Oleh :
AHMAD RIZAL KHADAPI
NIM : 16913068
Dosen Pengampu
Drs. Asmuni M.th, M.Ag
MAKALAH
YOGYAKARTA
2017
A. Latar Belakang
tujuan hukum itu sendiri.Ada yang beranggapan bahwa ketika hukum itu
hukum merupakan urusan sebab dan akibat tanpa perlu lagi melihat
pranata kajian hukum Islam. Jika kita melihat sejarah maka kita bisa
hukum Islam.
1
Andriyaldi., Teori Maqashid Syariah dalam Persepektif Imam Muhammad Ibnu Asyur, (
Jurnal Islam dan Realitas Sosial, Vol. 7, 2014), hlm. 24
2
Ibid..,
Gazali (505 H) dengan karyanya dibidang fikih dan uhsul fikh seperti; al-
al-Bayyinat, al-Mahsul dan Asas at-Taqdis. Lalu ada nama Saifuddin al-
al-Asnawi (776 H), ibnu Subuki (771 H), at-Thufi (716 H), ibn Taimiyyah
bukunya yang terbit pada tahun 1946 H dengan judul Maqashid al-Syariah
al-Islamiyah.5
3
Ibid..,
4
Ibid..,
5
Andriyaldi, Teori Maqashid..,hlm, 25
Berkaitan dengan latar belakang diatas, study dalam makalah ini adalah
telepas dari kajian ushul fiqh, yang sebelumnya merupakan bagian dari
ushul fiqh.6
Marsa, sekitar dua puluh kilometer dari kota Tunisia pada tahun 1926 H,
bertepatan dengan 1879 M.7 ia lahir dan meninggal di Tunisia pada hari
6
M. Arfan Muammar dkk, Studi Islam Perspektif inside/outside, ( Yogyakarta : IRCiSoD
Cet.II, 2013), hlm., 434
7
Ismail Hasani, Nazariyyat al-Maqashid ind al-Imam Muhammad al-Tahir Inn Asyur, cet
. I (Virginia: Ma’had al-Islami li al-Fikr al-Islami, 1995) 80
8
Muhammad Husayn, Tanzir al-Maqashid ind al-Imam Muhammad al Tahir ibn Asyru fi
Kitabihi Mawashid al-Syariat al Islamiyyah ( Al Jazair : al – Jami,ah Al jazair, 2006), 24
maqashid qur‟ani dan menjelaskannya bahwa al-Qur‟an adalah pedoman
a.
Tafsir, al-tahir wa al tanwir
b.
Maqashid al-Syariat al –Islamiyyah
c.
Ushul al-Nizam al-Ijtima‟I fi al-Islam
d.
A Laysa al-Subh bi Qorib
e.
Al-Waqf wa Atharuhu fi al-Islam
f.
Kasyf al-Mu‟thi min al-Ma‟ani wa al-Alfaz al-Waqiah fi al
Muwatta‟
g. Qissat al-Muwallad
h. Hawasyi „ala al-Tanqih li Syihab al-Din alQarafi fi Ushul al-Fiqh
i. Radd „ala Kitab al-Islam wa Ushul al-Hukm, Ta‟lif „Ali „Abd al-
Raziq
j. Fatawa Rasaiil Fiqhiyyah
k. Al-Tawdhih wa al-Tashih fi ushul al-fiqh
l. Al-Nazr al-Fasih ind Madhayiq al-Anzar fi al-Jami‟ al-Sahih
2. Bidang Bahasa (lughah) dan Sastra Arab
bahasa Persia, dan memepeljari ilmu ilmu dalam bidang bahasa (nahwu),
pendidikan tertua di wilayah barat (Maghribi) telah ada sejak abad 8 M.11
11
Safriadi, Kontribusi ibn Asyur dalam Kajian Maqashid Syariah, ( Jurnal Ilmiah Islam
Futura, vol XIII, 2014), hlm.81
C. Kajian Maqashid Syariah Ibn Asyur
kata maqshid yang berbentuk masdar mimi (yakni kalimat masdar yang
13
dimulai dengan penambahan mim pada awlanya). kata maqshid
c) Keadilang, keseimbangan
d) Pecahan
1212
Tim Penulis UII, Pribumisasi Hukum Islam.., hlm. 1487
13
Mustafa al-Ghalyani, jami’ Durus al-Arabiyyah, jilid I (Beirut : Maktabah al-Asyiriyyah,
2003) hlm., 129
14
Muhammad Said Ramadhan al-Buti, Maqashid al-Syariat al Islamiyyah wa alaqatuh bi
al Adillat al Syariah (Saudi Arabia: Dar al-Hijrah, 1998), hlm., 26-28
15
M. Arfan Muammar dkk, Studi Islam..,hlm.,426
memiliki pengertian tujuan, maksud, objektif, prinsip, sasaran, tujuan
dimaksud oleh Allah dalam menetapkan hukum, apa yang dituju dalam
Nilai nilai itu dipandang sebagai tujuan dan rahasia syariat yang
16
M. Arfan Muammar dkk, Studi Islam..,hlm.,426
17
Totok Jumantoro, dan Samsul Munir Amin, kamus ilmu Ushul Fiqh, cet.I (Jakarta:
Amzah, 2005), 196
18
M. Arfan Muammar dkk, Studi Islam..,hlm.,426
19
H Amir Syariffudin, Ushul Fiqh, Jilid II ( Jakarta: Penerbit Kencana), hlm 231
20
H Amir Syariffudin, Ushul Fiqh, Jilid II ( Jakarta: Penerbit Kencana), hlm 231
21
hukum. Ibn Asyur sendiri mengartikan maqashid syariah sebagai
21
Wahbah Zuhaili, Ushul al-Fiqh al Islami, Jilid II, cet. XiV (Beirut: Dar al-Fikr, 2005), hlm.,
307
22
Muhammad Ibn Asyur, Maqahid al-Syariat al-Islamiyyah, (Tunisia: Maktabah al-
Istiqomah, 1366 H). hlm., 50
23
Muhammad Ibn Asyur, Maqashid al-Syariat..,hlm.9
24
Safriadi, Kontribusi ibn Asyur dalam Kajian Maqashid Syariah..,hlm. 86
25
Safriadi, Kontribusi ibn Asyur dalam Kajian Maqashid Syariah..,hlm. 86
26
Muhammad Ibn Asyur, Maqahid..,hlm.,16
illahnya, sampai yakin bahwa al-illah tersebtu adalah maqshid-
nya. Seperti larangan syarak membeli produk makan yang belum
ada di tangan, adanya larangan monopoli produk makanan. Semua
larangan ini adalah hukum syarak yang berujung pada satu al-
illah hukum yang sama, yaitu larangan menghambat peradaran
produk makanan di pasaran. Dari al-illah ini dapat diketahui
adanya maqahid syariah, yaitu tujuan bagi kencaran peredaran
produk makanan, dan mempermudah orang memperoleh
makanan.27
b) Maqashid yang dapat ditemukan secara langsung dari dalil-dalil al-
Qur‟an secara jelas serta kecil kemungkinan untuk dipalingkan dari
makan zahirnya. Seperti bunyi ayat 183 surat al-Baqarah tentang
kewajiban puasa “kutiba „alaikum al-siyam.” Pada ayat ini sangat
kecil kemungkinan untuk mengartikan kata kutiba dengan arti
selain diwajibkan dan tidak memaknai sebagai di tulis.28 Contoh
nilai universal yang ditetapkan beradasarkan pengertian tekstual
ayat al-Qur‟an adalah kemudahan, kebencian terhadap kerusakan,
dan memakan harta orang lain secara illegal, menjauhi permusuhan
dan mengedepankan kelapangan.29
c) Maqashid dapat ditemukan langsung melalui dalil-dalil sunnah
yang mutawatir, baik mutawatir secara ma‟nawi maupun a‟mali.
Secara ma‟nawi berarti difahami dari pengalaman sekelompok
sahabat yang menyaksikan perbuatan Nabi saw., seperti di
syariatkannya khutbah pada dua hari raya.30 Sedangkan secara
amali berarti maqahid yang difahami dari prakti seorang sahabat. Ia
berulang kali melakukan perbuatan di masa hidup Nabi saw.
Ibn Asyur mencontohkan dengan sebuah hadis yang dibukukan
dalam sahih bukhari. Di riwayatkan dari al-Azraq ibn Qays, ia
menceritakan “kami berada disebuah tepi sungai yang sedang
kekeringan di daerah ahwaz, lalu abu Barzah datang dengan
mengendarai seekor kuda. Kemudian mengistirahatkan kudanya
untuk sholat, lalu tiba-tiba kudanya lari. Maka iapun menghentikan
sholatnya dan mengejar kudanya, lalu ia kembali sholat. Diantara
kami ada yang berkomentar : lihat Abu barzah, dia telah merusak
sholatnya demi seekor kuda. Abu Barzah kemudian berkomentar
semenjak saya terpisah dengan Nabi Saw, belum ada seorangpun
yang pernah menghinaku. Rumahku sangat jauh, seandainya saya
salat dan membbiarkan kuda itu pergi, saya tidak akan tiba ke
keluargaku hingga malam hari. Diriwatkan bahwa Abu Barzah itu
adalah salah seorang sahabat Nabi saw, yang mendahulukan
dimensi taysir dalam ijtihad, berdasarkan penglihatannya terhaap
27
Muhammad Ibn Asyur, Maqahid..,hlm.,16 -17
28
Muhammad Ibn Asyur, Maqahid..,hlm.,17
29
Muhammad Ibn Asyur, Maqahid..,hlm.,20
30
Muhammad Ibn Asyur, Maqahid..,hlm.,17-18
perbuatan Nabi saw. “ Dari riwayat ini dapat dipahami bahwa salah
satu dari konsep maqashid syariah adalah konsep taysir.
31
Safriadi, Kontribusi ibn Asyur dalam Kajian Maqashid Syariah..,hlm. 88
32
Andriyaldi, Teori Maqashid Syariah dalam Persepektif Imam Muhammad Ibnu Asyur, (
Jurnal Islam dan Realitas Sosial, Vol. 7, 2014), hlm., 30
33
Imam Ibn Asyur, Maqashid Syariah al-islamiyah, hlm 259
(mengandung illah) yang harus eksplisit atau berindikasi kuat kea rah
itu. 2) hukum yang bersifat ta‟abbudi semata, dalam konteks ini tidak
dengan maqashid.35
34
Tim penulis UII, Pribumisasi..,hlm 148
35
Ibid.,
36
Ibid., 149
D. Kesimpulan
hanya terpaut pada satu sisi saja, namun beliau juga menjelaskan bahwa
individual.
tersendiri secara independen terlepas dari ilmu ushul fiqh. Gagasan ini
Tim Penulis UII, 2012., Pribumisasi Hukum Islam, Cet. I (Yogyakarta: PPs FIAI
UII)
Safriadi, 2014., Kontribusi ibn Asyur dalam Kajian Maqashid Syariah, ( Jurnal
Ilmiah Islam Futura, vol XIII)
Totok Jumantoro, 2005., dan Samsul Munir Amin, kamus ilmu Ushul Fiqh, cet.I
(Jakarta: Amzah)
Wahbah Zuhaili, 2005., Ushul al-Fiqh al Islami, Jilid II, cet. XiV (Beirut: Dar al-
Fikr)