Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keberadaan pasar modal syariah merupakan
fenomena yang menarik dalam industri pasar modal di
tanah air. Seperti pendirian bank syariah, pasar modal
syariah didirikan berdasarkan pada kenyataan bahwa
mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim. Dan
diantara juataan muslim tersebut ada yang mempunyai
kelebihan dana (surplus unit) setra mereka susah
menginvestasikannya, dan salah satu penyebabnya adalah
mereka enggan investasi di pasar modal yang ada. Muslim
kaya tersebut enggan berinvestasi di pasar modal
konvensional karena pasar modal yang ada tersebut hanya
merupakan tempat manipulasi pasar dan cenderung
dipenuhi transaksi spekulatif.
Kegiatan utama dari pasar modal yang ada umumnya
hanya kegiatan dalam bentuk short selling, membeli
saham di pagi hari untuk kemudian menjualnya di sore hari
bila memungkinkan mendapat gain capital. Kegiatan
tersebut jauh sekali dari tujuan awal pendirian pasar modal
yaitu sebagai perantara penyediaan modal bagi
perusahaan penerbit efek yang kemudian digunakan untuk
perluasan usaha. Ekspansi atau perluasan usaha tersebut
dapat menambah lapangan pekerjaan dan dalam jangka
panjang dapat menggerakan perekonomian. Dan kemudian
pasar modal syariah hadir untuk memenuhi fungsi utama
dari pasar modal tersebut.
Dalam melakukan kegiatan investasi khususnya
dipasar modal, Islam tidak hanya melihat optimalisasi atau
maksimalisasi hasil akhir. Niat awal dan proses yang
kemudian dijalani harus tetap di jalur syari. Norma Islam

1
secara garis besar mengedepankan kehalalan instrumen
dan kemanfaatan dan kemashlahatan termasuk
didalamnya Larangan Riba, Gharar, Maisir, insider trading,
Margin trading, goreng-menggoreng saham dan spekulasi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari pasar modal syariah?
2. Bagaimanakah sejarah dan perkembangan pasar modal
syariah ?
3. Pandangan islam dalam pasar modal?
4. Prinsip-prinsip pasar modal syariah?
5. Fungsi pasar modal syariah?
6. Karakteristrik pasar modal syariah?
7. Gambaran pasar modal syariah di Indonesia?
8. Tantangan pasar modal syariah di Indonesia?

1.3 Tujuan
1. Menegetahui apa itu pasar modal syariah
2. Mengetahui sejarah munculnya pasar modal syariah
3. Mengetahui pandangan islam dalam pasar modal
4. Mengetahui prinsip-prinsip pasar modal syariah
5. Mengetahui fungsi pasar modal syariah
6. Mengetahui karakteristrik pasar modal syariah
7. Mengetahui gambaran yang ada pada pasar modal
syariah di Indonesia
8. Mengetahui tantangan yang ada pada pasar modal
syariah di Indonesia

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pasar Modal Syariah


Pasar Modal menurut pasal 13 UU Nomor. 8 Tahun 1995
adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran
Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang
berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga
dan profesi yang berkaitan dengan Efek. Sedangkan prinsip
syari`ah menurut pasal 1 ayat (13) UU No. 10 tahun 1998
adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara
bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau
pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang
dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain, pembiayaan
berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan
berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip
jual beli barang dengan memperoleh keuntungan
(murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan
prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya
pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa
dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).
Dari kedua defenisi dapat disimpulkan bahwa pasar
modal syariah (Islamic stock exchange) adalah kegiatan yang
berhubungan dengan perdagangan efek syariah perusahaan
public yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya serta
lembaga profesi yang berkaitan dengannya, di mana semua
produk dan mekanisme operasionalnya tidak bertentangan
denga syariat Islam. Pasar modal syariah dapat juga diartikan
adalah pasar modal yang menerapkan prinsip-prinsip syariah.

3
Sistem mekanisme pasar modal konvensional yang
mengandung riba, maisir dan gharar selama ini telah
menimbulkan keraguan dikalangan umat islam. Pasar modal
islam dikembangkan dalam rangka mengkomodir kebutuhan
umat muslim di Indonesia yang ingin melakukan investasi di
pasar modal sesuai dengan prinsip syariah. Hal ini berkenaan
dengan anggapan di kalangan sebagai umat islam sendiri
bahwa berinvestasi di pasar modal di satu sisi merupakan
sesuatu yang tidak diperbolehkan (diharamkan) berdasarkan
ajaran islam, sementara di sisi lain Indonesia perlu
memperhatikan dan menarik minat investor mancanegara
untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia, terutama
investor dari Negara-negara Timur Tengah yang diyakini
merupakan investor potensial.
Pasar modal adalah perdagangan instrument keuangan
(sekuritas) jangka panjang, antara lain: dalam bentuk modal
sendiri (stock) maupun utang (bonds); baik yang diterbitkan
oleh pemerintah (public authorities) maupun oleh perusahaan
swasta (private sector). Sedangkan pasar modal syariah
merupakan tempat atau sarana bertemunya penjual dan
pembeli instrumen keuangan syariah yang dalam berinteraksi
berpedoman pada ajaran islam dan menjauhi hal-hal yang
dilarang, seperti penipuan dan penggelapan.

2.2 Sejarah dan Perkembangan Pasar Modal Syariah


Sejarah perkembangan industri keuangan syariah yang
meliputi perbankan, asuransi dan pasar modal pada dasarnya
merupakan suatu proses sejarah yang sangat panjang.
Lahirnya Agama Islam sekitar 15 (lima belas) abad yang lalu
meletakkan dasar penerapan prinsip syariah dalam industri
keuangan, karena di dalam Islam dikenal kaidah muamalah
yang merupakan kaidah hukum atas hubungan antara

4
manusia yang di dalamnya termasuk hubungan perdagangan
dalam arti yang luas.
Namun demikian, perkembangan penerapan prinsip
syariah mengalami masa surut selama kurun waktu yang
relatif lama pada masa imperium negara-negara Eropa. Pada
masa tersebut negara-negara di Timur Tengah serta negara-
negara Islam lain hampir semuanya menjadi wilayah jajahan
negara-negara Eropa.
Dalam perkembangan selanjutnya, dengan banyaknya
negara Islam yang terbebas dari penjajahan dan semakin
terdidiknya generasi muda Islam, maka ajaran Islam mulai
meraih masa kebangkitan kembali. Sekitar tahun 1960-an
banyak cendekiawan muslim dari negara-negara Islam sudah
mulai melakukan pengkajian ulang atas penerapan sistem
hukum Eropa kedalam industri keuangan dan sekaligus
memperkenalkan penerapan prinsip syariah Islam dalam
industri keuangannya.
Pada awalnya prinsip syariah islam diterapkan pada
industri perbankan dan Cairo adalah merupakan negara yang
pertama kali mendirikan bank Islam sekitar tahun 1971
dengan nama Nasser Social Bank yang operasionalnya
berdasarkan sistem bagi hasil (tanpa riba). Berdirinya Nasser
Social Bank tersebut, kemudian diikuti dengan berdirinya
beberapa bank Islam lainnya seperti Islamic Development
Bank (IDB) dan the Dubai Islamic pada tahun 1975, Faisal
Islamic Bank of Egypt, Faisal Islamic Bank of Sudan dan
Kuwait Finance House tahun 1977.
Selanjutnya penerapan prinsip syariah pada sektor di
luar industri perbankan, juga telah dijalankan pada industri
asuransi (takaful) dan industri Pasar Modal (Pasar Modal
Syariah). Pada industri Pasar Modal, prinsip syariah telah
diterapkan pada instrumen obligasi, saham dan fund (Reksa

5
Dana). Adapun negara yang pertama kali mengintrodusir
untuk mengimplementasikan prinsip syariah di sektor pasar
modal adalah Jordan dan Pakistan, dan kedua negara
tersebut juga telah menyusun dasar hukum penerbitan
obligasi syariah. Selanjutnya pada tahun 1978, pemerintah
Jordan melalui Law Nomor 13 tahun 1978 telah mengijinkan
Jordan Islamic Bank untuk menerbitkan Muqaradah Bond. Ijin
penerbitan Muqaradah Bond ini kemudian ditindak lanjuti
dengan penerbitan Muqaradah Bond Act pada tahun 1981.
Sementara pemerintah Pakistan, baru pada tahun 1980
menerbitkan the Madarabas Company dan Madarabas
Ordinance.
Secara umum, penerapan prinsip syariah dalam industri
pasar modal khususnya pada instrumen saham dilakukan
berdasarkan penilaian atas saham yang diterbitkan oleh
masing-masing perusahaan, karena instrumen saham secara
natural telah sesuai dengan prinsip syariah mengingat sifat
saham dimaksud bersifat penyertaan. Para ahli fiqih
berpendapat bahwa suatu saham dapat dikatergorikan
memenuhi prinsip syariah apabila kegiatan perusahaan yang
menerbitkan saham tersebut tidak tercakup pada hal-hal
yang dilarang dalam syariah islam, seperti : alkohol,
perjudian, produksi yang bahan bakunya berasal dari babi,
pornografi, jasa keuangan yang bersifat konvensional,
asuransi yang bersifat konvensional.

2.3 Islamisasi Pasar Modal


Dilihat dari sisi syariah, pasar modal adalah salah satu
sarana atau produk muamalah. Transaksi didalam pasar
modal, menurut prinsip hukum syariah tidak dilarang atau
dibolehkan sepanjang tidak terdapat transaksi yang

6
bertentangan dengan ketentuan yang telah digariskan oleh
syariah.
Diantara yang dilarang oleh syariah adalah transaksi
yang mengandung bunga dan riba. Larangan transaksi bunga
(riba) sangat jelas, karena itu transaksi dipasar modal yang
didalamnya terdapat bunga (riba) tidak diperkenankan oleh
Syariah.
Syariah juga melarang transaksi yang didalamnya
terdapat spekulasi dan mengandung gharar atau
ketidakjelasan yaitu transaksi yang didalamnya dimungkinkan
terjadinya penipuan (khida). Termasuk dalam pengertian ini:
melakukan penawaran palsu (najsy), transaksi atas barang
yang belum dimiliki (short selling/baiu maalaisa bimamluk),
menjual sesuatu yang belum jelas (baiulmadum); pembelian
untuk penimbunan efek (ihtikar) dan menyebarluaskan
informasi yang menyesatkan atau memakai informasi orang
dalam untuk memperoleh keuntungan transaksi yang
dilarang (insider trading).
Dengan adanya berbagai ketentuan dan pandangan
syariah seperti diatas, maka investasi tidak dapat dilakukan
terhadap semua produk pasar modal karena diantara produk
pasar modal itu banyak yang bertentangan dengan syariah.
Oleh karena itu investasi di pasar modal harus dilakukan
dengan selektif dan dengan hati-hati (ihtiyat) supaya tidak
masuk kepada produk non halal. Sehingga hal inilah yang
mendorong islamisasi pasar modal.
Terkait dengan upaya pengembangan pasar modal
syariah, hingga saat ini terdapat 6 (enam) Fatwa DSN-MUI
yang berkaitan dengan industri pasar modal. Fatwa-fatwa
tersebut adalah : Fatwa No.05 tahun 2000 tentang Jual Beli
Saham, No.20 tahun 2000 tentang Pedoman Pelaksanaan
Investasi Untuk Reksa Dana Syariah, No.32 tahun 2002

7
tentang Obligasi Syariah, No.33 tahun 2002 tentang Obligasi
Syariah Mudharabah, No.40 tahun 2003 tentang Pasar Modal
dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip syariah di Bidang
Pasar Modal, dan yang terakhir fatwa No.41 tahun 2004
tentang Obligasi Syariah Ijarah.
Bentuk ideal dari pasar modal syariah dapat dicapai
dengan islamisasi empat pilar pasar modal, yaitu : (a) Emiten
(perusahaan) dan efek yang diterbitkannya didorong untuk
memenuhi kaidah syariah, keadilan, kehati-hatian dan
transparansi, (b) Pelaku pasar (investor) harus memiliki
pemahaman yang baik tentang ketentuan muamalah,
manfaat dan risiko transaksi di pasar modal, (c) Infrastruktur
informasi bursa efek yang jujur, transparan dan tepat waktu
yang merata di publik yang ditunjang oleh mekanisme pasar
yang wajar, (d) Pengawasan dan penegakan hukum oleh
otoritas pasar modal dapat diselenggarakan secara adil,
efisien, efektif dan ekonomis.
Selain itu prinsip-prinsip Syariah juga akan memberikan
penekanan (emphasis) pada : (a) Kehalalan produk/jasa dari
kegiatan usaha, karena menurut prinsip Syariah manusia
hanya boleh memperoleh keuntungan atau penambahan
harta dari hal-hal yang halal dan baik; (b) Adanya kegiatan
usaha yang spesifik dengan manfaat yang jelas, sehingga
tidak ada keraguan akan hasilusaha yang akan menjadi
obyek dalam perhitungan keuntungan yang diperoleh; (c)
Adanya mekanisme bagi hasil yang adil baik dalam untung
maupun rugi- menurut penyertaan masing-masing pihak; dan
(d) Penekanan pada mekanisme pasar yang wajar dan prinsip
kehati-hatian baik pada emiten maupun investor.

2.4 Prinsip Pasar Modal Syariah

8
Saat dibukanya penawaran umum pada pasar perdana,
terdapat berbagai hal yang harus diperhatikan baik oleh
investor maupun oleh emiten, yaitu:
a. Instrument atau efek yang diperjual-belikan harus sejalan
dengan prinsip syariah.
b. Emiten yang mengeluarkan efek syariah, baik berupa
saham ataupun sukuk harus mentaati semua aturan
syariah.
c. Semua efek berbasis pada harta (berbasis aset) atau
transaksi yang rill (ain), bukan mengharapkan keuntungan
dari kontrak utang piutang.
d. Semua transaksi tidak mengandung ketidakjelasan yang
berlebihan atau spekulasi murni.
e. Mematuhi semua peraturan islam yang berhubungan
dengan utang piutang, seperti tidak dibenarkan jual beli
utang dengan cara diskon.
Konsekuensi dari prinsip-prinsip tersebut, dalam tataran
operasional pada pasar modal Syariah harus memenuhi
criteria :
a. Efek yang diperjual-belikan harus merupakan representasi
dari barang dan jasa yang halal.
b. Informasi harus terbuka dan transparan, tidak boleh
menyesatkan dan tidak ada manipulasi fakta.
c. Tidak boleh mempertukarkan efek sejenis dengana nilai
nominal yang berbeda.
d. Laragan terhadap rekayasa penawaran untuk
mendapatkan keuntungan di atas laba normal, dengan
cara mengurangi supply agar harga jual naik.
e. Larangan untuk merekayasa permintaan untuk
mendapatkan keuntungan di atas laba normal dengancara
menciptakan false demand.
f. Boleh melakukan dua transaksi dalam satu akad, dengan
syarat objek, pelaku, dan periodenya sama.

2.5 Fungsi Pasar Modal Syariah

9
Pasar modal berperan menjalankan dua fungsi secara
simultan berupa fungsi ekonomi dengan mewujudkan
pertemuan dua kepentingan, yaitu pihak yang memiliki
kelebihan dana dengan pihak yang memerlukan dana, dan
fungsi keuangan dengan memberikan kemungkinan dan
kesempatan untuk memperolehimbalan bagi pemilik dana
melalui investasi.
Pada fungsi keuangan, pasar modal berperan sebagai
sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi
perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat
pemodal (investor). Dana yang di peeoleh tersebut biasa
digunakan untuk pengembangan usaha ekspansi,
penambahan modal kerja, dan lain-lain.
Sedangkan pada fungsi kedua pasar modal menjadi
sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrument
keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain.
Dengan demikian masyarakat dapat menempatkan dana
yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan
resiko masing-masing instrument.
Pasar modal juga mampu menjadi tolak ukur kemajuan
perekonomian suatu Negara. Pasar modal juga mampu
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan memberikan
kesempatan bagi perusahaan untuk dapat memanfaatkan
dana langsung dari masyarakat tanpa harus menunggu
tersediannya dana dari operasi perusahaan. Selain itu ada
beberapa Fungsi lain dari keberadaan pasar modal syariah
adalah sebagai berikut:
a. Memungkinkan bagi masyarakat untuk berpartisipasi
dalam kegiatan bisnis dengan memperoleh bagian
keuntungan dan risikonya.Pembiayaan (jangka panjang)
bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber
dana secara optimal.

10
b. Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus
memungkinkan upaya disversifikasi.
c. Menyediaka leading indicator bagi tren ekonomi suatu
Negara.
d. Penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan
masyarakat menengah.
e. Penyebaran kepemilikan, keterbukaandan profesionalisme,
menciptakan iklim berusaha yang sehat.
f. Menciptakan lapangan kerja atau profesi yang menarik.
g. Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat
dan mempunyai prospek.
h. Alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan
dengan resiko yang bias di perhitungkan melalui
keterbukaan, likuiditas, dan diversifikasi investasi.
i. Memberikan iklim keterbukaan bagi dunia usaha,
memberikan akses control social.
j. Memungkinkan para pemegang saham menjual sahamnya
guna mendapatkan likuiditas.
k. Memungkinkan perusahaan meningkatkan modal dari luar
untuk membangun dan mengembangkan lini produksinya.
l. Memungkinkan operasi kegiatan bisnis dari fluktasi jangka
pendek pada harga saham yang merupakan cirri umum
pada pasar modal konvensional.
m. Memungkinkan investasi pada ekonomi yang ditentukan
oleh kinerja kegiatan bisnis sebagaimana tercemin pada
harga saham.

Sedang menurut MM.Metwally keberadaan pasar modal


syariah secara umum berfungsi :
1) Memungkinkan bagi mayarakat berpartisipasi dalam
kegiatan bisnis dengan memperoleh bagian dari
keuntungan dan resikonya.
2) Memungkinkan bagi para pemegang saham menjual
sahamnya guna mendapatkan likuiditas.
3) Memungkinkan perusahaan meningkatkan modaldari luar
untuk membangun dan mengembangkan lini produknya.

11
4) Memisahkan oprasi kegiatan bisnis dari fluktuasi jangka
pendek pada harga saham yang merupakan ciri umum
pada pasar modal konvensional.
5) Memungkinkan invesasipada ekonomi itu ditentukan
olehkinerja kegiatan bisnis sebagaimana tercermin pada
harga saham.

2.6 Karakteristik Pasar Modal Syariah


Karakter pasar modal yang diperlukan dalam
membentuk struktur pasar modal syariah, di mana
memungkinkan para pemegang saham individual dapat
melepaskan sahamnya dan memperoleh keuntugan dengan
adanya komitmen antara pemegang saham dengan
perusahaan untuk tidak mencairkan sahamnya setidak-
tidaknya dalam jangka tiga bulan. Sedangkan karakteristik
yang diperlukan dalam membentuk pasar modal syariah
(Metwally, 1995, 178-179) adalah sebagai berikut :
a. Semua saham harus diperjualbelikan pada bursa efek.
b. Bursa perlu mempersiapkan pasca perdagangan, dimana
saham dapat diperjual belikan melalui pialang.
c. Semua perusahaan yang mempunyai saham yang dapat
diperjual belikan pada bursa efek diminta menyampaikan
informasi tentang perhitungan (account) keuntungan dan
kerugian serta neraca keuntungan pada komite
manajemen bursa efek, dengan jangka waktu tidak lebih
dari 3 bulan.
d. Komite manajemen menerapkan Harga saham tertinggi
(HST) tiap-tiap perusahan dengan interval tidak lebih dari
3 bulan sekali.
e. Saham tidak boleh diperdagangkan dengan harga lebih
tinggi dari HST.
f. Perdagangan saham mestinya hanya berlangsung dalam
satu minggu periode perdagangan setelah menentukan
HST.

12
g. Perusahaan hanya dapat menerbitkan saham dalam
periode perdagangan dan dengan harga HST.
h. Saham dapat dijual dengan harga dibawah HST.
i. Komite manajemen harus memastikan bahwa semua
perusahaan yang terlibat dalam bursa efek itu mengikuti
standar akuntansi syariah

2.7 Gambaran Pasar Modal Syariah di Indonesia


Langkah awal perkembangan pasar modal syariah di
Indonesia dimulai dengan terbitnya reksadana syariah pada
tanggal 25 juni 1997, lalu diikuti dengan diterbitkannya
obligasi syariah pada akhir tahun 2002. Dan pada tanggal 3
juli 2000, telah hadir di Jakarta Islamic Index (JII) di mana
saham-saham yang tercantum didalam indeks ini sudah
ditentukan oleh syariah.
Secara formal, peluncuran pasar modal dengan prinsip-
prinsip syariah Islam dilakukan pada Maret 2003. Pada
kesempatan itu ditandatangani nota kesepahaman antara
Bapepam dan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia (DSN-MU) yang dilanjutkan dengan nota
kesepahaman antara DSN-MUI dengan SRO ( self Regulatory
Organization).
Sejak secara resmi Badan Pengawas Pasar Modal
(Bapepam) meluncurkan prinsip pasar modal syariah pada
tanggal 14 dan 15 Maret 2003 dengan ditandatanganinya
nota kesepahaman antara Bapepam dengan Dewan Syariah
Nasional- Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI), maka dalam
perjalanannya perkembangan dan pertumbuhan transaksi
efek syariah di pasar modal Indonesia terus meningkat. Harus
dipahami bahwa ditengah maraknya pertumbuhan kegiatan
ekonomi syariah secara umum di Indonesia, perkembangan
kegiatan investasi syariah di pasar modal Indonesia masih

13
dianggap belum mengalami kemajuan yang cukup signifikan,
meskipun kegiatan investasi syariah tersebut telah dimulai
dan diperkenalkan sejak pertengahan tahun 1997 melalui
instrumen reksa dana syariah serta sejumlah fatwa DSN-MUI
berkaitan dengan kegiatan investasi syariah di pasar modal
Indonesia.
Dilihat dari kenyataannya, walaupun sebagian besar
penduduk Indonesia mayoritas beragama Islam namun
perkembangan pasar modal yang berbasis syariah dapat
dikatakan sangat tertinggal jauh terutama jika dibandingkan
dengan Malaysia yang sudah bisa dikatakan telah menjadi
pusat investasi berbasis syariah di dunia, karena telah
menerapkan beberapa instrumen keuangan syariah untuk
industri pasar modalnya. Kenyataan lain yang dihadapi oleh
pasar modal syariah kita hingga saat ini adalah minimnya
jumlah pemodal yang melakukan investasi, terutama jika
dibandingkan dengan jumlah pemodal yang ada pada sektor
perbankan.
Dibandingkan dengan negara tetangga Malaysia
misalnya, Indonesia terlihat begitu tertinggal jauh dalam
mengembangkan kegiatan investasi syariah di pasar modal.
Malaysia pertama kali mengembangkan kegiatan pasar modal
syariah sejak awal tahun 1990 dan saat ini terus mengalami
kemajuan yang cukup pesat. Sebagai contoh, data
menunjukkan hingga akhir tahun 2004 total Nilai Aktiva
Bersih (NAB) Reksa Dana Syariah mencapai 7,7% (tujuh koma
tujuh perseratus) dari total NAB industri Reksa Dana di
Malaysia, sedangkan Indonesia baru mencapai 0,51% (nol
koma lima puluh satu per seratus) dari total NAB industri
reksa dana.
Untuk obligasi syariah, di Malaysia hingga akhir tahun
2004 mencapai kenaikan 31,69% dari total nilai obligasi yang

14
tercatat di pasar modal Malaysia, sementara di Indonesia
hingga akhir Desember 2004 baru mencapai Rp. 1.424 Triliun
atau 1,72% dari total nilai emisi obligasi di Indonesia pada
tahun yang sama yaitu sebesar Rp. 83.005,345 Triliun.
Beberapa perkembangan dan kemajuan pasar modal
syariah yang patut dicatat hingga tahun 2004, diantaranya
adalah telah diterbitkan 6 (enam) Fatwa Dewan Syariah
Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) yang berkaitan
dengan industri pasar modal. Adapun ke enam fatwa
dimaksud adalah :
1. No.05/DSN-MUI/IV/2000 tentang Jual Beli Saham;
2. No.20/DSN-MUI/IX/2000 tentang Pedoman Pelaksanaan
Investasi Untuk Reksa Dana Syariah;
3. No.32/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah;
4. No.33/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah
Mudharabah;
5. No.40/DSN-MUI/IX/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman
Umum Penerapan Prinsip syariah di Bidang Pasar Modal;
6. No.41/DSN-MUI/III/2004 tentang Obligasi Syariah Ijarah.
Pada sisi lain, harus diakui bahwa masih terdapat
beberapa permasalahan mendasar yang menjadi kendala
berkembangnya pasar modal yang berprinsip syariah di
Indonesia. Kendala-kendala dimaksud diantaranya adalah
selain masih belum meratanya pemahaman dan atau
pengetahuan masyarakat Indonesia tentang investasi di pasar
modal yang berbasis syariah, juga belum ditunjangnya
dengan peraturan yang memadai tentang investasi syariah di
pasar modal Indonesia serta adanya anggapan bahwa untuk
melakukan investasi di pasar modal syariah dibutuhkan biaya
yang relatif lebih mahal apabila dibandingkan dengan
investasi pada sektor keuangan lainnya. Fatwa-fatwa tersebut
di atas mengatur prinsip-prinsip syariah di bidang pasar modal
yang meliputi bahwa suatu efek dipandang telah memenuhi

15
prinsip-prinsip syariah apabila telah memperoleh pernyataan
kesesuaian syariah secara tertulis dari DSN-MUI.
Adapun tahapan-tahapan yang harus dilalui untuk
memperoleh sertifikat/ predikat syariah dari DSN-MUI yaitu
bahwa calon emiten terlebih dahulu harus mempresentasikan
terutama struktur bagi hasilnya dengan nasabah/investor,
struktur transaksinya, bentuk perjanjiannya seperti perjanjian
perwali amanatan dll.
Hingga akhir Juli 2006, perkembangan produk pasar
modal berbasis syariah masih tetap positif. Kinerja saham-
saham yang termaksud kedalam Jakarta Islamic Index
menunjukkan kenaikan. Hal ini dapat dilihat dari pergerakan
indeks yang naik sebesar 19.8%, yaitu dari 199.74 pada akhir
tahun 2005 menjadi 293.30 pada akhir Juli 2006. Kinerja JII
ternyata juga lebih baik jika dibandingkan dengan indeks
LQ45. Indeks LQ-45, adalah indeks yang terdiri dari 45 saham
pilihan dengan mengacu pada dua variable, yaitu likuiditas
perdagangan dan kapitalisasi pasar. Setiap enam bulan sekali,
ada saham yang masuk dan keluar dari LQ-45.

2.8 Tantangan Pasar Modal Syariah Di Indonesia


Menurut Nurul Huda, Pakar Pasar Modal Syariah
Pascasarjana UI (2006), dalam mengembangkan pasar modal
syariah di Indoensia, ada beberapa kendala yang dihadapi
antara lain :
1. Belum ada ketentuan yang menjadi legitimisi pasar modal
syariah dari Bapepam atau pemerintah, misalnya Undang-
Undang. Perkembangan keberadaan pasar modal syariah
saat ini merupakan gambaran bagaimana legalitas yang
diberikan Bapepam dan pemerintah lebih tergantung dari
permintaan pelaku pasar yang menginginkan keberadaan
pasar modal syariah.

16
2. Selama ini pasar modal syariah lebih populer sebagai
sebuah wacana dimana banyak bicara tentang bagaimana
pasar yang disyariahkan. Dimana selama ini praktek pasar
modal tidak bisa dipisahkan dari riba, maysir dan gharar,
dan bagaimana memisahkan ketiganya dari pasar modal.
3. Sosialisasi instrumen syariah di pasar modal perlu
dukungan dari berbagai pihak. Karena ternyata
perkembangan pasar modal perlu dukungan berbagai
pihak. Karena ternyata perkembangan Jakarta Islamic Index
dan reksadana syariah kurang tersosialisasi dengan baik
sehingga perlu dukungan dari berbagai pihak, khususnya
praktisi dan akademisi. Praktisi dapat menjelaskan
keberadaan pasar modal secara pragmatis sedangkan
akademisi bisa menjelaskan secara ilmiah.
Beradasarkan pada kendala-kendala di atas maka
strategi yang perlu dikembangkan :
1. Keluarnya Undang-Undang Pasar modal syariah diperlukan
untuk mendukung keberadaan pasar modal syariah atau
minimal menyempurnakan UUPM No 8 Tahun 1995,
sehingga dengan hal ini diharapkan semakin mendorong
perkembangan pasar modal syariah.
2. Perlu keaktifan dari pelaku bisnis (pengusaha) muslim
untuk membentuk kehidupan ekonomi yang islami. Hal ini
guna memotivasi meningkatkan image pelaku pasar
terhadap keberadaan instrumen pasar modal yang sesuai
dengan syariah.
3. Diperlukan rencana jangka pendek dan jangka panjang
oleh Bapepam untuk mengakomodir perkembangan
instrumen-instrumen syariah dalam pasar modal. Sekaligus
merencanakan keberadaan pasar modal syariah di tanah
air.

17
4. Perlu kajian-kajian ilmiah mengenai pasar modal syariah,
oleh karena itu dukungan akadmisi sangat diperlukan guna
memahamkan perlunya keberadaan pasar modal syariah.
Diperlukan rencana jangka pendek dan jangka panjang
oleh Bapepam untuk mengakomodir perkembangan
instrumen-instrumen syariah dalam pasar modal. Sekaligus
merencanakan keberadaan pasar modal syariah di tanah air.
Perlu kajian-kajian ilmiah mengenai pasar modal syariah, oleh
karena itu dukungan akademisi sangat diperlukan guna
memahamkan perlunya keberadaan pasar modal syariah.
Pasar Modal menurut pasal 13 UU Nomor. 8 Tahun 1995
adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran
Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang
berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga
dan profesi yang berkaitan dengan Efek. Pasar modal syariah
secara resmi diluncurkan pada tanggal 14 Maret 2003
bersamaan dengan penandatanganan MOU antara BAPEPAM
dengan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
(DSN MUI). Fungsi dari keberadaan pasar modal syariah
adalah Menyediakan mekanisme untuk alokasi sumber
keuangan dalam ekonomi, Menyediakan likuiditas dalam
harga termurah di pasar, seperti transaksi dengan biaya
terendah, Menjamin transparansi harga sekuritas dengan
mementukan harga dari resiko premi yang merefleksikan
resiko dari sekuritas, Menyediakan kesempatan untuk
membangun diversifikasi portofolio dan untuk mengurangi
tingkat resiko melalui diversifikasi lintas geografi dan lintas
waktu. Prinsip-prinsip syariah di pasar modal terdapat dalam
pasal 2 Fatwa DSN-MUI No. 40/ IX/ 2003 yaitu : 1). Pasar
modal beserta seluruh mekanisme kegiatannya terutama
mengenai emiten, jenis efek yang diperdagangkan dan
mekanisme perdagangannya dipandang telah sesuai dengan

18
syariah apabila telah memenuhi prinsip-prinsip syariah. 2).
Suatu Efek dipandang telah memenuhi prinsip-prinsip syariah
apabila telah memperoleh
Pernyataan Kesesuaian Syariah. Instrumen pasar modal
pada prinsipnya adalah semua surat-surat berharga (efek)
yang umum diperjualbelikan melalui pasar modal.
Karakteristik pasar modal syariah adalah: semua saham
harus diperjualbelikan pada bursa efek, bursa perlu
mempersiapkan pasca perdagangan dimana saham dapat
diperjualbelikan Melalui pialang, semua perusahaan yang
mempunyai saham yang dapat diperjualbelikan di Bursa efek
diminta menyampaikan informasi tentang perhitungan
(account) keuntungan dan kerugian serta neraca keuntungan
kepada komite manajemen bursa efek, dengan jarak tidak
lebih dari 3 bulan, komite manajemen menerapkan harga
saham tertinggi (HST) tiap-tiap perusahaan dengan interval
tidak lebih dari 3 bulan sekali, saham tidak boleh diperjual
belikan dengan harga lebih tinggi dari HST, saham dapat
dijual dengan harga dibawah HST, komite manajemen harus
memastikan bahwa semua perusahaan yang terlibat dalam
bursa efek itu mengikuti standar akuntansi syariah,
perdagangan saham mestinya hanya berlangsung dalam satu
minggu periode perdagangan setelah menentukan HST,
perusahaan hanya dapat menerbitkan saham baru dalam
periode perdagangan, dan dengan harga HST. Menurut pasal
15 UU No.8 Tahun 1995 Penawaran Umum adalah kegiatan
penawaran Efek yang dilakukan oleh Emiten untuk menjual
Efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur
dalam Undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya.
Ada beberapa macam pendekatan atau metode
penghitungan yang digunakan unit menghitung indeks,
yaitu : Menghitung arichmatic mean harga saham yang

19
masuk dalam anggota indeks, menghitung geometric mean
dari indeks individual saham yang masuk anggota indeks,
menghitung rata-rata tertimbang nilai pasar. Ada beberapa
kendala yang dihadapi antara lain : 1). Belum ada ketentuan
yang menjadi legitimisi pasar modal syariah dari Bapepam
atau pemerintah. 2). Selama ini pasar modal syariah lebih
populer sebagai sebuah wacana dimana banyak bicara
tentang bagaimana pasar yang disyariahkan. 3). Sosialisasi
instrumen syariah di pasar modal perlu dukungan dari
berbagai pihak. Karena ternyata perkembangan pasar modal
perlu dukungan berbagai pihak.

20

Anda mungkin juga menyukai