Anda di halaman 1dari 30

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmaynya penyusun mampu menyelesaikan tugas
makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Teori Akuntansi.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi
teratasi.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Pengertian Teori
Akuntansi yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi,
referensi, dan berita. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu
yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh
kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah SWT akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca. Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna.

Surabaya, 19 September 2018

Penulis
BAB 4
RERANGKA KONSEPTUAL – SUATU MODEL

Pengertian, kedudukan, fungsi, dan model rerangka konseptual sebagai hasil suatu
perekayasaan telah dibahas dalam bab sebelum ini. Salah satu model adalah rerangka
konseptual yang dikkembangkan oleh FASB yang diwujudkan dalam seperangkat pernyataan
resmi yang disebut Statements of Financial Accounting Concepts (SFAC). Model FASB
digunakan sebagai basis pembahasan dalam bab ini karena model tersebut memuat secara
lengkap penjelasan, penalaran, dan argumen untuk tiap konsep yang dipilih sehingga
mempunyai aspek pembelajaran atau pembelajaran dan pendidikan yang bermanfaat.

Tujuan Pelaporan Keuangan


Tujuan adalah ke arah mana segala upaya, tindakan, dan pertimbangan dicurahkan. Oleh
karena itu, penentuan tujuan pelaporan keuangan merupakan langkah yang paling krusial
dalam perekayasaaan akuntansi. Tujuan pelaporan menentukan konsep-konsep dan prinsip-
prinsip yang relevan yang akhirnya menentukan bentuk, isi, jenis, dan susunan statemen
keuangan. Untuk menurunkan tujuan pelaporan keuangan, pihak yang dituju dan
kepentingannya harus diidentifikasi denga jelas sehingga informasi yang dihasilkan
pelaporan keuangan dapat memuaskan kebutuhan informasional pihak yang dituju. Pada
gilirannya, pihak dituju akan melakukan tindakan atau mengambil keputusan yang mengarah
ke pencapaian tujuan pelaporan keuangan. Dengan demikian, diharapkan tujuan yang lebih
luas (tujuan ekonomik dan sosial negara) akan tercapai pula.

Pemakai dan Kepentingannya


Dalam suatu lingkungan negara, banyak pihak potensial yang dituju atau berkepentingan dan
kepentingan mereka sangat beragam. Kepentingan pemakai juga beragam tidak hanya
antarkelompok pemakai tetapi juga di dalam kelompok pemakai. Beragam kepentingan
antaar lain adalah pertanggungjawaban, kebermanfaatan keputusan, riset keungan dan pasar,
penentuan tarif, penentuan pajak, pengendalian sosial, pengendalian alokasi sumber daya
ekonomik, dan pengukuran kinerja entitas. Jadi, penentuan tujuan merupakan suatu proses
yang kompleks.
Masalah penyusunan tujuan adalah menentukan siapa yang dituju, apa saja
kepentingannya, seberapa luas (banyak) informasi yang diinginkan, apa saja sumber
informasi yang telah tersedia, dan seberapa banyak informasi dapat dilayani melalui statemen
keuagan. Dengan masalah tersebut, Most menunjukkan dua pendekatan dalam penentuan
tujuan penyediaan informasi (pelaporan keuangan) yaitu :
1. Menyediakan informasi untuk sehimpunan pemakai umum yang mempunyai
bermacam-macam kepentingan keputusan, atau
2. Menyediakan informasi untuk kelompok pemakai tententu yang mempunyai
kepentinagn tertentu yang diketahui (teridentifikasi).
Dengan pendekatan (1) pelaporan keuangan diarahkan untuk menghasilkan satu set data (satu
set statemen keuangan) untuk berbagai pemakai dan kepentingan. Pemakai menyusun dan
mengolah kembali data tersebut menjadi informasi yang relevan untuk keputusan atau
kepentingannya. Pendekatan inilah yang sekarang banyak ditempuh dan menghasilkan apa
yang dikenal dengan statemen keuangan umum (general purpose financial statemenst).
Karena bersifat umum, seperangkat statemen keuangan akan bersifat ringkasan umum yang
tidak terlalu rinci dengan konsekuensi bahwa kepentingan spesifik atau kelompok tertentu
harus dikorbankan.
Walaupun bersifat umum, masih perlu diidentifikasi kelompok yang dianggap
menjadi fokus atau sasarn informasi dengan harapan kelompok yang lain masih dapat
menumpang pakai (menjadi free-rider) statemen keuangan umum tersebut. Hal ini perlu
dilakukan karena perekayasaan akuntansi harus menentukan apa yang dilaporkan atau apa isi
seperangkat statemen keuangan sehingga manfaat dan relevansi informasi dapat dievaluasi.
Pendekatan ini sering disebut pendekatan basis data (database approach).
Pendekatan (2) berasumsi bahwa kebutuhan infromasi dan model pengambilan
keputusan para atau kelompok pemakai diketahui dengan pasti sehingga dapat disusun
berbagai statemen/laporan khusus untuk melayani berbagai keperluan pengambilan keputusan
tiap kelompok pemakai. Dasar pikiran pendekatan ini adalah “beda tujuan beda angka”
(different figures for different purposes). Sebagai konsekuensi, seperangkat statemen
keuangan akan berisi berbagai jenis statemen keuangan rinci karena berbagai jenis atau
model pengambilan keputusan harus dilayani.

Aspek Sosial Tujuan Pelaporan


Sebagai teknologi, pelaporan keuangan dalam suatu negara harus direkayasa sehingga tujuan
sosial dan ekonomik negara tercapai. Tujuan nasional dapat tercapai apabila kegiatan
individual dengan berbagai motivasi untuk mencapai tujuan individualnya juga
memaksimumkan tujuan negara. Bila akuntansi harus berperan dalam hal ini, maka tujuan
pelaporan keuangan harus dipertimbangkan dalam konteks tujuan kegiatan sosial atau
masyarakat dalam suatu negara.

Berkaitan dengan ini, Bloom dan Elgers (1995) mendeskripsi tiga macam tujuan kegiatan
sosial/masyarakat (social activity) dan implikasinya terhadap penentuan tujuan pelaporan
keuangan yaitu: tujuan fungsional (functional objectives), tujuan bersama (common
objectives), dan tujuan kelompok dominan (dominant group objectives).
 Tujuan Fungsional
Tujuan fungsional adalah tujuan masyarakat atau organisasi secara keseluruhan tanpa
memeperhatikan tujuan/motivasi masing-masing individual di dalamnya. Tujuan individual
tidak dapat diamati sedangkan tujuan fungsional dapat diidentifikasi dengan mengamati
konsekuensi-konsekuensi dari kegiatan masyarakat atau organisasi yang nyatanya terjadi.
Tujuan fungsional akuntansi dapat terdiri atas satu atau bberapa (sehimpunan) tujuan yang
berkaitan. Walaupun tujuan/motif individual tidak diketahui dan dipertimbangkan,
diharapkan bahwa tujuan fungsional yang ditetapkan selaras dengan sebagian atau bahkan
seluruh tujuan individual.
 Tujuan Bersama
Tiap individual umumnya tidak hanya mempunyai satu tujuan tetapi sehimpunan
tujuan/motif. Tujuan bersama adalah satu atau beberapa (subhimpunan) tujuan individual
yang sama dengan tujuan individual lainnya. Kalau tujuan fungsional disusun tanpa
mmeprhatikan tujuan-tujuan individual, tujuan bersama ditentukan dengan mengidentifikasi
dahulu tujuan-tujuan individual kemudia memilih tujuan-tujuan individual (seluruh anggota
masyarakat) yang sama untuk dijadikan tujuan kegiatan sosial.
 Tujuan Kelompok Dominan
Bila tujuan dan model pengambilan keputusan semua individual atau kelompok (grup)
individual dapat diidentifikasi, tujuan beberapa individual atau beberapa kelompok individual
yang dominan dalam suatu kegiatan masyarakat dapat dijadikan tujuan kegiatan sosial (dan
ekonomik) masyarakat bersangkutan. Tujuan kelompok nondominan menjadi tidak relevan
atau dianggap terlalu lemah untuk mempengaruhi kegiatan sosial. Kalau akuntansi sebagai
kegiatan sosial harus menentukan tujuan atas dasar kelompok dominan, harapaannya dalah
sebagian tujuan-tujuan kelompok nondominan ada yang selaras dengan tujuan kelompok
dominan.

Perkembangan Tujuan Pelaporan Keuangan


Atas dasar aspek sosial di atas, tujuan pelaporan keuangan dalam profesi akuntansi di
Amerika mengalami semacam evolusi. Perkembangan terjadi karena pergeseran kesepakatan
dalam hal siapa kelompok yang dituju, apa kepentingannya, dan seperti apa model
pengambilan keputusan yang digunakan.
 Tujuan versi ASOBAT
Komite eksekutif AAA tidak secara spesif mengidentifikasi pihak pemakai laporan keuangan.
Komite ini mendefinisi tujuan pelaporan keuangan dengan menunjukkan manfaatnya untuk:
1. Membuat keputusan-keputusan yang berkaitan dengan penggunaan sumberdaya
(alam, fisis, manusia, dan finansial) yang terbatas.
2. Mengarahkan dan mengendalikan sumber daya fisis dan manusia suatu organisasi
secara efektif.
3. Memelihara dan melaporkan pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepada
manajemen.
4. Memberi kemudahan berjalannya fungsi dan pengendalian sosial.
Dapat disimpulkan bahwa pemakai yang diarah oleh tujuan di atas adalah berbagai
kelompok. Karena pihak yang dituju tidak jelas, dapat dikatan bahwa ASOBAT sebenarnya
mendefinisi tujuan pelaporan atas dasar tujuan fungsional.
 Tujuan versi APB No. 4
Tujuan pelaporan keuangan yang dicanangkan dalam APB No. 4 secara umum dinyatakan
sebagai berikut:
The basic purpose of financial accountig and financial statements is to provide
financial information about individual business enterprises that is useful in making
economic decisions.
APB No. 4 memuat dua tujuan pelaporan yaitu tujuan umum (general objectives) dan tujuan
kualitatif (qualitative objectives). Tujuan di atas merupakan tujuan umum yang diajadikan
dasar untuk menentukan kandungan informasi akuntansi (apa yang harus dilaporkan).
Tujuan tersebut akhirnya mejadi basis APB untuk menentukan dan mendefinisi elemen-
elemen pelaporan keuangan. Dapat dikatakan bahwa APB mengembangkan tujuan atas dasar
tujuan kelompok dominan. APB berusaha menghasilkan statemen keuangan umum dengan
investor dan kreditor sebagai kelompok dominan.
 Tujuan versi Trueblood Committee
Komite Trueblood menjabarkan tujuan APB No. 4 ke dalam dua belas butir tujuan yang
saling berkaitan secara hierarkis dengan menunjukkan empat aspek yang melekat pada tiap
tujuan yaitu: informasi tentang apa, siapa yang dituju, untuk apainformasi digunaka, serta
hierarki tujuan dengan tujuan lainnya.
Dua hal penting yang ditekankan oleh Komite ini adalah daya melaba (earnings
power) dan elemen aliran kas (cash dlows). Tujuan pelaporan oleh Komite Trueblood ini
akhirnya menjadi basis penyusunan tujuan pelaoran dalam rerangka konseptual yang
dikembangkan oleh FASB.

Tujuan Pelaporan Keuangan FASB


Sama dengan tujuan Komite Truebloo, FASB menyatakan secara umum tujuan pelaporan
yaitu “to provide information that is usefull in making business and economic decision.”
FASB mendasarkan penyusunan tujuan pelaporan pada tiga aspek landasan pikiran yaitu
bahwa:
1. Tujuan pelaporan keuangan ditentukan oleh lingkungan ekonomik, hukum, politik,
dan sosial tempat akuntansi diterapkan.
2. Tujuan pelaporan dipengaruhi oleh karakteristik dan keterbatasan informasi yang
dapat disampaikan melalui mekanisma pelaporan keuangan.
3. Tujuan pelaporan memerlukan suatu fokus untuk menghindari terlalu umunya
informasi akibat terlalu banyaknya pihak pemakai yang ingin dipenuhi kebutuhan
informasionalnya.
 Konteks Lingkungan Tujuan Pelaporan
FASB menyatakan bahwa tujuan pelaporan tidak steril (immutable) dari lingkungan
penerapan pelaporan keuangan. Tujuan pelaporan FASB didasarkan atas lingkungan
ekonomik, hukum, politis, dan sosial di Amerika. Lingkungan penerapan akuntansi di
Amerika diberi ciri sebagai berikut:
1. Sistem ekonomi pasar yang (highly developed exchange economy).
2. Sistem produksi, keuangan, dan perbankan yang canggih.
3. Pemisahan antarapemilikan dan manajemen; kegiatan perusahaan dijalankan melalui
perusahaan/badan usaha milik investor (investor-owned business enterprises).
4. Pasar modal sebagai sarana pemenuhan modal utama selain lembaga keuangan.
5. Pemilikan pribadi sumber ekonomi diakui dan dilindungi pemerintah (private
ownership is honored); sumber daya produktif lebih banyak dikelola oleh
swasta/pribadi daripada oleh pemerintah dan pemerintah bertindak sebagai regulator.
6. Pemerintah membantu kegiatan bisnis dan ekonomik dengan menyediakan informasi
publik yang sebagian berasal dari informasi pelaporan keuangan yang disediakan oleh
tiap badan usaha.
7. Reliabilitas atu kredibilitas informasi dalam pelaporan keuangan dicapai melalui
pengauditan oleh auditor independen.
 Karakteristik dan Keterbatasan Informasi
Tujuan pelaporan dipengaruhi oleh karakteristik dan keterbatasan tentang jenis informasi
yang dapat disediakan. Karakteristik dan keterbatasan tersebut adalah bahwa informasi yang
disediakan melalui mekanisme pelaporan keuangan:
1. Lebih berkaitan dengan badan usaha atau perusahaann daripada dengan industri atau
ekonomik secara keseluruhan.
2. Lebih merupakan informasi kuantitatif yang bersifat pendekatan (spproximation)
daripada hasil perhitungan yang pasti.
3. Sebagian besar merefleksi pengaruh transaksi dan kejadian yang telah terjadi
(historis).
4. Hanya merupakan salah satu sumber informasi yang dibutuhkan oleh mereka yang
mengambil keputusan tentang badan usaha.
5. Penyediaan dan penggunaannya memerlukan atau melibatkan kos (cost) sehingga
pertimbangan kos-manfaat dapat membatasi apa yang harus dilaporkan.
 Fokus atau Cakupan Informasi
FASB berusaha mencapai hal tersebut tetapi tampaknya FASB menyadari bahwa tujuan
bersama tidak mungkin diidentifikasi sehingga FASB lebih mendasarkan tujuan pelaporan
atas dasar tujuan kelompok dominan yang dalam hal ini adalah investor dan kreditor.
Pertimbangan atau penalaran FASB untuk memfokuskan pelaporan pada pelaporan keuangan
umum di uraikan berikut ini:
1. Tujuan pelaporan didasarkan pada keperluan para pemakai eksternal yang tidak
mempunyai autoritas untuk menentukan atau akses untuk memperoleh informasi yang
mereka perlukan sehingga mereka harus menggatungkan diri pada informasi yang
disampaikan oleh manejemen kepada mereka.
2. Oleh karen itu, tujuan pelaporan disusun atas dasar gagasan bahwa kemampuan
perusahaan untuk menciptakan aliran kas yang menguntungkan merupakan fokus atau
kepentingan umum/bersama (common interest) dari berbagai pemakai informasi.
3. Tujuan pelaporan berkaitan dengan penyediaan informasi luas untuk melayani
keputusan investasi dan kredit bukan hanya dengan informasi yang dapat dituangkan
dalam bentuk statemen keuangan.
 Isi Tujuan Pelaporan
Tiga aspek landasan pikiran di atas, yaitu konteks lingkungan, keterbatasan, dan fokus
pelaporan, menjadi pertimbangan FASB untuk merumuskan tujuan pelaporan keuangan
sebagai salah satu komponen rerangka konseptual.
Kalimat kedua dalam tujuan 1 sebenarnya bukan merupakan tujuan pelaporan tetapi
lebih merupakan tingkat atau syarat pengetahuan para pemakai yang diacu.
Kalimat kedua dalam tujuan 2 merupakan pernyataan kembali tujuan dalam kalimat
pertama tetapi dari sudut pandang badan usaha. Dalam kalimat pertama, penerimaan dan
pemerolehan kas dimaknai sebagai kas yang mengalir ke pemakai (investor, kreditor, dan
lainnya). Oleh karena itu, kalimat pertama dan kedua sebenarnya ekuivalen tetapi berbeda
dalam hal sudut pandang.
Ketiga tujuan di atas sebenarnya saling berkaitan. FASB menjabarkan lebih lanjut
posisi keuangan dan perubahannya dalam bentuk butir-butir informasi yang harus disajikan
yang relevan dengan keputusan investasu dan kredit.
Teori di Balik Tujuan Pelaporan FASB
Telah disebutkan bahwa aspek konteks lingkungan, karakteristik dan keterbatasan informasi,
dan fokus/lingkup pelaporan menjadi pertimbangan dalam rumusan tujuan pelaporan. Tentu
saja ada alasan teoritis (penalaran) mengapa FASB menetapkan bahwa investor dan kreditor
menjadi sasaran tujuan pelaporan. Dengan latar belakang lingkungan di Amerika, beberapa
teori (penalaran) yang dapat menjelaskan hal tersebut diuraikan berikut ini;
Akuntansi akan mempunyai peran yang nyata dalam kehidupan sosial dan ekonomi
kalau informasi yang dihasilkan oleh akuntansi dapat mengendalikan perilaku pengambil
keputusan ekonomik untuk bertindak menuju ke suatu pencapaian tujuan sosial dan
ekonomik negara. Akuntansi hanyalah merupakan salah satu wahan untuk pengendalian
alokasi tersebut. Oleh karena itu, tujuan pelaporan keuangan dalam suatu negara harus
direkayasa dengan cermat dan penuh kesadaran akan tujuan ekonomik masyarakat.
Pasar modal adalah sarana untuk mempertemukan peminta dan pemasok atau
penyedia dana. Pasar modal merupakan suatu sistem pemenuhan kebutuhan dana dan
investasi yang terorganisasi yang melibatkan partisipan yang terdiri atas bank-bank komersial
dan semua perantara di bidang keuangan, investor, dan kreditor dan melibatkan instrumen
keuangan dan surat berharga baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Mekanisme pasar dan pengakuan hak milik pribadi sebagai landasan ekonomi
mempunyai konsekuensi bahwa pemerintah tidak secara langsung mengendaliakn efisiensi
alokasi sumber daya ekonomik. Tulah sebabnya FASB menetapkan bahwa investor dan
kreditor menjadi fokus atu pihak yang dituju oleh pelaporan keuangan. Tentu saja pihak lain
tidak diabaikan tetapi dianggap sebagai penumpang pakai (free riders) infromasi yang
ditunjukan kepada investor dan kreditor. Informasi yang dibentuk melalui standar akuntansi
dapat mempengaruhi perilaku ekonomik sehingga distribusi kemakmuran diharapkan dapat
terjadi melalui tiga partisipan yaitu investor dan kreditor sebagai pihak sasaran (inteded user,
pemakai laporan lain yang tidak dituju secara langsung (free riders), manajemne sebagai
pihak yang menyampaikan dan menyiapkan informasi (reporting entity).
Dengan struktur ekonomi tersebut, laba (earnings), kemampuan melaba (earning
power), dan kemampuan menciptakan kas (cash generating power) badan usaha dianggap
sebagai indikator yang dapat mempengaruhi perilaku para partisipan di pasar modal. Atas
dasar informasi tersebut, investor dan kreditor menanamkan kekayaan dalam industri tertentu
yang memproduksi barang dan jasa untuk kepentingan masyarakat. Harapan investor adalah
bahwa dana yang ditanamkan akan berkembang yang berarti bahwa investasinya memberikan
kembalian (returns) yang memadai. Hal ini akan terjadi kalau dana yang ditanamakn
digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa yang benar-benar dibutuhkan masyarakat.
Untuk meyakinkan bahwa investor memperoleh kembalian yang dikehendaki dengan
risiko tertentu, investor memerlukan informasi sebagai landasan keputusannya. Informasi
keuangan (dalam bentuk statemen keuangan) dapat memberi petunjuk kepada investor dan
kreditor ke industri mana dananya akan ditanamkan.
FASB berasumsi bahwa informasi akuntansi mempengaruhi keputusan investasi para
investor dan kreditor. Dengan mekanisma pasar modal dan pasar bebas, evaluasi terhadap
badan usaha secara keseluruhan tercermin dalam harga pasar sekuritas badan usaha. Karena
standar akuntansi menetapkan informasi apa yang harus diungkapkan maka akuntansi
mempunyai pengaruh ekonomik terhadap kemakmuran partisipan melalui harga sekuritas.
FASB menetapkan tujuan fungsional akuntansi yaitu alokasi sumber daya ekonomik
secara efisien) dengan cara mengidentifikasi tujuan kelompok dominan. Pemenuhan
kebutuhan informasional kelompok dominan (investor dan kreditor) diharapkan juga
memenuhi tujuan fungsional akuntansi.

Tujuan Pelaporan Entitas Nonbisnis


Tujuan pelaporan keuangan untuk organisasi nonbisnis dimasukkan sebagai salah satu
komponene rerangka konseptual. FASB berargumen bahwa karakteristik kedua kategori
organisasi (bisnis dan nonbisnis) mengandung persamaan dan perbedaan tetapi tidak perlu
disusun dua rerangka konseptual terpisah untuk masing-masing kategori organisasi. FASB
menyatakan bahwa dengan dimasukkannya tujuan pelaporan organisasi nonbisnis dalam satu
rerangka konseptual, perbedaan-perbedaan dalam tujuan dapat dijadikan basis untuk
mengidentifikasi pelaoran yang memerlukan perlakuan akuntansi khusus/unik. Oleh karena
itu, komponen elemen statemen keuangan rerangka konseptual FASB memuat pula elemen-
elemen untuk organisasi nonbisnis.
Pada mulanya, FASB mempertimbangkan organisasi-organisasi berikut sebagai nonbisnis:
1. Unit-unit kepemerintahan (state an dlocal goveremntal bisnis).
2. Organisasi amal dan keagamaan.
3. Institusi sosial.
4. Organisasi swasta nonprofit.
Dengan satu rerangka konseptual tersebut, wilayah autoritas (juridiksi) FASB meliputi
penyusunan standar untuk organisasi nonbisnis. Dalam perkembangnya, unit-unit
kepemerintahan dipisahkan dari lingkup organisasi nonbisnis dan pelaporan keuangannya
ditangani oleh Governmental Accounting Standards Board (GASB). Oleh karena itu,
organisasi atau entitas tidak lagi dikategori menjadi bisnis dan nonbisnis tetapi menjadi
nonkepemerintahan (nongovernmental) dan kepemerintahan (governmental).
FASB mengidentifikasi ciri-ciri nonbisnis yang menjadikan tujuan pelaporan organisasi
nonbisnis berbeda dengan organisasi bisnis:
a) Penerimaan sumber ekonomik yang cukup besar dari penyedia dana yang tidak
mengharapkan untuk menerima imbalan atau manfaat yang proporsional dengan
sumber ekonomik yang diserahkan.
b) Tujuan operasi selain menyediakan/menjual barang dan jasa untuk mendatangkan
laba atau setara laba.
c) Tidak terdapatnya hak pemilikan dengan proporsi tertentu/pasti yang dapat dijual,
dipindahtangankan, atau ditarik, atau yang mengandung hak yuridis atas bagian dari
sisa kekayaan dalam hal organisasi dilikuidasi/dibubarkan.

Karakteristik Kualitatif Informasi


Kerangka konseptual merupakan pedoman bagi penyusun standar di Amerika FASB
untuk memutuskan apakah suatu objek atau kejadian harus diwajibkan, malalui standar
akuntansi, untuk dilaporkan oleh badan usaha atau organisasi. Penentuan apakah suatu objek
layak dilaporkan atau tidak dan bagaimana melaporkannya melibatkan apa yang disebut
pilihan/alternatif akuntansi atau kebijakan akuntansi karena terjadinya berbagai alternatif
perlakuan akuntansi. Jadi, ada dua tataran atau level kebijakan akuntansi yaitu tataran
penyusun standar dan tataran badan usaha secara individual.
Karena merupakan konstitusi yang harus diacu dalam pembuatan kebijakan akuntansi
baik pada tataran penyusun standar maupun pada badan usaha, rerangka konseptual harus
memuat kriteria untuk mengevaluasi apakah suatu objek layak untuk dilaporkan dalam
kaitannya dengan tujuan pelaporan keuangan. Kriteria yang menjadi pedoman kebijakan
akuntansi sangat erat kaitannya dengan masalah apakah informasi suatu objek bermanfaat
untuk pengambilan keputusan bagi pihak pemakai yang dituju. Oleh karena itu, kriteria ini
secara umum disebut karakteristik kualitatif atau kualitas informasi akuntansi.
Informasi akan bermanfaat kalau informasi tersebut berpaut dengan keputusan yang
menjadi sasaran informasi. Informasi akan bermanfaat jika digunakan dan dimengerti oleh
pemakai serta pemakai juga mempercayai informasi tersebut. Dalam mengidentifikasi dan
menetapkan karakteristik kualitatif informasi, FASB harus mendasarkan diri pada ketiga
gagasan tersebut dan mengaitkannya dengan proses penalaran dan peritmbangan oleh
penyusun standar atau penyusun statemen dalam memilih alternatif atau kebijakan akuntansi.
Pertimbangan 1 berkaitan dengan masalah siapa yang ditujudan bagaimana
kedudukannya terhadap organisais atau badan usaha. Dalm hal ini yang dituju adalah
investor, kreditor dan pemakai lain yang tidak mempunyai akses informasi kecuali dari
statemen keuangan. Pertimbangan 2 berkaitan dengan aspek karakteristik dan keterbatasan
informasi yang melandasi tujuan pelporan keuangan. Aspek ini adalah bahwa penyediaan dan
penggunaan informasi memerlukan atau melibatkan kas. Kas-manfaat merupakan kendala
atau umum untuk menyaring pertama kali masuknya informasi kedalam pelaporan keuangan.
Kalau pemakai tidak dapat mencerna informasi yang disajikan, akhirnya informasi
akan menjadi tidak berguna. Oleh karena itu, kualitas informasi juga harus sepadan dengan
kualitas pemakai. Pertimbangan 3 dimaksudkan FASB untuk menentukan kualifikasi minimal
para pemakai sehingga suatu informasi terpahami. Rerangka konseptual perlu menentukan
kualitas informasi spesifik-keputusan yang menjadi kriteria kebermanfaatan agar penentu
kebijakan akuntansi mempunyai pedoman untuk melakukan pertimbangan 4 dan 5. FASB
merumuskan kualitas spesifik ini dalam dua kategori yaitu primer beserta unsur-unsurnya dan
skunder/interaktif. Kualitas primer terdiri atas kerelevanan atau keberpautan atau relevansi
dan keterandalan atau reabilitas.
Kalau semua informasi dan rincian harus dilaporkan via statemen keuangan maka
statemen keuangan akan menjadi sangat tebal dan informasi malahan akan bersifat
mengganggu daripada menerangkan. Untuk membantu pengambil kebijakan akuntansi
melakukan pertimbangan 6, diperlukan kriteria untuk menyaring informasi mana yang harus
dilaporkan melalui statemen keuangan dan mana yang harus dilaporkan dengan cara lain.
Dengan kata lain, diperlukan untuk penyaring atau ambang pengakuan informasi untuk
masuk ke statemen keuangan. Penyaring ini adalah materialitas.
 Nilai Informasi
Informasi dikatakan mempunyai nilai apabila informasi tersebut:
1. Menambah pengetahuan pembuat keputusan tentang keputusannya di masa lalu, sekarang
atau masa datang.
2. Menambah keyakinan para pemakai mengenai probabilitas terealisasinya suatu harapan
dalam kondisi ketidakpastian.
3. Mengubah keputusan atau perilaku para pemakai.
 Keterpahamian (Understandbility)
Kemampuan informasi untuk dapat dicerna maknanya oleh pemakai. Dua faktor
mempengaruhi ketepahamian informasi yaitu pemakai dan informasi itu sendiri. FASB
menganalogi informasi sebagai alat atau perkakas. Alat akan bermanfaat bagi pemakai kalau
alat tersebut memang alat yang cocok atau tepat dan pemakai bersedia untuk belajar
mengenai kemampuan dan cara kerja alat tersebut.
Oleh karena itu, dalam menetapkan tujuan, FASB menetapkan kriteria
kebermanfaatan atas dasar karakteristik pemakai dan informasi sekaligus. Walaupun FASB
mengacu pemakai sebagai profesional dan nonprofesional, pemakai nonprofesional harus
bersedia mempelajari informasi dengan katekunan yang cukup.
 Keberpautan (Relevance)
Kemampuan informasi untuk membantu pemakai dalam membedakan beberapa alternatif
keputusan sehingga pemakai dapat dengan mudah menentukan pilihan. Bila dihubungkan
dengan tujuan pelaporan keuangan, keberpautan adalah kemampuan informasi untuk
membantu investor, kreditor, dan pemakai lain dalam menyusun prediksi-prediksi tentang
beberapa munculan dari kejadian masa lalu, sekarang, dan masa datang atau dalam
mengonfirmasi atau mengoreksi harapan-harapannya.
Bila dihubungkan dengan pemakai, Hendriksen dan van Breda mengartikan
keberpautan dalam tiga aspek yaitu keberpautan tujuan, keberpautan semantik, keberpautan
keputusan. Aspek terakhir menjadi landasan FASB untuk menentukan unsur-unsur
keberpautan.
 Nilai Prediktif (Predictive Value)
Sebagi unsur keberpautan, nilai prediktif adalah kemampuan informasi untuk, membantu
pemakai dalam meningkatkan probabilitas bahwa harapan-harapan pemakai akan
munculan/hasil suatu kejadian masa lalu atau datang akan terjadi. Nilai prediktif adalah
kemampuan informasi dalam memperbaiki kemampuan atau kapasitas pembuat keputusan
untuk melakukan prediksi.
Informasi akuntansi mempunyai nilai prediksi karena menjadi masukan bagi model
pengambilan keputusan. Hendriksen dan van Breda mendeskripsi nilai prediksi atas dasar
bagiamana informasi membantu proses prediksi.
 Nilai Balikan (Feedback Value)
Sebagai unsur keberpautan, nilai balikan adalah kemampuan informasi untuk membantu
pemakai dalam mengkonfirmasi dan mengoreksi harapan-harapan pemakai dimasa lalu. Jadi,
nilai balikan adalah kemampuan informasi untuk dijadikan basis mengevaluasi apakah
keputusan-keputusan masa lalu adalah tepat dengan datangnya informasi tersebut.
 Ketepatwaktuan (Timeliness)
Sebagai aspek pendukung, ketepatwaktuan adalah tersedianya informasi bagi pembuat
keputusan pada saat dibutuhkan sebelum informasi tersebut kehilangan kekuatan untuk
mempengaruhi keputusan.
Dalam hal tertentu, mengejar keberpautan dan ketepatwaktuan untuk mencapai
kebermanfaatan harus dibarengi dengan mengorbankan kualitas lain yaitu keakuratan/presisi
atau keterlandalan. Dengan begitu, ketepatwaktuan dengan angka aproksimasi justru akan
meningkatkan kebermanfaatan secara keseluruhan.
 Keterandalan (Reliability)
Kemampuan informasi untuk memberi keyakinan bahwa informasi tersebut benar atau valid.
Informasi akan menjadi berkurang nilainya kalau orang yang menggunakan informasi
meragukan kebenaran atau validitas informasi tersebut. Informasi akan mempunyai nilai yang
tinggi kalau pemakai mempunyai keyakinan yang tinggi terhadap kebenaran informasi.
Keterandalan bukan merupakan masalah terkendalakan atau tidak tetepi lebih merupakan
masalah lebih atau kurang terandalakan.
Keterandalan bertumpu pada ketepatan penyimbolan fenomena yang memang
dimaksudkan untuk disimbolkan dan jaminan bagi pemakai akan kualitas penyimbolan
melalui pengujian atau verifikasi data.
 Ketepatan Penyimbolan (Representational Faithfulness)
Kesesuaian atau kecocokan antara pengukur atau deskripsi dan fenomena yang diukur atau
dideskripsi. Dalam akuntansi, fenomena yang ingin direpresentasi adalah kondisi fisis,
kondisi keuangan, dan transaksi atau kejadian yang mengubah sumber ekonomik dan
kewajiban tersebut.
Ketepatan penyimbolan dalam akuntansi menyangkut dua hal yaitu ketepatan
deskripsi atau difinisional dan validitas pengukuran. Ketidaktepatan akan mengurangi atau
menghilangkan keterandalan informasi. Validitas pengukuran harus dikaitkan dengan konteks
yang dituju oleh pengukuran. Ketepatan penyimbolan dalam suatu konteks akan menjadikan
informasi terandalkan tetapi mungkin tidak terandalkan untuk konteks yang lain.
Faktor lain yang mempengaruhi keterandalan informasi melalui ketepatan
penyimbolan adalah ketelitian, ketidakpastian, pengaruh bias, dan kelengkapan. Karena
berbagai faktor dan konteks menentukan keterandalan informasi, keterandalan harus
dipandang sebagai suatu kualitas yang relatif.
 Keterujian (Verifiability)
Sebagai unsur keterandalan, keterujian adalah kemampuan informasi untuk memberi
keyakinan yang tinggi kepada para pemakai karena tersedianya sarana bagi para pemakai
untuk menguji secara independen ketepatan penyimbolan.
Perlu diingat bahwa proses verifikasi dalam akuntansi tidak dengan sendirinya selalu
menjamin bahwa suatu informasi mempunyai kualitas ketepatan penyimbolan yang tinggi
karena ketepatan penyimbolan sebenarnya merupakan konsesus atau ketentuan yang
dihasilkan dari proses perekayasaan laporan keuangan. Bagi verifikator, yang penting adalah
apakah kekayaan yang dimasukkan sebagai aset memenuhi definisi dan apakah jumlah aset
telah ditentukan sesuai dengan PABU serta tidak mengandung kesalahan atau bias. Oleh
karena itu, hasil pengukuran dengan tingkat keterujian yang tinggi tidak selalu berpaut atau
relevan dengan keputusan yang dituju sehingga pengukuran tersebut bermanfaat.
Secara ringkas, keterujian adalah kemampuan untuk meyakinkan bahwa informasi
mempresentasi apa yang dimaksudkan untuk dipresentasi sesuai dengan konsensus atau
bahwa cara pengukuran yang dipilih telah diaplikasi tanpa kesalahan atau bias. Verifikasi
lebih berkaitan dengan meminimkan bias dalam proses pengukuran daripada dengan
menentukan katepatan dasar pengukuran.
 Kenetralan (Neutrality)
Sebagai unsur sekonder keterandalan, kenetralan adalah ketidakberpihakan pada grup tertentu
atau ketakberbiasan dalam perlakuan akuntansi. Ketakberbiasan berarti bahwa informasi
disajikan tidak untuk mengarahkan grup pemakai tertentu agar bertindak sesuai dengan
keinginan penyedia informasi atau untuk menguntungkan/merugikan grup pemakai tertentu
atau untuk menghindari akibat/konsekuensi tertentu bagi sekelompok pemakai.
Sebenarnya, kebijakan akuntansi tidak hanya terjadi di tataran penyusun standar dan
manajemen tetapi di tataran yang lebih tinggi yaitu perekayasaan pelaporan yang
menghasilkan rerangka konseptual. Kenetralan berarti bahwa baik dalam merumuskan atau
mengimplementasi standar, perhatian utama adalah relevansi dan reliabilitas infiormasi yang
dihasilkan bukan pengaruh standar tersebut terhadap pemakai pihak tertentu.
Netral tidak berarti tanpa tujuan dan tidak berarti bahwa informasi akuntansi tidak
mempengaruhi perilaku. Tanpa tujuan dan pengaruh terhadap perilaku informasi akuntansi
tidak akan mempunyai nilai atau relevansi sehingga penyediannya menjadi percuma. Yang
menjadi masalah adalah membelokkan tujuan atau perilaku dengan mengorbankan reliabilitas
dan relevansi.
Sekali lagi, makna netral seperti diatas lebih ditujukan ke penyusun standar dan
penyusun statemen keuangan. Kenetralan dikaitkan dengan keinginan untuk memuasi
sekelompok pemakai yang mempunyai kepentingan tertentu. Di tataran perekayasa akuntansi,
kenetralan harus diartikan dalam konteks akuntansi sebagai kegiatan sosial yang mempunyai
tujuanm fungsional. Kalau kepentingan masyarakat secara keseluruhan yang menjadi tujuan,
kenetralan sebagai kualitas informasi tidak lagi menjadi masalah.
Akuntansi tidak dapat steril terhadap lingkungan ekonomik, hukum, politis, dan sosial
tempat akuntansi diterapkan. Bila kenetralan pada tataran penyusun standar diterapkan pada
tataran perekayasaan akuntansi, perekayasa akan terhalangi untuk bekerja demi kepentingan
yang lebih luas yaitu untuk membantu pencapaian tujuan negara. Bila akuntansi harus netral
terhadap tujuan nasional, hilanglah peran akuntansi sebagai kegiatan sosial yang harus
mengandung tujuan fungsional guna membantu tercapainya tujuan sosial dan ekonomik
negara. Kalau akuntansi dapat memicu terjadinya alokasi sumber ekonomik negara secara
efisien, masalahnya bukan lagi netral atau tidak melainkan relevan atau tidak. Dengan kata
lain, bermanfaat atau tidak bagi masyarakat luas.
 Keterbandingan (Comparability)
Unsur tambahan yang menjadikan informasi bermanfaat. Kemampuan informasi untuk
membantu para pemakai mengidentifikasi persamaan dan perbedaan antara dua perangkat
fenomena ekonomik.
Dua hal atau lebih dapat dibandingkan kalau mereka mempunyai beberapa
karakteristik bersama sebagai basis perbandingan.perbandingan akan bermakna hanya jika
kuantitas karakteristik bersama dihasilkan dasar, standar, prosedur atau metoda yang sama.
Dalam akuntansi, bukan hanya unit pengukur yang sama yang di syaratkan melainkan juga
definisi yang sama tentang suatu objek. Artinya, pengertian laba bagi perusahaan yang satu
harus sama dengan pengertian laba bagi perusahaan lain yang dibandingkan. Keterandalan
hasil perbandingan akan berkurang atau hilang kalau dua objek memang tidak dapat
diperbandingkan secara bermakna.
Standar akuntansi dimaksudkan untuk menjamin bahwa kualitas keterbandingan
antarbadan usaha tinggi. Sementara itu, standar akuntansi juga memberi keleluasaan bagi
badan usaha untuk memilih perlakuan akuntansi yang paling sesuai dengan kondisi badan
usaha. Karena itulah terjadi tarik menarik antara perlunya keseragaman dan keragaman
perlakuan akuntansi.
Keseragaman menjamin keterbandingan yang tinggi tetapi dapat mengurangi
relevansi dan reliabilitas informasi badan usaha secara individual. Oleh karena itu, perlu
dicapai suatu keseimbangan antara kebutuhan untuk mencapai keterbandingan yang tinggi
tanpa harus mengorbankan relevansi dan reliabilitas FASB sendiri menyatakan bahwa di
antara berbagai metoda alternatif yang tersedia, tidak ada satupun yang paling cocok untuk
berbagai perusahaan. FASB termasuk mendukung adanya keragaman dalam batas-batas yang
wajar sehingga keterbandingan yang cukup bermakna tetap dapat dicapi.
Kalau keterbandingan berkaitan dengan ketaatasasan antarperusahaan. Ketaatasasan
berkaitan dengan ketaatasasan di dalam perusahaan. Ketaatasasan memang meningkatkan
keterbandingan didalam perusahaan. Akan tetapi, mempertahankan ketaatasasan secara
berlebihan dapat mengurangi kualitas keberpautan informasi. Kalau perubahan memang
membawa informasi menjadi lebih baik kualitasnya, menjaga konsistensi dapat menghalangi
kemajuan.
Kemajuan dapat diartikan sebagai perubahan yang meningkatkan keberpautan
informasi walaupun keterbandingan akan terpengaruh. Tidak perlu ada kekhawatiran
mengenai hal ini karena keterbandingan antara perioda sebelum dan sesudah perubahan
masih dapat dipertahankan jika pengaruh perubahan pada periode transisi diungkapkan. Jadi,
pengungkapan mengatasi masalah ketaatasasan dalam hal terjadi perubahan. Namun,
perubahan harus dipertimbangkan dengan masak atas dasar kas-benefit sehingga saling-
korban dan saling-tukar antara ketaatasasan dan keberpautan informasi memang benar-benar
dapat dijustifikasi.
 Materialitas (Materiality)
Untuk dilaporkan melalui statemen keuangan, informasi harus diakui dalam sistem
pembukuan sehingga pengaruhnya terefleksi dalam statemen keuangan. Bila tidak diakui,
apakah informasi tersebut cukup penting untuk dilaporkan melalui media pelaporan yang
lain. Namun, karena perumusan karakteristik kualitatif lebih ditujukan kepada penyusun
standar, masalah yang lebih penting adalah apakah suatu informasi yang telah memenuhi
batas atas dan kriteria keberpautan dan keterujian kemudian harus dilaporkan dalam
seperangkat statemen keuangan.
Secara praktis dan teoritis, akan banyak informasi yang memenuhi kriteria tersebut.
Kalau informasi yang memenuhi kriteria tersebut harus dimasukkan dalam statemen
keuangan, dapat dibayangkan bahwa statemen keuangan akan terlalu banyak memuat
informasi sehingga akan menjadi sangat tebal.
Penting tidaknya informasi biasanya dievaluasi atas dasar besar kecilnya jumlah
rupiah objek informasi dibandingkan dengan besar kecilnya jumlah rupiah objek keputusan.
Pada umumnya, penting tidaknya suatu informasi diukur dari kuantitatif. Ambang batas
kuantitatif untuk menyaring informasi untuk diakui adalah materialitas. Materialitas adalah
besar kecilnya atau magnituda suatu penghilangan atau penyalahsajian informasi akuntansi
yang menjadikan besar kemungkinan bahwa pertimbangan seorang bijaksana yang
mengandalkan diri pada informasi tersebut berubah atau terpengaruh oleh
penghilangan/pengabaian atau penyalahsajian tersebut. Pertimbangan materialitas lebih
banyak dihadapi oleh manajemen dan suditor di tataran badan usaha daripada oleh
perekayasa atau penyusun standar. Auditor sangat berkepentingan dengan materialitas karena
kewajaran dalam laporan auditor dinyatakan dalam batas-batas dalam semua hal yang
material. FASB berpendapat bahwa tidak ada standar umum materialitas yang dapat di
formulasi dengan memasukkan semua faktor atau variabel yang masuk dalam suatu
pertimbangan orang berpengalaman.
 Bobot Keberpautan dan Keterandalan
Keberpautan dan keterandalan keduanya harus melekat pada suatu informasi agar informasi
tersebut bermanfaat. Kebermanfaatan akan hilang kalau slaah satu karakteristik tidak ada.
Karakteristik keberpautan dan keterandalan juga menjadi kriteria yang keduanya harus
dipenuhi dalam pengakuan informasi untuk disajikan dalam statemen keuangan.
Dalam kondisi tertentu bobot yang diletakkan pada setiap karakteristik juga berbeda-
beda. Dalam kenyataannya, keberpautan maksimum (100%) dan keterandalan maksimum
(100%) untuk suatu objek informasi jarang bahkan tidak mungkin tercapai. Dalam kondisi
tertentu, hanya tingkat optimal dapat dicapai oleh kedua karakteristik. Dalam kondisi tertentu,
salah satu karakteristik dapat lebih ditekankan dengan mengorbankan karakteristik yang lain
untuk mencapai kebermanfaatan optimal. Jadi, terjadi saling korban antara keberpautan dan
keterandalan. Sekali lagi, karakteristik kualitatif merupakan kriteria bagi penyusun standar
untuk menentukan kebijakan akuntansi yaitu apakah suatu pos atau objek harus dilaporkan
dan kalau dilaporkan, Bagaimana menyajikannya.
Mendasarkan pengukuran suatu objek atas dasar kos historis sebenarnya merupakan
salah satu bentuk pengorbanan keberpautan untuk meningkatkan keterandalan data akuntansi.
Bersamaan denagn materialitas, penekanan pada salah satu kriteria mempunyai implikasi
terhadap pengakuan dan penyajian informas. Terdapat pandangan yang dapat menyesatkan
yaitu bahwa keterandalan harus merupakan kualitas yang harus ditekankan bila suatu
informasi harus disajikan melalui statemen keuangan dan sebaliknya, bila keberpautan yang
ditekankan maka suatu informasi sebaiknya disajikan melalui media selain statemen
keuangan.

Elemen Elemen Statemen Keuangan


Elemen statemen keuangan adalah makna atau konstruk yang sengaja ditentukan
dalam perekayasaan akuntansi untuk menyimbolkan atau mempresentasi realitas kegiatan
usaha suatu badan usaha sehingga orang dapat membayangkan realitas kegiatan tersebut.
secara keuangan tanpa harus menyaksikan sendiri secara fisis kegiatan tersebut kegiatan
Badan Usaha di sini meliputi kondisi fisik dan non fisik serta proses ekonomi badan usaha.
Jadi, elemen-elemen statement keuangan harus ditentukan atas dasar informasi semantik yang
ingin disampaikan dalam pelaporan keuangan dengan kata lain, tujuan pelaporan keuangan
menentukan informasi semantik yang harus disajikan dan akhirnya menentukan kebanyakan
elemen statemen keuangan.
Telah disebutkan sebelum ini bahwa karena keputusan investasi dan kredit yang
menjadi fokus pelaporan informasi semantik yang harus dicakup adalah posisi keuangan,
kemampuan melaba, kinerja manajemen dan pertanggungjawaban manajemen. Elemen-
elemen umum dalam tujuan tersebut adalah :
1. Aliran kas bersih masa datang ke badan usaha
2. Sumber daya ekonomi badan usaha
3. Klaim terhadap sumber ekonomi tersebut dari:
a. Entitas atau badan usaha lain
b. Pemilik
4. Perubahan elemen di atas akibat transaksi, kejadian atau keadaan
Atas dasar karakteristik kualitatif informasi (keterandalan, khususnya ketepatan
penyimbolan, dan keberpautan), tujuan pelaporan keuangan (informasi sematik yang harus
disajikan), dan elemen-elemen umum sebagaimana dibahas di atas, FASB mengidentifikasi
elemen-elemen spesifik penting sebagai berikut :
Untuk entitas bisnis:
Aset
Kewajiban
Ekuitas
Investasi oleh pemilik
Distribusi ke pemilik
Laba komprehensif
Pendapatan
Biaya
Untung
Rugi
Aliran kas dari kegiatan operasi
Aliran kas dari kegiatan investasi
Aliran kas dari kegiatan pendanaan
Elemen aset bersih untuk entitas non bisnis :
Aset bersih terbatas permanen
Aset bersih terbatas sementara
Aset bersih tak terbatas atau bebas
Aset merupakan elemen spesifik dari sumber daya ekonomi badan usaha elemen
umum dua kewajiban dan ekuitas merupakan elemen spesifik dari iklim terhadap sumber
daya dari entitas lain dan pemilik aset kewajiban dan ekuitas merepresentasi posisi keuangan
sebagai informasi sistematik aliran kas dari kegiatan operasi investasi dan pendanaan
merupakan elemen spesifik aliran kas bersih elemen Umum 1 investasi distribusi laba
komprehensif pendapatan biaya untung dan rugi mempresentasi Perubahan ketiga elemen
posisi keuangan akibat transaksi kejadian atau keadaan yang dibarengi dengan perubahan
dalam ekuitas.
 Definisi Elemen
Makna atau definisi mengacu pada kelas objek luas (missal asset atau biaya). Rincian
elemen berupa objek atau kejadian ekonomik tertentu (missal kas atau penjualan barang
dagangan) yang memenuhi definisi elemen tidak disebut sebagai element tetapi sebagai pos
(item).
Definisi berkaitan dengan beberapa karakteristik utama elemen-elemen statement
keuangan. Definisi elemen merupakan penyaring atau kriteria penting pertama untuk
menentukan statmenr keuangan. Pembahasan lebih lanjut karakteristik yang terkandumg
dalam tiap definisi akan diberikan dalam pembahasan mendalam tiap elemen di beberapa bab
lain.
 Aset adalah manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti (probable) yang
diperoleh atau dikuasai oleh suatu entitas sebagai hasil transaksi atau kejadian masa
lalu.
 Kewajiban adalah pengorbanan manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti
yang timbul dari keharusan (obligations) sekarang suatu entitas untuk mentransfer
asset atau menyerahkan jasa kepada entitas lain di masa datang sebagai akibat dari
transaksi atau kejadian masa lalu.
 Ekuitas atau asset bersih adalah hak residual terhadap asset suatu entitas yang masih
tersisa setelah mengurangi asset dengan kewajibannya.
 Investasi oleh pemilik adalah kenaikan dalam ekuitas suatu badan usaha sebagai
akibat dari transfer ke tiap dari entitas lain sesuatu yang bernilai untuk mendapatkan
atau menaikkan hak pemilikan (atau ekuitas) di dalamnya yang diterima dari investasi
oleh pemilik pada umumnya berupa asset.
 Distribusi ke pemilik adalah penuruna dalam ekuitas suatu bada usaha sebagai akibat
pentransferan asset, penyerahan jasa, dan penimbulan kewajiban oleh badan usaha
tersebut kepada pemilik.
 Laba komprehensif adalah perubahan dalam ekuitas suatu badan usahha selama
suatu periode yang berasal dari transaksi dan kejadian lain dan kondisi dari sumber-
sumber non pemilik.
 Pendapatan adalah aliran masuk asset atau kenaikan asset lainnya pada suatu entitas
atau penyelesaian/pelunasan kewajiban entitas tersebut dari penyerahan atau produksi
barang, pemberian/oenyerahan jasa, atau kegiatan lain yang membentuk operasi
sentral atau utama dan berlanjut dari entitas tersebut.
 Biaya adalah aliran keluar asset atau penyerapan asset lainya pada suatu entitas atau
penimbulan kewajiban entitas tersebut (atau kombinasi keduanya) dari penyerahan
atau produksi barang, pemberian/penyerahan jasa, atau kegiatan lain yang membentuk
operasi sentral atau utama dan berlanjut dari entitas tersebut.
 Untung adalah kenaikan dalam ekuitas (asset bersih) yang berasal dari transaksi
periferal (ikutan) atau incidental (kala-kala) suatu entitas dan dari semua transaksi
atau kejadian atau keadaan lain yang mempengaruhi entitas tersebut kecuali kenaikan
sebagai akibat dari pendapatan atau investasi oleh pemilik.
 Rugi adalah penurunan dalam ekuitas (asset bersih) yang berasal dari transaksi
periferal (ikutan) atau incidental (kala-kala) suatu entitas dan dari semua transaksi
atau kejadian atau keadaan lain yang mempengaruhi entitas tersebut kecuali kenaikan
sebagai akibat dari pendapatan atau investasi oleh pemilik.
Sepuluh elemen di atas disebut secara eksplisit oleh FASB dalam SFAC no 2. Walaupun
aliran kas bersih disebut secara eksplisit dalam tujuan 2 pelaporan keuangan, elemen-elemen
pembentuk aliran kas bersih tidak di definisi dalam kerangka konseptual. FASB mendefinisi
elemen aliran kas dalam bentuk standar yaitu Statement of Financial Accounting Standard
No.95, “Statement of Cash Flows”. Aliran kas bersih terdiri atas tiga aliran berikut ini:
1. Aliran Kas dari Kegiatan Operasi adalah aliran kas bersih (masuk dan keluar) yang
berkaitan dengan kegiatan yang meliputi semua transaksi dan kejadian yang bukan
termasuk dalam kegiatan investasi dan pendanaan (sebagaimana di definisi di bawah ini).
2. Aliran Kas dari Kegiatan Investasi adalah aliran kas bersih (masuk dan keluar) yang
berkaitan dengan kegiatan yang meliputi pemberian dan pelunasan pinjaman dan
pemerolehan dan penjualan instrument utang atau ekuitas, gedung, pabrik, perlengkapan,
dan asset produktif lainnya yaitu asset yang dipelihara atau digunakan dalam produksi
barang atau jasa oleh badan usaha (selain material yang menjadi bagian dari sediaan
badan usaha).
3. Aliran Kas dari Kegiatan Pendanaan adalah aliran kas bersih (masuk dan keluar) yang
berkaitan dengan kegiatan yang meliputi pemerolehan dana dari pemilik dan pemberian
imbalan (return on), dan kembalian (return of) investasinya, peminjaman uang dan
pembayaran jumlah yang dipinjam, atau penyelesaian utag tersebut dengan cara lain, dan
pemerolehan dan pembayaran sumber dana lain yang diperoleh dari kreditor atas kredit
jangka panjang.
 Perubahan Posisi Keuangan
Aset, kewajiban, dan ekuitas sebagai elemen posisi keuangan dapat berubah akibat
tiga hal yaitu kejadian (events), keadaan (circumstances) dan transaksi (transactions).

Penalaran Penentuang Elemen Statemen Keuangan


Bila dipandang dari elemen ekuitas, perubahan-perubahan posisi keuangan akibat tiga hal
tersebut dapat dikategorikan menjadi:
1. Semua perubahan dalam asset dan kewajiban yang tidak dibarnegi dengan perubahan
dalam ekuitas.
2. Semua perubahan dalam asset atau kewajiban yang dibarengi dengan perubahan dalam
ekuitas.
3. Perubahan dalam ekuitas yang tidak melibatkan asset aatau kewajiban.

Pengukuran dan Pengakuan


Agar seperangkat penuh statemen keungan memuat informasi semantic, suatu pos harus
diukur untuk menentukan besar kecilnya (size). Agar secara teknis penyusunan statemen
keuangan dapat dilaksanakan dengan mudah, diperlukan sarana (beupa buku besar atau
leadgers) untuk mencatat hasil pengukuran. Oleh karena itu, pos-pos yang harus disajikan
dalam statemen keuangan menjadi basis untuk menamai akun-akun (accounts) dalam buku
besar. Bila suatu hasil pengukuran dicatat dalam sistem pembukuan, berarti informasi
tersebut dengan sendirinya akan disajikan via statmen keuangan (incorporated into financial
statements).
 Pelaporan dan Statemen Keuangan
Tujuan penyampaian informasi oleh manajemen atau badan usaha tidak dibatasi pada
apa yang dapat dituangkan dalam statemen keuangan. Pelaporan keuangan mencakupi pula
penyediaan informasi yang manajemen ingin menyampaikan selain melalui statemen
keuangan baik lantaran informasi tersebut wajib diungkapkan untuk memenuhi undang-
undang, peraturan pemerintah, atau kebiasaan maupun lantaran manajemen sendiri
menganggap bahwa informasi tersebut bermanfaat bagi pihak luar dan berkehendak untuk
mengungkapnya secara sukarela. Pelaporan keuangan meliputi penyampaian informasi yang
wajib secara luas (mandatory) dan sukarela (valountary).
Pengukuran dan pengakuan menentukan lingkup pelaporan keuangan yang wajib
disajikan melalui seperangkat penuh statemen keuangn (wajb secara sempit atau spesifik).
Kewajiban spesifik tersebut ditimbulkan melalui standar akuntansi.
 Seperangkat Statemen Keuangan
Tujuan pelaporan, karakteristik kualitatif, dan elemen statemen keuangan akan menentukan
jenis statemen apa saja yang membentuk seperangkat penuh statemen keuangan (a full set of
financial statements). Sekelompok elemen akan membentuk jenis statemen keuangan
tertentu.
1. Posisi keuangan pada akhir perioda tersebut
2. Laba untuk perioda tersebut
3. Laba komprehensif untuk peridoa tersebut
4. Aliran kas selama perioda tersebut
5. Investasi oleh dan distribusi ke pemilik selama perioda tersebut
Informasi diatas tidak lain adalah informasi semantik yang termuat dalam tujuan
pelaporan 2 dan 3 sebagaimana ditunjukkan. Perbedaannya adalah bahwa informasi diatas
dikaitkan secara spesifik dengan seperangkat statemen keuangan sebagai satu kesatuan penuh
(lengkap). Tiap informasi tersebut harus dituangkan dalam satu jenis statemen keuangan
(individual financial statements). Gambar dibawah ini menunjukkan jenis statemen dan
informasi semantik yang dikandungnya.
Informasi Semantik Jenis Statemen Keuangan
Posisi Keuangan Statemen posisi keuangan (neraca)
Laba Perioda Statemen laba-rugi
Laba Komprehensif Statemen laba komprehensif
Aliran kas perioda Statemen aliran kas
Investasi oleh dan distribusi ke pemilik Statemen perubahan ekuitas atau laba ditahan

Sebagai satu kesatuan, seperangkat statemen yang terdiri atas beberapa statemen
diatas secara individual maupun kolektif mempunyai kontribusi dalam memenuhi tujuan
pelaporan keuangan. Tiap jenis statemen bersifat saling melengkapi untuk mencapai tujuan
tersebut sehingga semua statemen diatas akan berartikulasi.
 Pengukuran
Elemen atau pos harus diukur untuk membawa informasi semantik. Pengukuran
(measurement) adalah penentuan besarnya unt pengukur (jumlah rupiah) yang akan
dilekatkan pada suatu objek (elemen atau pos) yang terlibat dalam suatu transaksi, kejadian,
atau keadaan untuk merepresentasi makna atau atribut (attribute) objek tersebut.
Atribut adalah sesuatu yang melekat pada suatu objek yang menggambarkan sifat atau
ciri yang dikandung objek tersebut. Atribut pengukuran (measurement attributes) suatu
elemen/pos adalah dasar pengukuran (jumlah rupiah) yang harus dilekatkan pada suatu
elemen/pos untuk merepresentasi secara atribut yang ingin diungkapkan dari elemen/pos
dalam pelaporan keuangan. FASB mengidentifikasi atribut pengukuran yang sekarang
diterapkan dan masih dapat dilanjutkan penggunaannya yaitu (SFAC no. 5, prg.67)
a. Kos historis atau perolehan kas historis (historical cost atau proceeds)
b. Kos sekarang (current cost)
c. Nilai pasar sekarang (current market value)
d. Nilai terealisasi/pelunasan netto (net realizable/settlement value)
e. Nilai sekarang atau diskunan aliran kas masa datang (present or discounted value of
future cash flows)
Contoh Pos Atribut yang Direpresentasi Atribut Pengukuran
Gedung,mesin,perlengkapan Sisa potensi jasa Kos historis
Kewajiban kepada pelanggan Harga barang atau jasa yang disepakati Perolehan kas historis

Beberapa sediaan Pengeluaran untuk memperoleh Kos sekarang


barang yang sama
Surat-surat berharga Jumlah rupiah yang diperoleh bila Nilai pasar sekarang
terjual
Piutang usaha Jumlah rupiah yang akhirnya tertagih Nilai terealisasi

Utang usaha Jumlah rupiah yang akhirnya dibayar Nilai pelunasan

Investasi dalam obligasi Nilai bawaan (carting value) yang Nilai sekarang aliran
harus diterima bila dilunasi saat ini kas masuk masa datang
Uang obligasi Nilai bawaan (carrying value) yang Nilai sekarang aliran
harus dibayar bila dilunasi saat ini kas keluar masa datang

Deskripsi atribut pengukuran diatas lebih bersifat instruksional (mendidik) bagi penyusun
standar, penyaji, dan pemakai statemen keuangan untuk memahami adanya atribut yang
berbeda antarpos daripada bersifat sebagai pedoman. Pengertian pengukuran diatas bersifat
umum atau luas tidak dibatasi untuk pengukuran pada saat suatu objek terjadi (diperoleh)
atau pada saat suatu objek dilaporkan.
 Pengakuan
Secara konseptual, pengakuan adalah penyajian suatu informasi melalui statemen
keuangan sebagai ciri sentral pelaporan keuangan. Secara teknis, pengakuan berarti
pencatatan secara resmi (penjurnalan) suatu kuantitas (jumlah rupah) hasil pengukuran ke
dalam sistem akuntansi sehingga jumlah rupiah tersebut akan mempengaruhi suatu pos dan
terefleksi dalam statemen keuangan. FASB menetapkan empat kriteria pengakuan
fundamental (konseptual) sebagai berikut (SFAC no 5, prg. 63)
 Definisi (definitions) – Suatu pos harus memenuhi elemen statemen keuangan
 Keterukuran (measurability) – Suatu pos harus mempunyai atribut yang berpaut
dengan keputusan dan dapat diukur dengan tingkat keterandalan yang cukup
 Keberpautan (relevance) – Informasi yang dikandung suatu pos mempunyai daya
untuk membuat perbedaan dalam keputusan pemakai
 Keterandalan (reliability) – Informasi yang dikandung suatu pos secara tepat
menyimbolkan fenomena, teruji (terverifikasi), dan netral

Nilai Sekarang Dalam Pengukuran Akuntansi


Telah disinggung diatas bahwa pengukuran sering dibedakan dengan penilaian karena
perbedaan saat pengukuran. Penilaian sering digunakan pula untuk menunjukkan pengukuran
yang jumlah rupiahnya tidak dapat diamati melalui transaksi atau pasar (marketplace-
determinet amount). Untuk selanjutnya, pengukuran digunakan dalam arti luas atau umum
meliputi penilaian.
Rerangka pengukuran dan pengakuan sebagaimana dimual dalam SFAC No. 5 telah
dikembangkan dan dilengkapi dengan SFAC No. 7 tentang penggunaan informasi aliran kas
dan nilai sekarang dalam pengukuran akuntansi. Sebagai komponen rerangka konseptual
SFAC No. 7 memberi pedoman yang berisi:
 Tujuan nilai sekarang dalam pengukuran akuntansi.
 Prinsip-prinsip umum (general principles) yang melandasi penggunaan nilai sekarang,
terutama bila jumlah rupiah (amounts) aliran kas masa datang, saat terjadinya (timing)
atau keduanya tidak pasti.

Pengertian Dasar
Untuk memahami konsep-konsep dalam komponen rerangka konseptual ini, perlu
dipahami beberapa pengertian dasar yang terkandung dalam rerangka ini.
 Saat Pengukuran
Terdapat dua saat penting yaitu pengukuran pada saat pengakuan mula-mula (at
initial recognition) yaitu pengukuran pada saat suatu elemen atau pos timbul dan dicatat
pertama kali akibat transaksi, kejadian atau keadaan. Dan pada berbagai saat atau perioda
sesudah pengakuan mula-mula yang disebut dengan pengukuran baru-mulai (fresh-start)
yaitu pengukuran dalam perioda-perioda setelah pengakuan mula-mula untuk menentukan
jumlah rupiah bawaan baru yang tidak berkaitan dengan jumlah rupiah sebelumnya.
 Penentuan Aliran Kas Masa Datang
Pengukuran atribut suatu pos atau elemen saat ini dapat didasarkan atas aliran kas
masa datang. Aliran kas masa datang umumnya harus diestimasi. Ada beberapa dasar
penentuan jumlah rupiah kas masa datang, yaitu : taksiran atau estimat terbaik adalah jumlah
rupiah tunggal yang paling-boleh (most-likely) dalam suatu kisar beberapa jumlah rupiah
estimasian yang mungkin terjadi. Dalam statistika, jumlah rupiah ini merupakan modus suatu
distribusi variabel, aliran kas estimasian adalah jumlah rupiah tunggal yang akan diterima
atau dibayar di masa datang, aliran kas harapan adalah jumlah (sum) beberapa jumlah rupiah
berbobot-probabilitas dalam suatu kisar jumlah rupiah estimasian yang mungkin terjadi.
Dalam statistika, angka ini merupakan mean atau rata-rata berbobot.
 Nilai Sekarang Aliran Kas Masa Datang
Menggunakan nilai sekarang dan aliran kas masa datang dalam pengukuran
memerlukan tentang pengertian dasar berikut:
- Nilai Sekarang(Present Value) adalah pengukuran sekarang aliran kas masuk atau
keluar masa datang.
- Nilai Sekarang Harapan (Expected Present Value) adalah gunggung beberapa nilai
sekarang berbobot-probabilitas suatu kisar aliran kas estimasian yang mungkin terjadi,
yang semuanya didiskun dengan tingkat bunga yang sama.
- Nilai Wajar (Fair Value) adalah jumlah rupiah yang disepakati untuk suatu objek dalam
suatu transaksi antara pihak-pihak yang berkehendak bebas tanpa tekanan atau
keterpaksaan.

Tujuan Nilai Sekarang Dalam Pengukuran


Tujuan penggunaan nilai sekarang dalam pengukuran akuntansi adalah untuk
menangkap/merefleksi sedapat mungkin perbedaan ekonomik antara sehimpunan aliran kas
masa datang dan untuk mengestimasi nilai wajar. Nilai sekarang dapat menangkap berbedaan
ekonomik antar aliran kas kalau unsur-unsur dipertimbangkan (SFAC No.7,prg 23) :
a. Suatu estimat aliran kas masa datang atau dalam beberapa kasus yang kompleks,
serangkaian aliran kas masa datang yang tiba pada saat berbeda.
b. Harapan-harapan tentang variasi yang mungkin terjadi dalam jumlah dan saat tibanya
aliran kas tersebut.
c. Nilai waktu uang yang ditunjukkan dengan oleh bunga bebas resiko.
d. Harga atau nilai penanggungan resiko atau ketidakpastian yang melekat pada aset atau
kewajiban.
e. Faktor-faktor lain termasuk likuiditas dan ketaksempurnaan pasar.

Prinsip-Prinsip Umum
Prinsip-prinsip umum yang menjadi pedoman penerapan nilai sekarang dalam
mengukur aset dan kewajiban:
a. Sedapat-dapatnya aliran kas estimasian dan tingkat bunga harus merefleksi asumsi-
asumsi tentang kejadian dan ketakpastian masa datang yang dipertimbangkan dalam
memutuskan apakah memperoleh atau tidak suatu aset atau sekelompok aset dalam suatu
transaksi tunai yang bebas.
b. Tingkat bunga yang digunakan untuk mendiskun aliran kas harus merefleksi asumsi-
asumsi yang konsisten dengan asumsi-asumsi yang melekat pada aliran kas estimasian
agar pengaruh asumsi tidak berganda atau malahan terabaikan.
c. Aliran kas estimasian dan tingkat bunga harus bebas dari bias dan faktor yang tidak
berkaitan dengan aset atau kewajiban yang bersangkutan.
d. Aliran kas estimasian dan tingkat bunga harus merefleksi kisar munculan yang mungkin
terjadi (possible outcomes) daripada jumlah rupiah tunggal paling boleh jadi, minimum
atau maksimum.

Manfaat dan Keterbatasan Model


Sebagai suatu model, rerangka konseptual (RK) versi FASB di atas mempunyai
manfaat sebagai sumber acuan untuk mengembangkan hal yang sama untuk lingkungan
(negara) yang lain. Karena konteks lingkungan yang berbeda, RK yang dikembangkan untuk
tiap negara dapat sama atau berbeda bahkan harus berbeda dengan model yang dijadikan
acuan. Walaupun demikian, proses penalaran di balik Rkcukup bersifat umum (universal)
sehingga dapat digunakan sebagai pedoman berpikir dalam mengembangkan RK baru untuk
konteks lingkungan yang berbeda.
 Transfer Teknologi
Transfer teknologi dapat diartikan sebagai transfer proses penalaran dan perekayasaan
untuk menghasilkan produk yang paling efektif untuk mencapai tujuan fungsional akuntansi
negara sasaran. Bila paramaeter yang dipertimbangkan berbeda, tentu saja produk yang
dihasilkan akan berbeda pula walaupun fungsinya sama.
 Pengaruh RK FASB
Dalam kenyataannya, RK FASB mempunyai pengaruh (dampak) yang besar dalam
memicu dan melandasi pengembangan RK di beberapa negara lain pada perioda
mengembangkan atau pada perioda setelah RK FASB selesai.
Ada berbagai organisasi profesi dan badan pemerintah yang berusaha untuk
mengembangkan rerangka untuk negaranya masing-masing. Organisasi profesi tersebut
adalah :
1. Australian Accounting Research Foundation (AARF)
2. International Accounting Standards Committee (IASC)
3. Canadian Institution of Chartered Accounts (CICA)
4. Institute of Chartered Accountants in England and Wales (ICAEW)
5. (UK) Accounting Standards Board (UK ASB)
Namun proses penalaran dan komponen RK yang dikembangkan oleh organisasi-organisasi
tersebut menunjukkan kemiripan dengan RK FASB.
 Dokumen Kebijakan
Rerangka konseptual FASB merupakan suatu dokumen kebijakan atau politis dan bukan
dokumen atau karya ilmiah. Sebagai dokumen kebijakan, proses penyusunannya melibatkan
perdebatan atau argumen yang keputusan akhirnya dalam beberapa kasus melibatkan
pemungutan suara (voting). RK FASB penuh dengan muatan nilai-nilai yang dianut dalam
konteks lingkungan Amerika (value-laden).
Sebagai teknologi, struktur dan proses pemikiran dan penyimpulan untuk menyusun RK
membentu satu kesatuan pengetahuan yang dapat disebut sebagai teori akuntansi dalam
pengertian penalaran logis dan bukan dalam pengertian penjelasan ilmiah. Penalaran logis
bermanfaat untuk mengevaluasi dan membenarkan praktik akuntansi yang sedang berjalan
serta mempengaruhi dan mengembangkan praktik akuntansi di masa datang.

Anda mungkin juga menyukai