BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Setiap profesi yang menyediakan jasanya kepada masyarakat memerlukan kepercayaan
dari masyarakat yang dilayaninya, termasuk jasa akuntan. Kepercayaan masyarakat terhadap
kualitas akuntan publik akan menjadi lebih baik, jika profesi tersebut menerapkan standar mutu
tinggi terhadap pelaksanaan pekerjaan profesional yang dilakukan oleh anggota profesinya.
Aturan Etika Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang dikeluarkan oleh Kompartemen
Akuntan Publik merupakan etika profesional bagi publik di Indonesia.
SPAP adalah acuan yang ditetapkan menjadi ukuran mutu yang wajib dipatuhi oleh akuntan
publik dalam pemberian jasanya. Kode Etik Ikatan Akuntansi Indonesia terdiri dari 3 bagian,
yaitu: pertama Prinsip Etika di mana prinsip ini memberikan kerangka dasar bagi aturan etika,
yang mengatur pelaksanaan pemberian jasa profesional oleh anggota. Prinsip Etika disahkan
oleh kongres dan berlaku bagi seluruh anggota. Kedua Aturan Etika, disahkan oleh Rapat
Anggota Himpunan dan hanya mengikat anggota himpunan yangbersangkutan. Ketiga
Interprestasi Aturan Etika, merupakan interprestasi yang dikeluarkan oleh badan yang dibentuk
oleh himpunan setelah memperhatikan tanggapan dari anggota, dan pihak-pihak
berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam penerapan Aturan Etika tanpa dimaksudkan
untuk membatasi lingkup dan penerapannya.
Sebagai akuntan publik, profesionalisme merupakan syarat utama profesi ini. Karena
selain profesi yang bekerja atas kepercayaan masyarakat, kontribusi akuntan publik terhadap
ekonomi sangatlah besar. Peran auditor untuk meningkatkan kredibilitas dan reputasi
perusahaan sangatlah besar. Selain itu beberapa peneliti seperti Peursem (2005) melihat bahwa
auditor memainkan peranan penting dalam jaringan informasi di suatu perusahaan. Sejalan
dengan pendapat tersebut, Gjesdal (1981) dalam Suta dan Firmanzah (2006) juga mengatakan
bahwa peranan utama auditor adalah menyediakan informasi yang berguna untuk keperluan
penyusunan kontrak yang dilakukan oleh pemilik atau manajer perusahaan.
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Prinsip Integritas
Prinsip integritas mewajibkan setiap praktisi untuk tegas, jujur, dan adil dalam
hubungan profesional dan hubungan bisnisnya. Praktisi tidak boleh terkait dengan laporan,
komunikais atau informasi lainnya yang diyakininya terdapat :
- Kesalahan material atau pernyataan yang menyesatkan;
- Pernyataan atau informasi yang diberikan secara tidak hati-hati; atau
- Penghilangan atau penyembunyian yang dapat menyesatkan atas informasi yang
seharusnya diungkapkan.
2. Prinsip Objektivitas
Prinsip objektivitas mengharuskan praktisi untuk tidak membiarkan subjektivitas, benturan
kepentingan atau pengaruh yang tidak layak dari pihak-pihak lain memengaruhi pertimbangan
profesional atau pertimbangan bisnisnya.
4. Prinsip Kerahasiaanan
Prinsip kerahasiaan mewajibkan setiap praktisi untuk tidak melakukan tindakan-
tindakan sebagai berikut :
- Mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia yang diperoleh dari hubungan
profesional dan hubungan bisnis kepada pihak di luar KAP atau jaringan KAP
tempatnya bekerja tanpat adanya wewenang khusus, kecuali jika terdapat kewajiban
untuk mengungkapkannya sesuai dengan ketentuan hukum atau peraturan lainnya yang
berlaku; dan
- Menggunakan informasi yang bersifat rahasian yang diperoleh dari hubungan
profesional dan hubungan bisnis untuk keuntungan pribadi atau pihak ketiga.
5. Prinsip Perilaku
Profesional Prinsip perilaku profesional mewajibkan setiap praktisi untuk mematuhi
setiap ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku, serta menghindari setiap tindakan yang
dapat mendiskreditkan profesi. Hal ini mencakup setiap tindakan yang dapat mengakibatkan
terciptanya kesimpulan yang negatif oleh pihak ketiga yang rasional dan memiliki pengetahuan
mengenai semua informasi yang relevan, yang dapat menurunkan reputasi profesi. Setiap
praktisi harus bersikap jujur dan tidak boleh bersikap atau melakukan tindakan :
Membuat pernyataan yang berlebihan mengenai jasa profesional yang dapat diberikan,
kualifikasi yang dimiliki atau pengalaman yang telah diperoleh dan membuat pernyataan yang
merendahkan atau melakukan perbandingan yang tidak didukung bukti terhadap hasil
perkerjaan praktisi lain. Selain itu, Kode Etik Profesi Akuntan Publik juga merinci aturan
mengenai hal-hal berikut ini:
- Seksi 200 Ancaman dan Pencegahan Seksi 210 Penunjukan Praktisi, KAP, atau
Jaringan KAP
- Seksi 220 Benturan Kepentingan Seksi 230 Pendapat Kedua Seksi 240 Imbalan Jasa
Profesional dan Bentuk Remunerasi Lainnya
- Seksi 250 Pemasaran Jasa Profesional Seksi 260 Penerimaan Hadiah atau Bentuk
Keramah-Tamahan Lainnya
- Seksi 270 Penyimpanaan Aset Milik Klien Seksi 280 Objektivitas – Semua Jasa
Profesional
- Seksi 290 Independensi dalam Perikatan Assurance
BAB III
PEMBAHASAN
240.1 Dalam melakukan negosiasi mengenai jasa profesional yang diberikan, Praktisi dapat
mengusulkan jumlah imbalan jasa profesional yang dipandang sesuai. Fakta terjadinya jumlah
imbalan jasa profesional yang diusulkan oleh Praktisi yang satu lebih rendah dari Praktisi yang
lain bukan merupakan pelanggaran terhadap kode etik profesi. Namun demikian, ancaman
terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi dapat saja terjadi dari besaran imbalan jasa
profesionalyang disulkan. Sebagai contoh, ancaman kepentingan pribadi terhadap kompetensi
serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional dapat terjadi ketika besaran imbalan jasa
profesional yang diusulkan sedemikian rendahnya, sehingga dapat mengakibatkan tidak dapat
dilaksanakannya perikatan dengan baik berdasarkan standar teknis dan standar profesi yang
berlaku.
240.2 Signifikansi ancaman akan tergantung dari beberapa faktor, seperti besaran imbalan
jasa profesional yang diusulkan, serta jenis dan lingkup jasa profesional yang diberikan.
Sehubungan dengan potensi ancaman tersebut, pencegahan yang tepat harus dipertimbangkan
dan diterapkan untuk menghilangkan ancaman tersebut atau menguranginya ke tingkat yang
dapat diterima. Pencegahan tersebut mencakup antara lain :
240.3 Imbalan jasa profesional yang bersifat kontinen telah digunakan secara luas untuk jasa
profesional tertentu selain jasa assurance. Namun demikian, dalam situasi tertentu imbalan jasa
profesional yang bersifat kontingen dapat menimbulkan ancaman terhadap kepatuhan pada
prinsip dasar etika profesi, yaitu ancaman kepentingan pribadi terhadap objektivitas.
Signifikansi ancaman tersebut akan tergantung dari beberapa faktor sebagai berikut:
Imbalan jasa profesional yang bersifat kontingen untuk jasa profesional selai jasa assurance
yang diberikan kepada klien assurance diatur dalam Seksi 290 dari Kode Etik ini.
240.4 Signifikansi setiap ancaman harus dievaluasi dan, jika ancaman tersebut merupakan
ancaman selain ancaman yang secara jelas tidak signifikan, maka pencegahan yang tepat harus
dipertimbangkan dan diterapkan untuk menghilangkan ancaman tersebut atau menguranginya
ke tingkat yang dapat diterima. Pencegahan tersebut mencakup antara lain:
a) Perjanjian tertulis dengan klien yang dibuat di muka mengenai dasar penentuan
imbalan jasa profesional.
b) Pengungkapan kepada pihak pengguna hasil pekerjaan Praktisi mengenai dasar
penentuan imbalan jasa profesional.
c) Kebijakan dan prosedur pengendalian mutu.
d) Penelaahan oleh pihak ketiga yang objektif terhadap hasil pekerjaan Praktisi.
240.5 Dalam situasi tertentu, seorang Praktisi dapat menerima imbalan jasa profesional
rujukan atau komisi (referral fee) yang terkait dengan diterimanya suatu perikatan, sebagai
contoh, jika Praktisi tidak memberikan jasa profesional tertentu yang dibutuhkan, maka
imbalan jasa dapat diterima oleh Praktisi tersebut sehubungan dengan perujukan klien yang
berkelanjutan (continuing client) tersebut kepada tenaga ahli atau Praktisi yang lain. Praktisi
dapat menerima komisi dari pihak ketiga (seperti penjualan perangkat lunak) sehubungan
dengan penjualan barang atau jasa kepada klien. Penerimaan imbalan jasa profesional rujukan
atau komisi trsebut dapat menimbulkan ancaman kepentingan pribadi terhadap objektivitas,
kompetensi, serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional.
240.6 Seorang Praktisi dapat membayar juga imbalan jasa profesional rujukan untuk
mendapatkan klien atau perikatan, sebagai cintoh, Praktisi A membayar imbalan jasa
profesional rujukan kepada Praktisi B untuk mendapatkan suatu perikatan (dari suatu klien
yang masih tetap menjadi klien dari Praktisi B) yang membutuhkan keahlian khusus yang
dimiliki oleh Praktisi A yang tidak dimiliki atau ditawarkan oleh Praktisi B. Pembayaran
240.7 Setiap Praktisi tidak boleh membayar atau menerima imbalan jasa profesional rujukan
atau komisi, kecuali jika Praktisi telah menerapkan pencegahan yang tepat untuk mengurangi
ancaman atau menguranginya ke tingkat yang dapat diterima. Pencegahan tersebut mencabut
antara lain:
240.8 Praktisi dapat membeli seluruh atau sebagian kepemilikan KAP atau jaringan KAP lain
dengan melakukan pembayaran kepada individu yang sebelumnya memiliki KAP atau jaringan
KAP tersebut, atau dengan melakukan pembayaran kepada ahli waris atau walinya.
Pembayaran tesebut bukan merupakan imbalan jasa profesional rujukan atau komisi seperi
yang diatur dalam paragraf 240.5 - 240.7 dari Kode Etik ini.
CONTOH KASUS
KASUS AKUNTAN YANG MENERIMA FEE BESAR DILUAR NILAI YANG TELAH
DISEBUTKAN DALAM KONTRAK SEHINGGA MENGURANGI
INDEPENDENSINYA DALAM MEMBERI OPINI
Akuntan publik merupakan profesi yang dapat memberikan jasa audit atas laporan keuangan
yang dibuat manajemen. Melalui pemberian jasa audit ini akuntan publik dapat membantu
manajemen maupun pihak luar sebagai pemakai laporan keuangan untuk menentukan secara
obyektif dapat dipercaya tidaknya laporan keuangan perusahaan. Profesi akuntan publik juga
dapat mempengaruhi pihak luar perusahaan dalam mengambil keputusan untuk menilai
dipercaya tidaknya laporan keuangan yang dibuat manajemen, sehingga akuntan publik
merupakan suatu profesi kepercayaan masyarakat. Atas dasar kepercayaan masyarakat, maka
akuntan publik dituntut harus tidak boleh memihak kepada siapapun (independen), harus
bersifat obyektif, dan jujur.
Dewan Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) IAI melalui SPAP (2001:220.10) menyatakan
bahwa: “Standar ini mengharuskan auditor bersikap independen, artinya tidak mudah
dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum (dibedakan
didalam hal ia berpraktik sebaga auditor intern). Dengan demikian, ia tidak dibenarkan
memihak kepada kepentingan siapapun sebab bagaimanapun sempurnanya keahlian teknis
yang ia miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak, yang justru sangat penting untuk
mempertahankan kebebasan pendapatnya.” Kode Etik Akuntan Indonesia BAB IV pasal 13
ayat 1 dinyatakan bahwa: “Setiap anggota profesi harus mempertahankan sikap independent.
Ia harus bebas dari semua kepentingan yang bisa dipandang sesuai dengan integritas dan
objektivitasnya. Tanpa tergantung efek kebenarannya dari kepentingan itu.”
Independensi merupakan sikap yang tidak mudah dipengaruhi oleh pihak manapun dan juga
tidak memihak kepentingan siapapun. Untuk diakui sebagai seorang yang bersikap independen,
akuntan publik harus bebas dari setiap interfensi pimpinan dan pemilik perusahaan. Akuntan
publik juga tidak hanya bersifat obyektif dan tidak memihak tetapi harus pula mengindari
keadaan-keadaan yang menyebabkan hilangnya kepercayaan masyarakat atas sikapnya. Hal ini
bertujuan agar akuntan publik dapat memberikan opini yang obyektif dan jujur atas laporan
keuangan klien. Sehingga tidak menyesatkan pemakai laporan keuangan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa independensi sangat penting bagi profesi akuntan
publik:
1. Merupakan dasar bagi akuntan untuk merumuskan dan menyatakan pendapat atas
laporan keuangan yang diperika. Apabila akuntan publik tetap memelihara
independensi selama melaksanakan pemeriksaan, maka laporan keuangan yang telah
diperiksa tersebut akan menambah kredibilitasnya dan dapat diandalkan bagi pihak
yang berkepentingan.
2. Karena profesi akuntan publik merupakan profesi yang memegang kepercayaaan
masyarakat. Kepercayaan masyarakat akan menurun jika terdapat bukti bahwa
independensi sikap auditor ternyata berkurang dalam menilai kewajaran laporan
keuangan yang disajikan manajemen.
Dalam rapat komisi Kode Etik Akuntan Indonesia tahun 1990 telah mempertegas bahwa
imbalan yang diterima selain fee dalam kontrak dan fee bersyarat tidak boleh diterapkan dalam
pemeriksaan. Kode etik tersebut menjelaskan: Dalam melaksanakan penugasan pemeriksaan
laporan keuangan, dilarang menerima imbalan lain selain honorarium untuk penugasan yang
bersangkutan. Honorarium tersebut tidak boleh tergantung pada manfaat yang akan diperoleh
kliennya (Kode Etik IAI,1990 pasal 6, butir 5).
Pihak-pihak yang meragukan independensi akuntan publik yang menerima fee diluar yang
telah disebutkan dalam kontrak beralasan bahwa :
1. Kantor akuntan yang menerima audit fee besar merasa bergantung pada klien,
meskipun pendapat klien mungkin tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima
umum atau mengakibatkan akuntan pemeriksa tidak dapat melaksanakan norma
pemeriksaan akuntan secukupnya.
2. Kantor akuntan yang menerima audit fee besar dari seorang klien takut kehilangan klien
tersebut karena akan kehilangan sebagian besar pendapatannya sehingga kantor
akuntan tersebut cenderung tidak independen.
3. Kantor akuntan cenderung memberikan “Counterpart fee” yang besar kepada salah satu
atau beberapa pejabat kunci klien yang diaudit, meskipun tindakan ini cenderung
menimbulkan hubungan yang tidak independen dengan kliennya (Supriyono, 1988:60).
- PT Sinar Jaya mempunyai 2 anak perusahaan yakni PT Senter Jaya & PT Lilin Jaya
- PT Sinar Jaya mempunyai investasi dgn total 100 milyar dgn pendapatan per tahunnya
sebesar 100 juta.
- Pihak direksi meminta tim audit untuk:
1. Mengaudit kedua anak perusahaanya
2. Mengaudit laporan keuangan PT Sinar Jaya
3. Memeriksa Laporan Pajak dan Fiskal
4. Melakukan penilaian terhadap asset tetap.
- Pihak direksi mengizinkan tim audit KAP Jojon dan Priyadi untuk bertanya ke KAP
Bambang selaku pihak yg dahulu pernah mengaudit PT Sinar Jaya.
Setelah mendapat konfirmasi dari pihak PT Sinarjaya bahwa tim audit dari KAP Jojon dan
Priyadi selaku tim yang akan mengaudit PT Sinar Jaya diperkenankan untuk berkonsultasi dgn
pihak KAP Bambang, kemudian KAP Bambang memberikan beberapa informasi mengenai PT
Sinar Jaya :
KAP Bambang tidak menemukan kendala terkait dengan kegiatan audit terhadap PT
Sinar Jaya.
Sistem Informasi Akuntansi & Sistem Pengendalian Internal perusahaan cukup
memadai dan efektif
Karyawan PT Sinar Jaya informative.
Menurut penilaian KAP Bambang, manajemen PT Sinar Jaya berlaku jujur dan
integritas manajemen cukup tinggi
“Komisi adalah imbalan dalam bentuk uang atau barang atau bentuk lainnya yang
diberikan atau diterima kepada/dari klien/pihak lain untuk memperolah penugasan dari
klien/pihak lain. Anggota KAP tidak diperkenankan untuk memberikan/menerima
komisi apabila pemberian/penerimaan komisi tersebut dapat mengurangi
independensi.”
“Fee referal (rujukan) adalah imbalan yang dibayarkan/diterima kepada/dari sesama
penyedia jasa profesional akuntan publik.”
“Fee referal (rujukan) hanya diperkenankan bagi sesama profesi.”
Berdasarkan kejadian tersebut dan pada etika kompartemen Akuntan Publik di atas,
kami mencurigai bahwa KAP Bambang dan Basuki bertindak tidak etis karena juga
menerima fee dari PT Sinar Jaya yang terkait dengan rujukan kepada KAP Jojon
Priyadi. Hal tersebut menurut kami dapat mengurangi independensi KAP Bambang
dalam menyampaikan informasinya kepada kami.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Sebagai akuntan publik, profesionalisme merupakan syarat utama profesi ini. Karena
selain profesi yang bekerja atas kepercayaan masyarakat, kontribusi akuntan publik terhadap
ekonomi sangatlah besar. Peran auditor untuk meningkatkan kredibilitas dan reputasi
perusahaan sangatlah besar. Selain itu beberapa peneliti seperti Peursem (2005) melihat bahwa
auditor memainkan peranan penting dalam jaringan informasi di suatu perusahaan. Sejalan
dengan pendapat tersebut, Gjesdal (1981) dalam Suta dan Firmanzah (2006) juga mengatakan
bahwa peranan utama auditor adalah menyediakan informasi yang berguna untuk keperluan
penyusunan kontrak yang dilakukan oleh pemilik atau manajer perusahaan.
Logika sederhananya bahwa agar mesin perekonomian suatu negara dapat menyalurkan
dana masyarakat kedalam usaha-usaha produktif yang beroperasi secara efisien, maka perlu
disediakan informasi keuangan yang andal, yang memungkinkan para investor untuk
memutuskan kemana dana mereka akan di investasikan. Untuk itu dibutuhkan akuntan publik
sebagai penilai kewajaran informasi yang disajikan manajemen. Jadi jelas bahwa begitu
besarnya peran akuntan publik dalam perekonomian, khususnya dalam lingkup perusahaan
menuntut profesi ini untuk selalu profesional serta taat pada etika dan aturan yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
http://nindasari.blogspot.co.id/2010/10/tugas-etika-profesi-dan-kode-
etik.html
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&
ved=0ahUKEwjyvZyMsYXUAhUGMI8KHTM0By4QFgglMAA&url=http
%3A%2F%2Fiapi.or.id%2Fuploads%2Fcontent%2F95-PP-No-2-Tahun-
2016-tentang-Penentuan-Imbalan-Jasa-Audit-Laporan-
Keuangan.pdf&usg=AFQjCNFHsYFiJeLIi1ou_GyzKPDATZfXsw