghanimah, Shodaqah, Zakat, Ibra,
Muqashah, Pajak (Kharaj, Jizyah,
Dharibah, Ushr), Gharar, Najasy, Inah,
Tawaruq, Wafa, Muathah, Fudhuli,
Ihtikar, Monopili, Asuransi, Madin,
Ihyaul Mawat.

Akad Dalam Muamalah


Aplikasi produk
(Terkenal)
Akad

TAMWIL

Kemitraan
(Bagi Hasil)

Jual Beli

MAAL

JASA LAYANAN

SOSIAL

Musyarakah
Mudhorobah
Muzaraah
Musaqah

Salam
Istisna
Murabahah
Inah, Tawaruq dan Bai ad Dayn

Wakalah, Kafalah, Hawalah, Sharf,


Ijarah, Wadiah, Rahn

Dana kebajikan
Araiyah, Qardhul Hasan
Hibah, Sedekah, Hadiah, Zakat, Wakaf

Akad Dalam Muamalah


Aplikasi produk
(Terkenal)
Akad
- Musyarakah

MAAL

TAMWIL

Kemitraan
(Bagi Hasil)

- Mudhorobah

Jual Beli

Salam
Istisna
Murabahah

JASA LAYANAN

Wakalah, Kafalah, Hawalah, Sharf,


Ijarah, Wadiah, Rahn

SOSIAL

Dana kebajikan
Qardhul Hasan
Hibah, Sedekah, Hadiah, Zakat

PEMBIAYAAN
PEMBIAYAAN BAGI
BAGI HASIL
HASIL
(Profit
(Profit &
& Loss
Loss Sharing)
Sharing)
Bagi hasil merupakan konsep pembiayaan yang adil dan
memiliki nuansa kemitraan yang sangat kental.
Hasil yang diperoleh dibagi berdasarkan perbandingan
(nisbah) yang disepakati, dan bukan sebagaimana
penetapan suku bunga pada bank konvensional.
Pembiayaan bagi hasil dalam perbankan syariah, meliputi :
AL MUSYARAKAH
AL MUDHARABAH

AL
AL MUSYARAKAH
MUSYARAKAH
Pengertian :
MUSYARAKAH (SYIRKAH) adalah akad kerjasama antara dua
pihak atau lebih untuk melakukan suatu kegiatan usaha tertentu;
masing-masing pihak memberikan kontribusi dana sesuai dengan
porsi yang disepakati.
Sementara keuntungan yang diperoleh maupun kerugian yang
mungkin timbul akan dibagi secara proporsional atau sesuai
dengan kesepakatan bersama.

AL
AL MUSYARAKAH
MUSYARAKAH
Landasan Syariah :
....
(24:)

.. Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang


yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada
sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal saleh; dan amat sedikitlah mereka
ini. QS. Shaad (38) : 24
Aku adalah pihak ketiga dari dua orang yang berserikat
selama salah satunya tidak menghianati lainnya.
(HR. Abu Daud dan Hakim)

, : : ,
( ) ,

Dari Abu Hurairah yang dirafakan kepada Nabi


SAW, bahwa Nabi SAW bersabda, sesungguhnya
Allah SWT berfirman : aku adalah pihak ketiga
antara dua orang yng bersrikat selama salah satu
pihak tidak menghianati pihak yang lain. jika salah
satu pihak telah berkhianat, aku keluar dari mereka
. ( HR. Abu Daud dari Abu Hurairah ).

Ijma
Berdasarkan sumber hukum di atas maka secara
Ijma
para
ulama
sepakat
bahwa
hukum
musyarakah yaitu boleh. Hanya saja, mereka
berbeda pendapat tentang jenisnya. Ibnu Qudamah
dalam kitabnya al-Mughni telah berkata: kaum
muslimin telah berkonsensus terhadap legimasi
Musyarakah secara global walaupun terdapat
perbedaan pendapat dalam beberapa elemen
darinya.

AL
AL MUSYARAKAH
MUSYARAKAH
Jenis Musyarakah :
MUSYARAKAH KEPEMILIKAN (SYIRKAH AL MILK)
Jenis Musyarakah ini timbul karena faktor warisan, wasiat atau
kondisi lainnya yang mengakibatkan terjadinya kepemilikan
terhadap suatu assets oleh dua orang atau lebih. Keuntungan
yang diperoleh dari pengoperasian assets tersebut kemudian
dibagi bersama berdasarkan kesepakatan.
MUSYARAKAH AKAD (SYIRKAH AL UQUD)
Merupakan hasil suatu kesepakatan dari dua orang atau lebih
untuk mengadakan kerjasama usaha. Masing-masing
memberikan kontribusi modal dan sepakat untuk berbagi
keuntungan maupun kerugian.

AL
AL MUSYARAKAH
MUSYARAKAH
MUSYARAKAH AKAD (SYIRKAH AL UQUD)
Musyarakah Akad terbagi atas :
SYIRKAH AL INAN
SYIRKAH MUFAWADHAH
SYIRKAH AMAL
SYIRKAH WUJUH

AL
AL MUSYARAKAH
MUSYARAKAH
Jenis Musyarakah Akad (Syirkah Uqud) :
1. SYIRKAH AL INAN
Merupakan akad kerjasama antara dua orang atau lebih, masingmasing memberikan kontribusi dana dan berpartisipasi dalam
kerja.
Porsi dana dan bobot partisipasi dalam kerja tidak harus sama,
bahkan dimungkinkan hanya salah seorang yang aktif
mengelola usaha yang ditunjuk oleh partner lainnya.
Sementara keuntungan atau kerugian yang timbul dibagi
menurut kesepakatan bersama.

AL
AL MUSYARAKAH
MUSYARAKAH
Jenis Musyarakah Akad (Syirkah Uqud) :
2. SYIRKAH MUFAWADHAH
Merupakan akad kerjasama antara dua orang atau lebih, masingmasing memberikan kontribusi dana dalam porsi yang sama dan
berpartisipasi dalam kerja dengan bobot yang sama pula. Masingmasing partner saling menanggung satu sama lain dalam hak dan
kewajiban.
Tidak diperkenankan salah seorang memasukkan modal yang lebih
besar dan memperoleh keuntungan yang lebih besar pula
dibandingkan dengan partner lainnya.
Keuntungan maupun kerugian yang diperoleh harus dibagi secara
sama.

AL
AL MUSYARAKAH
MUSYARAKAH
Jenis Musyarakah Akad (Syirkah Uqud) :
3. SYIRKAH AMAL/ABDAN
Merupakan kesepakatan kerjasama antara dua orang atau lebih
yang memiliki profesi dan keahlian tertentu, untuk menerima
serta melaksanakan suatu pekerjaan secara bersama dan
berbagi keuntungan dari hasil yang diperoleh.

AL
AL MUSYARAKAH
MUSYARAKAH
Jenis Musyarakah Akad (Syirkah Uqud) :
4. SYIRKAH WUJUH
Syirkah ini terbentuk antara dua orang atau lebih, tanpa setoran
modal. Modal yang digunakan hanyalah nama baik yang
dimiliki, terutama karena kepribadian dan kejujuran masingmasing dalam berniaga.
Dengan memiliki reputasi seperti itu, mereka dapat membeli
barang-barang tertentu dengan pembayaran tangguh dan
menjualnya kembali secara tunai.
Keuntungan yang diperoleh akan dibagi sesuai dengan
kesepakatan bersama.

AL
AL MUSYARAKAH
MUSYARAKAH
Jenis Musyarakah Akad (Syirkah Uqud) :

Dari keempat jenis MUSYARAKAH AKAD tersebut,


hanya SYIRKAH AL INAN yang diaplikasikan dalam
perbankan syariah sebagai salah satu produk
pembiayaan, karena karakteristiknya yang sesuai.

AL
AL MUSYARAKAH
MUSYARAKAH
Prinsip Musyarakah :
1. Proyek atau kegiatan usaha yang akan dikerjakan tidak
bertentangan dengan syariah.
2. Pihak-pihak yang turut dalam kerjasama memasukkan dana
musyarakah, dengan ketentuan :
Dapat berupa uang tunai atau assets yang likuid.
Dana yang terhimpun bukan lagi milik perorangan, tetapi
menjadi dana usaha.

AL
AL MUSYARAKAH
MUSYARAKAH
Prinsip Musyarakah :
3. Pengelola usaha dapat merupakan pemilik modal atau orang
yang ditunjuk oleh pemilik modal.
4. Pemilik modal dapat melakukan intervensi atas kebijakan usaha.
5. Bagi hasil (nisbah) didasarkan atas porsi kontribusi modal atau
sesuai dengan kesepakatan bersama.

AL
AL MUSYARAKAH
MUSYARAKAH
Skema Musyarakah :
Akad Musyarakah
50%

PARTNER-1

Laba

50%

60% Modal

40% Modal

Keahlian

Keahlian

Proyek/Usaha
60%

Rugi

40%

PARTNER-2

AL
AL MUSYARAKAH
MUSYARAKAH
Musyarakah Dalam Teknis Perbankan
Pengertian :
1. MUSYARAKAH merupakan akad kerjasama pembiayaan antara
bank syariah atau beberapa lembaga keuangan secara bersamasama dengan nasabah, untuk mengelola suatu kegiatan usaha;
masing-masing memasukkan penyertaan dana sesuai porsi yang
disepakati. Sedangkan untuk pengelolaan kegiatan usaha,
dipercayakan kepada nasabah.
2. Selaku pengelola, nasabah wajib menyampaikan laporan berkala
mengenai perkembangan usaha kepada bank atau bank-bank
sebagai pemilik dana. Disamping itu pemilik dana dapat melakukan
intervensi terhadap kebijakan usaha.

AL
AL MUSYARAKAH
MUSYARAKAH
Musyarakah Dalam Teknis Perbankan
Pengertian :
3. Keuntungan usaha yang diperoleh dibagi menurut perbandingan
(nisbah) yang disepakati dan pada akhir masa kerjasama, nasabah
harus mengembalikan modal usaha kepada pemilik dana.
4. Apabila terjadi kerugian atau kegagalan usaha, maka akan dipikul
bersama secara proporsional.

AL MUSYARAKAH
MUSYARAKAH
AL
Musyarakah Dalam Teknis Perbankan
Aplikasi :
Pembiayan Modal Kerja
Dapat dialokasikan untuk perusahaan yang bergerak dalam
bidang konstruksi, industri, perdagangan dan jasa.
Pembiayaan Investasi
Dapat dialokasikan untuk perusahaan yang bergerak dalam
bidang industri.
Pembiayaan Secara Sindikasi
Baik untuk kepentingan modal kerja maupun investasi.

AL MUSYARAKAH
MUSYARAKAH
AL
Skema Musyarakah : Contoh Aplikasi Perbankan
Akad Musyarakah

(1)
75%
(3a)

Bank
Syariah A

75% Modal
(2)

20% (Nisbah)
(3)
Pengembalian Mdl. Usaha
(4)

Rugi

(1)
25%
(3a)

Usaha
Ayam Potong

25% Modal
(2)
Keahlian

Laba

80% (Nisbah)
(3)

Escrow
Account

CV. Berkah
Abadi

75% X (80% Laba)


(3)

Syirkah Muthanaqisah
Secara harfiah berasal dari dua kata, yakni (i)
Musyarakah dan (ii) Mutanaqishah;Musharakah
biasa juga disebut dengan syirkah yang berarti
kerja sama. Ada berbagai macam syirkah , di
antaranya: syirkah inan, syirkah mufawadhah,
syirkah wujuh, syirkah amal (abdan);
Mutanaqishah berasal dari naqashayang berarti
berkurang;Musyarakah Mutanaqishaadalah akad
kepemilikan bersama (syirkahamlak) atas satu aset
kekayaan dimana salah satu pihak kepemilikannya
berkurang hingga habis (nol) untuk dimiliki secara
sempurna oleh pihak lainnya.

Musyarakah
mutanaqishah
(diminishing
partnership) adalah bentuk kerjasama antara dua
pihak atau lebih untuk kepemilikan suatu barang
atau
asset.
Dimana
kerjasama
ini
akan
mengurangi hak kepemilikan salah satu pihak
sementara pihak yang lain bertambah hak
kepemilikannya. Perpindahan kepemilikan ini
melalui mekanisme pembayaran atas hak
kepemilikan yang lain. Bentuk kerjasama ini
berakhir dengan pengalihan hak salah satu pihak
kepada pihak lain.

Implementasi dalam operasional perbankan syariah adalah


merupakan kerjasama antara bank syariah dengan nasabah
untuk pengadaan atau pembelian suatu barang (benda).
Dimana asset barang tersebut jadi milik bersama. Adapun
besaran kepemilikan dapat ditentukan sesuai dengan
sejumlah modal atau dana yang disertakan dalam kontrak
kerjasama tersebut. Selanjutnya nasabah akan membayar
(mengangsur) sejumlah modal/dana yang dimiliki oleh bank
syariah. Perpindahan kepemilikan dari porsi bank syariah
kepada nasabah seiring dengan bertambahnya jumlah
modal nasabah dari pertambahan angsuran yang dilakukan
nasabah. Hingga angsuran berakhir berarti kepemilikan
suatu barang atau benda tersebut sepenuhnya menjadi
milik nasabah. Penurunan porsi kepemilikan bank syariah
terhadap barang atau benda berkurang secara proporsional
sesuai dengan besarnya angsuran.

Selain sejumlah angsuran yang harus dilakukan


nasabah untuk mengambil alih kepemilikan,
nasabah harus membayar sejumlah sewa kepada
bank
syariah
hingga
berakhirnya
batas
kepemilikan bank syariah. Pembayaran sewa
dilakukan
bersamaan
dengan
pembayaran
angsuran. Pembayaran angsuran merupakan
bentuk pengambilalihan porsi kepemilikan bank
syariah. Sedangkan pembayaran sewa adalah
bentuk keuntungan (fee) bagi bank syariah atas
kepemilikannya
terhadap
aset
tersebut.
Pembayaran sewa merupakan bentuk kompensasi
kepemilikan dan kompensasi jasa bank syariah.

AL MUDHARABAH
MUDHARABAH
AL
Pengertian :
MUDHARABAH adalah akad kerjasama antara pemilik dana
(shahibul maal) yang menyediakan seluruh kebutuhan modal
dengan pihak pengelola usaha (mudharib) untuk melakukan suatu
kegiatan usaha bersama. Keuntungan yang diperoleh dibagi
menurut perbandingan (nisbah) yang disepakati.
Dalam hal terjadi kerugian, akan ditanggung oleh pemilik modal,
selama bukan diakibatkan karena kelalaian pengelola usaha.
Sedangkan kerugian yang timbul karena kelalaian pengelola akan
menjadi tanggung jawab pengelola usaha itu sendiri.
Pemilik modal tidak turut campur dalam pengelolaan usaha, tetapi
mempunyai hak untuk melakukan pengawasan.

AL MUDHARABAH
MUDHARABAH
AL
Landasan Syariah :
Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di
muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah
banyak-banyak supaya kamu beruntung.
QS. Al Jumuah (62) : 10
Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkatan : jual-beli secara
tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum
dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.
(HR. Ibnu Majah)

AL
AL MUDHARABAH
MUDHARABAH
Jenis Mudharabah :
MUDHARABAH MUTHLAQAH
Pemilik dana (shahibul maal) memberikan keleluasaan penuh
kepada pengelola (mudharib) dalam menentukan jenis usaha
maupun pola pengelolaan yang dianggapnya baik dan menguntungkan, sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan syariah.
MUDHARABAH MUQAYYADAH
Pemilik dana memberikan batasan-batasan tertentu kepada
pengelola usaha dengan menetapkan jenis usaha yang harus
dikelola, jangka waktu pengelolaan, lokasi usaha dsb.

AL MUDHARABAH
MUDHARABAH
AL
Skema Mudharabah :
Akad Mudharabah

(1)
100%
(3a)

Shahibul Maal

100% Modal
(2)

Rugi

(1)
0%
(3a)

Proyek/Usaha

Keahlian
(2)

Laba

Y% (Nisbah)
(3)

Modal
Usaha

Penyisihan seb.Laba
(3)

X% (Nisbah)
(3)
Pengembalian Mdl. Usaha
(4)

Mudharib

AL
AL MUDHARABAH
MUDHARABAH
Mudharabah Dalam Teknis Perbankan
PENGERTIAN (Dalam Konteks Pembiayaan) :
1. MUDHARABAH adalah akad kerjasama pembiayaan antara
bank syariah selaku pemilik dana (shahibul maal) yang
menyediakan semua kebutuhan modal dengan nasabah
(mudharib) sebagai pihak yang mempunyai keahlian atau
ketrampilan tertentu, untuk mengelola suatu kegiatan usaha
yang produktif dan sesuai syariah.
2. Bank tidak mencampuri manajemen usaha, tetapi mempunyai
hak untuk melakukan pengawasan.

AL
AL MUDHARABAH
MUDHARABAH
Mudharabah Dalam Teknis Perbankan
PENGERTIAN (Dalam Konteks Pembiayaan) :
3. Keuntungan usaha dibagi berdasarkan perbandingan (nisbah)
yang telah disepakati dan pada akhir periode kerjasama, nasabah
harus mengembalikan semua modal usaha kepada bank.
4. Dalam hal terjadi kerugian, akan menjadi tanggungan bank,
kecuali bila diakibatkan oleh kelalaian nasabah. Untuk
menghindari kemungkinan terjadinya kerugian, bank harus
memahami karakteristik resiko usaha tersebut dan bekerjasama
dengan nasabah untuk mengatasi berbagai masalah.

AL MUDHARABAH
MUDHARABAH
AL
Mudharabah Dalam Teknis Perbankan
APLIKASI (Dalam Konteks Pembiayaan) :
Pembiayaan MODAL KERJA
Modal kerja bagi perusahaan yang bergerak dalam bidang
industri, perdagangan dan jasa.
Pembiayaan INVESTASI
Untuk pengadaan barang-barang modal, aktiva tetap dsb.
Pembiayaan INVESTASI KHUSUS
Bank bertindak dan memposisikan diri sebagai arranger yang
mempertemukan kepentingan pemilik dana, seperti Yayasan
dan Lembaga Keuangan Non Bank, dengan pengusaha yang
memerlukan dana.

AL MUDHARABAH
MUDHARABAH
AL
Skema Mudharabah : Contoh Aplikasi Perbankan
Akad Mudharabah

(1)
100%
(3b)

Bank
Syariah X

100% Modal
(2)

Rugi

Rumah Makan
Padang

(1)
0%
(3b)

Keahlian
(2)

Burhan
(Nasabah)

Peng.Mdl.Ush.Rp.15 Juta/Bln.(3)
50% (Nisbah)
(3a)

Laba

50% (Nisbah)
(3a)

JUAL
JUAL -- BELI
BELI
(Sale
(Sale &
& Purchase)
Purchase)
Konsep jual-beli dalam perbankan syariah mengandung beberapa
kebaikan, antara lain pembiayaan yang diberikan selalu terkait
dengan sektor riil, karena yang menjadi dasar adalah barang yang
diperjual-belikan. Disamping itu harga yang telah disepakati
tidak akan mengalami perubahan sampai dengan berakhirnya
akad.
Konsep jual-beli yang diaplikasikan dalam produk pembiayaan
perbankan syariah, meliputi :
BAI AL MURABAHAH
BAI AS SALAM
BAI AL ISTISHNA
IJARAH WA IQTINA

BAI
BAI AL
AL MURABAHAH
MURABAHAH
Pengertian :
MURABAHAH adalah akad jual-beli atas suatu barang,
dengan harga yang disepakati antara penjual dan pembeli,
setelah sebelumnya penjual menyebutkan dengan sebenarnya
harga perolehan atas barang tersebut dan besarnya keuntungan
yang diperolehnya.

BAI
BAI AL
AL MURABAHAH
MURABAHAH
Landasan Syariah :
. Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan
riba. QS. Al Baqarah (2) : 275
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka
diantara kamu. QS. An Nisaa (4) : 29
Pedagang yang jujur dan terpercaya, maka dia bersama nabi,
orang-orang yang jujur dan para syuhada. (HR. Tarmidzi)

BAI
BAI AL
AL MURABAHAH
MURABAHAH
Rukun Murabahah :
Bai (penjual)
Musytari (pembeli)
Mabi (barang yang diperjual-belikan)
Tsaman (harga barang)
Ijab-qabul (pernyataan serah terima)

BAI
BAI AL
AL MURABAHAH
MURABAHAH
Syarat Murabahah :
Pihak yang berakad (Bai & Musytari) cakap hukum dan tidak
dalam keadaan terpaksa.
Barang yang diperjual-belikan (Mabi) tidak termasuk barang
haram dan jenis maupun jumlahnya jelas.
Harga barang (Tsaman) harus dinyatakan secara transparan
(harga pokok dan komponen keuntungan) dan cara
pembayarannya disebutkan dengan jelas.
Pernyatan serah-terima (Ijab-Qabul) harus jelas dengan
menyebutkan secara spesifik pihak-pihak yang berakad.

BAI
BAI AL
AL MURABAHAH
MURABAHAH
Skema Murabahah :
(1)

(2)

PENJUAL

Kirim Barang & Dokumen


(3)

Negosiasi

(1)

Akad Murabahah

Bayar Kewajiban
(4)

Barang

(2)

PEMBELI

Terima Barang & Dokumen


(3a)

BAI AL
AL MURABAHAH
MURABAHAH
BAI
Murabahah Dalam Teknis Perbankan
Pengertian :
1. MURABAHAH adalah akad jual-beli antara bank dan
nasabah atas suatu jenis barang tertentu dengan harga yang
disepakati bersama. Bank akan mengadakan barang yang
dibutuhkan dan menjualnya kepada nasabah dengan harga
setelah ditambah keuntungan yang disepakati.
2. Guna memastikan keseriusannya untuk membeli, bank dapat
mensyaratkan nasabah agar terlebih dahulu membayar uang
muka.

BAI AL
AL MURABAHAH
MURABAHAH
BAI
Murabahah Dalam Teknis Perbankan
Pengertian :
3. Nasabah membayar kepada bank atas harga barang tersebut
(setelah dikurangi uang muka) secara angsuran selama jangka
waktu yang disepakati, dengan memperhatikan kemampuan
mengangsur ataupun arus kas usahanya. Pembayaran secara
angsuran ini dikenal dengan istilah Bai Bitsaman Ajil (BBA).
4. Baik harga jual maupun besarnya angsuran yang telah disepakati
tidak berubah hingga akad pembiayaan berakhir.
5. Tidak ada denda atas keterlambatan pembayaran angsuran
(penalty overdue).

BAI AL
AL MURABAHAH
MURABAHAH
BAI
Murabahah Dalam Teknis Perbankan
Aplikasi :
Pembiayaan INVESTASI
Antara lain untuk pengadaan aktiva tetap, mesin-mesin dan
barang-barang modal lainnya.
Pembiayaan KONSUMER
Antara lain untuk pembelian rumah, mobil dan sebagainya.

BAI AL
AL MURABAHAH
MURABAHAH
BAI
Skema Murabahah : Contoh Aplikasi Perbankan
Negosiasi

(1)

(1)

Akad Murabahah

(2)

(2)

Bayar Uang Muka : Rp. 120 Juta


(3)

Bank
Syariah ABC

Beli ruko Rp. 400 Juta


(4)

Bayar Angsuran
(6)
Serahkan surat-surat ruko
(7)

RUKO

CV. Bina
Amanah

Jual ruko Rp.420 Juta


(5)

BAI
BAI AS
AS SALAM
SALAM
Pengertian :
SALAM adalah akad jual-beli atas suatu barang dengan jenis
dan dalam jumlah tertentu yang penyerahannya dilakukan
beberapa waktu kemudian, sedangkan pembayarannya segera
(dimuka).
SALAM PARALEL merupakan dua transaksi Salam yang
dilakukan secara simultan dan melibatkan tiga pihak yang
berkepentingan. Salah satu diantaranya bertindak sebagai
pembeli dan sekaligus penjual; yang membeli suatu barang
dari pihak kedua dan menjualnya kembali kepada pihak ketiga.

BAI
BAI AS
AS SALAM
SALAM
Landasan Syariah :
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah
tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya. QS. Al Baqarah (2) : 282
Ibnu Abbas r.a. mengungkapkan : Aku bersaksi bahwa salam
(salaf) yang dijamin untuk jangka waktu tertentu telah dihalalkan
Allah pada kitab-Nya dan diizinkan-Nya, seraya membaca ayat
tersebut diatas.
Ibnu Abbas r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda :
Barangsiapa yang melakukan salaf (salam), hendaknya ia
melakukan dengan takaran yang jelas dan timbangan yang
jelas pula, untuk jangka waktu yang diketahui.

BAI
BAI AS
AS SALAM
SALAM
Rukun Salam :
Pembeli (Muslam)
Penjual (Muslam Ilaih)
Barang yang diperjual-belikan (Muslam Fiih)
Harga barang (Rasul Maal)
Sighot (Ijab-Qabul)

BAI
BAI AS
AS SALAM
SALAM
Syarat Salam :
Pembeli dan penjual ( Muslam & Muslam Ilaih) cakap
hukum, tidak dalam keadaan terpaksa dan tidak ingkar janji.
Penjual (Muslam Ilaih) harus memiliki kapasitas dan
kemampuan untuk memproduksi barang yang diperjual-belikan.
Barang yang diperjual-belikan (Muslam Fiih) harus jelas
jenis, ukuran, mutu dan jumlahnya serta tidak dilarang
syariah. Sedangkan waktu penyerahannya disepakati bersama.
Harga barang (Rasul Maal) harus pasti dan dibayarkan
segera (dimuka).

BAI AS
AS SALAM
SALAM
BAI
Skema Salam :
(1)

(2)

PRODUSEN/
PENJUAL

Produksi Barang
(4)

Negosiasi
Akad Salam

Bayar Harga Barang


(3)

Barang

(1)

(2)

PEMBELI

Kirim Barang
(5)

BAI AS
AS SALAM
SALAM
BAI
Skema Salam Paralel :
(1)
(2)

PEMBELI-I
/PENJUAL-II
Akad
Salam (2a)
Negosiasi (1a)
Bayar Hrg Brg (3a)
Kirim Dokumen (5a)

Negosiasi
Akad Salam

Bayar Harga Barang


(3)

PRODUSEN/
PENJUAL-I

Produksi
Barang
(4)

(1)
(2)

PEMBELI-II

Barang

Kirim
Barang
(5)

BAI AS
AS SALAM
SALAM
BAI
Salam Paralel Dalam Teknis Perbankan
Pengertian :
1. SALAM PARALEL merupakan transaksi pembelian atas
barang tertentu yang dilakukan oleh bank dari pihak produsen
atau pihak ketiga lainnya dengan pembayaran dimuka, untuk
kemudian dijual kembali kepada nasabah dengan waktu
penyerahan yang disepakati.
2. Pembayaran oleh nasabah kepada bank dapat dilakukan dimuka
pada saat ditanda-tanganinya akad Salam atau secara tunai pada
saat penyerahan barang (Salam Wal Bai Al Mutlaqah) atau
dengan cara mengangsur (Salam Wal Murabahah).

BAI AS
AS SALAM
SALAM
BAI
Salam Paralel Dalam Teknis Perbankan
Pengertian :
3. Apabila pembayaran oleh nasabah dilakukan secara tunai atau
dengan cara mengangsur, biasanya bank mensyaratkan agar
nasabah terlebih dahulu membayar sejumlah uang muka yang
diperlukan.

BAI AS
AS SALAM
SALAM
BAI
Salam Paralel Dalam Teknis Perbankan
Aplikasi :
Pembiayaan MODAL KERJA
Misalnya untuk modal kerja usaha pertanian, peternakan
atau industri yang menghasilkan barang-barang konsumsi.
Pembiayaan INVESTASI
Misalnya untuk pengadaan barang-barang modal, seperti
mesin-mesin dan sebagainya.

BAI AS
AS SALAM
SALAM
BAI
Skema Salam : Contoh Aplikasi Perbankan
(1)
(2)

Bank
Syariah XYZ
Akad
Salam (2a)
Negosiasi (1a)
Bank Garansi (3)
Bayar Rp. 1,5 M (5)
Kirim Faktur (7a)

Negosiasi
Akad Salam
Bayar Uang Muka Rp. 300 Juta
(4)
Bayar Angsuran
(8)

KUD Lestari

Produksi
Jagung
(6)

(1)
(2)

PT. Anugerah
Sentosa

Jagung

Kirim
Jagung
(7)

BAI
BAI AL
AL ISTISHNA
ISTISHNA
Pengertian :
ISTISHNA merupakan akad jual-beli antara pemesan/pembeli
dengan pihak produsen/penjual atas suatu barang tertentu yang
harus dipesan terlebih dahulu, dengan spesifikasi dan harga yang
disepakati. Sementara pembayarannya dapat dilakukan dimuka,
ditengah atau pada saat penyerahan barang.
ISTISHNA PARALEL merupakan gabungan dari dua transaksi
Istishna yang dilakukan secara simultan. Pihak penjual pada
transaksi Istishna yang pertama bukanlah produsen yang
sesungguhnya dan karenanya membuat akad serupa dengan pihak
lain (produsen) untuk memenuhi pesanan pembeli.

BAI
BAI AL
AL ISTISHNA
ISTISHNA
Landasan Syariah :
Mengingat sifat transaksinya yang sama, maka secara umum
landasan syariah yang berlaku pada Bai As Salam juga
berlaku pada Bai Al Istishna

Rukun Istishna:
Produsen / Penjual (Shaani)
Pemesan / Pembeli (Mustashni)
Barang / Jasa yang dipesan (Mashnu)
Harga Barang / Jasa (Tsaman)
Sighot (Ijab-Qabul)

BAI
BAI AL
AL ISTISHNA
ISTISHNA
Syarat Istishna:
Produsen dan pemesan (Shaani & Mustashni) cakap hukum,
tidak dalam keadaan terpaksa dan tidak ingkar janji.
Produsen (Shaani) memiliki kapasitas dan kesanggupan untuk
membuat/mengadakan barang yang dipesan.
Barang yang dipesan (Mashnu) harus jelas spesifikasinya dan
tidak termasuk yang dilarang syariah. Sedangkan waktu
penyerahannya sesuai kesepakatan.
Harga barang (Tsaman) harus dinyatakan secara jelas dan
pembayarannya dilakukan sesuai dengan kesepakatan.

BAI AL
AL ISTISHNA
ISTISHNA
BAI
Skema Istishna :
Pesan Barang
(1)

PRODUSEN
(Shaani)

Produksi Barang
(3)

Akad Istishna
(2)
Bayar Harga Barang
(5)

Barang
(Mashnu)

PEMBELI
(Mustashni)

Kirim Barang
(4)

BAI AL
AL ISTISHNA
ISTISHNA
BAI
Skema Istishna Paralel :
Pesan Barang
(1)
Akad Istishna
(2)
Bayar Harga Barang
(5)

PEMESAN-II/
PENJUAL

PEMESAN-I

Pesan
Barang (1a)
Akad
Istishna (2a)
Krm.Dok. (4a)
Bayar Harga Barang
(6)

PRODUSEN

Produksi
Barang
(3)

Barang

Kirim
Barang
(4)

BAI AL
AL ISTISHNA
ISTISHNA
BAI
Istishna Paralel Dalam Teknis Perbankan
Pengertian :
1. ISTISHNA PARALEL merupakan akad jual-beli barang antara
bank dan nasabah dengan spesifikasi sesuai yang dikehendaki
nasabah dan dengan harga serta cara pembayaran yang disepakati
bersama. Kemudian bank akan meminta produsen/kontraktor
untuk membuatkan barang yang dipesan oleh nasabah tersebut.
2. Oleh karena menggunakan dua akad jual-beli, maka cara
pembayaran bank kepada produsen/kontraktor dapat berbeda
dengan cara pembayaran nasabah kepada bank, sesuai dengan
kesepakatan.

BAI AL
AL ISTISHNA
ISTISHNA
BAI
Istishna Paralel Dalam Teknis Perbankan
Pengertian :
3. Apabila pembayaran oleh nasabah tidak dilakukan dimuka,
maka biasanya bank mensyaratkan agar nasabah menyediakan
sejumlah uang muka yang diperlukan.

BAI AL
AL ISTISHNA
ISTISHNA
BAI
Istishna Paralel Dalam Teknis Perbankan
Aplikasi :
Pembiayaan MODAL KERJA
Misalnya untuk modal kerja industri barang-barang
konsumsi, termasuk garmen, sepatu dan sebagainya.
Pembiayaan INVESTASI
Misalnya untuk pengadaan barang-barang modal, seperti
mesin-mesin dan sebagainya.
Pembiayaan KONSTRUKSI (Construction Financing)

BAI AL
AL ISTISHNA
ISTISHNA
BAI
Skema Istishna : Contoh Aplikasi Perbankan
Serah-Terima Pry. (5)

PT. AMANAH
SEJATI
(Kontraktor)

Kerjakan
Proyek (4)

PROYEK
RUKO
(5)

Negosiasi (1a)
Akad Istn (2a)
Bank Garansi (3a)
Kembalikan B.Garansi (6)
Bayar Rp. 4,5 milyar (7)

Serah-Terima
Proyek (5a)

ABDULLAH
(Nasabah)

(5a)
Negosiasi (1)

BANK
SYARIAH
AFIAT

Akad Istn (2)


Bayar U.Muka (3)
Bayar Angsuran (8)

IJARAH
IJARAH &
& IJARAH
IJARAH WA
WA IQTINA
IQTINA
Pengertian :
IJARAH adalah akad pengalihan hak penggunaan atas suatu
barang untuk jangka waktu tertentu dengan kompensasi
pembayaran uang sewa, tanpa diikuti oleh perubahan
kepemilikan atas barang tersebut.
IJARAH WA IQTINA (IJARAH MUNTAHIA BITTAMLIK)
adalah akad sewa-menyewa atas suatu barang untuk jangka
waktu tertentu yang diakhiri dengan pengalihan kepemilikannya
kepada penyewa.

Dalil Ijarah
Q.S. Az Zuhruf: 32
Apakah mereka yang membagi-bagikan rahmat Tuhanmu? Kami telah
menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan
dunia, dan kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian
lain beberapa derajat agar sebagian mereka dapat mempergunakan
sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang
mereka kumpulkan.
Q.S. Al Baqarah: 233
dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, tidak dosa
bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.
Bertaqwalah kepada Allah; dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat
apa yang kamu kerjakan.
Q.S. Al Qashash: 26, 27
Salah seorang dari kedua wanita itu berkata; Hai ayahku! Ambilah ia
sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang
yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) adalah
orang yang kuat lagi terpercaya.

Dalil Ijarah
Al Hadist:
kami telah menyewakan tanah dengan bayaran hasil
pertaniannya, maka Rasulullah melarang kami melakukan
hal
tersebut
dan
memerintahkan
agar
kami
menyewakannya dengan emas atau perak. (HR. Abu Daud)
Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering.
Perdamaian dapat dilakukan diantara kaum muslimin kecuali
perdamaian yang menghalalkan yang haram dan
mengharamkan yang halal; dan kaum muslimin terkait
dengan
syarat-syrat
mereka
kecuali
syarat
yang
mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram.
Kaidah Fiqih
Pada dasarnya bentuk muamalah adalah boleh kecuali ada
dalil yang mengharamkan.
Menghindari
Mafsadah
harus
didahulukan
atas
mendatangkan manfaat.

IJARAH
IJARAH &
& IJARAH
IJARAH WA
WA IQTINA
IQTINA
Rukun Ijarah :
Penyewa (Mustajir)
Pemilik barang (Muajjir)
Barang yang disewakan (Majur)
Harga sewa (Ajran)
Shigot (Ijab-Qabul)

IJARAH
IJARAH &
& IJARAH
IJARAH WA
WA IQTINA
IQTINA
Syarat Ijarah :
Pemilik barang (Muajjir) dan penyewa (mustajir) cakap
hukum, tidak dalam keadaan terpaksa dan tidak ingkar janji.
Barang yang disewakan (Majur) memiliki manfaat yang
dibenarkan oleh syariah.
Harga sewa (Ajran) harus dinyatakan secara jelas dan
pembayarannya dilakukan sesuai dengan kesepakatan.

IJARAH
IJARAH &
& IJARAH
IJARAH WA
WA IQTINA
IQTINA
Skema Ijarah :
Penyerahan
Hak Penggunaan (3)

Pemilik Barang
(Muajjir)

Objek Sewa
(Majur)

Akad Ijarah (1)


Pembayaran Sewa (2)

Pemanfaatan
Hak Penggunaan (4)

Penyewa
(Mustajir)

IJARAH
IJARAH &
& IJARAH
IJARAH WA
WA IQTINA
IQTINA
Skema Ijarah Wa Iqtina :
Penyerahan Kepemilikan (5)
Penyerahan
Hak Penggunaan (3)

Objek Sewa
(Majur)

Penyerahan Kepemilikan (5)


Pemanfaatan
Hak Penggunaan (3a)

Akad Ijarah Wa Iqtina (1)

Pemilik Barang
(Muajjir)

Pembayaran Sewa (2)


Pembayaran Atas Pembelian (4)

Penyewa
(Mustajir)

IJARAH
IJARAH &
& IJARAH
IJARAH WA
WA IQTINA
IQTINA
Ijarah Wa Iqtina Dalam Teknis Perbankan
Pengertian :
IJARAH WA IQTINA (IJARAH MUNTAHIA BITTAMLIK)
adalah akad sewa-menyewa atas barang tertentu antara bank sebagai
pemilik barang (Muajjir) dengan nasabah selaku penyewa
(Mustajir) untuk suatu jangka waktu dan dengan harga yang
disepakati. Pada akhir masa sewa, bank memberikan opsi kepada
nasabah untuk membeli barang tersebut dengan harga yang
disepakati pula.

IJARAH
IJARAH &
& IJARAH
IJARAH WA
WA IQTINA
IQTINA
Ijarah Wa Iqtina Dalam Teknis Perbankan
Aplikasi :
Pembiayaan INVESTASI
Misalnya untuk pembiayaan barang-barang modal, seperti
mesin-mesin dan sebagainya.
Pembiayaan KONSUMER
Misalnya untuk pembelian mobil, rumah dan sebagainya.

IJARAH &
& IJARAH
IJARAH WA
WA IQTINA
IQTINA
IJARAH
Skema Ijarah Wa Iqtina : Contoh Aplikasi

Penyerahan (3)

Penjual
(Dealer)

Objek Sewa
(Kijang)

Surat2
Kendaraan
(3b)

Kendaraan (3a)

PT. Alam Permai


(Nasabah)
Akad Ijarah
W.I. (1)

Beli 5 Unit
Kijang (2)

Bank Syariah
Barokah

Bayar Sewa (4)


Bayar Hrg.Beli (5)
Peny.Srt.Kendaraan (6)

PEMBIAYAN LAIN
LAIN
PEMBIAYAN
(Other Financing)
Financing)
(Other
Berbeda dengan kelompok pembiayaan dengan pola bagi hasil
maupun jual-beli, dalam pembiayaan lain tidak ada unsur
barang sebagai objek pembiayaan dan karenanya lebih
merupakan transaksi pinjam-meminjam.
Kalaupun ada unsur barang yang terkait dalam transaksi, maka
bukanlah merupakan objek transaksi, melainkan berfungsi
sebagai jaminan.
Ada dua produk perbankan syariah yang termasuk dalam kategori
ini, masing-masing adalah :
AL HAWALAH
AR RAHN

AL
AL HAWALAH
HAWALAH
Pengertian :
HAWALAH adalah akad pengalihan hutang-piutang dari
suatu pihak kepada pihak lain.

Landasan Syariah :
Menunda pembayaran bagi orang yang mampu adalah suatu
perbuatan dzalim, dan jika salah seorang dari kamu diikutkan
(di-hawalah-kan) kepada orang yang mampu/kaya, maka
terimalah hawalah itu. (HR. Abu Hurairah)

AL
AL HAWALAH
HAWALAH
Rukun Hawalah :
Pihak yang berhutang (Muhil)
Pihak yang berpiutang (Muhal)
Pihak yang menerima pengalihan hutang-piutang
(Muhal Alaih)
Sighot (Ijab-Qabul)

AL
AL HAWALAH
HAWALAH
Syarat Hawalah :
Hutang-piutang yang akan dialihkan jelas jumlahnya.
Adanya bukti hutang-piutang antara Muhil dan Muhal.
Pengalihan hutang-piutang disepakati oleh pihak-pihak
yang terlibat (Muhil, Muhal dan Muhal Alaih).

AL HAWALAH
HAWALAH
AL
Hawalah Dalam Teknis Perbankan
Pengertian :
HAWALAH adalah akad pengalihan piutang nasabah (muhal)
kepada bank (muhal alaih). Nasabah meminta bantuan bank agar
membayarkan terlebih dahulu piutangnya atas transaksi yang halal
dengan pihak yang berhutang (muhil). Selanjutnya bank akan
menagih kepada pihak yang berhutang tersebut.
Atas bantuannya membayarkan terlebih dahulu piutang nasabah,
bank dapat membebankan fee jasa penagihan yang penetapannya
dilakukan dengan memperhatikan besar-kecilnya resiko tidak
tertagihnya piutang.

AL HAWALAH
HAWALAH
AL
Hawalah Dalam Teknis Perbankan
Aplikasi :
Pembiayaan MODAL KERJA
Melalui transaksi Anjak Piutang
(Factoring).

AL HAWALAH
HAWALAH
AL
Skema Hawalah : Contoh Aplikasi Perbankan
Penunjukan Supplier (1)

PT. Carefour Ind.


(Pembeli / Muhil)

Tagih /
Invoice (5)
Bayar (6)

Supply Barang (2)

Bank Syariah
Amanah
(Muhal Alaih)

PT. Nyiur Melambai


(Supplier / Muhal)

Akad
Hawalah (3)

Bayar (4)

AR
AR RAHN
RAHN
Pengertian :
AR RAHN adalah akad gadai, dimana suatu pihak menyerahkan
barang tertentu miliknya kepada pihak lain, dalam rangka
memperoleh pinjaman uang yang diperlukannya.

Landasan Syariah :
QS. Al Baqarah: 283
Dari Anas r.a. berkata : Rasulullah menggadaikan baju besinya
kepada seorang Yahudi di Madinah dan mengambil darinya
gandum untuk keluarga beliau. (HR. Bukhari)
Ijma Ulama, akan tetapi ada perselihan tentang
disyariatkannya rahn yang tidak dalam perjalanan

AR
AR RAHN
RAHN
Rukun Rahn :
Pihak yang menggadaikan (Rahin)
Pihak yang menerima gadai (Murtahin)
Barang yang digadaikan (Marhun)
Hutang / pinjaman (Marhun Bih)
Sighot (Ijab-Qabul)

AR
AR RAHN
RAHN
Syarat Rahn :
Pihak yang menggadaikan (Rahin) dan pihak yang menerima
gadai (Murtahin) cakap hukum serta sama-sama ikhlas.
Pihak yang menggadaikan (Rahin) mempunyai kemampuan
untuk mengembalikan pinjaman.
Barang yang digadaikan (Marhun) benar-benar milik Rahin
dan bebas dari ikatan atau syarat apapun.
Jumlah hutang (Marhun Bih) disebutkan dengan jelas.

AR
AR RAHN
RAHN
Rahn Dalam Teknis Perbankan
RAHN merupakan produk penunjang sebagai alternatif
pegadaian, terutama untuk membantu nasabah dalam
memenuhi kebutuhan insidentilnya yang mendesak.
Bank tidak menarik manfaat apapun, kecuali biaya
pemeliharaan dan keamanan atas barang yang digadaikan.
Akad Rahn dapat pula diaplikasikan untuk memenuhi
permintaan bank akan jaminan tambahan atas suatu pemberian
fasilitas pembiayaan kepada nasabah.

Hukum-Hukum Barang Gadaian S


elama Dalam Status Digadaika
n 1. Biaya barang gadaian/rahin ditanggung oleh
pegadai/rahin
Pembiayaan barang gadaian ditanggung oleh
pegadai/rahin, mulai makannya, pakaiannya, tempat
tinggal atau penyimpanannya, penjaganya,
pengawetannya, hingga apa saja yang memerlukan
pembiayaan. Ini adalah pendapat Malik dan asySyafii. Alasannya, pembiayaan tersebut adalah
bagian dari nafkah terhadapnya, dan barang tersebut
tetap berstatus sebagai miliknya. Dalam hal ini ada
sebuah riwayat yang mursal (lemah),


Barang gadaian tidak boleh ditutup, miliknyalah
keuntungannya dan atasnyalah kerugiannya. (HR. adDaraquthni, Ibnu Hibban, dan al-Baihaqi. Lihat Irwaul
Ghalil no. 1410)

Namun, banyak ulama yang sependapat dengan


kandungan riwayat tersebut karena selaras
dengan alasan bahwa barang itu masih menjadi
miliknya, sebagaimana apabila berkembang tetap
miliknya, ketika berkurang dan membutuhkan
biaya pun menjadi tanggungannya. (al-Mughni
6/517, ManarusSabil 2/89, al-Mulakhash al-Fiqhi
2/55)

Apabila murtahin mengeluarkan


biaya, bolehkah ia meminta
ganti
kepada
rahin?
Apabila penggadai mengeluarkan biaya, ada dua
kemungkinan:
a. Dengan niat sedekah, maka tidak ada hak meminta
ganti tentunya.
b. Dengan niat meminta kembali, ini pun ada beberapa
macam :
Dalam keadaan mungkin untuk meminta izin lantas ia
tidak memintanya, maka ia tidak boleh meminta ganti
rugi karena ini adalah kesalahannya.
Dalam keadaan mungkin untuk meminta izin dan ia
memintanya, maka boleh meminta ganti rugi karena dia
di sini ibarat wakil pemilik barang.
Dalam keadaan tidak mungkin meminta izin karena
halangan tertentu yang diterima secara syari, maka ia
boleh meminta ganti rugi karena diamengeluarkan biaya
demi menjaga haknya. Bahkan, ia telah berbuat baik
kepadapegadai/rahin.(ManarusSabil, 2/89)

Murtahin
memanfaatkan
Untuk menerangkan masalah ini, barang gadaian
dibagi menjadi dua keadaan :
barang
gadaian/rahn
Pertama, yang tidak membutuhkan biaya, seperti

rumah dan perhiasan. Barang jenis ini tidak boleh


dimanfaatkan tanpa seizin pegadai/rahin. Bahkan,
dengan izin pun tidak boleh dimanfaatkan apabila itu
adalah barang gadaian dari sebuah utang, karena
memanfaatkannya berarti telah mengambil sebuah
manfaat dari utangnya. Sementara itu, kaidah
menyebutkan, Setiap utang yang membawa kepada
pengambilan manfaat, maka itu adalah riba.
Kedua, yang membutuhkan biaya, maka sama
dengan sebelumnya. Lain halnya apabila dalam
bentuk hewan yang menghasilkan susu dan hewan
yang dapat ditunggangi. Para ulama berbeda
pendapat dalam hal ini.

Sebagian ulama membolehkan pengambilan manfaat


dari susu dan punggungnya walaupun tanpa seizing
pegadai/rahin, selama dia mengeluarkan biaya makan
hewan tersebut, maka ia dapat memanfaatkan
seukuran biayanya. Dalam hadits dari Abu Hurairah
radhiyallahu anhu, Nabi Shalallahu alaihi wasallam
bersabda,


Barang gadaian dapat ditunggangi dengan member
biayanya apabila dalam keadaan tergadai, dan susu
juga dapat diminum dengan nafkahnya apabila dalam
keadaan tergadai, dan kewajiban yang menaiki dan
meminumnya untuk memberi nafkah. (Shahih, HR. alBukhari).
Ini adalah pendapat Ahmad dan Ishaq bin Rahuyah.

Pendapat lain, tidak boleh memanfaatkan barang


gadaian tersebut sama sekali. Ini adalah pendapat
Abu Hanifah, Malik, dan asy-Syafii
rahimahumullah.
Pendapat pertama lebih kuat, sesuai dengan teks
hadits. Masalah lain, barang gadaian selain yang
dapat diambil susunya atau ditunggangi.

Rahin memanfaatkan
barang gadaian/rahn

Ibnu Qudamah rahimahullah mengatakan, Tidak


boleh bagi pegadai memanfaatkan barang
gadaiannya dan tidak boleh bertransaksi
atasnya, baik menyewakan, meminjamkan, atau
selain keduanya tanpa keridhaan murtahin. Ini
adalah pendapat ats-Tsauri. Adapun menjaga dan
memperbaikinya, ini adalah keharusan bagi
rahin.(al-Mughni, 6/516517)

Akan tetapi, apabila pegadai/ rahin diberi izin oleh


murtahin untuk memanfaatkannya, hal ini
diperbolehkan. Ini adalah pendapat asy-Syafii dan
Ibnu Hazm. Dasarnya adalah keumuman hadits
Nabi Shalallahu alaihi wasallam,


Barang gadaian ditunggangi dengan nafkahnya
apabila digadaikan, dan susu hewan yang
mengeluarkan susu dapat diminum dengan
nafkahnya apabila digadaikan, dan kewajiban yang
menunggangi dan meminum adalah member
nafkah. (Shahih, HR. al- Bukhari dan yang lain)

Asy-Syafii rahimahullah mengatakan bahwa


barang siapa menggadaikan hewan yang dapat
diperah dan ditunggangi, ia tidak dihalangi untuk
memerah susunya dan menungganginya. Namun,
tentu pemanfaatan tersebut selama tidak
bermudarat terhadap barang gadaian. (Abhats
Haiah Kibar Ulama, Bab ar-Rahn)

Hasil dari rahn


Globalnya, seluruh perkembangan dan hasil dari rahn
menjadi barang gadaian di tangan pemegang barang
gadaian tersebut, seperti pokoknya. Apabila dibutuhkan
untuk dijual maka dijual bersama pokoknya, baik hasil yang
berkembang itu tersambung dengan pokoknya -seperti
kegemukan atau kepintaran-maupun yang terpisah- seperti
penghasilan keterampilan, upah, anak, buah, susu, wol, dan
bulu. Pendapat semacam ini yang diambil oleh an-Nakhai
dan asy-Syabi. Alasannya, hukum gadai telah tetap pada
barang tersebut dengan akad dari pemilik sehingga
termasuk di dalamnya perkembangan dan manfaat yang
dihasilkannya, sebagaimana kepemilikan dalam hal
pembelian dan perkembangan itu adalah perkembangan
dari barang gadaian tersebut. (al-Mughni, 6/513)
Masih ada pendapat lain selain pendapat di atas, namun
inilah yang rajih.

Apabila rahn rusak atau


mati

adaian sebagai jaminan atas seluruh utangnya. Namun,


kerusakan selama dalam pegangan penggadai/murtahin,
siapakah yang menanggungnya? Ada dua kemungkinan.
a. Kerusakan tersebut karena kesengajaan penggadai atau
kelalaiannya, maka dia yang menanggungnya. Ibnu
Qudamah rahimahullah berkata, Apabila murtahin
melakukan perusakan pada barang gadaian atau
menyepelekan penjagaan barang gadaian yang berada
dalam pemeliharaannya, dia harus menanggung ganti rugi.
Kami tidak mengetahui adanya perbedaan pendapat
dalam hal wajibnya ditanggung penggadai. Sebab, ini
adalah amanat yang ada di tangannya. Ia juga wajib
menggantinya apabila rusak karena kesengajaan atau
kelalaiannya, layaknya sebuah barang titipan (wadiah).
b. Apabila rusak tanpa kesengajaan atau kelalaiannya, ia
tidak wajib mengganti. Kerusakan ini jika terjadi pada harta
pegadai/rahin. Pendapat ini diriwayatkan dari Ali bin Abi
Thalib, dan dipegangi oleh Atha, az-Zuhri, al-Auzai, asySyafii, Abu Tsaur, dan Ibnul Mundzir. (al-Mughni, 6/522)

Perbedaan utama antara gadai


syariah dengan gadai
konvensional
Perbedaan utama antara gadai syariah dengan
gadai yang haram adalah dalam hal pengenaan
bunga. Pegadaian syariah bebas dari bunga, yang
ada adalah biaya penitipan barang.

Misalnya seseorang menggadaikan mobilnya dan


mendapatkan uang pinjaman sebesar 50 juta.
Uang pinjaman ini adalah hutang yang harus
dibayarkan pokok dan bunganya. Dan selama
pokok pinjaman itu belum dikembalikan,
bunganya tetap terus berkembang. Boleh jadi ke
depannya jumlah hutangnya sudah membengkak
menjadi 100 juta. Beda gadai ini dengan
pinjaman uang biasa adalah pada masalah
jaminan, di mana dengan digadaikannya mobil
itu, pihak yang memberi pinjaman akan lebih
mudah mengeluarkan uang pinjaman. Sebab
harga mobil itu sudah pasti lebih mahal dari
jumlah pinjaman yang diberikan.

Perbandingan
Gadai dengan Rahn (Gadai Syariah)
INDIKATOR
Konsep
Dasar

RAHN (GADAY SYARIAH)

GADAI KONVENSIONAL

Tolong Menolong (Jasa


Pemeliharaan Barang Jaminan)

Profit Oriented (Bunga dari


Pinjaman Pokok / Biaya Sewa
Modal)

Barang Bergerak & Tidak


Bergerak

Hanya Barang Bergerak

Biaya Pemeliharaan

Bunga (dari pokok pinjaman)

Lembaga

Bisa Dilakukan Perseorangan

Hanya bisa dilakukan oleh


lembaga (perum Pegadaian)

Perlakuan

Di jual (kelebihan dikembalikan


Di lelang
kepada yang memiliki barang)

Jenis
Barang Jaminan
Beban

Pemanfaatan Barang Yang


Digadaikan
Barang yang digadaikan pada dasarnya untuk
jaminan pinjaman bukan untuk dikomersilkan
Tidak diperbolehkan bagi murtahin untuk
mengambil manfaat dari benda yang digadaikan
walaupun atas ijin rahin karena hal itu termasuk
Qardun Jara Nafan dan setiap Qardun Jara Nafan
adalah riba.
Akan tetapi kalau barang yang digadaikan perlu
pemeliharaan seperti binatang ternak maka boleh
dimanfaatkan dengan diperah susunya atau
dijadikan binatang tunggangan

PINJAMAN KEBAJIKAN
KEBAJIKAN
PINJAMAN
(Non Compensation
Compensation Financing)
Financing)
(Non
Disamping landasan prinsip kesetaraan dan kemitraan, ciri lain
perbankan syariah yang cukup menonjol adalah melekatnya
prinsip saling membantu, baik dalam berinteraksi dengan
nasabah maupun lingkungan sekitar. Hal itu antara lain
tercermin dari salah satu produknya, yaitu :
AL QARD (Pinjaman Kebajikan)

AL QARDH
QARDH
AL
Pengertian :
AL QARDH merupakan pinjaman yang diberikan oleh
satu pihak kepada pihak lain yang harus dikembalikan
pada waktu yang diperjanjikan, namun tanpa disertai
imbalan apapun.
Pinjaman yang diberikan tersebut adalah dalam rangka
saling membantu dan bukan merupakan transaksi
komersial.

AL QARDH
QARDH
AL
Rukun Qardh :
Peminjam (Muqtaridh)
Pemilik dana / pemberi pinjaman (Muqridh)
Dana yang dipinjamkan (Qardh)
Sighot (Ijab-Qabul)

AL QARDH
QARDH
AL
Syarat Qardh :
Pinjam-meminjam dilandasi oleh itikad baik dan
kerelaan kedua belah pihak yang berakad.
Dana yang dipinjamkan halal dan bermanfaat.

AL QARDH
QARDH
AL
Landasan Syariah :
Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman
yang baik, maka Allah akan melipat-gandakan (balasan)
pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala
yang banyak. QS. Al Hadiid (57) : 11
Barangsiapa yang telah melepaskan saudaranya yang
muslim satu dari kesusahan dunia, maka Allah akan
membantunya di dunia dan akhirat. Sesungguhnya Allah
senantiasa membantu seorang hamba selama hamba tersebut
membantu saudaranya. (HR. Muslim)

AL QARDH
QARDH
AL
Landasan Syariah :
Bukan seorang muslim (mereka) yang meminjamkan
muslim (lainnya) dua kali kecuali yang satunya adalah
(senilai) shadaqoh (HR. Ibnu Majah).
Aku melihat pada waktu malam di-isra-kan, pada pintu
surga tertulis : Shadaqoh dibalas 10 kali lipat dan Qardh
18 kali. Aku bertanya : Wahai Jibril mengapa Qardh lebih
utama dari shadaqoh ?. Ia menjawab : Karena pemintaminta sesuatu dan ia punya, sedangkan yang meminjam
tidak akan meminjam kecuali karena keperluan.
(HR. Ibnu Majah).

AL QARDH
QARDH
AL
Aplikasi Dalam Perbankan :
1.

Merupakan produk pelengkap bagi nasabah dengan track


record yang baik, yang membutuhkan dana talangan segera
untuk masa yang sangat pendek.

2.

Merupakan produk untuk membantu usaha yang sangat kecil


atau sektor sosial. Produk untuk sektor ini dikenal dengan
istilah Al Qardh Al Hasan.

3.

Pengembalian pinjaman dilakukan pada waktu yang


diperjanjikan, dengan cara mengangsur atau secara sekaligus.

AL QARDH
QARDH
AL
Aplikasi Dalam Perbankan :
4.

Mengingat sifatnya yang bukan merupakan transaksi


komersial dan tanpa kompensasi, maka Qardh menggunakan
sumber dana yang berasal :
Untuk membantu kebutuhan dana talangan yang
bersifat jangka pendek, digunakan modal bank.
Untuk membantu usaha sangat kecil dan keperluan
sosial, digunakan dana yang bersumber dari zakat,
infaq dan shadaqoh.

AL QARDH
QARDH
AL
Skema Qardh : Contoh Aplikasi Perbankan
Akad QARDH

(1)

NASABAH
(Muqtaridh)

(1)

BANK SYARIAH
(Muqridh)

Pinjaman Dana (Qardh)


(2)
Pengelolaan
(3)

USAHA

Modal Usaha
(2)

(4)
100% Keuntungan
(5a)

Modal + Keuntungan

Pengembalian Modal
(5)

TEORI BAGI HASIL


DAN PROFIT
MARGIN

Manajemen Dana
EARNING ASSET

Tabel

Mudharib

Wadiah yad
dhamanah
Mudharabah
Mutlaqah
(Investasi Tdk
Lainnya
Terikat) (modal

dsb)

POOLING
DANA

Penghimpunan dana

Bag
i
Penyaluran danaPendapatan
has
il
Bagi
Prinsip bagi hasil
hasil/laba

Prinsip Ujroh
Prinsip jual
beli
Tabel

Sewa
Margin

Laporan Laba Rugi


Pendapatan Mdh
Mutlaqah
(Investasi Tidak Terikat)
Pendapatan berbasis
imbalan (fee base
income)

Agen : Mdh Muqayyadah / investasi te

Jasa keuangan: wakalah, kafalah, shar

SISTEM DAN PERHITUNGAN BAGI


HASIL
Dari sudut pandang Nasabah sebagai
Investor
Mudharabah Muqayyadah off Balance Sheet
(Chanelling)
Mudharabah Muqayyadah on Balance Sheet
(Executing)
Mudharabah Mutlaqah

Dari sudut Pandangan Bank


Perhitungan Saldo Akhir Bulan
Perhitungan Saldo Rata-rata Harian

SKEMA-SKEMA MUDHARABAH
Skema Mudharabah Muqayyadah Off Balance Sheet (Channelling)
Satu Nasabah
Investor

Satu Pelaksana
Usaha
Bank Syariah

Skema Mudharabah Muqayyadah On Balance Sheet (executing) berdasar


sektor
Pertanian
Satu Nasabah
Bank Syariah
Investor
Manufaktur
Jasa
Skema Mudharabah Muqayyadah On Balance Sheet (executing) berdasar
akad yg digunakan
Penjualan Cicilan
Satu Nasabah
Bank Syariah
Investor
Penyewaan Cicilan
Kerjasama Usaha

SKEMA-SKEMA MUDHARABAH
Skema Mudharabah Mutlaqah On Balance Sheet
Penjualan 1

Nasabah 1

Jual

Penjualan 2

Nasabah 2

Nasabah 3

Penjualan n

.
.

Bank
Syariah

Penyewaan 1

Sewa

Penyewaan 2
.

Nasabah n

Penyewaan n

Kerjasama
Usaha

Kerjasama 1
Kerjasama 2
.
Kerjasama n

KASUS MENGHITUNG BUNGA


KASUS:
Pada tanggal 1 Mei 2002, Bapak Johanes membuka deposito
sebesar Rp. 10.000.000, jangka waktu satu bulan, dengan tingkat
bunga 9% p.a. Berapa bunga yang diperoleh pada saat jatuh
tempo?
JAWAB
Bunga yang diperoleh bapak Johanes adalah:
Rp. 10.000.000 x 31 hari x 9% / 365 hari = Rp. 76.438

KASUS BAGI HASIL DEPOSITO


KASUS:
Bapak Ahmad membuka deposito sebesar Rp. 10.000.000, jangka
waktu satu bulan (tanggal 1 Mei s/d 1 Juni 2003), nisbah bagi hasil
antara nasabah dan bank 57% : 43%. Jika keuntungan bank yang
diperoleh untuk deposito satu bulan per 31 Mei 2003 adalah Rp.
20.000.000 dan total deposito jangka waktu satu bulan adanya Rp.
950.000.000, berapa keuntungan yang diperoleh bapak Ahmad?
JAWAB
Bagi hasil yang diperoleh bapak Ahmad adalah:
(Rp. 10 juta/Rp. 950 juta) x Rp. 20 juta x 57% = Rp. 120.000

KASUS
MENGHITUNG
BAGI HASIL DAN
PROFIT MARGIN

TABEL DISTRIBUSI PENDAPATAN (BAGI HASIL)


Jenis
Produk

(0)

Rata-rata
Sebulan
Saldo
Harian

Bobot*
)

Saldo Ratarata
Tertimbang*

Distribusi

*)

Distri-busi

Penyimpan Dana

Bank

Porsi

Pendapatan

Porsi

Pendapatan

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(A)

(B)

(A)x(B) = (C)

(D)

(E)

(F)=(D)x(E)

(G)

(H)=(D)x(G)

Rekening
Giro

10000000

0,700

7000000

D1

0,250

F1

0,750

H1

Rek.
Tabungan

60000000

1,000

60000000

D2

0,550

F2

0,450

H2

Deposito
Mudharab
ah
1 bulan

10000000

0,800

8000000

D3

0,570

F3

0,430

H3

3 bulan

20000000

0,850

17000000

D4

0,600

F4

0,400

H4

6 bulan

5000000

0,900

4500000

D5

0,580

F5

0,420

H5

12 bulan

10000000

1,000

10000000

D6

0,570

F6

0,430

H6

Grand
Total

115000000

(B)

106500000

(D)
20000000

Keterangan : D1=C1/Grand Total C x Grand Total D, dst


*) Bobot = 1 (GWM + Excess Reserve + Floating)

(F)

(H)

MENGHITUNG SALDO RATA-RATA HARIAN

Saldo rata-rata harian untuk jenis produk funding


di bank syariah ditentukan sebagai berikut:
1. Menentukan tanggal berapa keuntungan yang
diperoleh dari penempatan dana akan dibagi-hasilkan.
Misalnya setiap buLan ditentukan pada tanggal 25
bulan ybs, maka pendapatan yang akan dibagihasilkan
kepada penyimpan dana adalah pendapatan yang
diperoleh sejak tanggal 26 bulan sebelumnya sampai
dengan tanggal 25 pada bulan di mana pendapatan
tersebut dibagi hasilkan
2. Jumlah hari yang dihitung dalam satu bulan adalah
sesuai dengan hitungan kalender. Oleh karena itu,
saldo rata-rata harian per bulan dihitung sejak tanggal
26 sampai dengan tanggal 25 bulan berikutnya.

MENGHITUNG SALDO RATA-RATA HARIAN

Contoh kasus :

Tuan Amir adalah nasabah Bank Syariah at-Taqwa,


berupa tabungan Mudharabah. Catatan kartu
tabungannya menunjukkan transaksi sebagai berikut:

Tanggal

Debet

26/6/02
02/7/02

575.000
125.000

10/7/02
15/7/02
21/7/02

Kredit

Saldo
575.000
450.000

250.000
100.000

700.000
600.000

400.000

1.000.000

MENGHITUNG SALDO RATA-RATA HARIAN

Hitungan saldo rata-rata harian per bulan


pada tanggal 25 Juli 2002, sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.

Tgl.
Tgl.
Tgl.
Tgl.
Tgl.

26/6/02
02/7/02
10/7/02
15/7/02
21/7/02

s/d
s/d
s/d
s/d
s/d

Jumlah

tgl.
tgl.
tgl.
tgl.
tgl.

1/7/02
9/7/02
14/7/02
20/7/02
25/7/02

= 30 hari

=
=
=
=
=

6
8
5
6
5

hari
hari
hari
hari
hari

x
x
x
x
x

575.000
450.000
700.000
600.000
1.000.000

=
=
=
=
=

3450000
3600000
3500000
3600000
5000000

= 19150000

Saldo rata-rata harian = 19.150.000/30 = 638.333


Cara perhitungan di atas, juga digunakan untuk menghitung jenis simpanan yang lain.
Jika terjadi penutupan rekening, maka saldo rata-rata yang dihitung adalah sejak
tanggal 26 sampai tanggal penutupan rekening tersebut, kemudian dihitung berapa bagi
hasilnya

PERHITUNGAN BAGI HASIL POLA


BARU
Penetapan
Pendapatan
yang akan
dibagihasikan:
Jenis dan
Jumlah

Perhitungan
Hasil Investasi
untuk setiap
rupiah 1000
dana nasabah

Distribusi ke
tiap nasabah

Kelebihan cara ini:


Penyertaan dana shohibul maal dalam investasi dikoreksi dengan GWM
Bobot dihilangkan/diseragamkan = 1
Cara perhitungan relatif lebih mudah
Mempermudah perencanaan
Penggunaan ekuivalent rate hasil investasi per-Rp. 1000 dana nasabah

CONTOH: Perhitungan Bagi Hasil


Pola Baru
Apabila bank syariah mampu mengumpulkan dana pihak ketiga
(DPK) sebanyak Rp. 90.000.000. DPK yang dapat disalurkan
pada pembiayaan sebanyak Rp. 85.500.000 (karena ada Giro
Wajib Minumum sebesar 5%). Pembiayaan yang harus
disalurkan ke masyarakat sebanyak Rp. 100.000.000. Dari
pembiayaan Rp. 100.000.000 diperoleh pendapatan dari
penyaluran pembiayaan sebesar Rp. 6.000.000. Nisbah bagi hasil
65% (nasabah): 35% (bank). Saldo rata-rata harian dana nasabah
(Pak Amir) sebesar Rp. 1.000.000. (1) Berapa pendapatan bagi
setiap Rp. 1000 dana nasabah? (2) Berapa pendapatan bagi hasil
pak Amir?

CONTOH: Perhitungan Bagi Hasil


Pola Baru
Dana Pihak Ketiga (DPK Mudharabah)

90,000,000.00

DPK yang disalurkan untuk Pembiayaan

85,500,000.00

100,000,000.00

(= DPK x (1 - GWM) --> GWM = 5%)


Pembiayaan Yang Disalurkan
Dana Bank

14,500,000.00

Pendapatan dari Penyaluran Pembiayaan

6,000,000.00

Pendapatan bagi setiap Rp. 1000 DPK

57.00

E= B/C * D * 1/A * 1000

CONTOH: Perhitungan Bagi Hasil


Pola Baru
E

57.00

Saldo rata-rata Harian Nasabah

1,000,000.00

Nisbah Bagi Hasil

65

Porsi Bagi Hasil untuk Nasabah bulan ini

37,050.00

Pendapatan Investasi untuk setiap Rp. 1000


DPK Mudharabah

H= E/1000 * F * G/100
Dari hasil perhitungan di atas, ditemukan pendapatan nasabah untuk bulan ini dengan
dananya sebesar Rp. 1.000.000, bagi hasilnya sebesar Rp. 37,050.00

PENENTUAN NISBAH BAGI HASIL


Nisbah bagi hasil dihitung berdasarkan profit sharing dari usaha
pengadaan kacang kedelai yang dibiayai dengan fasilitas
Mudharabah Muqayyadah sebesar Rp. 125.000.000, dengan
data sebagai berikut:
Harga Jual Kacang Kedelai

= Rp. 2.150/kg

Harga jual kepada nasabah

= setara 16% p.a

Volume Penjualan Kedelai per bulan

= 65.000 kg

Nilai Penjualan (65.000 x Rp. 2.150)

= Rp. 139.750.000

Harga Pokok Pembelian

= Rp. 125.000.000

Laba penjualan kedelai

= Rp. 14.750.000

Berapa Nisbah bagi hasilnya?

PENENTUAN NISBAH PEMBIAYAAN


Perhitungan Nisbah:
Volume Penjualan

= 65.000 kg

Profit Margin (Rp. 14.750.000/139.750.000)x 100%

= 10,55%

Lama Piutang (data neraca 31-07-2003)

= 65 hari

Lama persediaan (data neraca 31-08-2003)

= 2 hari

Lama hutang dagang (pembayaran ke suplier & carry)

=0

Cash to cash periode = 360/(DI+DR-DP)

= 5,4

DI= Days Inventories; DR= Days Receivable; DP= Days Payable

Profit margin per tahun = 5,4 x 10,55

= 57%

Nisbah Bank Syariah: (16%)/(57%)x100%

= 28%

Nisbah untuk Nasabah: 100% - 28%

= 72%

CONTOH:
Perhitungan Bagi Hasil Pembiayaan

Seorang nasabah mengajukan pembiayaan untuk


modal kerja dagang sebesar Rp. 100.000.000
selama 1 tahun, dengan perbandingan bagi hasil
antara nasabah dan bank 60 : 40 %. Bagaimana
cara perhitungannya?

Kasus Perhitungan Bagi Hasil Mudharabah


Penyelesaian Pertama :
Bulan

Laba Usaha

Bagian Bank
40 %

Bagian Nasabah
60 %

Cicilan Pokok

Total Setoran

1.

6.000.000

2.400.000

3.600.000

2.400.000

2.

7.000.000

2.800.000

4.200.000

2.800.000

3.

4.000.000

1.600.000

2.400.000

1.600.000

4.

4.500.000

1.800.000

2.700.000

1.800.000

5.

5.000.000

2.000.000

3.000.000

2.000.000

6.

5.500.000

2.200.000

3.300.000

2.200.000

7.

6.000.000

2.400.000

3.600.000

2.400.000

8.

5.400.000

2.160.000

3.240.000

2.160.000

9.

9.000.000

3.600.000

5.400.000

3.600.000

10.

5.700.000

2.280.000

3,420.000

2.280.000

11.

4.700.000

1.880.000

2.820.000

1.880.000

12.

3.500.000

1.400.000

2.100.000

100.000.000

1.400.000

Total

66.300.000

26.520.000

39.780.000

100.000.000

126.520.000

% dari Hasil
Usaha

0,40

0,60

% dari Modal

26,52

39.78

TEORI PRICING

PENENTUAN RETURN
PEMBIAYAAN

Mark-up Pricing Biaya produksi


Target-Return Pricing ROI (Return on Investment)
Perceived-Value Pricing persepsi nasabah
Value Pricing ono rego ono rupo
Going Rate Pricing tingkat bunga yang berlaku

Penentuan Harga dalam


Pembiayaan Syariah
Penentuan harga dalam pembiayaan di bank
syariah dapat menggunakan salah satu di
antara lima model tersebut di atas
Namun yang lazim digunakan oleh bank
syariah saat ini adalah dengan menggunakan
metode going rate pricing, yaitu menggunakan
tingkat suku bunga pasar sebagai rujukan
(benchmark). Mengapa diterapkan? Karena
bank syariah berkompetisi dengan bank
konvensional. Di samping itu bank syariah
juga berkeinginan untuk mendapatkan
customer yang bersifat floating customer.

Penerapan Mark-up Pricing


dalam Pembiayaan Syariah
Mark-up pricing hanya tepat jika digunakan untuk
pembiayaan yang sumber dananya dari Restricted
Investment Account (RIA) atau Mudharabah
Muqayyadah.

Penerapan Target-Return Pricing


dalam Pembiayaan Syariah
Bank syariah beroperasi dengan tidak menggunakan bunga, di
dalamnya juga diklasifikasikan akad yang menghasilkan keuntungan
secara pasti, disebut natural certainty contract, dan akad yang
menghasilkan keuntungan yang tidak pasti, disebut natural
uncertainty contract.
Jika pembiayaan dilakukan dengan akad natural certainty contract,
maka metode yang digunakan adalah required profit rate (rpr)
rpr = n. v (n = tingkat keuntungan dalam transaksi tunai; v =
jumlah transaksi dalam satu periode
Jika pembiayaan dilakukan dengan akad natural uncertainty
contract, maka metode yang digunakan adalah expected profit rate
(epr)
epr diperoleh berdasarkan: (1) tingkat keuntungan rata-rata pada
industri sejenis; (2) pertumbuhan ekonomi; (3) dihitung dari nilai
rpr yang berlaku di bank yang bersangkutan;
Perhitungannya:
Nisbah bank = epr/actual return bisnis yang dibiayai * 100%
Aktual return bank = nsibah bank + aktual return bisnis

Menentukan Profit Margin


1. Harga Jual Bank = Harga Beli + (Harga beli * % * Waktu) Gharar
= 150000000 + (150jt* 10%* 2 th)

= 120
2. Harga Jual Bank = Harga Beli Bank + Cost Recovery + Keuntungan
Cost Recovery = (Pemby MRB/Estimasi Tot Pemby)
x Estimasi Biaya Ops 1 Tahun
Mark Up/Profit Margin

= Persentase x Pembiayaan

Cost Recovery + keuntungan


Margin dalam % = ----------------------------------------- x 100%
Harga Barang di Toko

Menentukan Profit Margin


Data pembiayaan
Estimasi Tot Pembiayaan
Required Profit Rate
Estimasi biaya operasi 1 th
Masa pembiayaan
Harga Pokok Mobil
Uang Muka
Kekurangan Bank
Cost Recovery
Mark up
Harga jual

= 5 milyar
= 10% (Pricing)
= 200000000
= 2 tahun
= 150000000
= 30000000
= 120000000
= 120 jt/5 mil x 200 jt = 4.800.000
= 10% x 120 jt = 12.000.000
= 120 juta + (1 x 4.800.000) + 12 jt
= 136.800.000
Jika menggunakan waktu 2 tahun, maka:
Harga jual
= 120 juta + (2 x 4.800.000) + 12 jt
= 141.600.000

Menentukan Profit Margin


Cost Recovery + keuntungan
Margin dalam % = -------------------------------- x 100%
Harga Beli Barang di Dealer
4.800.000 + 12.000.000
Margin dalam % = ---------------------------------- x 100%
150.000.000
= 11,2%
Margin per bulan= 11,2%/12
= 0,933

Demikian .

TERIMA KASIH
Atas perhatian dan kebersamaannya .

Anda mungkin juga menyukai