Disusun oleh:
HAVIZ TAUFIK
13/358902/EE/06614
ii
iii
KATA PENGANTAR
kesempurnaan, baik isi maupun dalam cara pengungkapannya. Maka dari itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
laporan ini serta dapat memberikan manfaat terutama bagi penulis dan pembaca
umumnya. Dalam penyelesaian laporan ini penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai sumber baik mengenai bimbingan, dorongan, semangat, saran dan kritiknya.
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.
2.
Bapak Dr. Sony Warsono, MAFIS, Ak. selaku dosen pembimbing 1, terima
kasih atas bimbingannya, saran, motivasi, dorongan dan semangat yang
diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan laporan ini.
3.
iv
4.
Bapak Hersona, S.H., S.E., Selaku pengawas ditempat magang yang dengan
sabar telah meluangkan waktu untuk mambantu dalam mengarahkan dan
membimbing serta memberikan masukan dalam penyusunan laporan ini.
5.
6.
Seluruh staf PPAK FEB UGM yang telah membantu dalam menyelesaikan
laporan magang ini.
7.
8.
Bapak dan Ibu dosen PPAK FEB UGM yang telah memberikan ilmunya
kepada penulis.
9.
Kedua orang tua penulis, Bapak Hamdani, S.Pd., dan Ibu Elly Susilawati
yang selalu meberikan motivasi, doa, dan saran kepada penulis sehingga
penulis memiliki semangat lebih untuk menyelesaikan pendidikan profesi
akuntansi ini.
10.
Kakak dan adik penulis, Nurhidayah, S.H., Dian Asmara, S.IP., MH., dan
Nurul Fitriani yang telah memberikan semangat kepada penulis.
11.
12.
Haviz Taufik
vi
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ........................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .................................iii
KATA PENGANTAR ......................................................................................iv
DAFTAR ISI .....................................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................x
ABSTRAK ........................................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................4
C. Tujuan Laporan ......................................................................................4
D. Kegunaan dan Manfaat Laporan ............................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Isu Pro Kontra Penerapan PP No. 46 Tahun 2013 .................................6
B. Pengertian Pajak .....................................................................................7
C. Fungsi Pajak ...........................................................................................7
D. Sistem Pemungutan Pajak ......................................................................8
E. Konsep Keadilan Pajak ..........................................................................9
F. Pengertian Usaha Mikro Kecil dan Menengah ......................................10
G. Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 .............................................12
vii
viii
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran I
1. Jadwal Magang .......................................................................................33
2. Kartu Bimbingan Laporan Magang .......................................................34
Lampiran II
1. PP No. 46 Tahun 2013 ........................................................................... 35
ABSTRAK
Pajak juga merupakan sumber utama penerimaan pendapatan negara, dimana
pajak menyumbang lebih dari 78% dari keseluruhan pendapatan negara. Dominasi
pajak sebagai sumber utama penerimaan pendapatan negara tidak lagi berasal dari
sektor minyak dan gas, tetapi lebih berfokus terhadap penerimaan pajak dari sektor
non migas karena penerimaan pajak dari sumber non migas tidak akan habis atau
tidak memiliki batas umur dan sangat berperan untuk pembangunan nasional. Salah
satu penerimaan pajak dari sektor nonmigas adalah pajak UMKM. Pada bulan Juli
Tahun 2013 yang lalu, Pemerintah Indonesia baru saja mengeluarkan suatu Peraturan
Pemerintah (PP) No. 46 yang mengatur mengenai pajak Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM). Pajak ini bertujuan untuk memberikan kemudahan kepada
UMKM untuk menghitung pajak terhutangnya di akhir tahun dan merupakan pajak
final. Banyak pro dan kontra atas dikeluarkannya PP No. 46 Tahun 2013 ini, karena
ada sebagian UMKM yang merasa dirugikan dan ada juga yang diuntungkan dari
penerapan PP ini. Oleh sebab itu penulis menganalisis Apa keuntungan dan kerugian
atas penerapan PP No. 46 Tahun 2013 terhadap UMKM ?
Setelah melakukan analisis terhadap permasalahan tersebut, penulis
menyimpulkan bahwa penerapan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 ini lebih
banyak menimbulkan kerugian dari pada keuntungan bagi UMKM karena UMKM
masih banyak yang memiliki keuntungan bersih dibawah 8% dan akan membayar
pajak lebih besar, Pengenaan PPh dengan tarif 1% berdasarkan besarnya omset tidak
sesuai dengan prinsip pajak penghasilan, tidak sesuai dengan ketentuan pasal 25 ayat
(7) huruf c UU No. 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan, dapat memicu
timbulnya kecemburuan dari pengusaha lain, dan tidak sesuai dengan konsep
keadilan dalam perpajakan karena tidak mencerminkan kemampuan membayar.
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan,
Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terhutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan UndangUndang, dengan tidak mendapakan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.
Pajak juga merupakan sumber utama penerimaan pendapatan negara,
dimana pajak menyumbang lebih dari 79% dari keseluruhan pendapatan
negara. Dominasi pajak sebagai sumber utama penerimaan pendapatan negara
tidak lagi berasal dari sektor minyak dan gas, karena minyak dan gas
jumlahnya terbatas dan lama kelamaan akan habis. Hal ini membuat
pemerintah lebih berfokus terhadap penerimaan pajak dari sektor non migas
karena penerimaan pajak dari sumber non migas tidak akan habis atau tidak
memiliki batas umur dan sangat berperan untuk pembangunan nasional.
Salah satu penerimaan pajak dari sektor nonmigas adalah pajak UMKM.
Menurut UU No. 20 Tahun 2008 yang termasuk dalam kriteria UMKM yaitu
usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah. Saat ini UMKM menjadi
priorotas pemerintah karena dinilai memiliki potensi pajak yang cukup besar
yang dapat membantu penerimaan negara dibidang pajak. Peran pelaku
UMKM di Indonesia saat ini sangat penting karena UMKM disebut ujung
tombak dari pergerakan roda perekonomian Indonesia.
Atas prioritas pemerintah tersebut pada bulan Juni Tahun 2013 yang lalu,
Pemerintah Indonesia baru saja mengeluarkan suatu Peraturan Pemerintah (PP)
No. 46 yang mengatur mengenai pajak Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM). Pajak ini bertujuan untuk memberikan kemudahan kepada UMKM
untuk menghitung pajak terhutangnya di akhir tahun dan merupakan pajak
final. Berikut beberapa hal penting yang diatur didalam PP No. 46 Tahun 2013
yaitu :
1. Bagi Wajib Pajak orang pribadi atau Wajib Pajak badan tidak termasuk
bentuk usaha tetap, menerima penghasilan dari usaha tidak termasuk
penghasilan dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas dengan
peredaran bruto tidak melebihi Rp.4.8 milyar dalam 1 (satu) Tahun Pajak.
2. Dasar pengenaan pajak yang digunakan untuk menghitung Pajak
Penghasilan yang bersifat final adalah jumlah peredaran bruto setiap
bulannya.
3. Besarnya tarif pajak penghasilan yang bersifat final adalah 1% dari
peredaran bruto.
4. Dikecualikan dari pengenaan PPh Final berdasarkan ketentuan ini adalah
penghasilan dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas yang diperoleh:
a. tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari
pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan
aktuaris, pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang
film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model,
peragawan/peragawati, pemain drama, dan penari.
b. olahragawan, penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan
moderator, pengarang, peneliti, dan penerjemah, agen iklan, pengawas
atau pengelola proyek, perantara.
5. Tidak termasuk dalam pengertian Wajib Pajak Pribadi yang dikenakan
dengan PP ini adalah:
a. Wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha perdagangan
dan atau jasa yang dalam usahanya :
1. Menggunakan sarana atau prasarana yang dapat dibongkar pasang,
baik yang menetap maupun tidak menetap.
2. Menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk kepentingan
umum yang tidak diperuntukkan bagi tempat usaha atau berjualan.
b. Tidak termasuk wajib pajak badan adalah :
1. Wajib Pajak badan yang belum beroperasi secara komersial atau
2. Wajib Pajak badan yang dalam jangka waktu 1 (satu) tahun setelah
beroperasi secara komersial memperoleh peredaran bruto melebihi
Rp4.800.000.000.
6. PP ini tidak berlaku atas penghasilan dari usaha yang selama ini telah
dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final berdasarkan ketentuan
perpajakan yang berlaku.
Apabila ditinjau dari konsep keadilan dalam perpajakan, hal-hal yang
diatur dalam PP No. 46 tersebut tidak sesuai dengan konsep keadilan dalam
perpajakan. Fajar dan Hersona (2014) mengatakan bahwa pengenaan PPh Final
tidak sesuai dengan keadilan karena tidak mencerminkan kemampuan
membayar. Musgrave dan Musgrave dalam I Made Sujendra (2013)
mengatakan bahwa Perpajakan yang adil adalah semakin besar penghasilan
maka semakin besar pula pajak yang harus dibayar.
keadilan vertikal atau vertical equity. PPh Final dihitung langsung dari
peredaran bruto bukan dari penghasilan bersih maka perpajakan tersebut tidak
sesuai dengan konsep keadilan dalam perpajakan. Besar kecilnya penghasilan
bersih wajib pajak dalam hal ini UMKM tidak akan mempengaruhi besarnya
pajak yang akan dibayar karena pajak dihitung dengan mengalikan tarif
langsung terhadap peredaran bruto. Ketika dalam keadaan rugipun wajib pajak
tetap harus membayar pajak. Hal ini akan mempengaruhi kelangsungan hidup
dari UMKM tersebut.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan diatas, penulis merumuskan masalahnya yaitu
Apa keuntungan dan kerugian atas penerapan PP No. 46 Tahun 2013 terhadap
UMKM?
C.
Tujuan Laporan
Adapun tujuan dari pembuatan laporan magang ini adalah :
1. Untuk mengetahui keuntungan dari penerapan PP No. 46 Tahun 2013.
2. Untuk mengetahui kerugian dari penerapan PP No. 46 Tahun 2013.
D.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian Pajak
Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan,
Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terhutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan UndangUndang, dengan tidak mendapakan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.
Berdasarkan Undang-Undang No. 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan menjadi Undang-Undang,
Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terhutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan Negara sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat diketahui bahwa pajak merupakan
iuran wajib yang dipungut dari warga negara yang telah termasuk dalam
kategori wajib pajak berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang
dan tidak mendapatkan manfaatnya secara langsung.
C.
Fungsi Pajak
Fungsi pajak dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Wirawan B. Ilyas
dan Richard Burton dalam MF. Sitompul (2011) menyebutkan fungsi pajak
dibedakan menjadi empat yaitu :
D.
E.
10
11
tenaga kerja yang rendah. Padahal usaha mikro masih dominan yaitu 98,8
persen unit usaha dengan menampung 92,8 persen tenaga kerja.
Hal ini membuktikan bahwa UMKM memiliki peran yang sangat penting
dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Oleh karena itu Pemerintah
memandang perlu mengenakan pajak terhadap UMKM ini untuk membantu
pembangunan nasional dan sesuai dengan UU bahwa setiap warga negara yang
memiliki penghasilan diwajibkan untuk membayar pajak. Akhirnya pada bulan
Juni 2013 yang lalu Pemerintah secara resmi mengeluarkan Peraturan
Pemerintah No. 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan
dari Usaha yang diterima atau diperoleh oleh wajib pajak yang memiliki
peredaran bruto tertentu.
G.
12
13
14
BAB III
KEGIATAN MAGANG
A.
Metode kerja
1. Lokasi
Magang dilaksanakan di Kantor Konsultan Pajak PT Mitranata Cipta
Mulia (Tax House) yang terletak di Jl. Palagan Tentara Pelajar KM. 10
Gang. Masjid No. 27, Rejodani, Sariharjo Ngaglik, Sleman, Yogyakarta.
2. Waktu
Magang dilaksanakan selama 19 kali pertemuan. Jadwal pemagangan
disesuaikan dengan jadwal kuliah penulis. Peserta magang boleh memilih
sesuai dengan jadwal kuliah shif pertama dari jam 8.30 WIB sampai 11.30
WIB, shif kedua dari jam 13.30 WIB sampai 15.30 WIB.
3. Cara Kerja
Pada pertemuan pertama Tax House sudah membuat silabi materi
yang akan disampaikan dan disesuaikan dengan jadwal penulis. Metode
pemagangannya yaitu diberikan materi terlebih dahulu oleh para staf
pengajar maupun pihak luar yang telah diajak bekerja sama, setelah itu
diberikan kasus yang berkaitan dengan materi tersebut. Tujuannya yaitu
agar para peserta dapat memahami materi tersebut dan ketika ada kasus
dapat menyelesaikannya tanpa melakukan kesalahan. Tugas yang diberikan
oleh staf pengajar dikerjakan untuk setiap individu dan kebanyakan satu
dengan yang lain tugasnya sama. Dalam mengerjakan tugas para staf
15
pengajar tidak selalu mendampingi tetapi ketika ada masalah peserta bisa
menanyakannya langsung ke staf pengajar diruangannya.
B.
kemandirian
perusahaan
dalam
mengelola
informasi
C.
ini
berfungsi
untuk
meminimalisir
kemungkinan
terjadinya
17
di
18
D.
Divisi Training
1. Tax Training
Pelatihan ini bertujuan untuk membantu masyarakat baik mahasiswa, staf
perusahaan dan yang lain dalam memahami perpajakan yang diharapkan
dapat melahirkan tenaga yang ahli dan profesional dibidang perpajakan.
Pelatihan ini diselenggarakan secara rutin sesuai dengan kebutuhan.
Adapaun materi yang diberikan oleh Mitranata yaitu :
a. Pengantar dan karis dibidang pajak.
b. Ketentuan umum perpajakan A
c. Praktik ketentuan umum perpajakan
d. Pajak penghasilan OP
e. Praktik penyusunan PPh OP
f. PPh 21
g. Praktik penyusunan SPT PPh pasal 21
h. PPN A dan B
i. Praktik penyusunan SPT PPN
j. Pemotongan & Pemungutan (22, 23, 4 ayay 2)
k. Praktik SPT PPh 22, 23, 4 Ayat 2
l. PBB, BPHTB, BM
m. PPh Badan
n. Akuntansi Pajak
o. Praktik Penyusunan SPT PPh Badan
p. KUP B
19
20
21
STRUKTUR ORGANISASI
PT MITRANATA CIPTA MULIA
Komisaris
Direktur Utama
Direktur
Finance
: Jumiana, SE.,Ak
Ria Kurnia Dwi Jayanti, A.Md
Staff
: Fatmawati, SE.,Ak
Astrid Faradist, SE
E.
2.
3.
4.
22
5.
6.
7.
8.
9.
23
peserta mendapatkan materi mengani PPh Badan dan kasus, pada pertemuan ke
delapan belas dan sembilan belas peserta mendapatkan materi mengani
himbauan PPN dan PPh. Selain itu peserta juga diajarkan menggunakan e-spt
dalam mengejerkan soal atau kasus sehingga lebih mudah dan cepat dalam
menyelesaikannya dan hal baru itu sangat menambah pengalaman dan
wawasan bagi para peserta magang di dunia perpajakan.
24
BAB IV
ANALISIS PERMASALAHAN
A.
25
26
27
28
omsetnya jasa konstruksi yang tidak melebihi 4,8 Miliar, pengenaan pajak jasa
konstruksi dapat menggunakan PP No. 46 Tahun 2013 ini dengan tarif 1%.
Kemudian jika ditinjau dari konsep keadilan dalam perpajakan,
pengenaan PPh Final ini tidak sesuai dengan konsep keadilan karena tidak
memperhitungkan penghasilan lain dari luar usaha serta penghasilan tidak kena
pajak sebagai pengurang penghasilan yang akan dikenakan pajak, dengan kata
lain PPh final ini tidak mencerminkan kemampuan membayar. Perpajakan
yang adil adalah semakin besar penghasilan maka semakin besar pula pajak
yang harus dibayar.
Melihat banyaknya kerugian yang menyebabkan timbulnya banyak
kontra dari UMKM atau pelaku usaha lainnya, Pemerintah harus melakukan
evaluasi kembali atas diberlakukannya PP No. 46 Tahun 2013 ini. Pemerintah
harus bisa menjelaskan kepada UMKM, pelaku usaha dan masyarakat atas
dasar apa pemerintah mengenakan tarif 1% dan bersifat final tersebut dari
omset, bukan dari penghasilan bersih atau margin. Kemudian Pemerintah juga
harus menjelaskan tentang posisi pengusaha yang tergolong wajib pajak orang
pribadi pengusaha tertentu di dalam PP No. 46 Tahun 2013 tersebut. Kemudian
Pemerintah juga perlu menimbang prinsip keadilan dalam perpajakan dan
melihat substansi dari PPh itu sendiri agar tidak ada lagi UMKM yang
dirugikan dari penerapan PP No. 46 Tahun 2013 ini dan UMKM dapat kembali
lebih berperan aktif untuk memajukan perekonomian Indonesia serta sesuai
dengan niat awal dari dikeluarkannya peraturan ini.
29
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Dari analisis permasalahan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
Penerapan PP No. 46 Tahun 2013 lebih banyak menyebabkan kerugian dari
pada keuntungan bagi UMKM. Keuntungan yang diperoleh dari penerapan PP
ini yaitu UMKM hanya menjadi lebih mudah dalam menghitung pajaknya
sendiri dan tidak membutuhkan laporan keuangan serta untuk yang memiliki
keuntungan bersih diatas 8% dapat membayar pajak lebih kecil. Padahal kita
ketahui jumlah UMKM yang memiliki keuntungan bersih dibawah 8% masih
sangat banyak.
Sedangkan kerugian dari penerapan PP ini lebih banyak yaitu UMKM
yang memiliki keuntungan bersih dibawah 8% akan membayar pajak lebih
besar, Pengenaan PPh dengan tarif 1% berdasarkan besarnya omset tidak
sesuai dengan prinsip pajak penghasilan, PP No. 46 Tahun 2013 juga tidak
sesuai dengan ketentuan pasal 25 ayat (7) huruf c UU No. 36 Tahun 2008
Tentang Pajak Penghasilan, PP No. 46 Tahun 2013 juga memicu timbulnya
kecemburuan dari pengusaha jasa konstruksi yang memiliki omset dibawah 8%
tetapi tidak bisa menerapkan PP ini dalam membayar pajaknya, dan PPh Final
yang diatur dalam PP No. 46 Tahun 2013 ini tidak sesuai dengan konsep
keadilan karena tidak mencerminkan kemampuan membayar.
30
B.
Saran
Berdasarkan hasil analisis permasalahan pada bab sebelumnya, penulis
memiliki beberapa saran yang ingin disampaikan yaitu :
1.
2.
3.
4.
31
DAFTAR PUSTAKA
Antara News. (1 Februari 2014). Jumlah koperasi dan umkm terus meningkat.
Diakses
melalui
website
Antaranews:
http://www.antaranews.com/berita/416949/menkop-jumlah-koperasi-danumkm-terus-meningkat
Ekonomi.Okezone. (16 Desember 2013). Pajak UMKM sederhana tapi tidak adil.
Diakses
melalui
website
Okezone:
http://economy.okezone.com/read/2013/12/16/317/912925/pajak-umkmsederhana-tapi-tidak-adil
Fajar, Hersona. (2014). Pajak Penghasilan Atas UMKM, Adilkah?.UII:Yogyakarta.
I Made Sujendra. (2013). PP 46 Tahun 2013. Diakses melalui website :
http://www.widyadewata.com/media/rubrik-pajak/pp-46-tahun-2013/
MF. Sitompul. (2011). Perpajakan di Indonesia. diakses melalui website :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27587/3/Chapter%20II.pdf
Republika. (1 Juli 2013). Pajak ukm diprotes ini tanggapan dirjen pajak. diakses
melalui
website
republika:
http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/mikro/13/07/01/mp95w3-pajakukm-diprotes-ini-tanggapan-dirjen-pajak
Taxhouse Mitranata. 2013. Modul Pelatihan Pajak Aplikatif Pasca
Brevet/Pemagangan. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pelatihan Pajak
Tax House Mitranata.
Presiden RI. 2007. Undang-undang No. 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan. Jakarta
Presiden RI. 2008. Undang-undang No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah. Jakarta
Presiden RI. 2013. PP No. 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan atas
Penghasilan dari Usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak yang
Memiliki Peredaran Bruto Terntentu. Jakarta
Presiden RI. 2009. Undang-undang No. 16 Tahun 2009 Tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti UU No. 5 Tahun 2008 Tentang Perubahan
Keempat atas UU No. 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan Menjadi Undang-undang. Jakarta
Pendidikan Profesi Akuntansi FEB UGM. 2014. Panduan Praktek Pemagangan
Profesi Akuntansi. Yogyakarta: P3A FEB UGM.
32
33
34
35
36
37
38
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 12 Juni 2013
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Tujuan pengaturan ini adalah untuk memberikan kemudahan kepada Wajib Pajak
yang menerima atau memperoleh penghasilan dari usaha yang memiliki peredaran
bruto tertentu, untuk melakukan penghitungan, penyetoran, dan pelaporan Pajak
Penghasilan yang terutang.
39
Pasal 2
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Peredaran bruto merupakan peredaran bruto dari usaha, termasuk dari usaha
cabang, selain peredaran bruto dari usaha yang atas penghasilannya telah dikenai
Pajak Penghasilan yang bersifat final berdasarkan ketentuan Peraturan Perundangundangan di
bidang
perpajakan.
Berdasarkan arah aliran tambahan kemampuan ekonomis kepada Wajib
Pajak, penghasilan dapat dikelompokkan menjadi:
a. penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan
pekerjaan bebas seperti gaji, honorarium, penghasilan dari
praktek dokter, notaris, aktuaris, akuntan, pengacara, dan
sebagainya;
b. penghasilan dari usaha dan kegiatan;
c. penghasilan dari modal, yang berupa harta gerak ataupun
harta tak gerak, seperti bunga, dividen, royalti, sewa, dan
keuntungan penjualan harta atau hak yang tidak
dipergunakan untuk usaha;dan
d. penghasilan lain-lain, seperti pembebasan utang dan
hadiah.
Jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas meliputi:
a. tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri
dari pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris,
penilai, dan aktuaris;
b. pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang
film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film,
foto model, peragawan/peragawati, pemain drama, dan
penari;
c. olahragawan;
d. penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan
moderator;
e. pengarang, peneliti, dan penerjemah;
f. agen iklan;
g. pengawas atau pengelola proyek;
h. perantara;
i. petugas penjaja barang dagangan;
40
41
Pasal 3
Ayat (1)
Contoh penentuan pengenaan Pajak Penghasilan yang bersifat final:
CV Andik memiliki usaha penjualan gerabah yang berdasarkan pembukuan
atau catatan pada Tahun Pajak 2013 (Januari 2013 sampai dengan Desember
2013), memiliki peredaran bruto sebesar Rp4.000.000.000,00 (empat miliar
rupiah).
Dengan demikian, atas penghasilan dari usaha yang diterima oleh CV Andik pada
tahun 2014 dikenai Pajak Penghasilan bersifat final sebesar 1% (satu persen),
karena peredaran bruto CV Andik pada Tahun Pajak 2013 tidak melebihi Rp
4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah).
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Jika CV Andik, sebagaimana contoh pada penjelasan ayat (1) dan ayat (2), pada
bulan Januari sampai dengan Oktober 2014 memperoleh peredaran bruto
sebesar Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah), maka atas penghasilan dari
usaha yang diterima oleh CV Andik sampai dengan bulan Desember 2014 (akhir
Tahun Pajak 2014) tetap dikenai tarif Pajak Penghasilan yang bersifat final
sebesar 1% (satu persen).
Ayat (4)
Jika CV Andik, sebagaimana contoh pada penjelasan ayat (3), pada bulan
Januari sampai dengan Desember 2014 memperoleh peredaran bruto sebesar Rp
6.000.000.000,00 (enam miliar rupiah), maka penghasilan yang diperoleh CV
Andik pada tahun 2015 (tahun berikutnya), dikenai Pajak Penghasilan sesuai
ketentuan Undang-Undang Pajak Penghasilan.
Pasal 4
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Jika CV Andik, sebagaimana contoh pada penjelasan Pasal 3 ayat (1) dan ayat
(2), pada bulan Agustus 2014 memperoleh penghasilan dari usaha penjualan
gerabah sebesar Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), maka Pajak
Penghasilan yang bersifat final yang terutang untuk bulan Agustus 2014 dihitung
sebagai berikut:
42
43
44