IAIN PONTIANAK
A. Judul Penelitian
Analisis Kepatuhan Syariah dan Transparansi Pengelolaan Zakat, Infak dan
Sedekah Pada Badan Amil Zakat Nasional Provinsi Kalimantan Barat.
B. Latar Belakang
Zakat sebagai instrumen keuangan sosial Islam menjadi salah satu perangkat
pengentasan kemiskinan. Dalam Islam, harta tidak diperkenankan untuk mengendap dan
digunakan untuk memperkaya diri sendiri. Dalam harta setiap umat muslim, terdapat hak
umat muslim lainnya yang telah disebut dengan golongan orang yang berhak menerima zakat
atau mustahik. Penyaluran zakat dapat dilakukan ke dalam dua cara yaitu secara karitatif
maupun produktif. Dalam bentuk karitatif, zakat ditujukan untuk membantu memenuhi
kebutuhan dasar mustahik. Sementara penyaluran dalam bentuk produktif, zakat ditujukan
untuk membantu meningkatkan kualitas hidup melalui program pendayagunaan sehingga
status mustahik mereka dapat berubah menjadi muzaki.
Evaluasi berkala dibutuhkan untuk dapat memastikan program-program penyaluran zakat
berjalan dengan efektif dan berdampak nyata. Mulai tahun 2019 Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) melalui Pusat Kajian Strategis BAZNAS (Puskas BAZNAS) melakukan
pengukuran Indeks Zakat Nasional termasuk Kaji Dampak Zakat kepada Lembaga Amil
Zakat (LAZ) yang telah mendapatkan SK Kementerian Agama.Kepatuhan syariah adalah
diantara aspek yang membedakan ekonomi Syariah dengan ekonomi konvensional atau
antara perbankan syariah dengan perbankan konvensional. (Rahman, 2008; Syafei, 2005;
Abduh, 2012; Ahmed H. , 2014). Dalam konteks perbankan, ini menjadi isu krusial, karena
sampai saat ini, bank syariah ditengarai masih mengikuti bank konvensional baik produk,
sumber daya manusia atau operasional. Dalam banyak penelitian, masyarakat masih
mempersepsikan bank syariah “sama” dengan bank konvensional (Malik, 2011; Ahmed H. ,
2014).
Kepatuhan terhadap hukum syariah merupakan suatu kewajiban yang harus dipenuhi
oleh organisasi pengelola zakat (OPZ) dalam pengelolaan Dana Zakat mulai dari
pengumpulan , manajamen sampai pada tahap penyaluran. Indeks Kepatuhan Syariah
Organisasi Pengelola Zakat (IKSOPZ) merupakan suatu alat ukur ilmiah yang telah
dikembangkan oleh Pusat Kajian Strategis BAZNAS bekerjasama dengan Direktorat
Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Kementerian Agama RI. IKSOPZ dapat mengidentifikasi
dan mengukur secara akurat tingkat kepatuhan syariah OPZ dalam pengelolaan zakat.
Dalam Indeks Kepatuhan Syariah Organisasi Pengelola Zakat (IKSOPZ) terdapat empat
dimensi yaitu dimensi manajemen/tata kelola lembaga zakat, pengumpulan dana zakat,
penyaluran dana zakat dan dimensi legalitas lembaga zakat.
Dalam lingkup Regional Jawa, Bali dan NTB, terdapat 5 provinsi yang memiliki nilai di
atas rata-rata regional dan 3 provinsi yang memiliki nilai IKSOPZ di bawah nilai rata-rata
regional.
Indeks Kepatuhan Syariah OPZ provinsi di regional Jawa, Bali dan NTB, Provinsi DI
Yogyakarta mendapatkan nilai IKSOPZ tertinggi yaitu sebesar 0.66 dan masuk dalam
kategori baik dengan peringkat A. Adapun Provinsi Nusa Tenggara Barat,mendapatkan nilai
IKSOPZ terendah di regional Jawa, Bali dan NTB yaitu sebesar 0.44 atau masuk dalam
kategori cukup baik dengan peringkat B. Kategori baik dengan peringkat A tidak terlepas dari
kontribusi optimal BAZNAS Se- Daerah Istimewa Yogyakarta dan LAZ pada dimensi
regulasi ZIS, pengumpulan, penyaluran dan manajamen pengelolaan ZIS d DIY. Nilai IZN
wilayah Provinsi Kalimantan Barat masuk dalam kategori Cukup Baik (0,54). Jika dilihat
lebih detail pada dimensi penyusunnya, nilai dimensi makro di Provinsi Kalimantan Barat
adalah sebesar 0,72 (Baik) dan nilai dimensi mikro sebesar 0,45 (Cukup Baik). Seluruh
BAZNAS yang mengisi data IZN secara lengkap, sebanyak 75,00% telah mendapatkan nilai
IZN pada kategori Cukup Baik dan sisanya sebanyak 25,00% mendapatkan nilai IZN pada
kategori Baik. Sementara itu, pada dimensi makro, 25,00% BAZNAS berada pada kategori
Cukup Baik, 62,50% berada pada kategori Baik dan sisanya sebanyak 12,50% berada pada
kategori Sangat Baik. Adapun pada dimensi mikro, 25,00% BAZNAS daerah berada pada
kategori Kurang Baik, dan 75,00% BAZNAS daerah berada pada kategori Cukup Baik.
Di tahun 2020, nilai IZN BAZNAS Provinsi Kalimantan Barat adalah sebesar 0,55 atau
masuk kategori Cukup Baik. Nilai ini merupakan pembobotan dari dua dimensi pembentuk
IZN, yaitu dimensi makro dan mikro.
C. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah tersebut yaitu:
Analisis Kepatuhan Syariah dan Transparansi Pengelolaan Zakat, Infak dan Sedekah Pada
Badan Amil Zakat Nasional Provinsi Kalimantan Barat. Karena masih luasnya fokus
penelitian di atas akan peneliti fokuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut.
1. Bagaimana Analisis Kepatuhan Syariah dan Transparansi Pengelolaan Zakat, Infak dan
Sedekah Pada Badan Amil Zakat Nasional Provinsi Kalimantan Barat?
2. Apa saja Analisis Kepatuhan Syariah dan Transparansi Pengelolaan Zakat, Infak dan
Sedekah Pada Badan Amil Zakat Nasional Provinsi Kalimantan Barat?
3. Sejauhmana Analisis Kepatuhan Syariah dan Transparansi Pengelolaan Zakat, Infak dan
Sedekah Pada Badan Amil Zakat Nasional Provinsi Kalimantan Barat?
D. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini untuk mengetahui Analisis Kepatuhan Syariah dan
Transparansi Pengelolaan Zakat, Infak dan Sedekah Pada Badan Amil Zakat Nasional
Provinsi Kalimantan Barat. Secara khusus penelitian ini dilakukan untuk mengetahui:
1. Untuk mengetahui Analisis Kepatuhan Syariah dan Transparansi Pengelolaan Zakat, Infak
dan Sedekah Pada Badan Amil Zakat Nasional Provinsi Kalimantan Barat.
2. Untuk mengetahui Program Analisis Kepatuhan Syariah dan Transparansi Pengelolaan
Zakat, Infak dan Sedekah Pada Badan Amil Zakat Nasional Provinsi Kalimantan Barat.
3. Untuk mengetahui Sejauhmana Analisis Kepatuhan Syariah dan Transparansi Pengelolaan
Zakat, Infak dan Sedekah Pada Badan Amil Zakat Nasional Provinsi Kalimantan Barat.
E. Manfaat Penelitian
Sebagaimana tujuan penelitian di atas, maka manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapakn dapat memberikan kontribusi berarti bagi
pembaca, masyarakat dalam dunia pendidikan, dan lembaga–lembaga pendidikan yang
berkepentingan sebagai bahan pemikiran dan perbandingan serta untuk menambah wawasan
keilmuan standar ukuran kepatuhan Syariah.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, Hasil dari temuan di lapangan nantinya dapat memberikan informasi
sekaligus memberikan acuan dan pengetahuan khususnya kepada kalangan diantaranya
sebagai berikut:
a. Bagi Peneliti
Kegunaan penelitian ini, menjadi salah satu pengalaman yang akan memperluas
pemikiran, pengetahuan, wawasan dan akan menjadi pengalaman dan pemahaman guna lebih
memperluas pengetahuan dalam memahami standaritas ukuran kepatuhan Syariah.
b. Bagi lembaga Pengelola Zakat yang ada di Kalimantan Barat
Manfaat penelitian ini, sebagai sumbangsih masukan dan acuan yang bersifat
membangun dalam menambah wawasan mengukur secara akurat tingkat kepatuhan syariah
OPZ dalam pengelolaan zakat.
c. Bagi Pascasarjana IAIN Pontianak
Kegunaan penelitian ini, guna untuk memberikan masukan dan solusi serta sebagai
bahan bacaan dan refrensi Analisis Kepatuhan Syariah dan Transparansi Pengelolaan Zakat,
Infak dan Sedekah Pada Badan Amil Zakat Nasional Provinsi Kalimantan Barat.
F. Kajian Kepustakaan
1. Kajian Teoritis
a. Kepatuhan Syariah
Kepatuhan Syariah (shariah compliance) adalah ketaatan bank syariah terhadap
prinsip syariah. Pemahaman masyarakat tentang keunikan dari produk-produk perbankan
syariah masih sangat rendah bahkan terdapat kecurigaan masyarakat dan menganggap
bahwa perbankan syariah sama dengan perbankan konvensional. saat ini market share bank
syariah di Indonesia baru sekitar 5% dari total aset bank secara nasional. Sementara, jumlah
nasabah bank syariah saat ini masih di bawah 10 juta orang. Padahal di Indonesia jumlah
umat Islam potensial untuk menjadi customer bank lebih dari 10 juta orang sehingga
potensi peningkatan nasabah perbankan syariah masih sangat besar mengingat jumlah
penduduk usia produktif Indonesia terus bertambah 1.
Kepatuhan Syariah adalah syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh lembaga
keuangan yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan syariah. Arti penting kepatuhan
berimplikasi pada keharusan pengawasan terhadap pelaksanaan kepatuhan tersebut. Makna
Kepatuhan Syariah (shariah compliance) dalam Bank Syariah adalah penerapan prinsip-
prinsip Islam, syariah dan tradisinya dalam transaksi keuangan dan Perbankan serta bisnis
lain yang terkait.
Kepatuhan (compliance) adalah memiliki arti mengikuti suatu spesifikasi, standar
atau hukum yang telah diatur dengan jelas yang biasanya diterbitkan oleh lembaga atau
organisasi yang berwewenang dalam suatu bidang tertentu. Sedangkan, Perbankan Syariah
mengartikan Kepatuhan Syariah adalah meningkatkan pengetahuan syariah bagi karyawan
sehingga peluang terjadinya pelanggaran syariah berkurang selain itu menciptakan tawaran-
tawaran produk dan layanan yang kreaktif dan inovatif, namun tetap patuh pada aturan
DSN-MUI. Dewan Pengawas Syariah melengkapi tugas pengawasan yang diberikan
komisaris, dimana kepatuhan syariah semakin penting untuk melakukan karena adanya
permintaan dari nasabah agar bersifat inovatif dan berorientasi bisnis dalam menawarkan
dan produk baru serta untuk memastikan kepatuhan syariah terhadap hukum Islam.
Sebagai lembaga yang mengelola dana publik, isu transparansi menjadi hal yang
sangat krusial bagi organisasi pengelola zakat (OPZ), karena hal ini akan berdampak
langsung kepada baik atau buruknya reputasi OPZ secara sistemik. Ascarya dan Yumanita
(2018) dalam penelitiannya menemukan bahwa tingkat transparansi yang rendah menjadi
penyebab rendahnya pengumpulan zakat di OPZ 2. Maka, diperlukan kebijakan-kebijakan
strategis yang harus dilakukan oleh otoritas zakat, dalam hal ini BAZNAS, untuk
memperbaiki tingkat transparansi dalam pengelolaan zakat di OPZ. Salah upaya tersebut
adalah dengan dikeluarkannya dokumen Zakat Core Principle (ZCP) pada tahun 2017 oleh
BAZNAS dan Bank Indonesia. ZCP adalah salah satu bentuk upaya BAZNAS untuk
menyelaraskan tata kelola OPZ di Indonesia. ZCP nomor 17 menyinggung tentang standar
1
Cut Nur Halimah, Pentingnya Auditor Syariah di Perbankan Islam, http://www.kompasiana.com. Diakses
pada tanggal 23 Mei 2021, jam 01:40 WIB.
2
“INDEKS TRANSPARANSI ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT (OPZ), BAZNAS Center of Strategic Studies, 2019.
umum terkait disclosure & transparency yang harus dimiliki dan diimplementasikan oleh
OPZ. Dalam memantau praktik transparansi di OPZ, tentunya sangat penting bagi BAZNAS
untuk mengukur sejauh mana prinsip-prinsip transparansi telah diimplementasikan oleh OPZ.
Sebagai lembaga riset zakat terdepan di bawah BAZNAS, Pusat Kajian Strategis BAZNAS
telah menginisiasi sebuah metode yang dapat mengukur tingkat transparansi di OPZ secara
akurat yaitu dengan menggunakan Indeks Transparansi OPZ. Dalam Indeks Transparansi
OPZ, ada tiga dimensi utama yang akan diukur yaitu dimensi transparansi laporan keuangan
OPZ, transparansi manajemen OPZ, dan transparansi program OPZ. Gambar 0.1. Komponen
Dimensi dan Variabel Indeks Transparansi OPZ Indeks Transparansi OPZ Transparansi
Keungan 2 Variabel Transparansi Manajemen 4 variabel Transparansi Program 3 variabel2
Untuk dimensi transparansi laporan keuangan terbagi menjadi dua variabel yaitu variabel
publikasi laporan keuangan dan kualitas laporan keuangan. Lebih lanjut, untuk dimensi kedua
dibagi ke dalam empat variabel yaitu variabel Standar Operasional Prosedur (SOP), Company
Profile, Pusat Informasi Data (PID), dan Sistem Saluran Pengaduan. Kemudian, untuk
dimensi ketiga terbagi ke dalam variabel Aktifitas Realtime Penghimpunan dan Penyaluran,
Database Muzaki dan Mustahik, serta Database Penghimpunan dan Penyaluran Zakat.
Dengan menggunakan pendekatan Simple Additive Weightage (SAW), Puskas BAZNAS
melakukan pengukuran tingkat transparansi OPZ berdasarkan ketiga dimensi utama dalam
Indeks Transparansi OPZ yang dapat dirumuskan sebagaimana berikut: 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐼𝑇𝑂𝑃𝑍 = ∑ 𝑛
𝑖=1 𝑊𝑑𝑖𝑥 𝐷𝑖 Dimana: 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐼𝑇𝑂𝑃𝑍 : Nilai Indeks Transparansi Organisasi Pengelola Zakat
𝑊𝑑𝑖 : Nilai Pembobotan yang dibubuhkan pada dimensi i 𝐷𝑖 : Nilai indeks yang diperoleh
pada dimensi i Setelah melakukan pengukuran atas ketiga dimensi tersebut, Puskas BAZNAS
akan mengkategorikan hasil dari penghitungan Indeks dengan rentang nilai 0.00 – 1.00 yang
berarti jika nilai indeks semakin mendekati 1.00, maka semakin baik tingkat transparansi di
suatu OPZ. Adapun klasifikasi penilaian indeks dapat dilihat sebagaimana berikut: Tabel 0.1.
Rentang Nilai serta Kategori Penilaian pada Indeks Transparansi OPZ No. Skor Kriteria 1
0.00 – 0.25 Tidak Transparan 2 0.26 – 0.50 Kurang Transparan 3 0.51 – 0.75 Cukup
Transparan 4 0.76 – 1.00 Transparan Jika rentang nilai yang didapatkan berada di antara 0.00
- 0.25 maka masuk dalam kategori tidak transparan. Jika nilai indeks berada di antara angka
0.26 - 0.50 maka termasuk dalam kategori kurang transparan. Kemudian, jika hasil
pengukuran indeks 3 berada di rentang nilai 0.51 – 0.75, maka dikategorikan cukup
transparan dan jika nilai indeks berada di rentang nilai 0.76 – 1.00, maka praktik transparansi
di OPZ dinilai sudah transparan
G. Metodelogi Penelitian
1. Pendekatan dan Metode
Suatu penelitian merupakan proses yang terdiri dari beberapa tahap. Tiap tahapan
merupakan bagian yang menentukan untuk menjalankan tahapan selanjutnya. Teori-teori
yang sudah ada merupakan dasar dalam melaksanakan penelitian dan mengacu pada latar
belakang dan tujuan yang hendak dicapai. Untuk mendapatkan penelitian yang baik,
diperlukan suatu urutan langkah yang cermat. Hal ini dikarenakan penelitian merupakan
suatu proses yang saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga setiap langkah perlu
dilaksanakan secara cermat.
Metodologi penelitian adalah langkah-langkah dan rencana dari proses berpikir dan
memecahkan masalah, mulai dari penelitian pendahuluan, penemuan masalah, pengamatan,
pengumpulan data baik dari referensi tertulis maupun observasi langsung di lapangan.
Melakukan pengolahan dan interpretasi data sampai penarikan kesimpulan atas permasalahan
yang diteliti.
Di antara teknik pengumpulan data yang lazim dalam melakukan peneliian kualitatif
dalam (Ibrahim, 2015: 80) adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Adapun teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
a. Observasi Non-Partisipan
wawancara mendalam dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan menggunakan
pedoman wawancara tidak terstruktur kepada Amil BAZNAS Kab/Kota di Kalimantan
Baarat. Pertanyaan-pertanyaan wawancara dapat berkembang untuk memperoleh data yang
terperinci mengenai Analisis Kepatuhan Syariah dan Transparansi Pengelolaan Zakat, Infak
dan Sedekah Pada Badan Amil Zakat Nasional Provinsi Kalimantan Barat. Dalam wawancara
mendalam ini, penulis akan menggunakan Voice Recorder Handphone sebagai alat bantu
untuk merekam hasil wawancara
c. Dokumentasi
Untuk memperoleh data-data penelitian lainnya yang juga menunjang penelitian ini,
penulis menggunakan teknik pengumpulan data dokumentasi. Penulis akan mengumpulkan
beberapa dokumen yang terkait dengan penelitian. Adapun dokumen-dokumen yang
digunakan dalam penelitian ini
berupa ??????????????????????????????????????????????????????