AKAD MUDHARABAH
Disusun untuk memenuhi mata kuliah Akuntansi Syariah
Dosen pengampu M.Djazari, M.Pd / Mahendra Adhi N, M.Sc
PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2011
BAB I
1
PENDAHULUAN
Konsep akuntansi konvensional yang telah diterapkan di Indonesia maupun sebagai
standar internasional selama ini merupakan adopsi pada barat dan budaya kapitalis yang
hanya mengandalkan materi dan duniawi. Dengan semakin berkembangnya pola pikir
manusia yang tidak hanya mengedepankan kepentingan duniawi, maka dirasa perlu untuk
menyeimbangkannya dengan kepentingan ukhrawi. Sehingga akhir-akhir ini terjadi suatu
peningkatan terhadap kajian bidang akuntansi menuju akuntansi dalam perspektif Islami atau
akuntansi syariah
Salah satu aspek yang mendorong akuntansi dengan perspektif Islam atau akuntansi
syariah di Indonesia adalah dengan munculnya perbankan syariah. Bank syariah dalam
usahanya memberikan pembiayaan dan jasa lainnya selalu berlandaskan pada prinsip syariah.
Kegiatan operasional pada bank syariah terdiri dari kegiatan penghimpunan dana dan
penyaluran dana. Selain itu juga ada jasa-jasa perbankan lain yang disediakan oleh bank
syariah. Dalam melaksanakan kegiatan penghimpunan dana, bank syariah menerima
simpanan dari masyarakat. Sedangkan dalam rangka penyaluran dana, bank syariah
memberikan jasa dalam bentuk pembiayaan.
Terdapat beberapa pembiayaan yang ditawarkan oleh bank syariah. Salah satu produk
yang ditawarkan oleh bank syariah adalah pembiayaan mudharabah. Pembiayaan ini
menggunakan sistem bagi hasil antara nasabah dengan bank dalam pembagian
keuntungannya sesuai dengan nisbah yang disepakati pada saat akad. Pembiayaan
mudharabah berbeda dengan produk pembiayaan yang ditawarkan oleh bank konvensional.
Pada pembiayaan mudharabah diterapkan keadilan, kejujuran dan transparansi dari kedua
belah pihak. Hubungan antara bank dan nasabah tidak hanya sebagai debitor dengan kreditor
saja, tetapi hubungan keduanya diakui sebagai mitra kerja yang lebih dekat dan lebih
humanis.
Pembiayaan mudharabah sendiri membutuhkan kerangka akuntansi yang menyeluruh
yang dapat menghasilkan pengukuran akuntansi yang tepat dan sesuai sehingga dapat
mengkomunikasikan informasi akuntansi secara tepat waktu dengan kualitas yang dapat
diandalkan serta mengurangi adanya perbedaan perlakuan akuntansi antara bank syariah yang
satu dengan yang lain. Perbedaan perlakuan tersebut akan mengakibatkan dampak terhadap
hal keadilan dalam menentukan laba bagi pemegang saham dan depositor.
Dengan terbitnya PSAK No. 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah yang disusun
oleh Ikatan Akuntan Indonesia, telah membawa era baru bagi industri keuangan di tanah air
yang berprinsip syariah. PSAK No. 59 telah menjadi peraturan dan standar yang baku bagi
operasional perbankan syariah di Indonesia sehingga dapat dijadikan pedoman bagi lembaga
keuangan dan perbankan syariah. PSAK No. 59 diterbitkan pada tanggal 1 Mei 2002 dan
mulai diberlakukan secara efektif di Indonesia tanggal 1 Januari 2003. Adapun keberadaan
bank syariah di Indonesia dimulai sejak tahun 1992 yaitu dipelopori oleh Bank Muamalat
Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN AKAD MUDHARABAH
Akad
Mudharabah
adalah
perjanjian
antara
dua
pihak
yang
sejalan dengan spirit hadits yang di kutip Abu Ubaid dalam kitab al
Amwal.
C. RUKUN AKAD MUDHARABAH
Al Mudharabah seperti usaha pengelolaan usaha lainnya memiliki tiga
rukun:
1. Adanya dua atau lebih pelaku yaitu investor (pemilik modal) dan
pengelola (mudharib).
2. Objek transaksi kerja sama yaitu modal, usaha dan keuntungan.
3. Pelafalan perjanjian.
Rukun pertama: adanya dua atau lebih pelaku.
Kedua pelaku kerja sama ini adalah pemilik modal dan pengelola
modal.
Disyaratkan
pada
rukun
pertama
ini
keduanya
memiliki
sehingga
Mudharabah.
nilai
Kejelasan
barang
jumlah
tersebut
modal
ini
yang
menjadi
modal
menjadi
syarat
karena
seperti
ditentukan
jenis
yang
sukar
sekali
yang
terkait
dengannya
yang tidak
dilarang
syariat.
Mudharabah.
Namun
dalam
Mudharabah
disyaratkan
pada
modal
(investor)
dan
pengelola
modal.
Seandainya
dengan
menyatakan:
Mudharabah
dengan
pembagian
1/3
keuntungan untukmu, 1/3 untukku dan 1/3 lagi untuk istriku atau
orang lain, maka tidak sah kecuali disyaratkan pihak ketiga ikut
mengelola modal tersebut, sehingga menjadi qiraadh bersama dua
orang. Seandainya dikatakan: separuh keuntungan untukku dan
separuhnya untukmu, namun separuh dari bagianku untuk istriku,
maka ini sah karena ini akad janji hadiyah kepada istri.
b. Pembagian keuntungan untuk berdua tidak boleh hanya untuk satu
pihak saja. Seandainya dikatakan: Saya bekerja sama Mudharabah
denganmu dengan keuntungan sepenuhnya untukmu maka ini
dalam madzhab Syafii tidak sah.
c. Keuntungan harus diketahui secara jelas.
d. Dalam transaksi tersebut ditegaskan prosentase tertentu bagi
pemilik modal (investor) dan pengelola. Sehingga keuntungannya
dibagi
dengan
persentase
bersifat
merata
seperti
setengah,
Pengelola
modal
hendaknya
menentukan
bagiannya
dari
kembali
modal
secara
sempurna.
Berarti
tidak
kerjasama
antara
shahibul
Maal
dan
Mudharib
yang
cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha,
waktu, dan daerah bisnis. Jenis ini memberikan kebebasan kepada
Mudhorib (pengelola modal) melakukan apa saja yang dipandang
dapat mewujudkan kemaslahatan.
b. Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah Muqayyadah atau disebut jega dengan istilah
restricted mudharabah / specified Mudharabah adalah kebalilan dari
Mudharabah Muthlaqah. Si Mudharib (Pelaksana) dibatasi dengan
batasan jenis usaha, waktu atau tempat usaha. Adanya pembatasan
ini seringkali mencerminkan kecenderungan umum si shahibul maal
dalam memasuki jenis dunia usaha.
c. Mudharabah Musytarakah
kerja
sama
investasi,
diperlukan
karena
mengandung
unsur
hal
mudharabah
tersebut
dibatasi
waktunya,
maka
hasil
usaha
mudharabah
dapat
dilakukan
diketahui
berdasarkan
laporan
bagi
hasil
atas
realisasi
menghindari
perselisihan
dalam
hal
biaya
yang
dikeluarkan oleh pengelola dana, dalam akad harus disepakati biayabiaya apa saja yang dapat dikurangkan dari pendapatan.
Contoh perhitungan bagi hasil (bank sebagai pemilik dana) :
Penjualan
Rp. 1.000.000
HPP
(Rp
650.000)
Laba kotor
Rp.
350.000
Biaya-biaya
(Rp
250.000)
Rp.
100.000
Bank syariah
30%
30.000
Pengelola
10%
35.000
Pengelola
Jika
akad
:
mudharabah
satu
periode
pelaopran,
penghasilan usaha diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil sesui
nisbah yang disepakati (PSAK 105 Par 20)
G.PERLAKUAN AKUNTANSI (PSAK 105)
Akuntansi Untuk Pemilik Dana
1. Dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai
investasi mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan
aset nonkas kepada pengelola dana
2. Pengukuran investasi mudharabah
a. investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah
yang dibayarkan;
b. investasi mudharabah dlam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai
wajar aset nonkas pada saat penyerahan.
Nilai dari investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas harus
disetujui oleh pemilik dana dan pengelola dana pada saat kontrak.
Ada 2 alasan tidak digunakannya dasar historical cost untuk mengukur
aset nonkas
a. Penggunaan nilai yang disetujui oleh pihak yang melakukan kontrak
untuk mencapai satu tujuan akuntansi keuangan.
b. Penggunaan nilai yang disetujui (agreed value) oleh pihak bank
yang melakukan kontrak untuk nilai aset nonkas menuju aplikasi
konsep representational faithfulnes dalam pelaporan.
10
xxx
Cr. Kas
xxx
Investasi mudharabah dlam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar
aset nonkas pada saat penyerahan, kemungkinan ada 2 :
1) Jika nilai wajar lebih tinggi daripada nilai tercatatnya, maka
selisihnya diakui sebagai keuntungan tangguhan dan diaortisasi
sesuai jangka waktu akad mudharabah
a. Jurnal pada saat penyerahan aset nonkas :
Dr. Investasi mudharabah
xxx
xxx
xxx
xxx
Cr. Keuntungan
xxx
xxx
xxx
xxx
nilai
investasi
mudharabah
turun
sebelum
usaha
dimulai
disebabkan rusak, hilang atau faktor lain yang bukan kelalain atau
kesalahan pihak pengelola dana, maka penurunan nilai tersebut diakui
sebagai kerugian dan mengurangi saldo investasi mudharabah.
Jurnal :
11
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
dipergunakan
secara
efektif
dalam
kegiatan
usaha
xxx
xxx
4. Kerugian
Kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad mudharabah
berakhir.
Pencatatan kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum
akad mudharabah berakhir diakui sebagai kerugian dana dibentuk
penyisihan kerugian investasi
Jurnal :
Dr. Kerugian Investasi mudharabah xxx
Cr. Penyisihan Kerugian Investasi mudharabah
12
xxx
Catatan :
Tujuan dicatat sebagai penyisihan agar jelas nilai awal mudharabah
5. Hasil usaha
Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui
sebagai piutang
Jurnal :
Dr. Piutang pendapatan bagi hasil
xxx
xxx
xxx
xxx
saat
akad
mudharabah
berakhir,
selisih
antara
investasi
xxx
xxx
xxx
Cr. Keuntungan
xxx
ATAU
xxx
xxx
Dr. Kerugian
xxx
xxx
7. Penyajian
Pemilik
dana
menyajikan
investasi
mudharabah
dalam
laporan
kerugian
investasi
mudharabah
selama
periode
berjalan;
d. Pengungkapan
yang
diperlukan
sesuai
psak
101
tentang
xxx
xxx
xxx
xxx
Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah
diperhitungkan tetapi belum dibagikan kepada pemilik dana diakui
14
sebagai kewajiban sebesar bagi hasil yang menjadi porsi hak pemilik
dana.
Jurnal :
Dr. Beban bagi hasil mudharabah
xxx
xxx
xxx
Cr. Kas
4. Sedangkan
xxx
apabila
pengelola
dana
mengelola
sendiri
dana
xxx
Cr. Beban
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
Cr. Kas
xxx
xxx
xxx
Cr. Beban
xxx
xxx
xxx
15
6. Diakhir akad
Jurnal :
Dr. Dana Syirkah Temporer
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
7. Penyajian
Pengelola dana menyajikan transaksi mudharabah dalam laporan
keuangan :
a. Dana syirkah temporer dari pemilik dana disajikan sebesar nilai
tercatatnya untuk setiap jenis mudharabah
b. Bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan
tetapi belum diserahkan kepada pemilik dana disajikan sebagai
pos bagi hasil yang belum dibagikan sebagai kewajiban.
8. Pengungkapan
Pengelola dana merupaka transaksi mudharabah dalam laporan
keuangan :
a. Isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana,
pembagian hasil usaha, aktivitas usaha mudharabah, dan lain-lain;
b. Rincian dana syirkah temporer yang diterima berdasarkan jenisnya.
c. Penyaluran dana yang berasal dari mudharabah muqayadah.
Pengungkapan
yang
diperlukan
sesuai
PSAK
No.101
tentang
10.000.000
Kas
10.000.000
10.000.000
10.000.000
2. Pada Tanggal 31 Januarii 2009, hasil usaha perdagangan buku Ibu yolanda adalah:
Pendapatan
: Rp 1.000.000
Biaya-biaya
: Rp
800.000
xxx
Pendapatan
xxx
Diakhir bulan atau akhir periode ketika akan dilakukan perhitungan bagi hasil, maka akun
pendapatan harus ditutup dengan melakukan jurnal:
Pendapatan
1.000.000
Biaya
800.000
17
200.000
Jurnal untuk mencatat Pembayaran hasil perhitungan bagi hasil dari Yolanda kepada
pemilik dana (BJS)
a. Jurnal Pemilik Dana (BJS) dalam Rupiah
Kas
50.000
Pendapatan Bagi hasil
50.000
Jika pembayaran bagi hasil tidak dibagikan langsung kepada BJS, tetapi diakumulasikan
pembayarannya diakhir tahun, maka jurnalnya:
Piutang Mudharabah
50.000
50.000
50.000
Piutang Mudharabah
50.000
50.000
Kas-Mudharabah
50.000
Jika pembayaran bagi hasil tidak dibagikan langsung kepada BJS, tetapi diakumulasikan
pembayarannya diakhir tahun, maka jurnalnya:
Cost bagi hasil
50.000
50.000
Diakhir tahun ketika uang pembayaran tersebut diterima oleh BJS, dengan kata lain,
dibayarkan oleh Yolanda
Utang bagi hasil mudharabah
50.000
Kas Mudharabah
50.000
Jurnal untuk mencatat hasil perhitungan bagi hasil hak Pengelola dana (Ibu Yolanda)
a. Jurnal Pemilik Dana (BJS) dalam Rupiah
Tidak ada
b. Jurnal Pengelola Dana (Ibu Yolanda, seorang Pedagang) dalam Rupiah
Biaya bagi hasil
150.000
Kas Mudharabah
150.000
18
150.000
Pendapatan Bagi hasil
3.
150.000
Seperti pada No. 2 diatas. Buatlah ayar jurnal penutup untuk bagi hasi tersebut pada
31 Januari 2009.
a. Jurnal Pemilik Dana (BJS) dalam Rupiah
Tidak ada
b. Jurnal Pengelola Dana (Ibu Yolanda, seorang Pedagang) dalam Rupiah
Pendapatan yang belum dibagikan
200.000
200.000
Sajikan laporan keuangan neraca dari data diatas kecuali untuk rekening kas
abaikan dulu. Dengan situasi bagi hasil langsung dibagikan diakhir bulan itu juga.
a. Neraca untuk pemilik dana
Aset
Piutang Bagi Hasil Mudharabah
Investasi Mudharabah
Penyisihan Kerugian
0
10.000.000
0)
10.000.000
10.000.000
Penyisihan Kerugian
5.
0
0
10.000.000
Rp
800.000
Biaya-biaya
Rp 1.000.000
200.000
200.000
800.000
200.000
Biaya-biaya
6.
1.000.000
0
10.000.000
200.000)
9.800.000
10.000.000
Penyisihan Kerugian
7.
0
(200.000)
9.800.000
9.800.000
200.000
Investasi mudharabah
10.000.000
10.000.000
Kas
9.800.000
Penyisihan kerugian
200.000
BAB III
KESIMPULAN
Setelah membaca uraian yang telah disampakan di atas kita dapat
mengambil simpulan beberapa point penting yaitu :
20
proyeksi hasil usaha. hasil atas realisasi penghasilan hasil usaha dari
pengelola dana. Tidak diperkenankan
22
DAFTAR PUSTAKA
Nurhayati, Sri dan Wasilah. 2008. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat
http://bangzam.blogspot.com/2009/06/syariah-akad-mudharabah.html
http://ekonomisyariat.com/fikih-ekonomi-syariat/mengenal-konsepmudharabah.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Mudharabah
http://alislamu.com/muamalah/11-jual-beli/269-bab-mudharabah.html
23