Disusun oleh :
Kelompok
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat meyelesaikan dan menyusun makalah tentang
“Pengantar Akuntansi Forensik” ini dengan baik dan tanpa kendala yang
berarti.
Kami sebagai penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih banyak kekurangan. Untuk itu dengan senang hati dan berbesar hati
kami sebagai penulis menerima semua kritik dan saran yang sifatnya
membangun dan memberi semangat demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya kami sebagai penulis berharap makalahini dapat bermanfaat
dalam proses pembelajaran di dalam kelas.
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui arti dari Akuntansi Forensik;
2. Untuk mengetahui perbedaan Akuntansi dan Audit Forensik;
3. Untuk mengetahui cara kerja dari Praktik Akuntansi Forensik di
Indonesia;
4. Untuk mengetahui apa saja yang berkaitan dengan Akuntansi
Forensik;
5. Untuk memahami Model-model dari Akuntansi Forensik;
6. Untuk mengetahui struktur dari Segitiga Akuntansi Forensik.
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam suatu audit secara umum maupun audit yang khusus untuk
mendeteksi fraud ngan), si auditor (internal maupun eksternal) secara proaktif
berupaya melihat kelemahan-kelemahan dalam sistem pengendalian intern,
terutama yang berkenaan dengan perlindungan terhadap aset (safeguarding of
asset), yang rawan akan terjadinya fraud. Ini adalah bagian dari keahlian yang
harus dimiliki seorang auditor. Sama seperti seorang ahli sekuriti memeriksa
instalasi keamanan di perusahaan minyak atau di hotel, dan memberi laporan
mengenai titik-titik lemah dari segi keamanan dan pengamanan perusahaan
minyak atau hotel tersebut.
Kalau dari suatu audit umum (general audit atau opinion audit) diperoleh
temuan audit, atau ada tuduhan (allegation) dari pihak lain, atau ada keluhan
(complaint), auditor bersikap reaktif. la menanggapi temuan, tuduhan atau
keluhan tersebut. Contoh: temuan audit menunjukkan kepala bagian pengadaan
berulang kali meminta kasir membayar pemasok A yang tagihannya belum jatuh
tempo; padahal pemasok lain yang tagihannya melewati tanggal jatuh tempo,
tidak dimintakan pembayarannya. Pemasok yang dirugikan menuduh kepala
bagian pengadaan itu berkolusi dengan pemasok A, sejak dalam proses tender
dimulai. Pemakai barang yang dibeli mengeluh bahwa barang yang dipasok A
mutunya jauh di bawah spesifikasi yang disetujui.
Laporan (tip-of) dapat juga diberikan oleh para whistleblowers yang
mengetahui terjadinya atau masih berlangsungnya suatu fraud.
Dalam contoh di atas, temuan audit, tuduhan dan keluhan kebetulan untuk
hal yang sama atau terkait. Akan tetapi temuan audit, tuduhan dan keluhan bisa
juga mengenai hal hal yang tidak berkaitan, tetapi mengarah kepada petunjuk
adanya fraud. Auditor bereaksi terhadap temuan audit, tuduhan, dan keluhan
serta mendalaminya dengan melaksanakan audit investigatif. Dalam Bagan 1.4
digambarkan dua bagian dari suatu fraud audit; yang bersifat proaktif dan
investigatif. Audit investigatif dimulai pada bagian kedua dari audit fraud yang
bersifat reaktif, yakni sesudah ditemukannya indikasi awal adanya fraud. Audit
investigatif merupakan bagian dan titik awal dari akuntansi forensik.
Dari Bagan 1.4 di atas terlihat proses audit investigatif, akuntansi dan
hukum. Bagan ini merupakan pengembangan dari Bagan 1.3. Bagan ini dapat
dikembangkan lebih lanjut dengan memasukkan unsur tindak pidana, misalnya
tindak pidana korupsi (tipikor). Dengan memasukkan unsur tipikor maka unsur
akuntansinya adalah perhitungan kerugian keuangan negara dan proses (atau
acara) pengadilan tipikor. Model ini digambarkan dalam Bagan 1.5.
Semua diagram Akuntansi Forensik di bab ini adalah penyederhanaan dari
dunia nyata. Contoh: dalam Bagan 1.5 ada kotak kecil dengan judul "Besarnya
Kerugian. Dalam dunia nyata, kotak kecil ini bisa terdiri atas tiga atau bahkan
mungkin empat tahap.”
Seperti dijelaskan di muka, penyelesaian sengketa dapat dilakukan di bawah
berbagai ketentuan perundang-undangan, seperti Hukum Pidana, Hukum
Perdata, Hukum Administratif, dan Arbitrase serta Alternatif Penyelesaian
Sengketa. Model ini digambarkan dalam Bagan 1.6
Model di atas akan bertambah rumit jika kejahatannya adalah lintas negara,
seperti koruptor Indonesia yang melarikan diri ke luar negeri dan "mencuci uang"-
nya juga ke luar negeri. Bidang hukumnya akan lebih luas lagi dengan konvensi
dan traktat internasional yang meliputi ekstradisi dan mutual legal assistance
(MLA). Lihat Bag an 1.7.
1.6 Segitiga Akuntansi Forensik
Dalam pembahasan di atas kita melihat beberapa model akuntansi forensik,
mulai dari yang sederhana sampai yang paling rumit. Cara lain melihat akuntansi
forensik adalah dengan cara menggunakan apa yang diistilahkan sebagai Segita
Akuntansi Forensik. Bagan 1.8
Tuanakotta, Theodorus M. 2017. Akuntansi Forensik & Audit Investigatif (Edisi 2).
https://acch.kpk.go.id/id/component/content/article?id=693:keahlian-akuntan-
forensik-dan-pendidikan-akuntansi-forensik-di-indonesia
https://milamashuri.wordpress.com/2015/04/05/akuntansi-forensikkonsepcara-
kerjadan-kepentingannya/