Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

RERANGKA KONSEPTUAL SUATU MODEL

Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Teori Akuntansi

Dosen pengampu: Ibu Herdianti Rukmana, S.E., M.M.

Disusun oleh kelompok 4:


1. Aprilia Uzlifatul Jannah (212105030053)
2. Lailatul Maghfiroh (212105030069)
3. Muhammad Ubaidillah (212105030079)

PROGRAM AKUNTANSI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH ACHMAD SIDDIQ JEMBER

TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul “Rerangka Konseptual Suatu Model ” ini
dapat diselesaikan. Sholawat serta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya dan kita selaku umatnya hingga akhir
zaman.

Makalah dengan judul “Rerangka Konseptual Suatu Model ” ini kami susun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Teori Akuntansi oleh Ibu Herdianti Rukmana, S.E., M.M. untuk
itu kami menyusun makalah ini dengan harapan dapat membantu pembaca untuk lebih
memahami lagi tentang kutipan ini untuk memperlancar proses pembelajaran.

Dengan kemampuan yang sangat terbatas dan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dalam pengetikan maupun isinya. Oleh karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi dan bermanfaat untuk pengembangan


wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Jember, Maret 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Cover
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................3
1.1. Latar Belakang.............................................................................................................3
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................................3
1.3. Tujuan Masalah...........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................4
2.1. Cara pemakaian statemen keuangan dan kepentingannya...............................................4
2.2 Aspek Sosial Tujuan Pelaporan........................................................................................6
2.3 Tujuan Pelaporan Keuangan FASB..................................................................................9
2.4 Karakteristik Kualitatif Informasi..................................................................................12
2.5 Elemen-Elemen Statemen Keuangan.............................................................................20
BAB III PENUTUP................................................................................................................24
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................25

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Salah satu model adalah kerangka konseptual yang dikembangkan oleh FASB yang
diwujudkan dalam seperangkat pertanyaan resmi yang disebut sistematis od financial
accounting concepts (SFAC). Model FASB digunakan sebagai basis pembahasan dalam
bab ini karena model tersebut membuat lengkap pengejlasan,penalaran dan argument
untuk tiap konsep yang dipilih sehingga mempunyai aspek pembelajaran dan Pendidikan
yang bermanfaat.

1.2. Rumusan Masalah

2. Bagaimana cara pemakaian statemen keuangan dan kepentingannya ?


3. Bagaimana aspek dan versi tujuan pelaporan keuangan ?
4. Bagaimana tujuan pelaporan versi FASB dan jelaskan penalaran yang mendasarinya?
5. Bagaimana karakteristik kualitatif informasi dan jelaskan makna dan hubungan antara
karakteristk?
6. Bagaimana elemen elemen statement keuangan dan bagaimana definisinya?

1.3. Tujuan Masalah

2. Untuk mengetahui cara pemakaian statemen keuangan dan kepentingannya


3. Untuk mengetahui aspek dan versi tujuan pelaporan keuangan
4. Untuk mengetahui tujuan pelaporan versi FASB dan jelaskan penalaran yang
mendasarinya
5. Untuk mengetahui karakteristik kualitatif informasi dan mengetahui makna dan
hubungan antara karakteristik
6. Untuk mengetahui elemen elemen statement keuangan dan mengetahui definisinya

iv
BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Cara pemakaian statemen keuangan dan kepentingannya

Dalam lingkup Negara,banyak pihak yang dituju dan yang berkepentingan dan
kepentingan mereka juga sangat beragam.contohnya FASB merinci pemakaian potensial
yang dapat dituju oleh pelaporan keuangan yaitu :

Pemilik, pemberi pinjaman, pemasok, calon investor dan kreditur, pelanggan, analis dan
penasihat keuangan, pialang, penjamin emisi, bursa efek, pengacara, ekonom, otoritas
perpajakan, otoritas pengatur, legislator, Lembaga pers dan pelaporan keuangan, serikat
pekerja, asosiasi perdagangan, peneliti bisnis, guru dan siswa, serta Masyarakat.

Kepentingan seorang pemakai tidak hanya antar kelompok pemakai tetapi juga didalam
kelompok pemakai.beragam kepentingan tersebut adalah pertanggungjawaban,
kebermanfaatan Keputusan, riset keuangan dan pasar, penenuan tarif, penentuan pajak,
pengendalian social dll jadi,penentuan tujuan merupakan suaatu proses yang sangat
kompleks.

Masalah penyusunan tujuan adalah menentukan siapa yang dituju, apa saja
kepentingannya, seberapa luas (banyak) informasi yang diinginkan, apa saja sumber
informasi yang telah tersedia, dan seberapa banyak informasi dapat dilayan melalui
statemen keuangan. Karakteristik pemakai statemen keuangan juga harus
dipertimbangkan dalam penentuan tujuan pelaporan keuangan. Karakteristik pemakai
antara lain kedudukan pemakai terhadap entitas pelapor (akses terhadap informasi) dan
tingkat pengetahuan pemakai tentang bisnis dan ekonomi.

Dengan masalah di atas, Most menunjukkan dua pendekatan dalam penentuan tujuan
penyediaan informasi (pelaporan keuangan)1 yaitu :

1) Menyediakan informasi untuk sehimpunan pemakai umum yang mempunyai


bermacam-macam kepentingan keputusan, atau
2) Menyediakan informasi untuk kelompok pemakai tertentu yang mempunyai
kepentingan tertentu yang diketahui (teridentifikasi).

1
Harahap, Sofyan Syafri. 2008. TEORI AKUNTANSI. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

v
Dengan pendekatan(1) , pelaporan keuangan diarahkan untuk menghasilkan satu set data
(satu set statemen keuangan) untuk berbagai pemakai dan kepentingan. Pemakai
menyusun dan mengolah kembali data tersebut menjadi informasi yang relevan untuk
keputusan atau kepentingannya. Dengan kata lain, pemakai harus melakukan analisis
untuk menyerap informasi semantik yang ada di balik data akuntansi Pendekatan inilah
yang sekarang banyak ditempuh dan menghasilkan apa yang dikenal dengan statemen
keuangan umum (general purpose financial statements). Karena bersifat umum,
seperangkat statemen keuangan akan bersifat ringkasan umum yang tidak terlalu rinci
dengan konsekuensi bahwa kepentingan spesifik atau kelompok tertentu harus
dikorbankan.

Walaupun bersifat umum, masih perlu diidentifikasi kelompok yang dianggap menjadi
fokus atau sasaran informasi dengan harapan kelompok yang lain masih dapat
menumpang pakai (menjadi free-rider) statemen keuangan umum tersebut. Hal ini perlu
dilakukan karena perekayasaan akuntansi harus menentukan apa yang dilaporkan atau apa
isi seperangkat statemen keuangan sehingga manfaat dan relevansi informasi dapat
dievaluasi Yang dijadikan fokus biasanya adalah kelompok dominan dalam kegiatan
ekonomi dan bisnis di suatu negara.

Bila fokus tidak ditentukan, perekayasaan akuntansi tidak dapat menentukan isi, bentuk,
dan susunan statemen keuangan dan akuntansi akan menciptakan data akuntansi dasar
dalam bentuk statistik keuangan. Pendekatan ini sering disebut pendekatan basis data
(database approach)

Pendekatan (2) berasumsi bahwa kebutuhan informasi dan model pengambilan keputusan
para atau kelompok pemakai diketahui dengan pasti sehingga dapat disusun berbagai
statemen/laporan khusus untuk melayani berbagai keperluan pengambilan keputusan tiap
kelompok pemakai. Dasar pikiran pendekatan ini adalah "beda tujuan beda angka"
(different figures for different purposes). Sebagai konsekuensi, seperangkat statemen
keuangan akan berisi berbagai jenis statemen keuangan rinci karena berbagai jenis atau
model pengambilan keputusan harus dilayani. Dengan pendekatan ini, boleh jadi
seperangkat statemen keuangan akan menjadi setebal buku petunjuk telepon.

vi
Pendekatan 1 Pendekatan 2
Seperangkat Seperangkat
Pemakai Pemakai
Laporan Laporan
Yang dituju Yang dituju
Keuangan Keuangan

Kelompok Kelompok
pemakai 1 Statement 1 pemakai 1

Kelompok Kelompok
Statement 1
pemakai 1 pemakai 1

Statemen
keuangan Kelompok Statement 1 Kelompok
pemakai 1 pemakai 1
umum

Kelompok Kelompok
Statement 1
pemakai 1 pemakai 1

Kelompok Kelompok
Statement 1
pemakai 1 pemakai 1

2.2 Aspek Sosial Tujuan Pelaporan

Pelaporan keuangan dalam suatu negara harus direkayasa sehingga tujuan social dan
ekonomi negara tersebut tercpai. Tujuan nasional tersebut dapat tercapai apabila kegiatan
individu dengan berbagai motivasi dan untuk mencapai tujuan individualnya harus
memaksimalkan tujuan negara. Dengan kata lain keselarsan antara tujuan/perilaku
ekonomi individual yang membentuk Masyarakat dan tujuan ekonomi negara. Apabila
akuntansi harus berperan,maka tujuan pelaporan keuangan harus dipertimbangkan dalam
konteks tujuan kegiatan social atau Masyarakat dalam suatu negara.
Blomom dan elgers (1995) mendeskripsikan tiga macam tujuan kegiatan
social/Masyarakat dan implikasinya terhadap penentuan tujuan pelaporan keuangan 2 yaitu
: Tujuan fungsional,tujuan Bersama dan tujuan kelompok dominan.
1. Tujuan Fungsional
Tujuan fungsional merupakan tujuan Masyarakat atau organisasi secara keseluruhan
tanpa memperhatikan tujuan/motivasi masing masing individu.tujuan individu tidak
2
—. 2003. TEORI AKUNTANSI Ed. Revisi Cetakan ke-6. Jakarta : PT Raja
GrafindoPersada.

vii
bisa diamati sedangkan tujuan fungsional dapat diidentifikasi dengan mengamati
konsekuensi dari kegiatan Masyarakat atau organisasi yang nyatanya terjadi.selain itu
tujuan fungsional juga dapat merupakan konsekuensi-konsekuensi sebagai hasil
ketetapan atau harapan penguasa (misalnya pemerintah) Dengan demikian, tujuan
fungsional merupakan tujuan normatif yang menjadi pedoman dalam pembuatan
kebijakan di tingkat nasional atau organisası. Sebagai kegiatan sosial (social activity),
tujuan fungsional akuntansi dapat ditetapkan misalnya untuk:
1) Mengalokasi sumber daya ekonomi secara efisien.
2) Membantu perusahaan untuk dapat memperoleh dana untuk ekspansi.
3) Membantu pemerintah untuk menarik pajak secara adil dan efisien
4) Membantu para manajer dalam keputusan investasi.
5) Mempertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara
6) Memfasilitasi fungsi dan pengendalian social
7) Mengarahkan perilaku manajer untuk mengambil keputusan yang selaras
dengan tujuan sosial dan ekonomik negara.
8) Mengurangi atau mencegah konflik kepentingan antara manajer, auditor, dan
pemegang saham.
Tujuan fungsional akuntansi dapat terdiri atas satu atau beberapa (sehimpunan) tujuan
yang berkaitan. Walaupun tujuan/motif individual tidak diketahui dan
dipertimbangkan, diharapkan bahwa tujuan fungsional yang ditetapkan selaras dengan
sebagian atau bahkan seluruh tujuan individual.
2. Tujuan Bersama
Tiap individual umumnya tidak hanya mempunyai satu tujuan tetapi
sehimpunan tujuan/motif Tujuan bersama adalah satu atau beberapa (subhimpunan)
tujuan Individual yang sama dengan tujuan individual lainnya. Kalau tujuan
fungsional disusun tanpa memperhatikan tujuan-tujuan individual, tujuan bersama
ditentukan tujuan mengidentifikasi dahulu tujuan-tujuan individual, kemudian
memilih tujuan tujuan individual (seluruh anggota masyarakat) yang sama untuk
dijadikan tujuan kegiatan sosial.
Seandainya semua individual mempunyai schimpunan tujuan yang sama,
tujuan bersama akan sama dengan tujuan fungsional.ada kemungkinan tujuan bersama
itu tidak ada karena bervariasinya tujuan individual dan tidak ada satupun tujuan-
tujuan Individual yang berumpitan

viii
Penentuan tujuan sosial akuntansi atas dasar tujuan bersama akan merupakan
Proses yang sangat kompleks karena dalam kenyataannya terdapat berbagai kelompok
pemakai yang tujuan/motifnya berbeda serta model pengambilan sosial atas
dyataannya terdapat berbagai kelompok pemakai yang kompleks karena dalam model
pengambilan keputusan (decision making process) tiap kelompok pemakai atau tiap
anggotanya juga sulit diidentifikasi.
3. Tujuan Kelompok Dominan
Bila tujuan dan model pengambilan keputusan semua individual atau
kelompok (grup) individual dapat diidentifikasi, tujuan beberapa individual atau
beberapa kelompok individual yang dominan dalam suatu kegiatan masyarakat dapat
dijadikan tujuan kegiatan sosial (dan ekonomik) masyarakat bersangkutan. Kelompok
atau grup dominan adalah kelompok yang konsekuensi keputusan atau tindakannya
mempengaruhi secara kuat semua anggota masyarakat. Tujuan kelompok nondoninan
menjadi tidak relevan atau dianggap terlalu lemah untuk mempengaruhi kegiatan
social.
Kalau akuntansi sebagai kegiatan sosial harus menentukan tujuan atas dasar
kelompok dominan, harapannya adalah sebagian tujuan-tujuan kelompok nondominan
ada yarg selaras dengan tujuan kelompok dominan 3. Dengan kata lain, terdapat tujuan
bersama antara kelompok dominan dan nondominan. Dengan demikian, kalau
informasi akuntansi ditujukan kepada kelompok dominan, kelompok nondominan
dapat menjadi penumpang pakai (free-riders).
Tujuan pelaporan yang diajukan oleh Komite Trueblood tidak jauh berbeda
dengan tujuan dalam ASOBAT maupun APB No. 4 kecuali bahwa tujuan dalam
laporan Komite Trueblood lebih rinci dan mengidentifikasi aspek-aspek tujuan. Dua
hal penting yang ditekankan oleh Komite ini adalah daya melaba (earnings power)
dan elemen aliran kas (cash flows) Tujuan pelaporan oleh Komite Trueblood ini
akhirnya menjadi basis penyusunan tujuan pelaporan dalam rerangka konseptual yang
dikembangkan oleh FASB Hal tersebut dibahas berikut ini.

2.3 Tujuan Pelaporan Keuangan FASB

Sebagai suatu "konstitusi," tujuan pelaporan keuangan merupakan landasan


penting dalam suatu rerangka konseptual. Perekayasaan pelaporan keuangan dimulai
3
Hery. 2015. PENGANTAR AKUNTANSI. Jakarta: PT Grasindo.

ix
dari penetapan tujuan pelaporan Sama dengan tujuan Komite Trueblood, FASB
menyatakan secara umum tujuan pelaporan yaitu "to provide information that is
useful in making business and economic decision"Dengan tujuan ini tersirat bahwa
sasaran pelaporan adalah para pelaku dalam dunia bisnis dan perekonomian suatu
negara FASB mendasarkan penyusunan tujuan pelaporan pada tiga aspek landasan
pikiran yaitu bahwa

1. Tujuan pelaporan keuangan ditentukan oleh lingkungan ekonomik, hukum, politis,


dan sosial tempat akuntasi diterapkan.
2. Tujuan pelaporan dipengaruhi oleh karakteristik dan keterbatasan informası yang
dapat disampaikan melalui mekanisma pelaporan keuangan.
3. Tujuan pelaporan memerlukan suatu fokus untuk menghindari terlalu umumnya
informasi akibat terlalu banyaknya pihak pemakai yang ingin dipenuhi kebutuhan
informasionalnya.

Konteks Lingkungan Tujuan Pelaporan

FASB menyatakan bahwa tujuan pelaporan tidak dapat steril (immutable) dari
lingkungan penerapan pelaporan keuangan. Ini berarti bahwa tujuan pelaporan harus
dikaitkan dengan tujuan sosial dan ekonomik negara. Oleh karena itu, tujuan
pelaporan harus dikembangkan atas dasar sifat kegiatan dan keputusan ekonomik
yang para pemakai informasi terlibat di dalamnya. Tujuan pelaporan FASB
didasarkan atas lingkungan ekonomik, hukum, politis, dan sosial di Amerika.
Lingkungan penerapan akuntansi di Amerika diberi ciri sebagai berikut:
1. Sistem ekonomi pasar yang maju (highly developed exchange economy).
2. Sistem produksi, keuangan, dan perbankan yang canggih
3. Pemisahan antara pemilikan dan manajemen, kegiatan perusahaan 3 dijalankan
melalui perusahaan/badan usaha milik investor (inuestor-owned business
enterprises)
4. Pasar modal sebagai sarana pemenuhan modal utama selain lembaga keuangan.
5. Pemilikan pribadi sumber ekonomi diakui dan dilindungi pemerintah (private
ownership is honored); sumber daya produktif lebih banyak dikelola oleh
swasta/pribadi daripada oleh pemerintah dan pemerintah bertindak sebagai
regulator.

x
6. Pemerintah membantu kegiatan bisnis dan ekonomik dengan menyediakan
informasi publik yang sebagian berasal dari informasi pelaporan keuangan yang
disediakan oleh tiap badan usaha.
7. Reliabilitas atau kredibilitas informasi dalam pelaporan keuangan dicapai melalui
pengauditan oleh auditor independen.

Karakteristik dan Keterbatasan Informasi

Pihak yang berkepentingan dengan operasi suatu badan usaha membutuhkan


berbagai informasi relevan tentang badan usaha dan lingkungan bisnis dan ekonomik
tempat beroperasinya badan usaha Tujuan pelaporan dipengaruhi oleh karakteristik
dan keterbatasan tentang jenis informasi yang dapat disediakan Karakteristik dan
keterbatasan tersebut adalah bahwa informasi yang disediakan melalui mekanisma
pelaporan keuangan

1. Lebih berkaitan dengan badan usaha atau perusahaan daripada dengan industri
atau ekonomi secara keseluruhan
2. Lebih merupakan informasi kuantitatif yang bersifat pendekatan (approximation)
daripada hasil perhitungan yang pasti
3. Sebagian besar merefleksi pengaruh transaksi dan kejadian yang telah terjadi
(historis).
4. Hanya merupakan salah satu sumber informasi yang dibutuhkan oleh mereka yang
mengambil keputusan tentang badan usaha.
5. Penyediaan dan penggunaannya memerlukan atau melibatkan kos (cost) sehingga
pertimbangan kos-manfaat dapat membatasi apa yang harus dilaporkan

Keterbatasan di atas lebih bersifat umum dan inheren dalam pelaporan


keuangan di tiap lingkungan tertentu tidak hanya yang terjadi di Amerika. FASB
mengajukan keterbatasan tersebut sebagai bagian dari argumen atau landasan dasar
dalam menetapkan tujuan pelaporan.

Fokus atau Cakupan Informasi

Walaupun manajemen juga merupakan pihak yang berkepentingan dengan informasi tentang
badan usaha yang dikelolanya, FASB membatasi tujuan pelaporan untuk kepentingan
pelaporan kepada pihak eksternal dalam bentuk pelaporan keuangan umum (generalpurpose
external financial reporting). Bila semua pemakai potensial harus dipenuhi kebutuhan

xi
informasionalnya, perlu diidentifikasi tujuan bersama (common objectiues). FASB berusaha
mencapai hal tersebut tetapi tampaknya FASB menyadari bahwa tujuan bersama tidak
mungkin diidentifikasi sehingga FASB lebih mendasarkan tujuan pelaporan atas dasar tujuan
kelompok dominan yang dalam hal ini adalah investor dan kreditor. Pertimbangan atau
penalaran FASB untuk memfokuskan pelaporan pada pelaporan keuangan umum diuraikan
berikun mi

1. Tujuan pelaporan didasarkan pada keperluan para pemakai eksternal yang tidak
mempunyai autoritas untuk menentukan atau akses untuk memperoleh informasi yang
mereka perlukan sehingga mereka harus menggantungkan diri pada informasi yang
disampaikan oleh manajemen kepada mereka.
2. Oleh karena itu, tujuan pelaporan disusun atas dasar gagasan bahwa kemampuan
perusahaan untuk menciptakan aliran kas yang menguntungkan merupakan fokus atau
kepentingan umum/bersama (common interest) dari berbagai pemakai informasi.
Dengan kata lain, meskipun lingkup tujuan pelaporan harus cukup luas, berbagai
pemakai dianggap banyak berkepentingan dengan keputusan investasi dan kredit.
3. Tujuan pelaporan berkaitan dengan penyediaan informasi luas untuk melayani
keputusan investasi dan kredit bukan hanya dengan informasi yang dapat dituangkan
dalam bentuk statemen keuangan. Dengan kata lain, tujuan pelaporan lebih diarahkan
untuk pelaporan keuangan (financial reporting) dan tidak hanya untuk statemen
keuangan (financial statements).

2.4 Karakteristik Kualitatif Informasi

Rerangka konseptual merupakan pedoman bagi penyusun standart (di amerika serikat) untuk
memutuskan apakah suatu objek atau kejadian harus diwajibkan,melalui standart akuntansi,
untuk dilaaporkan oleh badan usaha atau organisasi. Bila belum ada standar akuntansi untuk
suatu kejadian, manajemen badan usaha (penyusun statemen) juga menghadapi masalah
apakah suatu kejadian harus dilaporkan dan bagaimana melaporkannya Penentuan apakah
suatu objek layak dilaporkan atau tidak dan melibatkan apa yang disebut pilihan/alternatif
akuntansi (accounting choices) atau bagaimana melaporkannya kebijakan akuntansi
(accounting policies) karena tersedianya berbagai alternatif perlakuan akuntansi Jadi, ada dua
tataran atau level kebijakan akuntansi yaitu tataran penyusun standar dan tataran badan usaha
secara individual.

xii
Karena merupakan konstitusi yang harus diacu dalam pembuatan kebijakan akuntansi baik
pada tataran penyusun standar maupun pada badan usaha, rerangka konseptual harus memuat
kriteria untuk mengevaluasi apakah suatu objek layak untuk dilaporkan dalam kaitannya
dengan tujuan pelaporan keuangan. Dengan demikian, kebijakan akuntansi yang diputuskan
akan tetap mengarah ke pencapaian tujuan pelaporan

Kriteria yang menjadi pedoman kebijakan akuntansi sangat erat kaitannya dengan masalah
apakah informasi suatu objek bermanfaat untuk pengambilan keputusan bagi pihak pemakai
yang dituju. Kebermanfaatan (usefulness) merupakan suatu karakteristik yang hanya dapat
ditentukan secara kualitatif dalam hubungannya dengan keputusan, pemakai, dan keyakinan
pemakai terhadap informasi. Oleh karena itu, kriteria ini secara umum disebut karakteristik
kualitatif (qualitative characteristics) atau kualitas (qualities) informasi akuntansi.

Informasi akan bermanfaat kalau informasi tersebut berpaut dengan keputusan yang menjadi
sasaran informası. Informasi akan bermanfaat kalau informasi tersebut dipahami dan
digunakan oleh pemakai. Informasi juga akan bermanfaat kalau pemakai mempercayai
informasi tersebut4. Oleh karena itu, dalam mengidentifikasi dan menetapkan karakteristik
kualitatif informasi, FASB harus mendasarkan diri pada ketiga gagasan tersebut dan
mengaitkannya dengan proses penalaran dan pertimbangan (judgment) oleh penyusun standar
atau penyusun statemen (manajemen) dalam memilih alternatif atau kebijakan akuntansi.

Pertimbangan 1 berkaitan dengan masalah siapa yang dituju dan bagaimana kedudukan yang
dituju terhadap organisasi atau badan usaha. Dalam hal ini, yang dituju adalah investor,
kreditor, dan pemakai lain yang tidak mempunyai akses informasi kecuali dari statemen
keuangan. Pemakai informasi akuntansi (users of accounting information) menjadi
pertimbangan penting apakah suatu informasi harus

disediakan dalam pelaporan keuangan. Pertimbangan 2 berkaitan dengan aspek karakteristik


dan keterbatasan

informasi yang melandasi tujuan pelaporan keuangan. Aspek ini adalah bahwa penyediaan
dan penggunaan informasi memerlukan atau melibatkan kos. Pelaporan keuangan tidak dapat
menyediakan segala informasi karena informasi merupakan barang ekonomik. Makin banyak
jenis dan kuantitas informasi yang dianggap bermanfaat makin besar pula kos untuk
menyediakan. Informasi akan dipertimbangkan untuk masuk ke dalam pelaporan keuangan
4
Sari, Ratna Candra. 2018. AKUNTANSI KEPERILAKUAN- TEORI DAN IMPLIKASI. Yogyakarta: ANDI
dengan UNY PRESS.

xiii
kalau manfaatnya melebihi kos penyediaan. Kos-manfaat (benefit > cost) merupakan kendala
atau batas umum (pervasive constraint) untuk menyaring pertama kali masuknya informasi ke
dalam pelaporan keuangan (terutama via statemen keuangan.

Kalau pemakai tidak dapat mencerna informasi yang disajikan, akhirnya informasi akan
menjadi tidak digunakan yang berarti tidak bermanfaat kalau disediakan. Oleh karena itu,
kualitas informasi juga harus sepadan dengan kualitas pemakai (user-specific qualities).
Pertimbangan 3 dimaksudkan FASB untuk menentukan kualifikasi minimal para pemakai
sehingga suatu informasi terpahami (understandable) oleh mereka tanpa harus selalu disertai
penjelasan rinci yang bersifat mengajari. Diharapkan kualifikasi minimal ini menjadi
pertimbangan penentu kebijakan akuntansi di tataran penyusun standar atau badan usaha.

Bila suatu informasi dapat dipahami pemakai, apakah informasi tersebut akan dipakai?
Informasi akan dipakai kalau terdapat kebermanfaatan keputusan (decision usefulness) bagi
pemakai. Rerangka konseptual perlu menentukan kualitas informasi spesifik-keputusan
(decision-specific qualities) yang menjadi kriteria kebermanfaatan agar penentu kebijakan
akuntansi mempunyai pedoman untuk melakukan pertimbangan 4 dan 5. FASB merumuskan
kualitas spesifik ini dalam dua kategori yaitu primer (primary) beserta unsur-unsurnya
(ingredients) dan sekonder/interaktif (secondary Interactive). Kualitas primer terdiri atas
kerelevanan atau keberpautan atau relevansi (relevance) dan keterandalan atau relia-bilhitas
(reliability). Unsur keberpautan adalah nilai prediktif, nilai balikan, dan ketepatwaktuan
sedangkan unsur keterandalan adalah keterujian atau verifiabili-tas (verifiability) dan
ketepatan penyimbolan (representational faithfulness) Kualitas sekonder terdiri atas
keterbandingan (comparability), ketaatasasan atau konsistensi (consistency) dan kenetralan
atau netralitas (neutrality).

Bila semua kriteria kualitas dipenuhi, apakah suatu informasi tentang kejadian atau objek
tetap akan dilaporkan? Dalam kenyataanya, akan banyak informasi yang memenuhi kriteria
di atas termasuk rincian atau elaborasi. Kalau semua informasi dan rincian harus dilaporkan
via statemen keuangan maka statemen keuangan akan menjadi sangat tebal dan informasi
tersebut malahan akan bersifat mengganggu (distracting) daripada menerangkan
(illuminating). Untuk mem bantu pengambil kebijakan akuntansi melakukan pertimbangan 6,
diperlukan kriteria untuk menyaring informasi marda yang harus dilaporkan melalui statemen
keuangan dan mana yang harus dilaporkan melalui cara lain. Dengan kata lain, diperlukan

xiv
suatu penyaring atau ambang pengakuan (threshold for recogni-tion) informasi untuk masuk
ke statemen keuangan. Penyaring ini adalah materi-alitas (materiality).

Nilai Informasi

Mengatakan bahwa informasi harus bermanfaat bagi para memakai sama saja dengan
mengatakan bahwa informasi harus mempunyai nilai. Informasi dikatakan mempunyai nilai
(kebermanfaatan keputusan) apabila informasi tersebut:

1. Menambah pengetahuan pembuat keputusan tentang keputusannya di masa lalu,


sekarang, atau masa datang.
2. Menambah keyakinan para pemakai mengenai probabilitas terealisasinya suatu
harapan dalam kondisi ketidakpastian.
3. Mengubah keputusan atau perilaku para pemakai.

Keterpahamian (Understandibility)

Keterpahamian adalah kemampuan informasi untuk dapat dicerna maknanya oleh pemakai.
Dua faktor mempengaruhi keterpahamian informasi yaitu pemakai dan informası itu sendiri.
FASB menganalogi informasi sebagai alat atau perkakas (tool). Alat akan bermanfaat bagi
pemakai kalau alat tersebut memang alat yang cocok atau tepat dan pemakai bersedia untuk
belajar mengenai kemampuan dan cara kerja alat tersebut Betapapun canggihnya, suatu alat
menjadi tidak bermanfaat kalau pemaka tidak mengetahui gunanya. Sebaliknya, alat yang
jelas diketahui gunanya menjadi tidak terpakai lantaran pemakai tidak tahu dan tidak bersedia
belajar cara menggunakannya.

Oleh karena itu, dalam menetapkan tujuan, FASB menetapkan kriteria kebermanfaatan atas
dasar karakteristik pemakai dan informasi sekaligus sebagai berikut (SFAC No. 1, prg. 34):

The information should be comprehensible to those who have a reasonable understanding of


business and economic activities and are willing to study the information with reasonable
diligence.

Walaupun FASB mengacu pemakai sebagai profesional dan nonprofesional, pemakai


nonprofesional harus bersedia mempelajari informasi dengan ketekunan yang cukup. Dengan
demikian, tidak selayaknyalah pembuat kebijakan akuntansi (penyusun standar) tidak
bersedia memperkenalkan sesuatu yang ang baru (misalnya istilah yang tepat) karena
khawatir pemakai tidak tahu atau bingung sementara yang diacu adalah pemakai awam

xv
(layman) yang tidak mau lagi belajar. Kualitas keterpahamian juga memberi isyarat bahwa
pembuat kebijakan harus berusaha agar informasi dapat dipahami misalnya dengan
pendidikan melalui media pembelajaran yang sesuai (misalnya seminar, lokakarya, atau
pelatihan).

Keberpautan (Relevance)

Keberpautan atau kerelevanan adalah kemampuan informasi untuk membantu pemakai dalam
membedakan beberapa alternatif keputusan sehingga pemakai dapat dengan mudah
menentukan pilihan. Bila dihubungkan dengan tujuan pelaporan keuangan, keberpautan
adalah kemampuan informasi untuk membantu investor, kreditor, dan pemakai lain dalam
menyusun prediksi-prediksi tentang beberapa munculan (outcomes) dari kejadian masa lalu,
sekarang, dan masa datang atau dalam men konfirmasi atau mengkoreksi harapan-
harapannya. Informasi juga berpaut (relevan) dengan keputusan investasi kalau informasi
tersebut mampu mengkonfirmasi ketidakpastian suatu keputusan yang telah dibuat sehingga
keputusan tersebut tetap dipertahankan atau diubah.

Bila dihubungkan dengan pemakai, Hendriksen dan van Breda (1992, hlm. 134) mengartikan
keberpautan dalam tiga aspek yaitu: keberpautan tujuan (goal relevance) yaitu kemampuan
informasi dalam membantu para pemakai untuk mencapai tujuannya, keberpautan semantik
(semantic relevance) yaitu kemampuan informasi untuk dipahami maknanya oleh para
pemakai sesuai dengan makna yang Ingin disampaikan; dan keberpautan keputusan (decision
relevance) yaitu kemampuan informasi untuk memfasilitasi proses pengambilan keputusan
oleh pemakai5.Aspek terakhir menjadi landasan FASB untuk menentukan unsur-unsur
keberpautan.

Nilai Prediktif (Predictive Value)

Sebagai unsur keberpautan, nilai prediktif adalah kemampuan informasi untuk membantu
pemakai dalam meningkatkan probabilitas bahwa harapan-harapan pemakai akan
munculan/hasil (outcomes) suatu kejadian masa lalu atau datang akan terjadi Nilai prediksi di
sini adalah jenis dan sifat informasi yang menjadi masukan dalam proses prediktif. Dengan
kata lain, nilai prediksi adalah kemampuan informasi dalam memperbaiki kemampuan atau
kapasitas pembuat keputusan untuk melakukan prediksi.

Nilai Balikan (Feedback Value)


5
S, Hendriksen Eldon. 1993. TEORI AKUNTANSI Edisi keempat jilid 1. Penerbit Erlangga.

xvi
Sebagai unsur keberpautan, nilai balikan adalah kemampuan informasi untuk membantu
pemakai dalam mengkonfirmasi dan mengkoreksi harapan-harapan pemakai di masa lalu.
Jadi, nilai balikan adalah kemampuan informası untuk dijadikan basis mengevaluasi apakah
keputusan keputusan masa lalu adalah tepat dengan datangnya informasi tersebut. Sebagai
contoh, informasi dalam statemen keuangan mempunyai nilai balikan kalau investor dapat
mengevaluasi bahwa harga saham dan laba saat statemen diterbitkan sesuai yang diprediksi
sebelumnya.

Ketepatwaktuan (Timeliness)

Sebagai aspek pendukung keberpautan, ketepatwaktuan adalah tersedianya informasi bagi


pembuat, keputusan pada saat dibutuhkan sebelum informasi tersebut kehilangan kekuatan
untuk mempengaruhi keputusan. Tersedianya informasi lama setelah suatu kejadian yang
memerlukan tanggapan atau keputusan berlalu menjadikan informasi tersebut tidak punyai
nilai lagi. Secara sendiri, ketepatwaktuan tidak membuat informasi menjadi berpaut tetapi
kurangnya ketepatwaktuan dapat menyita keberpautan yang melekat pada informasi.

Keterandalan (Reliability)

Keterandalan adalah kemampuan informasi untuk memberi keyakinan bahwa informasi


tersebut benar atau valid. Informasi akan menjadi berkurang nilainya kalau 1) orang yang
menggunakan informasi meragukan kebenaran atau validitas informasi tersebut. Informasi
akan mempunyai nilai yang tinggi kalau pemakai mempunyai nya keterandalan mempunyai
tingkatan bergantung pada kondisi yang melingkupinya tion) da keyakinan yang tinggi
terhadap kebenaran informasi Harus disadari bahwa Keterandalan bukan merupakan masalah
terandalakan atau tidak (ya atau tidak) tetapi lebih merupakan masalah lebih atau kurang
terandalkan.

Keterandalan sangat erat kaitanya dengan sumber informasi dan cara mere presantasi,
mendeskripsi, atau menyimbolkannya. Oleh karena itu, keterandalan bertumpu pada
ketepatan peyimbolan fenomena yang memang dimaksudkan untuk disimbolkan dan jaminan
bagi pemakai akan kualitas penyimbolan melalui pengujian atau verifikasi data.

Ketepatan Penyimbolan (Representatwnal Faithfulness)

Ketepatan penyimbolan adalah kesesuaian atau kecocokan antara pengukur atau hadeskripsi
(representasi) dan fenomena yang diukur atau dideskripsi. Dalam akuntansı, fenomena yang
ingin direpresentasi adalah kondisi fisis, kondisi keuangan, dan kegiatan ekonomik badan

xvii
usaha berupa sumber ekonomik, kewajiban keuangan, dan transaksı atau kejadian yang
mengubah sumber ekonomik dan kewajiban tersebut. Gambar 4.10 di halaman berikut
melukiskan makna kesesuaian (corre-spondence) antara fenomena dan representasinya.
Gambar ini sebenarnya merupakan penyederhanaan dari Gambar 3.2 tentang proses semantik
perekayasaan pelaporan. Proses perekayasaan tersebut sebenarnya melibatkan masalah
ketepatan penyimbolan aliran fisis operasi dalam bentuk statemen keuangan.

Keterujian (Verifiability)

Sebagai unsur keterandalan, keterujian adalah kemampuan informasi untuk memberi


keyakınan yang tinggi kepada para pemakai karena tersedianya sarana bagi para pemakai
untuk menguji secara independen ketepatan penyimbolan (kebenaran/ validitas informası).
Misalnya, penyimbolan "Sediaan Rp400.000" akan memberi keyakinan yang tinggi kalau
para pemakai (atau pihak lain atas nama pemakai) dapat memverifikasi:

Apakah sedian barang secara fisis memang ada.

Apakah Rp400.000 merupakan hasil perhitungan yang benar secara aritmetis (tidak
mengandung kesalahan hitung).

Apakah Rp400.000 merupakan angka yang objektif (tidak bías).

Apakah Rp400.000 benar-benar merupakan kos (sesuai PABU).

Apakah beberapa orang pengukur independen akan menghasilkan jumlah rupiah yang sama
dengan atau mendekati jumlah yang disajikan.

Apakah i emua sediaan barang telah dimasukkan dalam sediaan.

Apakah tidak ada sediaan barang yang belum dimasukkan.

Kenetralan (Neutrality)

Sebagai unsur sekonder keterandalan, kenetralan adalah ketidakberpihakan pada grup tertentu
atau ketakberbiasan (unbiasedness) dalam perlakuan akuntans Ketakberbiasan berarti bahwa
informasi disajikan tidak untuk mengarahkan grup pemakai tertentu agar bertindak sesuai
dengan keinginan penyedia informası untuk mengutungkan/merugikan grup pemakai tertentu
atau untuk menghidari akitu konsekuensi tertentu bagi sekelompok pemakai

Sebenarnya, kebijakan akuntansi tidak hanya terjadi di tataran penyusun standar dau
manajemen (badan usaha) tetapi di tataran yang lebih tinggi yaitu perekayasa pelaporns yang

xviii
menghasilkan rerangka konseptual. Kenetralan lebih mempunyai arti penting bagi penyusun
standar daripada bagi pelaksana standar (penyusun staternen keuangan) Akan tetapi, makna
kenetralan dan sikap netral adalah sama untuk kedua pihak tersebut Kenetralan berarti bahwa
baik dalam merumuskan atau mengimplementasi standar perhatian utama adalah relevansi
dan reliabilitas informasi yang dihasilkan bukan pengaruh (efek) standar tersebut terhadap
pihak pemakai tertentu.

Keterbandingan (Comparability)

Keterbandingan merupakan unsur tambahan yang menjadikan informasi bermanfaat.


Keterbandingan adalah kemampuan informasi untuk membantu para pemakai
mengidentifikası persamaan dan perbedaan antara dua perangkat fenomena ekonomik
(misalnya dua perangkat staternen keuangan yang merepresentasi kegiatan dua badan usaha)
Informasi tentang suatu badan usaha akan bertambah tingkat kebermanfaatannya bila tia
dapat dibandingkan dengan informasi serupa tentang beberapa badan usaha yang lain dan
dengan informasi serupa tentang badan usaha yang sama untuk suatu perioda yang lain atau
suatu saat yang lain Jadi, kerbermanfaatan informasi tentang suatu objek akan meningkat jika
informasi tersebut dibandingkan dengan suatu patok duga (benchmark).

Materualitas (Materiality)

Suatu informasi kemungkinan memenuhi semua kualitas yang telah disebutkan a di atas.
Persoalannya adalah apakah informasi tersebut akan dilaporkan via statemen keuangan.untuk
dilaporkan melalui statemen keuangan,informasi harus diakui dalam sistem pembukuan
sehingga pengaruhnya terefleksi dalam statemen keuangan. Bila tidak diakui, apakah
informasi tersebut cukup penting untuk dilaporkan melalui media pelaporan yang lain.
Namun, karena perumusan karakteristik kualitatif lebih ditujukan kepada penyusun standar,
masalah yang lebih penting adalah apakah suatu informasi yang telah memenuhi batas atas
(benefit > kos) dan kriteria keberpautan dan keterujian kemudian harus dilaporkan dalam
seperangkat statemen keuangan.

Bobot Keberpauutan dan Keterandalan

Keberpautan dan keterandalan keduanya harus melekat pada suatu informasi agar informasi
tersebut bermanfaat. Kebermanfaatan akan hilang kalau salah satu karakteristik tidak ada.
Karakteristik keberpautan dan keterandalan juga menjadi (oma dalam statemen keuangan

xix
kriteria yang keduanya harus dipenuhi dalam pengakuan informası untuk disajikan dalam
statemen keuangan.

Karena para pemakai yang berbeda mempunyai kepentingan dan kebutuhan yang herbeda,
dalam kondisi tertentu bobot (relative importance) yang diletakkan pada thap karakteristik
juga berbeda-beda. Dalam kenyataannya, keberpautan maksimum t00%) dan keterandalan
maksimum (100%) untuk suatu objek informurial dapat bahkan tidak mungkin tercapai.
Dalam kondisi tertentu, hanya tingkat optimal dapat kedua karakteristik. Dalam kondisi
tertentu, salah satu karak sampai lebih ditekankan dengan mengorbankan karakteristik yang
lain (tentu saja sampai batas tidak meniadakan yang lain) untuk mencapai kebermanfaatan
optimal. Jadi, terjadi saling-korban (trade-off) antara keberpautan dan keterandalan. Gambar
4.11 ude amelukiskan saling-korban antara kedua karakteristik dalam kondisi tertentu. Panel
A misalnya menggambarkan tingkat kualitas (area arsiran) yang dapat dicapai clen masing-
masing karakteristik dalam situasi tertentu. Panel Al menggambarkan penekanan keberpautan
dengan mengorbankan keterandalan Sebaliknya, Panel A2 melukiskan penekanan
keterandalan dengan mengorbankan keberpautan. Panel A3 menggambarkan kualitas optimal
yang mungkin dipertim-bangakan oleh penyusun standar sebagai dasar untuk menerbitkan
suatu standar akuntansi. Sekali lagi, karakteristik kualitatif merupakan kriteria bagi penyusun
standar untuk menentukan kebijakan (standar) akuntansi yaitu apakah suatu pos atau objek
harus dilaporan dan kalau dilaporkan, bagaimana menyajikannya (melalui statemen keuangan
atau media pelaporan lain).

2.5 Elemen-Elemen Statemen Keuangan

Elemen statemen keuangan adalah makna (meaning) atau konstruk (construct) yang sengaja
ditentukan dalam perekayasaan akuntansi untuk menyimbolkan atau merepresentası realitas
kegiatan usaha suatu badan, usaha sehingga orang dapat membayangkan realitas kegiatan
tersebut secara keuangan tanpa harus menyaksikan sendiri secara fisis kegiatan tersebut.
Kegiatan badan usaha di sini meliputi kondisi fisis dan nonfisis serta proses ekonomik badan
usaha. Panel A dalam Gambar 3.2 serta Gambar 4.9 merupakan fenomena yang harus
direpresentasi dalam bentuk elemen staternen keuangan.

Bila statemen keuangan dianalogi dengan peta jalan (road map), gambar jalan, lebar gambar
jalan, panjang gambar jalan, arah, nama jalan, kelas jalan (raya, provinsi, atau gang), dan
jembatan yang tercetak dalam peta merupakan elemen elemen fenomena atau realitas fisis
jalan dalam wilayah yang dipetakan. Dengan hanya melihat peta, diharapkan orang yang akan

xx
melakukan perjalanan ke suatu tempat dapat membayangkan kondisi fisis dan arah jalan
meskipun dia belum pernah melewati jalan tersebut. Agar orang tersebut tidak tersesat,
informasi jalan dalam peta harus terandalkan (reliable) yaitu dapat diuji kebenarannya.
Artinya, apa yang termuat dalam peta benar-benar menggambarkan keadaan senyatanya
jalan-jalan yang disimbolkan dalam peta. Inilah yang disebut ketepatan penyimbolan
(representational faithfulness). Apa yang dimuat dalam peta tentu saja harus berpaut
(relevant) dengan tujuan pembuatan peta. Peta pariwisata, peta demografi, atau peta geologi
jelas akan berbeda dengan peta jalan.

Elemen statemen keuangan merupakan bahan pembentuk informasi semantik yang dikandung
statemen keuangan sebagaimana dilukiskan pada Gambar 3.3. Informasi semantik terdiri atas
elemen (object), ukuran (size), dan hubungan (rela- tionship). Jadi, elemen-elemen statemen
keuangan harus ditentukan atas dasar informasi semantik yang ingin disampaikan dalam
pelaporan keuangan. Dengan kata lain, tujuan pelaporan keuangan menentukan informasi
semantik yang harus disajikan dan akhirnya menentukan banyaknya elemen statemen
keuangan.

Telah disebutkan sebelum ini bahwa karena keputusan investasi dan kredit yang menjadi
fokus pelaporan, informasi semantik yang harus dicakupi adalah: posisi keuangan,
kemampuan melaba, kinerja manajemen, dan pertanggungjawaban manajemen. 6 Tujuan
pelaporan 2 dan 3 dalam Gambar 4.4 menentukan secara umum elemen-elemen apa saja yang
harus disajikan untuk merepresentasi informas semantik tersebut. Elemen-elemen umum
dalam tujuan tersebut adalah:

1. Aliran kas bersih masa datang ke badan usaha


2. Sumber daya ekonomik badan usaha
3. Klaim terhadap sumber ekonomik tersebut dari:
a. entitas atau badan usaha lain
b. pemilik
4. Perubahan elemen di atas akibat transaksi, kejadian, atau keadaan

Atas dasar karakteristik kualitatif informasi (keterandalan, khususnya ketepatan penyimbolan,


dan keberpautan), tujuan pelaporan keuangan (informasi semantik yang harus disajikan), dan
elemen-elemen umum sebagaimana dibahas di atas, FASB mengidentifikası elemen-elemen
spesifik penting sebagai berikut:
6
—. 2009. TEORI AKUNTANSI Edisi Pertama Cetakan ke-1. Jakarta: Prenada Media Group.

xxi
Untuk entitas bisnis

1. Aset (assets)
2. Kewajiban (liabilities)
3. Ekuitas (equities) atau aset bersih (net assets) untuk entitas nonbisnis
4. Investasi oleh pemilik (investments by owners) Distribusi ke pemilik (distributions to
owners)
5. Laba komprehensif (comprehensiue income)
6. Pendapatan (revenues)
7. Biaya (expenses)
8. Untung (gains)
9. Rugi (losses)
10. Aliran kas dari kegiatan operasi (cash flows from operating actiuities)
11. Aliran kas dari kegiatan investasi (cash flows from investing activities)
12. Alıran kas darı kegiatan pendanaan (cash flows from financing activities)

Elemen aset bersih untuk entitas nonbisnis

1. Aset bersih terbatas permanen (permanently restricted net assets)


2. Aset bersih terbatas sementara (temporarily restricted net assets)
3. Aset bersih takterbatas/bebas (unrestricted net assets)

Aset merupakan elemen spesifik dari sumber daya ekonomik badan usaha (elemen umum2)
Kewajiban dan ekuitas merupakan elemen spesifik dari klaim terhadap sumber daya darı
entitas lain dan pemilik Aset, kewajiban, dan ekuitas merepresentasi posisi keuangan sebagai
informası semantik Aliran kas dari kegiatan operası, investasi, dan kete therupakan elemen
spesifik alıran kas bersih (elemen umum 1) Investasi, distribusi, laba komprehensif,
pendapatan, biaya, untung, dan rugi merepresentasi perubahan ketiga elemen posisi keuangan
akibat transaksı, kejadian, atau keadaan yang dibarengi dengan perubahan dalam ekuitas Ada
tiga jenis perubahan akibat transaksi, kejadian, atau keadaan yaitu perubahan yang tidak
mempengaruhi ekuitas, yang mempengaruhi ekuitas dan elemen lain, dan yang hanya
mempengaruhi ekuitas. Walaupun clemen-elemen di atas berpaut untuk organisasi bisnis dan
nonbisnis. pembahasan dalam buku ini dibatası pada elemen-elemen entitas bisnis.

Definisi Elemen

xxii
Makna atau definisi elemen mengacu pada kelas objek luas (misalnya aset atau biaya)
Rincian elemen berupa objek atau kejadian ekonomik tertentu (misalnya kas atau penjualan
barang dagangan) yang memenuhi definisi elemen tidak disebut sebagai elemen tetapi
sebagai pos (item). Pos-pos yang secara formal termuat dalam statemen keuangan merupakan
representasi (penyimbolan dalam kata dan angka) sumber-sumber ekonomik tertentu suatu
entitas, klaim terhadap sumber tersebut, dan perubahannya akibat pengaruh transaksi,
kejadian, atau keadaan Arunya, simbol-simbol (kata dan angka) melambangkan realitas
operasi atau fenomena badan usaha berupa uang tunai, bangunan, penjualan, gaji, kerusakan
bangunan akibat gempa, dan barang atau kejadian ekonomik lainnya.

Definisi berkaitan dengan beberapa karakteristik utama elemen-elemen statemen keuangan.


Definisi elemen merupakan penyaring atau kriteria penting pertama unnsk menentukan isi
statemen keuangan. Untuk disajikan melalui statemen keuangan, suatu objek atau pos tidak
cukup hanya memenuhi definisi tetapi harus memenuhi kriteria pengakuan dan pengukuran
yang akan dibahas dalam seksi sesudah ini. Berikut ini disajikan definisi elemen-elemen yang
diidentifikasi FASB "Pembahasan lebih lanjut karakteristik yang terkandung dalam tiap
definisi akan diberikan dalam pembahasan mendalam tiap elemen di beberapa bab lain.

Perubahan Posisi Keuangan

Aset, kewajiban, dan ekuitas sebagai elemen posisi keuangan dapat berubah akibat tiga hal
yaitu kejadian (events), keadaan (circumstances) dan transaksi (trans-actions). Telah
disinggung sebelumnya bahwa pengaruh ketiga hal tersebut terhadap ekuitas dapat
melibatkan aset dan kewajiban.

Kejadian adalah terjadinya suatu perkara atau urusan yang mempunyai konsekuensi terhadap
suatu entitas. Misalnya, suatu entitas memasukkan bahan baku ke mesin pengolah atau
membeli bahan baku. Contoh pertama merupakan kejadian internal dan contoh kedua
merupakan kejadian eksternal.

Keadaan adalah suasana atau seperangkat kondisi yang berkembang dari suatu kejadian atr u
serangkaian kejadian yang berkulminasi pada situasi yang tak terduga atau guli" diduga.
Keadaan biasanya bersifat random, tak terantisipasi, dan biasanya bersifat darurat atau
istimewa. Sebagai contoh adalah kenaikan kurs dolar secara mencolok yang menyebabkan
perusahaan anak mengalami keban-krutan. Kenyataan bahwa perusahaan anak bankrut
merupakan keadaan yang dihadapi oleh perusahaan induk.

xxiii
Transaksi adalah salah satu bentuk kejadian eksternal yang melibatkan transfer sesuatu yang
bernilai (manfaat ekonomik masa datang) antara dua entitas atau lebih Sebagai contoh adalah
pembelian mesin, penerbitan saham, dan pelunasan utang Untuk dapat disebut sebagai
transaksi, suatu kejadian harus melibatkan pihak luar Itulah sebabnya, pemakaian bahan baku
tidak tepat disebut sebagai transaksı internal karena kontradiksi dengan makna transaksi
(yang melibatkan pihak luar) Kejadian pemakaian bahan baku lebih tepat disebut kejadian
internal bukannya transaksi internal7.

Pengaruh ketiga hal tersebut dapat terjadi pada tiap elemen aset, kewajiban, atau ekuitas saja
atau pada dua atau tiga elemen sekaligus. Bila dipandang dari elemen ekuitas, perubahan-
perubahan posisi keuangan akibat tiga hal tersebut dapat dikategori menjadi :

A. Semua perubahan dalam aset dan kewajiban yang tidak dibarengi dengan perubahan
dalam ekuitas.
B. Semua perubahan dalam aset atau kewajiban yang dibarengi dengan perubahan dalam
ekuitas.
C. Perubahan dalam ekuitas yang tidak melibatkan aset atau kewajiban

Pendapatan, biaya, untung dan rugi adalah elemen-elemen yang mempengaruhi ekuitas dalam
kategori B sedangkan investasi oleh dan distribusi ke pemilik adalah ekuitus dalmen yang
mempengaruhi ekuitas dalam kategori B juga. Secara teknis akuntansi, elemen-elemen
penyebab perubahan ekuitas. s ini dicatat dalam akun nominaj yang pada akhir tahun ditutup
ke akun ekuitas. Elemen-elemen nominal ini merupakan pembentuk statemen laba-rugi dan
statemen laba ditahan. Jadi secara konseptual statemen laba-rugi dan statemen perubahan
ekuitas sebenarnya merupakan lampiran dari neraca sehingga seperangkat penuh statemen
keuangan akan saling berkaitan (berartikulasi). FASB melukiskan secara diagramatik
berbagai perubahan yang mempengaruhi posisi keuangan dalam Gambar 4.13 Gambar
tersebut menyajikan pengaruh kejadian, keadaan, dan transaksi terhadap posisi keuangan
yang menjadi landasan adanya artıkulasi.

7
Suwardjono. 2018. TEORI AKUNTANSI EDISI 3. Penerbit BPEF-YOGYAKARTA.

xxiv
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Dalam konteks pelaporan keuangan, terdapat dua pendekatan utama: penyediaan informasi
umum untuk berbagai pemakai dan kepentingan, serta penyediaan informasi khusus untuk
kelompok pemakai tertentu. Identifikasi kelompok fokus dalam pelaporan keuangan penting
untuk memastikan informasi yang disediakan dapat memenuhi kebutuhan utama sementara
masih bermanfaat bagi pemakai lainnya. Tujuan pelaporan keuangan harus selaras dengan
tujuan sosial dan ekonomi suatu negara, yang mencakup tujuan fungsional, tujuan bersama,
dan tujuan kelompok dominan. FASB menetapkan tujuan pelaporan keuangan umum untuk
kepentingan pemakai eksternal, terutama investor dan kreditor, dengan memperhatikan
karakteristik kualitatif informasi seperti relevansi, keterandalan, keterpahamian, dan
keterbandingan. Dalam pembentukan laporan keuangan, elemen-elemen statemen keuangan
menjadi representasi krusial dari realitas operasional dan keuangan suatu entitas, dengan
fokus pada pengungkapan aliran kas, sumber daya ekonomi, dan klaim terhadap sumber
tersebut. Keseluruhan, keseimbangan antara keberpautan dan keterandalan dalam penyajian
informasi menjadi kunci untuk memastikan laporan keuangan yang bermanfaat dan dapat
dipercaya bagi pemakai eksternal.

xxv
DAFTAR PUSTAKA

Harahap, Sofyan Syafri. 2008. TEORI AKUNTANSI. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

—. 2003. TEORI AKUNTANSI Ed. Revisi Cetakan ke-6. Jakarta : PT Raja GrafindoPersada.

Hery. 2015. PENGANTAR AKUNTANSI. Jakarta: PT Grasindo.

—. 2009. TEORI AKUNTANSI Edisi Pertama Cetakan ke-1. Jakarta: Prenada Media Group.

S, Hendriksen Eldon. 1993. TEORI AKUNTANSI Edisi keempat jilid 1. Penerbit Erlangga.

Sari, Ratna Candra. 2018. AKUNTANSI KEPERILAKUAN- TEORI DAN IMPLIKASI. Yogyakarta: ANDI
dengan UNY PRESS.

Suwardjono. 2018. TEORI AKUNTANSI EDISI 3. Penerbit BPEF-YOGYAKARTA.

xxvi

Anda mungkin juga menyukai