Anda di halaman 1dari 18

Belajar Bersama, Bergerak Bersama, Beramal Bersama

Sesi 1 , Selasa 18 Juni 2019


Pretest Tantangan Perzakatan di Indonesia

1. Jelaskan Fungsi Zakat?


2. Sebutkan 3 masalah besar OPZ dan jelaskan ciri OPZ yang
sehat?
3. Sebutkan Bisnis Proses Lembaga zakat/ system zakat ?
4. Siapa saja yang berhak menerima Zakat?
5. Jika dana terbatas maka Sebutkan 3 hal penting yang
dapat membuat efektivitas pendayagunaan zakat?
6. Apa yang dimaksud RT tidak produktif dan RT produktif,
jelaskan program apa yang tepat untuk mereka ?
7. Sebutkan 3 cara untuk kemandirian organisasi (Yayasan
yang dibantu rutin oleh MAI)
8. Kenapa masyarakat harus zakat melalui Lembaga?
TANTANGAN PERZAKATAN
DI INDONESIA
Disampaikan pada Diskusi Team Program MAI – Selasa 18 Juni 2019
Abdul Ghofur, SE, MM
FUNGSI ZAKAT

Ibadah Mahdlah : Dimensi Sosial


Rukun Islam Ekonomi

Bentuk ketaatan
pada aturan Allah Instrumen Pengentasan
Kemiskinan dan
Pertumbuhan Ekonomi
Berkeadilan
Zakat dan Pengentasan Kemiskinan

• Dalam perspektif Islam, Zakat dianggap sebagai salah satu


instrumen utama untuk pengentasan kemiskinan (Qardhawi
2006, dll).
• Tetapi untuk melihat pengaruh zakat terhadap pengentasan
kemiskinan secara nasional di Indonesia, masih cukup sulit,
karena :
– belum tersedianya data dan informasi zakat secara nasional.
– pengelolaan zakat saat ini masih cenderung dilakukan sendiri-
sendiri oleh berbagai pihak terkait.
– Masih minimnya dana zakat yang dikumpulkan dan disalurkan
untuk pengentasan kemiskinan
– Masih rendahnya efektivitas tasharuf (pendayagunaan) dana
zakat oleh OPZ
TANTANGAN ZAKAT :
• Zakat memiliki posisi yang sangat strategis dalam
penanganan kemiskinan di Indonesia.
• Fakta hari ini, potensi dan prospek perzakatan nasional
belum tergarap maksimal.
• Realisasi penghimpunan zakat nasional masih jauh dari
potensi.
• Potensi:
– Menurut UIN Syarif Hidayatullah : Rp 19 trilyun/ tahun
– Menurut IPB – BAZNAS : Rp 217 trilyun/ tahun
• Realisasi:
– Tahun 2018 jumlah penghimpunan zakat melalui
lembaga secara nasional baru mencapai 8 T
• Diperlukan langkah-langkah strategis untuk
mendekatkan realisasi dan potensi yang ada.
Masih rendahnya penghimpunan zakat di
Indonesia disebabkan antara lain:

• Rendahnya kesadaran wajib zakat


• Belum optimalnya sosialisasi dan edukasi atas
kewajiban zakat
• Rendahnya kepercayaan terhadap Lembaga Amil
Zakat/ Organisasi Pengelola Zakat (OPZ)
• Basis zakat yang tergali masih terkonsentrasi pada
zakat fitrah dan zakat profesi → perluasan objek
zakat dan subjek zakat (fiqh kontemporer)
• Masih rendahnya insentif bagi wajib zakat untuk
membayar zakat.
Ada tiga masalah besar yang dihadapi OPZ :
• Problem Kelembagaan
– Masih mencari bentuk dan struktur kelembagaan
– Masih bersifat kepanitiaan, tidak memikirkan
keberlanjutan lembaga.
• Masalah SDM
– Masih sebagai pekerjaan sampingan atau paruh waktu →
belum sebagai profesi atau pilihan karier
– Tanpa standarisasi seleksi dan rekrutmen, tanpa
standarisasi kualifikasi dan kompetensi, tanpa sistem
pengembangan, tidak ada sistem remunerasi.
• Masalah Sistem
– Tanpa manajemen dan tanpa perencanaan (lebih
didominasi intuisi dan persepsi masing-masing).
– Tidak memiliki panduan kebijakan dan SOP, tidak ada
monitoring dan evaluasi.
• OPZ yang sehat adalah OPZ yang dapat menjalankan
fungsi-fungsinya dengan baik, yakni:
– menjaga dan memelihara kepercayaan publik,
– menjalankan aktivitas penghimpunan dana ZIS,
– melakukan manajemen keuangan secara tranparan dan
akuntabel,
– melaksanakan pendayagunaan atau pendistribusian dana
ZIS secara efektif dan efisien,
– serta mengedepankan pengelolaan lembaga dengan
manajemen profesional.
• Dengan menjalankan fungsi-fungsi tersebut diharapkan
OPZ dapat memberikan pelayanan yang baik kepada
publik serta memberikan manfaat baik secara sosial
maupun ekonomi secara keseluruhan.
SISTEM ZAKAT

Muzaki Harta/Aset Organisasi Harta/Aset: Mustahik


- Maal Pengelola -Konsumtif
- Fitrah Zakat -Produktif

-Nishab Delapan
-Haul Asnaf
-Dll
Support
Management
• SDM
Fund Rising • IT Distribution
Management • Keuangan Management
• Aset
• Quality
Tantangan Pengelolaan Zakat
• Tantangan pada bidang penghimpunan:
– amil dituntut menerapkan sistem penghimpunan
zakat yang semakin efisien, transparan, dan inovatif
dalam memberikan pelayanan pada muzaki
– Di Indonesia, sistem pembayaran zakat masih
bersifat sukarela, belum wajib. Sehingga faktor
legitimasi dan kepercayaan publik, serta kapabilitas
Organisasi Pengelola Zakat, menjadi sangat relevan.
• Tantangan pada bidang pendayagunaan zakat: amil
harus terus meningkatkan kualitas penyaluran dana
zakat, melalui program dan pelayanan yang lebih
terfokus dan berdampak luas atau besar.
Tantangan Pengelolaan Zakat
• Isu-isu fiqh dalam bidang zakat, seperti
pendefinisian kembali harta kena zakat,
nishab, mapun tarif zakat menjadi makin
penting untuk dibahas ditengah semakin
kompleksnya sistem perekonomian dan
keuangan dunia, dimana bentuk-bentuk harta
dan ukuran relatifnya serta harga-harga telah
mengalami perubahan drastis dari masa disaat
aturan fiqh klasik mengenai zakat ditetapkan.
PENDAYAGUNAAN ZAKAT
Asnaf Zakat (Mustahik)

1. Fuqara (Fakir) 5. Riqob (Memerdekakan


2. Masakin (Miskin) budak)
3. ‘Amilin ‘Alaiha (Amil) 6. Ghorimin (Orang-orang
yang berhutang)
4. Muallaf
7. Fii Sabilillah
8. Ibn Sabil

13
Meningkatkan Efektivitas Pendayagunaan Zakat
 Dengan keterbatasan dana zakat, diperlukan strategi
pendistribusian yang tepat agar zakat menjadi efektif.
 Tiga isu penting pada efektivitas pendayagunaan zakat:
 Pertama, prioritas dalam distribusi zakat. Al Qur’an
menyebutkan fakir dan miskin sebagai kelompok pertama dan
kedua dalam daftar penerima zakat. Mengatasi masalah
kemiskinan merupakan tujuan utama zakat. Hal ini menjadi
sangat penting ketika dana zakat adalah terbatas.
 Kedua, bentuk – pola – model pendistribusian zakat yang
sesuai.
 Ketiga, menyesuaikan dengan kondisi lokal dan
perkembangan terkini. OPZ perlu untuk memikirkan bentuk
pendayagunaan zakat yang sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan masyarakat lokal serta perkembangan
pemikiran tentang pemberdayaan ekonomi masyarakat.
ketidakberdayaan fisik atau mental,
baik karena cacat, jompo atau uzur,
sakit jiwa atau lemah mental
sehingga tidak mampu berusaha
Pelayanan Kebutuhan Dasar
produktif. pendidikan, kesehatan, air bersih
Keluarga/ RT dan sanitasi, pangan & gizi
Tidak Produktif The poorest –
Kerak Kemiskinan Pola Santunan – Cash Tansfer
Berupa Uang Tunai
Dalam bentuk
Fakir Inkind : Beras,
Tidak mampu meraih Sembako dll
Miskin aset usaha produktif,
tetapi secara fisik dan
mental mampu Fasilitas untuk peningkatan
berusaha dan bekerja kapasitas dan pengembangan
usaha mikro
Economically active
poor – Masyarakat Permodalan, Kualitas
Keluarga/ Miskin yang aktif Produk, Pemasaran,
RT Produktif secara ekonomi Pendampingan Manajemen
Usaha
Charity & Social “memberi
Safety Net ikan”
Tahap penyadaran, mengajari
Community Penguatan kapasitas memancing
Development (perilaku, pengetahuan, skill),
Membangun sistem nilai membantu
Pengembangan memiliki
Usaha Mikro pancing &
perahu
EKONOMI SOSIAL ORGANISASI MENTAL/KEPRIBADIAN

Pengembangan Usaha Penguatan Ikatan Sosial Kepemimpinan Norma


Pengembangan Pasar Manajemen Organisasi Keagamaan
Peningkatan Kualitas Produk Etos Kerja dan Kemandirian

Kemandirian Organisasi Kemandirian Intelektual


Kemandirian Usaha Memiliki rasa
ukhuwah yang • Struktur Kesadaran atas misi & tugas
• Kepemilikan Aset hidup seorang muslim
tinggi • Fungsi
• Stabilitas Produksi Perubahan pemahaman dan
• Stabilitas Pasar • Partisipasi Anggota perubahan perilaku
• Stabilitas Pendapatan Kesadaran atas potensi diri &
lingkungan
Keutamaan Berzakat Melalui
Lembaga (Amil)

Keuntungan
Zakat
Melalui
Lembaga

Lebih sesuai
Menjaga
dengan Menjamin Sasaran yang
perasaan
pelaksanaan kepastian dan tepat sesuai Syi'ar Islam
rendah diri
di zaman disiplin muzakki prioritas
mustahik
Rasulullah Saw.

17
Strategi Pengembangan Zakat

Optimalisasi Pencitraan Pembangunan Penyempurnaan


Sosialisasi Lembaga Zakat SDM Zakat Regulasi

Sinergi antar Standarisasi


Membangun Lembaga Zakat Mekanisme
Database LAZ

SISTEM ZAKAT NASIONAL

Anda mungkin juga menyukai