Anda di halaman 1dari 15

Visi dan Misi Pasar Modal Syariah

Visi:

Menjadi pasar modal syariah yang memberikan kontribusi signifian bagi perekonomian nasional,
berkeadilan, dan melindungi kepentingan masyarakat.

Misi:

Menjadikan pasar modal syariah sebagai sarana pembiayaan bagi pemerintah dan sektor
swasta, serta sebagai sarana investasi pilihan masyarakat;
Mewujudkan pasar modal syariah yang tumbuh, stabil, berkelanjutan, dan akuntabel; serta

Mewujudkan sumber daya manusia di pasar modal syariah yang berkualitas dan amanah.

Konsep Dasar Pasar Modal Syariah

Apa yang dimaksud dengan pasar modal syariah?

Pasar modal syariah merupakan kegiatan pasar modal yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah di
Pasar Modal.

Apa peran pasar modal syariah?

Pasar modal syariah memiliki 2 (dua) peran penting, yaitu:

o Sebagai sumberpendanaan bagi perusahaan untukpengembangan usahanya


melalui penerbitan efek syariah.
o Sebagai sarana investasi efek syariah bagi investor

Pasar modal syariah bersifat universal, dapat dimanfaatkan oleh siapapun tanpa melihat latarbelakang
suku, agama, dan ras tertentu.

Apa bedanya pasar modal syariah dengan pasar modal secara umum?

Pasar modal syariah merupakan bagian dari Industri Pasar Modal Indonesia. Secara umum, kegiatan
pasar modal syariah sejalan dengan pasar modal pada umumnya. Namun demikian, terdapat beberapa
karakteristik khusus pasar modal syariah yaitu bahwa produk dan mekanisme transaksi tidak boleh
bertentangan dengan prinsip syariah di pasar modal.

Apakah kegiatan pasar modal syariah halal?


Halal. Karena pada dasarnya kegiatan pasar modal yang merupakan kegiatan penyertaan modal dan atau
jual beli efek (saham, sukuk), termasuk dalam kelompok muamalah, sehingga transaksi dalam pasar
modal diperbolehkan sepanjang tidak ada larangan menurut syariah. Kegiatan muamalah yang
dilarang adalah kegiatan spekulasi dan manipulasi yang di dalamnya mengandung unsur gharar, riba,
maisir, risywah, maksiat, dan kedzhaliman.
Konsep dasar pasar modal syariah

Dalam melakukan muamalah, manusia diberi keleluasaan untuk melakukan kegiatan namun wajib
memperhatikan hal-hal yang dilarang. Kegiatan pasar modal termasuk dalam kelompok muamalah,
sehingga transaksi dalam pasar modal diperbolehkan sepanjang tidak ada larangan menurut syariah.
Kegiatan muamalah yang dilarang adalah kegiatan spekulasi dan manipulasi yang di dalamnya
mengandung unsur gharar, riba, maisir, risywah, maksiat dan kedzhaliman.

Kegiatan apa saja yang dilarang?

Kegiatan/ tindakan yang bertentangan dengan prinsip syariah (sesuai fatwa DSN-MUI Nomor: 80/DSN-
MUI/III/2011), antara lain:
Produk dan layanan apa saja yang ada di
pasar modal syariah?
Produk pasar modal syariah adalah efek syariah. Efek syariah merupakan efek yang tidak bertententangan
dengan prinsip syariah di pasar modal.

Efek syariah terdiri atas:

Efek syariah berupa saham


Sukuk

Reksa Dana Syariah

Efek Beragun Aset Syariah (EBA Syariah)

Dana Investasi Real Estat Syariah (DIRE Syariah)

Efek Syariah lainnya

Sedangkan layanan Pasar Modal Syariah, antara lain:

Ahli Syariah Pasar Modal


Manajer Investasi Syariah

Unit Pengelolaan Investasi Syariah

Pihak Penerbit Daftar Efek Syariah

Sharia Online Trading System

Bank Kustodian yang memberikan jasa kustodian syariah

Wali Amanat yang memberikan jasa dalam penerbitan sukuk

Sistem Online Trading Syariah

Bank Kustodian yang memberikan jasa kustodian syariah

Wali Amanat yang memberikan jasa dalam penerbitan sukuk

Efek Syariah Berupa Saham


Bagaimana saham dapat disebut sebagai efek syariah?

Konsep saham merupakan konsep kegiatan musyarakah/ syirkah, yaitu penyertaan modal dengan hak
bagi hasil usaha.

Dengan demikian, saham tidak bertentangan dengan prinsip syariah, karena saham merupakan bukti
penyertaan modal dari investor kepada perusahaan, yang kemudian investor akan mendapatkan bagi hasil
berupa deviden. Namun demikian, tidak semua saham dapat langsung dikategorikan sebagai saham
syariah.
Apakah yang dimaksud dengan DES?

Daftar Efek Syariah (DES) adalah kumpulan efek yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah di pasar
modal, yang ditetapkan oleh OJK atau pihak yang mendapat persetujuan dari OJK sebagai Pihak Penerbit
DES.
Siapa sajakah pihak yang dapat menerbitkan DES selain OJK?

Pihak yang dapat menerbitkan Daftar Efek Syariah selain OJK (Pihak Penerbit DES), adalah pihak yang
telah mendapatkan persetujuan dari OJK untuk menerbitkan DES yang berisi efek syariah yang tercatat di
Bursa Efek luar negeri.

Pihak yang dapat menjadi Pihak Penerbit DES yaitu:

o Pihak yang mendapat persetujuan dari OJK untuk menerbitkan DES


o Manajer Investasi Syariah

o Manajer Investasi yang memiliki Unit Pengelolaan Investasi Syariah

Apa yang dimaksud dengan sukuk?

Sukuk adalah efek syariah berupa sertifiat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian
yang tidak terpisahkan atau tidak terbagi atas aset yang mendasarinya (underlying asset).

Apa yang dimaksud dengan underlying asset?

Underlying Asset adalah aset yang dijadikan sebagai obyek atau dasar penerbitan sukuk.
Aset yang dijadikan underlying dapat berupa barang berwujud seperti tanah, bangunan, proyek
pembangunan, atau aset tidak berwujud seperti jasa, atau hak manfaat atas aset.

Perbedaan antara sukuk dan obligasi


Reksa Dana Syariah

Apa yang dimaksud reksa dana syariah?

Reksa Dana Syariah merupakan salah satu wadah investasi kolektif yang dikelola oleh Manajer
Investasi dengan cara menginvestasikan dana kelolaan ke efek syariah berupa saham syariah, sukuk, atau
instrumen syariah lainnya.

Apa perbedaan reksa dana syariah dan reksa dana konvensional?

Apa saja jenis-jenis reksa dana syariah?


Reksa Dana Syariah Pasar Uang

Reksa dana yang hanya melakukan investasi pada instrumen pasar uang syariah dalam negeri dan/atau
efek syariah berpendapatan tetap yang diterbitkan dengan jangka waktu tidak lebih dari 1 (satu) tahun
dan/atau sisa jatuh temponya tidak lebih dari 1 (satu) tahun.

Reksa Dana Syariah Pendapatan Tetap

Reksa dana yang melakukan investasi paling sedikit 80% dari Nilai Aktiva Bersih dalam bentuk efek
syariah berpendapatan tetap.

Reksa Dana Syariah Saham

Reksa dana yang melakukan investasi paling sedikit 80% dari Nilai Aktiva Bersih dalam bentuk efek
syariah bersifat ekuitas.

Reksa Dana Syariah Campuran

Reksa dana yang melakukan investasi pada efek syariah bersifat ekuitas, efek syariah berpendapatan
tetap, dan/atau instrumen pasar uang dalam negeri yang masing-masing tidak melebihi 79% dari Nilai
Aktiva Bersih, dimana dalam portofolio reksa dana tersebut wajib terdapat efek syariah bersifat ekuitas dan
efek syariah berpendapatan tetap.

Reksa Dana Syariah Terproteksi

Reksa dana yang melakukan investasi paling sedikit 70% dari NAB dalam bentuk efek syariah
berpendapatan tetap dan paling banyak 30% dari NAB dalam bentuk saham syariah dan/atau sukuk
yang diperdagangkan di Bursa Efek luar negeri.

Reksa Dana Syariah Indeks

Reksa dana yang melakukan investasi paling sedikit 80% dari NAB dalam efek syariah yang merupakan
bagian dari suatu indeks syariah yang menjadi acuannya. Investasi pada efek syariah tersebut paling
sedikit 80% dari seluruh efek syariah yang ada dalam indeks.

Pembobotan atas masing-masing efek syariah dalam reksa dana syariah indeks tersebut antara 80%
sampai 120% dari pembobotan atas masing-masing efek syariah dalam indeks yang menjadi acuan.

Exchange Traded Fund (ETF) Syariah

Reksa Dana Syariah berbentuk KIK yang unit penyertaannya diperdagangkan di bursa efek (ETF)

Reksa Dana Syariah berbentuk KIK Penyertaan Terbatas


Reksa dana yang hanya ditawarkan kepada pemodal profesional dan dilarang ditawarkan melalui
Penawaran Umum dan/atau dilarang dimiliki oleh 50 pihak atau lebih. Pemodal profesional
merupakan pemodal yang memiliki kemampuan untuk membeli unit penyertaan dan melakukan analisis
risiko.

Reksa Dana Syariah Berbasis Efek Syariah Luar Negeri

Reksa dana yang melakukan investasi paling sedikit 51% dari Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Syariah
pada Efek Syariah Luar Negeri yang dimuat dalam Daftar Efek Syariah yang diterbitkan oleh
Pihak Penerbit Daftar Efek Syariah

Reksa Dana Syariah Berbasis Sukuk

Reksa dana yang melakukan investasi paling sedikit 85% dari Nilai Aktiva Bersih dalam bentuk:

Sukuk yang ditawarkan di Indonesia melalui Penawaran Umum;


Surat Berharga Syariah Negara; dan/atau

Surat berharga komersial syariah yang jatuh temponya 1 tahun atau lebih dan masuk dalam
kategori layak investasi (investment grade)

Reksa dana syariah tersebut dilarang melakukan investasi pada efek yang berbasis kegiatan sektor riil
diluar negeri.

Definisi pasar modal sesuai dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal (UUPM) adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan
perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta
lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek.
Berdasarkan definisi tersebut, terminologi pasar modal syariah dapat diartikan sebagai
kegiatan dalam pasar modal sebagaimana yang diatur dalam UUPM yang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah. Oleh karena itu, pasar modal syariah bukanlah suatu sistem yang
terpisah dari sistem pasar modal secara keseluruhan. Secara umum kegiatan Pasar Modal
Syariah tidak memiliki perbedaan dengan pasar modal konvensional, namun terdapat
beberapa karakteristik khusus Pasar Modal Syariah yaitu bahwa produk dan mekanisme
transaksi tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.
Penerapan prinsip syariah di pasar modal tentunya bersumberkan pada Al Quran sebagai
sumber hukum tertinggi dan Hadits Nabi Muhammad SAW. Selanjutnya, dari kedua sumber
hukum tersebut para ulama melakukan penafsiran yang kemudian disebut ilmu fiqih. Salah
satu pembahasan dalam ilmu fiqih adalah pembahasan tentang muamalah, yaitu hubungan
diantara sesama manusia terkait perniagaan. Berdasarkan itulah kegiatan pasar modal
syariah dikembangkan dengan basis fiqih muamalah.Terdapat kaidah fiqih muamalah yang
menyatakan bahwa Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada
dalil yang mengharamkannya. Konsep inilah yang menjadi prinsip pasar modal syariah di
Indonesia.
Dasar Hukum
Sebagai bagian dari sistem pasar modal Indonesia , kegiatan di Pasar modal yang
menerapkan prinsip-prinsip syariah juga mengacu kepada Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1995 tentang Pasar Modal berikut peraturan pelaksananaannya (Peraturan Bapepam-LK,
Peraturan Pemerintah, Peraturan Bursa dan lain-lain). Bapepam-LK selaku regulator pasar
modal di Indonesia, memiliki beberapa peraturan khusus terkait pasar modal syariah, sebagai
berikut:
1. Peraturan Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efeek Syariah
2. Peraturan Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah

3. Peraturan Nomor IX.A.14 tentang Akad-akad yang digunakan dalam Penerbitan Efek
Syariah

SEJARAH PASAR MODAL SYARIAH


Sejarah Pasar Modal Syariah di Indonesia dimulai dengan diterbitkannya Reksa Dana Syariah
oleh PT. Danareksa Investment Management pada 3 Juli 1997. Selanjutnya, Bursa Efek
Indonesia (d/h Bursa Efek Jakarta) berkerjasama dengan PT. Danareksa Investment
Management meluncurkan Jakarta Islamic Index pada tanggal 3 Juli 2000 yang bertujuan
untuk memandu investor yang ingin menginvestasikan dananya secara syariah. Dengan
hadirnya indeks tersebut, maka para pemodal telah disediakan saham-saham yang dapat
dijadikan sarana berinvestasi sesuai dengan prinsip syariah.
Pada tanggal 18 April 2001, untuk pertama kali Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia (DSN-MUI) mengeluarkan fatwa yang berkaitan langsung dengan pasar modal,
yaitu Fatwa Nomor 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanan Investasi Untuk Reksa
Dana Syariah. Selanjutnya, instrumen investasi syariah di pasar modal terus bertambah
dengan kehadiran Obligasi Syariah PT. Indosat Tbk pada awal September 2002. Instrumen ini
merupakan Obligasi Syariah pertama dan akad yang digunakan adalah akad mudharabah.
Sejarah Pasar Modal Syariah juga dapat ditelusuri dari perkembangan institusional yang
terlibat dalam pengaturan Pasar Modal Syariah tersebut. Perkembangan tersebut dimulai dari
MoU antara Bapepam dan DSN-MUI pada tanggal 14 Maret 2003. MoU menunjukkan adanya
kesepahaman antara Bapepam dan DSN-MUI untuk mengembangkan pasar modal berbasis
syariah di Indonesia.
Dari sisi kelembagaan Bapepam-LK, perkembangan Pasar Modal Syariah ditandai dengan
pembentukan Tim Pengembangan Pasar Modal Syariah pada tahun 2003. Selanjutnya, pada
tahun 2004 pengembangan Pasar Modal Syariah masuk dalam struktur organisasi Bapepam
dan LK, dan dilaksanakan oleh unit setingkat eselon IV yang secara khusus mempunyai tugas
dan fungsi mengembangkan pasar modal syariah. Sejalan dengan perkembangan industri
yang ada, pada tahun 2006 unit eselon IV yang ada sebelumnya ditingkatkan menjadi unit
setingkat eselon III.
Pada tanggal 23 Nopember 2006, Bapepam-LK menerbitkan paket Peraturan Bapepam dan LK
terkait Pasar Modal Syariah. Paket peraturan tersebut yaitu Peraturan Bapepam dan LK Nomor
IX.A13 tentang Penerbitan Efek Syariah dan Nomor IX.A.14 tentang Akad-akad yang
digunakan dalam Penerbitan Efek Syariah di Pasar Modal. Selanjutnya, pada tanggal 31
Agustus 2007 Bapepam-LK menerbitkan Peraturan Bapepam dan LK Nomor II.K.1 tentang
Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah dan diikuti dengan peluncuran Daftar Efek Syariah
pertama kali oleh Bapepam dan LK pada tanggal 12 September 2007.
Perkembangan Pasar Modal Syariah mencapai tonggak sejarah baru dengan disahkannya UU
Nomor 19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) pada tanggal 7 Mei
2008. Undang-undang ini diperlukan sebagai landasan hukum untuk penerbitan surat
berharga syariah negara atau sukuk negara. Pada tanggal 26 Agustus 2008 untuk pertama
kalinya Pemerintah Indonesia menerbitkan SBSN seri IFR0001 dan IFR0002.
Pada tanggal 30 Juni 2009, Bapepam-LK telah melakukan penyempurnaan terhadap Peraturan
Bapepam-LK Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah dan II.K.1 tentang Kriteria dan
Penerbitan Daftar Efek Syariah.

PENGENALAN PRODUK SYARIAH DI PASAR


MODAL
Produk syariah di pasar modal antara lain berupa surat berharga atau efek. Berdasarkan
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM), Efek adalah surat
berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda
bukti utang, Unit Penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas Efek, dan
setiap derivatif dari Efek.
Sejalan dengan definisi tersebut, maka produk syariah yang berupa efek harus tidak
bertentangan dengan prinsip syariah. Oleh karena itu efek tersebut dikatakan sebagai Efek
Syariah. Dalam Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah
disebutkan bahwa Efek Syariah adalah Efek sebagaimana dimaksud dalam UUPM dan
peraturan pelaksanaannya yang akad, cara, dan kegiatan usaha yang menjadi landasan
pelaksanaannya tidak bertentangan dengan prinsip - prinsip syariah di Pasar Modal. Sampai
dengan saat ini, Efek Syariah yang telah diterbitkan di pasar modal Indonesia meliputi Saham
Syariah, Sukuk dan Unit Penyertaan dari Reksa Dana Syariah.
1. Saham Syariah
Secara konsep, saham merupakan surat berharga bukti penyertaan modal kepada
perusahaan dan dengan bukti penyertaan tersebut pemegang saham berhak untuk
mendapatkan bagian hasil dari usaha perusahaan tersebut. Konsep penyertaan modal dengan
hak bagian hasil usaha ini merupakan konsep yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah. Prinsip syariah mengenal konsep ini sebagai kegiatan musyarakah atau syirkah.
Berdasarkan analogi tersebut, maka secara konsep saham merupakan efek yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah. Namun demikian, tidak semua saham yang diterbitkan
oleh Emiten dan Perusahaan Publik dapat disebut sebagai saham syariah. Suatu saham dapat
dikategorikan sebagai saham syariah jika saham tersebut diterbitkan oleh:
a. Emiten dan Perusahaan Publik yang secara jelas menyatakan dalam anggaran
dasarnya bahwa kegiatan usaha Emiten dan Perusahaan Publik tidak bertentangan
dengan Prinsip-prinsip syariah.
b. Emiten dan Perusahaan Publik yang tidak menyatakan dalam anggaran dasarnya
bahwa kegiatan usaha Emiten dan Perusahaan Publik tidak bertentangan dengan Prinsip-
prinsip syariah, namun memenuhi kriteria sebagai berikut:

i. kegiatan usaha tidak bertentangan dengan prinsip syariah sebagaimana diatur


dalam peraturan IX.A.13, yaitu tidak melakukan kegiatan usaha:

perjudian dan permainan yang tergolong judi;

perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan barang/jasa;

perdagangan dengan penawaran/permintaan palsu;

bank berbasis bunga;

perusahaan pembiayaan berbasis bunga;

jual beli risiko yang mengandung unsur ketidakpastian(gharar)


dan/atau judi (maisir), antara lain asuransi konvensional;

memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan dan/atau


menyediakan barang atau jasa haram zatnya (haram li-dzatihi), barang atau jasa
haram bukan karena zatnya (haram li-ghairihi) yang ditetapkan oleh DSN-MUI;
dan/atau, barang atau jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat;

melakukan transaksi yang mengandung unsur suap (risywah);

ii. rasio total hutang berbasis bunga dibandingkan total ekuitas tidak lebih dari
82%, dan

iii. rasio total pendapatan bunga dan total pendapatan tidak halal lainnya
dibandingkan total pendapatan usaha dan total pendapatan lainnya tidak lebih dari
10%.

2. Sukuk
Sukuk merupakan istilah baru yang dikenalkan sebagai pengganti dari istilah obligasi syariah
(islamic bonds). Sukuk secara terminologi merupakan bentuk jamak dari kata "sakk" dalam
bahasa Arab yang berarti sertifikat atau bukti kepemilikan. Sementara itu, Peraturan
Bapepam dan LK Nomor IX.A.13 memberikan definisi Sukuk sebagai berikut :
"Efek Syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili
bagian yang tidak tertentu (tidak terpisahkan atau tidak terbagi (syuyu'/undivided share)
atas:
a. aset berwujud tertentu (ayyan maujudat);
b. nilai manfaat atas aset berwujud (manafiul ayyan) tertentu baik yang sudah ada
maupun yang akan ada;

c. jasa (al khadamat) yang sudah ada maupun yang akan ada

d. aset proyek tertentu (maujudat masyru' muayyan); dan atau

e. kegiatan investasi yang telah ditentukan (nasyath ististmarin khashah)"

Karakteristik Sukuk
Sebagai salah satu Efek Syariah sukuk memiliki karakteristik yang berbeda dengan obligasi.
Sukuk bukan merupakan surat utang, melainkan bukti kepemilikan bersama atas suatu
aset/proyek. Setiap sukuk yang diterbitkan harus mempunyai aset yang dijadikan dasar
penerbitan (underlying asset ). Klaim kepemilikan pada sukuk didasarkan pada aset/proyek
yang spesifik. Penggunaan dana sukuk harus digunakan untuk kegiatan usaha yang halal.
Imbalan bagi pemegang sukuk dapat berupa imbalan, bagi hasil, atau marjin, sesuai dengan
jenis akad yang digunakan dalam penerbitan sukuk.

Jenis Sukuk
Jenis sukuk berdasarkan Standar Syariah AAOIFI No.17 tentang Investment Sukuk, terdiri dari :
1. Sertifikat kepemilikan dalam aset yang disewakan.
2. Sertifikat kepemilikan atas manfaat, yang terbagi menjadi 4 (empat) tipe : Sertifikat
kepemilikan atas manfaat aset yang telah ada, Sertifikat kepemilikan atas manfaat aset di
masa depan, sertifikat kepemilikan atas jasa pihak tertentu dan Sertifikat kepemilikan atas
jasa di masa depan.

3. Sertifikat salam.

4. Sertifikat istishna.

5. Sertifikat murabahah.

6. Sertifikat musyarakah.

7. Sertifikat muzara'a.

8. Sertifikat musaqa.

9. Sertifikat mugharasa.

3. Reksa Dana Syariah


Dalam Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.A.13 Reksa Dana syariah didefinisikan sebagai
reksa dana sebagaimana dimaksud dalam UUPM dan peraturan pelaksanaannya yang
pengelolaannya tidak bertentangan dengan Prinsip-prinsip Syariah di Pasar Modal.
Reksa Dana Syariah sebagaimana reksa dana pada umumnya merupakan salah satu alternatif
investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak
memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka. Reksa
Dana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki
modal, mempunyai keinginan untuk melakukan investasi, namun hanya memiliki waktu dan
pengetahuan yang terbatas.
Reksa Dana Syariah dikenal pertama kali di Indonesia pada tahun 1997 ditandai dengan
penerbitan Reksa Dana Syariah Danareksa Saham pada bulan Juli 1997.
Sebagai salah satu instrumen investasi, Reksa Dana Syariah memiliki kriteria yang berbeda
dengan reksa dana konvensional pada umumnya. Perbedaan ini terletak pada pemilihan
instrumen investasi dan mekanisme investasi yang tidak boleh bertentangan dengan prinsip-
prinsip syariah. Perbedaan lainnya adalah keseluruhan proses manajemen portofolio,
screeninng (penyaringan), dan cleansing (pembersihan).
Seperti halnya wahana investasi lainnya, disamping mendatangkan berbagai peluang
keuntungan, Reksa Dana pun mengandung berbagai peluang risiko, antara lain:

Risiko Berkurangnya Nilai Unit Penyertaan.


Risiko ini dipengaruhi oleh turunnya harga dari Efek (saham, sukuk, dan surat berharga
syariah lainnya) yang masuk dalam portfolio Reksa Dana tersebut. Ini berkaitan dengan
kemampuan manajer investasi reksadana dalam mengelola dananya.
Risiko Likuiditas
Risiko ini menyangkut kesulitan yang dihadapi oleh Manajer Investasi jika sebagian besar
pemegang unit melakukan penjualan kembali (redemption) atas sebagian besar unit
penyertaan yang dipegangnya kepada Manajer Investasi secara bersamaan. dapat
menyulitkan manajemen perusahaan dalam menyediakan dana tunai. Risiko ini hanya
terjadi pada perusahaan reksadana yang sifatnya terbuka (open-end funds). Risiko ini
dikenal juga sebagai redemption effect.

Risiko Wanprestasi
Risiko ini merupakan risiko terburuk, dimana pada umumnya kekayaan reksa dana
diasuransikan kepada perusahaan asuransi. Risiko ini dapat timbul ketika perusahaan
asuransi yang mengasuransikan kekayaan Reksa Dana tersebut tidak segera membayar
ganti rugi atau membayar lebih rendah dari nilai pertanggungan saat terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan. Selain itu, wanprestasi dimungkinkan akibat dari pihak-pihak yang terkait
dengan Reksa Dana, pialang, bank kustodian, agen pembayaran, atau bencana alam,
yang dapat menyebabkan penurunan NAB (Nilai Aktiva Bersih) Reksa Dana.

Risiko politik dan ekonomi


Risiko yang berasal dari perubahan kebijakan ekonomi dan politik yang berpengaruh pada
kinerja bursa dan perusahaan sekaligus, sehingga akhirnya membawa efek pada
portofolio yang dimiliki suatu reksadana.

Anda mungkin juga menyukai