Anda di halaman 1dari 14

PEMBIAYAAN PADA PERBANKAN SYARIAH

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Manajemen Keuangan Perbankan Syariah Dosen Pembimbing: ARIF FAUZAN

Disusun Oleh: IDEA SUKMA BAKTI (109046100212)

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2012

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Perkembangan perbankan syariah semakin menunjukkan eksistensinya di masyarakat bisnis Indonesia pada saat ini dan masa mendatang. Dalam melaksanakan fungsinya sebagai lembaga intermediari atau lembaga yang menjembatani antara orang yang tidak memiliki dana dengan orang yang memiliki dana, bank wajib melaksanakan tugasnya yaitu menyalurkan dan menghimpun dana Dalam hal menyalurkan dana, biasa disebut dengan pembiayaan, karena secara langsung penyaluran dana ke masyarakat atau nasabah dapat juga berarti pembiayaan yang bersifat dapat membangun kesejahteraan baik bank maupun nasabah. Hal ini terjadi karena mau tidak mau apabila bank ingin mendapatkan keuntungan dari kegiatannya yaitu menghimpun dana, kegiatan pembiayaan pun harus juga dilakukan sebagai input utama pemasukan yang besrifat keuntungan dari mengelola dana tersebut. baik dalam bank konvensional berupa bunga, dan bagi hasil bagi bank syariah. Karena bank yang secara teknis mahir mengelola dana pembiayaan, bank tersebut juga akan meningkat dari sisi profitabilitas. Oleh karena itu dapat kita katakan bahwa bank yang sehat bukan hanya bank yang dapat menghimpun dana sebesar-besarnya daari masyarakat, namun bank yang sehat adalah bank yang dapat menyalurkan dananya dalam bentuk pembiayaan kepada masyarakat yang secara berangsur-angsur akan meningkatkan kegiatan prekonomian dan kesejahteraan baik secara mikro maupun makro

B. RUMUSAN MASALAH Dalam makalah ini, saya sebagai pemakalah akan menyajikan beberapa rumusan masalah yang menjadi fokus pembahasan, diantaranya adalah: 1. Apa Pengertian Pembiayaan 2. Apa saja Target dan Tujuan pembiayaan 3. Apa saja Fungsi pembiayaan 4. Macam-macam Jenis pembiayaan 5. Analisa Perhitungan Pembiayaan
2

BAB II TINJAUAN TEORI 1. Pengertian Pembiayaan Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang di persamalam dengan berupa:
1

a. Transakasi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah b. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang mudharabah, salam dan istishna d. Transaksi pinjaman meminjam dalam bentuk piutang qardh e. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa Secara garis besar pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan sedemikian rupa untuk diri sendiri maupun orang lain, oleh karena itu pembiayaan dalam ruang lingkup perbankan syariah yaitu dana yang diinvestasikna kepada nasabah dengan berbagai jenis yang bertujuan mendapatkan imbalan dalam bentuk bagi hasil maupun keuntungan lainnya yang diperbolehkan berdasarkan prinsip syariah. 2. Target dan Tujuan Pembiayaan Dalam pelaksanaannya, dana pihak ketiga (DPK) yang telah dikumpulkan oleh bank wajib disalurkan untuk pembiayaan, terkait dengan fungsi bank yaitu sebagai lembaga intermediary. Dalam melakukan penyaluran dana untuk kegiatan pembiayaan, bank harus mempersiapkan strategi penggunaaan dana-dana yang dihimpunnya sesuai dengan rencana alokasi berdasarkan kebijakan yang telah ditetapkan oleh bank itu sendiri. Alokasi dana mempunyai beberapa tujuan sebagai berikut: a. Mencapai tingkat keuntungan (profitabilitas) yang tinggi dengan resiko yang minimal b. Menjaga agar posisi likuiditas tetap aman dengan cara mempertahankan kepercayaan masyarakat Alokasi penyaluran dana perbakan syariah juga dibagi dalam dua bagian pada aktiva bank, yaitu:
1

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah

1. Aktiva yang menghasilkan (Earning Asset) Aktiva yang menghasilkan adalah assey bank yang digunakan untuk

mengahsilkan pendapatan. Asset ini disalurkan untuk investai dalam bentuk: a. Pembiayaan Mudharabah (Bagi Hasil) b. Pembiayaan Muayarakah (penyertaan) c. Pembiayaan Al-Bai (Jual Beli) d. Pembiayaan Ijarah Muntahiah bi Tamlik (Sewa) 2. Aktiva yang tidak mengahasilkan (Non Earning Asset) Asset bank yang tergolong tidak memberikan penghasilan terdiri dari: a. Aktiva dalam bentuk tunai (Cash Asset) Aktiva dalam bentuk tunai terdiri dari uang tunai dalam vault, cadangan likuiditas yang harus dipelihara pada bank sentral, giro pada bank yang masih dalam proses penagihan. Bank tidak memperoleh penghasilan, nakun b. Pinjaman (Qardh) Pinjaman ini merupakan salah satu kegiatan perbankan syariah yang mewujudkan tanggung jawab sosialnya seuai dengan ajaran islam. Kegiatan ini tidak boleh memperoleh penghasilan karena bank dilarang meminta imbalah dari para penerima Qardh. c. Penanaman Dana Dalam Aktiva Tetap dan Inventaris Penanaman dana dalam bentuk ini tidak menghasilkan pendapatan dari bank, tetapi merupakan kebutuhan bank untuk memfasilitasi pelaksanaan fungsi kegiatannya, seperti bangunan gedungm kendaraan dan peralatan lainnya dalam rangka penyediaan layanan kepada nasabah Oleh karena itu target dan tujuan pembiayaan syariah adalah kepada nasabah yang membutuhkan bantuan dana untuk memperoleh barang atau jasa dan investasi lainnya dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan sesuai dengan perjanjian. 3. Fungsi Pembiayaan Dari pembiayaan yang dikeluarkan atau disalurkan, bank diharapkan dapat mendapatkan hasil, hal ini merupakan fungsi dari pembiayaan. Tingkat penghasilan dari pembiayaan (Yield Of Funding) merupakan tingkat penghasilan yang tertinggi bagi bank. Pada umumnnya bank memberikan pembiayaan berjangka pendek dan menengah, meskipun beberapa jenis pembiayaan dapat diberikan dengan jangka waktu yang lebih panjang. Tingkat penghasilan dari setiap jenis pembiayaan
4

bervariasi tergantung pasa prinsip pembiayaan yang digunakan dan sektor usaha yang dibiayai 4. Jenis Pembiayaan Berdasarkan tujuan penggunaannya, Adiwarman Karim menjelaskan secara rinci tentang jenis-jenis pembiayaan yang terbagi menjadi 4 prinsip, diantaranya:2 a. Prinsip Jual Beli (Al-Bai) Transaksi jual beli dilaksanakan dengan adanya perpindahan kepemilikan barang atau benda. Berdasarkan bentuk pembayarannya dan waktu penyerahan barangnya, prinsip jual beli terdiri dari: 1. Pembiayaan Mudharabah Mudharabah adalah transaksi jual beli dimana bank menyebutkan jumlah keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga dari pemasok ditambah dengan keuntungan (Margin). Kedua belah pihak harus menyepakati harga jual dan jangak waktu pembayaran dalam sebuah akad atau perjanjian Murabahah juga dilakukan secara cicialan (bi tsaman qil), yaitu barang diterima setekah akad lalu pembayaran dilakukan dengan cara cicilan (berangsur-angsur) 2. Pembiayaan salam Salam adalah transaksi jual beli dan barang yang diperjualbelikan belum ada, oleh karena itu barang diserahkan seara tangguhan dan pembayaran dilakukan secara tunai. Bank bertindak sebagai pembeli dan nasabah sebagai penjual. dalam praktik perbankan ketika barang telah diserahkan kepada bank, maka bank akan menjualnya kepada nasabah secara tunai atau cicilan. Harga jual dari bank adalah harga beli dari nasabah ditambah dengan keuntungan. Ketentuan pembiayaan salam adalah pembelian produksi haru sdiketahui spesifikasinuya secara jelas apabila hasil prosduksai yang diterima tidak sesuai dengan akad maka nasabah harus bertanggung jawab dengan cara mengembalikan dana yang telah diterimanya atau mengganti barang yang sesuai dengan pesanan. 3. Pembiayaan istishna

Karim, Adiwarman, Bank Islam: Analisa Fiqh dan Keuangan. Hal 236

Pembiayaan istishna merupakan pembiayaan salaman. Namun dalam istishna pembiayaannya dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali pembayaran. Istishna sangat cocok diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi Persyaratan pembiayaan istishna adalah spesifikasi barang pesanan harus jelas, jenis, macam,dan ukurannya. Harga barang tidak bpleh dirubah selama berlangsungnya akad, jika terjadi perubahan, seluruh pembiayaan akan ditanggung oleh nasabah.

b. Prinsip Sewa (Ijarah) Transaksi ijarah merupakan transaksi yang diandasi dengan perpindahan manfaat tanpa memindahkan kepemilikan dari barang yang di sewakan, biasanya objek transaksi yang dilakukan pada transaksi ijarah adalah jasa Pada akhir masa sewa, bank dapat menjual barang yang disewakannya kepada nasabah, oleh karena itu dalam perbankan syariah dikenal dengan IMBT (ijarah muntahhiyah bittamlik) atau biasa disebtu dengan sewa yang diikuti dengan berpindahnya kepemiliakan. Ketentuan harga sewa disepakati pada awal perjanjian.

c. Prinsip Bagi Hasil (Syirkah) Syirkah adalah prosuk pembiayaan yang diasari atas prinsip bagi hasil, ada beberapa varian produk pembiayaan bagi hasil, diantaranya: 1. Pembiayaan Musyarakah (penyertaan) Transaksi musyawarah dilanadasi adanya keinginan para pihak yang bekerja sama untuk meningkatkan asset yang mereka miliki secara bersama-sama. Bentuk kerjasama ini melibatkan kedua belah pihak untuk menyatukan sumber daya yang berwujud maupun yang tidak berwujud. Persyaratan transaksi mudharabah adalah: Seluruh Modal disatukan dan dikelola bersama-sama untuk dalam melaksanakan sebuah proyek dengan akad musyarkah dan setiap pemilik modal merupakan pengelolan yang dapat mengakhiri kerjasama apabila salah satu pihak keluar dari kerjasama atau meninggal dunia serta tidak cakap hukum.
6

Biaya yang timbul dalam pelakasanaan proyek dengan jangka waktu harus diketahui oleh kedua belah pihak secara jelas, keuntungan dibagi sesuai dengan besar kecilnya kontribuasi modal

Proyek atau kerjasama yang akan dilaksanakan harus disebutkan secara jelas di dalam akad disertai dengan kapan tanggal jatuh tempo selesainya proyek atau kerjasama tersebut.

2. Pembiayaan Mudharabah (bagi hasil) Mudharabah merupakan bentuk kerjasama antara dua atau kebih pihak di ana pemilik modal (shahibul Maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengansejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan perjanjian keuntunga. Ekrjasama ini memungkinkan bagi pemilik modal untuk mengkontrbusikan dasanya sebesar 100% kepada mudharib, sehingga pihak mudharb memberikan kontribusi berupa skill serta kemampuanyang ia miliki untuk mengelola kerjasama tersebut. Persyaratan skema pembiayaan mudharabah adalah sebagai berikut: Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah pengelola modal harus diserahkan secara tunai Hasil dari pengelolaan pembiayaan mudharabah dapat diperhitungakan dari pendapatan proyek yang dihitunga dengan beban (revenue sharing) atau perhitungan dari keuntungan proyek yang tekah dikurangi dengan beban (profit sharing) Bank selaku pemilik modal menanggung seluruh kerugian kecuali kaibat kelalaian dan penyimpangan pihak nasabah. Bank melakukan pengawasan terhadapa penkerjaan namun tidak berhak menccmpuri urusan pekerjaanyang dsedang dilakukan oleh mudharib (nasabah), apabila nasabah cidera janji maka ia dikenakan sanksi administrasi

d. Akad lainnya yang bersifat pelengkap Akad pelengkap tidak ditujukan untuk mencari keuntungan namun dilakukan untuk memepermudah pelaksanaan pembiayaan pada produk-produk pembiayaan lainnya. Berikut adalah varian akad pelengkap yang dapat dilakukan adalah:

1. Alih utang-piutang (Hiwalah) Hiwalah memiliki fungsi sebagai fasilitas untuk membantu supplier (pemasok) mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan aktivitas produksinya. Bank mendapatkan ganti biaya atas jasa pemindahan piutang. 2. Gadai (Rahn) Rahn memiliki fungsi sebagai fasilitas untuk membantu memberikan jaminan pembayaran kembali kepada bank yang memberikan pembiayaan, barang yang digadaikan harus memiliki kriteria: Milik nasabah sendiri Jelas ukuran sifat dan nilainya ditentukan berdasarkan harga riil pasar Dapat dikurasi namun tidak dapat dimanfaatkan oleh bank

Apabila nasabah mengalami gagal bayar bank dapat melakukan penjualan barang yang digadaikan tersebut atas perintah hakim. Nasabah memiliki hak untuk menual barang tersebut dengan izin banj, kelebihan menjadi milik nasabah. Apabila hasil penjualan lebih kecil dari kewajiban, maka nasabah harus menutupi kekuranganya 3. Pinjaman (Qardh) Qardh memiliki fungsi yaitu sebagai pinjaman uang yang biasanya memiliki 4 ketentuan di dalam perbankan, diantaranya: Sebagai pinjaman talangan haji, nasabah calon haji diberikan pinjaman talangan untuk memenuhi syarat penyetoran biaya perjalanan haji Sebagai pinjaman tunai dari prosuk kartu kredit syariah, nasabah diberi keluasaan untuk menarik uang tunai milik bank melalui ATM. Sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil, pembiayaan biasanya diawali denga skema jual belin sewa atau bagi hasil. Sebagai pinjaman kepada pengurus bank, bank menyediakan fasilitas ini untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan pengurus bank 4. Perwakilan (Wakalah) Wakalah memiliki fungsi yaitu pemberi kuasa dari nasabah kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu. Biasanya wakalah dilakukan dalam pembukuan letter of credit, inkaso dan transfer uang
8

5. Garansi Bank (Kafalah) Kafalah diberikan dengan tujuan untuk menjamin pembayaran suatu kewajiban pembayaran, bank dapat mensyaratkan nasabah untuk menempatkan sejumlah dana untuk fasilitas ini sebagai Rahn (gadai) bank juga dapat menerima dana tersebut dengan prinsip wadiah (simpanan murni), ujtuk jasa-jasa ini,bank berhak mendapatkan biaya atas jasa yang diberikan.

BAB III ANALISA PERHITUNGAN PEMBIAYAAN Perhitungan Biaya Dana3 Salah satu instrumen dari perhitungan pembiayaan adalah Cost Of Fund, Cost of Fund adalah biaya untuk memperoleh simpanan setelah ditambah dengan cadangan wajib yang ditentukan oleh pemerintah. Perhitungan dana sangat dibutuhkan sebelum menentukan harga produk perbankan. Cost of Fund adalah Sumber dana bank yang didapat dari: 1. Dana yang bersumber dari bank itu sendiri: modal sendiri, yaitu setoran modal dari para pemilik atau bank mengeluarkan atau menjual saham baru kepada pemilik baru atau cadangan-cadangan laba yang belum digunakan 2. Dana yang berasal dari masyarakat luas: Simpanan tabungan, rekening giro, deposito 3. Dana yang bersumber dari lembaga lain: Kredit likuiditas dari Bank Indonesia, Pinjaman antar bank, Pinjaman dari bank-bank luar negeri, Surat Berharga Pasar Uang.

Beberapa yang menyebabkan besar kecilnya Cost of Fund, diantaranya: a. Legal Statutory Reserved Requirement (LLR), atau Giro Wajib Minimum (GWM) b. Besarnya kas yang harus dipelihara oleh bank c. Tingkat bunga d. Struktur dana yang dihimpun e. Tempat bank beroperasi f. Kinerja bank Alokasi dana pembiayaan Setelah diketahui sumber dana bank, dana yang ada di bank pun harus dialokasikan.Berdasarkan likuiditasnya alokasi dana dibagi menjadi 2 jenis, yaitu: 1. Loanable fund (dana yang dapat dipinjamkan), persyaratannya adalah Jumlah kas minimal dan modal kerja serta cadangan operasi lainnya harus tersedia

Slamet Riyadi, Banking Asset and Liability Management, Jakarta: FEUI, 2006, hal.82

10

2. Unloanable Fund (dana yang tidak dapat dipinjamkan), bisa disebut dengan cadangan uang yang bersifat idle fund dimana klasifikasi dari penggunaan dana ini sangat diperlukan untuk menghitung Cost of Fund yang harus dikeluarkan Bank. Perhitungan Cost of Fund secara umum dibagi menjadi 4 : 1. COF (Cost of Mixed Fund) Biaya Bunga / Total Dana Masyarakat * 100% 2. COM (Cost of Money) (Biaya Bunga + Biaya Operasional Lainnya) / Total Dana Masyarakat * 100% 3. COL (Cost of Loanable Fund) (Biaya Bunga + Biaya Operasional Lainnya) / (Total Dana Masyarakat Unloanable Fund) * 100% 4. COP (Cost of Operable Fund) (Biaya Bunga + Biaya Operasional Lainnya) / Total Aktiva Produktif * 100% Secara matematis, hasil dari keempat perhitungan di atas semakin kearah COP akan menjadi semakin besar.

Perhitungan Cost of Fund Dengan Metode Weighted Averagne Cost of Funds Methods (WACOF) Contoh Perhitungan: Bank Dinea mempunyai sumber dana pihak ketiga dengan komposisi dan tingkat bunga masing-masing sbb (dalam milyaran rupiah)4: Giro Tabungan Deposito Berjangka 4,000 15,000 45,000 5% 12% 13%

11

Sert. Deposito Kewajiban segera lainnya

2,500 4,500

13% 7%

Berdasarkan data diatas hitung: a. WACOF, jika ditetapkan GWM sebesar 5% dan Cash Ratio sebesar 1% b. Base Lending Rate (BLR) Bank Megah, jika diketahui: margin ditetapkan sebesar 2% PPh 35 % (diperhitungkan dari margin) Biaya Overhead 2,00% Risk Premium 1,50%

Perhitungan besarnya WACOF sebagai berikut:

Sources of No Giro 1 Tabungan 2 Deposito 3 Berjangka Sert. Deposito 4 Kewajiban 5 segera lainnya 4,500 2,500 45,000 15,000 Funds Amount 4,000

Share (%)

Interest Rate (%) 5%

RR (%)

Interest Effective

Cost of Contribution

5.63 12% 21.13 13% 63.38 13% 3.52 7% 6.34

5.32

0.30

12.77

2.70

13.83

8.77

13.83

0.49

7.45

0.47

Jumlah

71,000

100

12.73

12

Langkah-langkah: 1. Jumlahkan Total dana berbiaya yaitu sebesar Rp 71,000 2. Buatkan bobot masing-masing sumber dana dalam persentase, misalnya dana Giro Rp 4,000 memiliki bobot (share) sebesar 5.63% dari total dana, yaitu Rp 4,000 : Rp 71,000 x 100% = 5.63%. Pembobotan lainnya dapat dilakukan dengan cara yang sama seperti Giro. 3. Hitung biaya bunga efektif, dimana RR sebagai angka pengurang 100, misalnya giro dengan bunga 5% berarti bunga efektifnya adalah 5%:(100%-6%)= 5.32%. Dalam perhitungan RR sebesar 6%, diperoleh dari GWM 5% ditambah kas minimum 1%. Perhitungan biaya bunga efektif lainnya dapat dilakukan seperti cara pada giro. 4. Perhitungan kontribusi biaya bunga dengan cara mengalikan antara bobot (share)

masing-masing sumber dana dengan biaya bunga efektif. 5. Jumlahkan kontribusi biaya bunga setiap sumber dana, akan menghasilkan total sebesar 12.73%, ini berarti cost of fund yang dihimpun berdasarkan metode rata-rata tertimbang menghasilkan cost of fund sebesar 12.73%.

Dari perhitungan diatas, maka besarnya BLR adalah: Cost of loanable funds Margin/spread COLF + Margin PPh 35% x margin (2%) Biaya overhead Risk/Premium Base Lending Rate 12.73% 2.00% 14.73% 0.70% 2.00% 1.50% 18.93%

13

DAFTAR PUSTAKA Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Karim, Adiwarman. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo, 2006 Riyadi, Slamet. Banking Asset and Liability Management, Jakarta: FEUI, 2006

14

Anda mungkin juga menyukai