Anda di halaman 1dari 23

Tugas Kelompok

BAB 4 Rerangka Konseptual – Suatu Model

DOSEN PEMBIMBING
Melanthon Rumapea, S.E., M.Si., Dr., Ak., CA.

Disusun oleh :
Kelompok 4

Nurhayati Sinaga (218420143)


Nickson Silaban (218420138)

UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA


FAKULTAS EKONOMI
AKUNTANSI
2021/2022
Rerangka Konseptual-Suatu Model

A. Tujuan Pelaporan Keuangan


Penentuan tujuan pelaporan keuangan merupakan langkah yang paling krusial
dalam perekayasaan akuntansi. Tujuan pelaporan keuangan menentukan konsep-konsep
dan prinsip-prinsip yang relevan yang akhirnya menentukan bentuk, isi, jenis dan
susunan statement keuangan. Untuk menurunkan tujuan pelaporan keuangan, pihak
yang dituju dan kepentingannya harus diidentifikasi dengan jelas sehingga informasi
yang dihasilkan pelaporan keuangan dapat memuaskan, kebutuhan internasional pihak
yang dituju.
1. Pemakai dan Kepentingannya
Dalam suatu ligkungan negara, banyak pihak potensial yang dituju atas
berkepentingan dan kepentingan mereka sangat beragam. Misalnya, FASB
merinci pemakai potensial yang dapat dituju oleh pelaporan keuangan yaitu
owner, lenders, suppliers, employees, management, directors and customers.
Dua pendekatan dalam penentuan tujuan penyediaan informasi(pelaporan
keuangan) yaitu:
(1) Menyediakan informasi untuk sehimpunan pemakai umum yang
mempunyai bermacam-macam kepentinga keputusan
(2) Menyediakan informasi untuk kelompok pemakai tertentu yang mempunyai
kepentingan tertentu yang di ketahui.

Dengan pendekatan (1) pelaporan keuangan diarahkan untuk menghasilkan


satu set data untuk berbagai pemakai dan kepentingan. Pemakai menyusun dan
mengolah kembali data tersebut menjadi informasi yang relevan untuk keputusan
atau kepentingannya.
Pendekatan (2) berasumsi bahwa kebutuhan informasi dan model
pengambilan keputusan para pemakai diketahui dengan pasti sehingga dapat
disusun berbagai statement/laporan khusus untuk melayani berbagai keperluan
pengambilan keputusan tiap kelompok pemakai. Dasar pendekatan ini adalah
“beda tujuan beda angka”.
2. Aspek Sosial Tujuan Pelaporan
Sebagai teknologi, pelaporan keuangan dalam suatu negara harus
direkayasa sehingga tujuan sosial dan ekonomi negara tercapai. Tujuan nasional
dapat tercapai apabila kegiatan individual dengan berbagai motivasi untuk
mencapai tujuan individualnya juga memaksimumkan tujuan negara. Bila
akuntansi harus berperan

dalam hal ini, maka tujuan pelaporan keuangan harus dipertimbangkan dalam
konteks tujuan keiatan sosial atau masyarakat dalam suatu negara.

Gamba

Bila tujuan
r Pendekatan Penentuan Tujuan dan Implikasi Pelaporan
masyarakat harus dicapai, tujuan siapa yang harus
dipertimbangkan? Berkaitan dengan ini, Bloom dan Elgers (1995) mendeskripsi
tiga macam tujuan pelaporan keuangan yaitu: tujuan fungsional, tujuan bersama
dan tujuan kelompok dominan.
a. Tujuan Fungsional
Tujuan Fungsional adalah tujuan masyarakat atau organisasi secara
keeluruhan tanpa memperhatikan tujuan/motivasi masing-masing individual
di dalamnya. Tujuan indvidul tidap dapat diamati sedangkan tujuan
fungsional dapat diidentifikasi dengan mengamati konsekuensi
konsekueinsi dari kegiatan masyarakat atau organisasi yang nyatanya
terjadi. Dengan demikian, tujuan fungsional merupakan tujuan normatif
yang menjadi pedoman dalam pembuatan kebijakan di tingkat nasional.
Sebagai kegiatan sosial, tujuan fungsional akuntansi dapat ditetapkan
misalnya untuk:
1) Mengalokasi sumber daya ekonomi secara efisien
2) Membantu perusahaan uuntuk dapat memperoleh dana untuk ekspansi 3)
Membantu pemerintah untukmenarik pajak secara adil dan efisien 4)
Membatu para manajer dalam keputuan investasi
5) Mempertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara 6)
Memfasilitasi fungsi dan pengendalian sosial
7) Mengurangi atau mencegah konflik kepentingan anatara manajer,
auditor dan pemegang saham.
b. Tujuan Bersama
Tiap individual umumnya tidak hanya mempunyai satu tujuan tetapi
sehimpunan tujuan. Tujuan bersama adalah sau atau beberapa tujuan

individual yang sama dengan tujuan individual lainnya. Kalau tujuan


fungsional disusun dengan mengidentifikasi dahulu tujuan tujuan individual
kemudian memilih tujuan-tujuan individual yang sama untuk dijadikan
tujuan kegiatan sosial.
c. Tujuan Kelompok Dominan
Bila tujuan dan model pengambilan keputusan semua individual atau
kelompok individual dapat diidenifikasi, tujuan beberapa individual yang
dominan dalam suatu kegiatan masyarakat dapat dijadikan tujuan kegaiatan
sosial masyarakat bersangkutan.

Tujuan Sosial dan Tujuan Akuntansi sebagai Kegiatan Sosial


3. Perkembangan Tujuan Pelaporan Keuangan
Atas dasar aspek sosial diatas, tujuan pelaporan keuanngan dalam profesi
akuntansi di Amerika mengalami semacam evolusi. Perkembangan terjadi karena
pergeseran kesepakatan dalam hal siapa kelompok yang dituju, apa
kepentingannya dan seperti apa model pengambilan keputusan yang digunakan.
Wolk, Tearney, dan Dold (2001) mendeskripsi dan membahas
perkembangan tujuan pelaporan di Amerika mulai dari dokumen yang dihasilkan
Komite Eksekutif American Accounting Association (AAA) berupa A Statement of
Basic Accounting Theory (ASOBAT) sampai dokumen yang dihasilkan FASB
berupa Conceptual Framework. Berikut dibahas secara ringkas tujuan pelaporan
yang diajukan oleh badan-badan tersebut.
a. Tujuan versi ASOBAT

1) Membuat keputusan yang berkaitan dengan penggunaan sumber daya alam, manusia dan
finansial yang terbatas
2) Mengarahkan dan mengendalikan sumber daya fisis dan manusia suatu organisasi secara
efektif
3) Memelihara dan melaporkan pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepada
manajemen
4) Memberi kemudahan berjalannya fungsi dan pengendalian sosial b. Tujuan Versi APB
No. 4
1) To present reliable financial information about enterprise resources and obligations,
economics progress and other changes in resources and obligations
2) To present information helpful in estimatimg earnings potential 3) To present other
financial information needed by users, particularly owners and creditor
s
4. Tujuan Pelaporan Keuangan FASB
FASB mendasarkan penyusunan tujuan pelaporan pada tiga aspek landasan pikiran yaitu bahwa
:
1) Tujuan pelaporan keangan ditentukan oleh lingkungan ekonomik, hukum, politis X dan
sosial tempat akuntansi diterapkan
2) Tujuan pelaporan dipengaruhi oleh karakteristik dan keterbatasan informasi yang dapat
disampaikan melalui mekanisma pelaporan keuangan
3) Tujuan pelaporan memerlukan suatu fokus untuk meghindari terlalu umumnya informasi
akibat terlalu banyaknya pihak pemakai yang ingin dipenuhi kebutuhan informasinya
a. Konteks Lingkungan Tujuan Pelaporan
FASB menyatakan bahwa tujuan pelaporan tidak dapat steril dari lingkungan penerapan
pelaporan keuangan. Oleh karena itu, tujuan pelaporan harus dikembangkan atas dasar sifat
kegiatan dan keputusan ekonomik para pemakai informasi. Tujuan pelaporan FASB didasarkan
atas lingkungan ekonomik, hukum, politis, dan sosial di Amerika.
b. Karakteristik dan Keterbatasan Informasi
Karakteristik dan keterbatasan tersebut adalah bahwa informasi yang disediakan melalui
mekanisma pelaporan keuangan:
1) Lebih berkaitan dengan badan usaha atau perusahaan daripada denga industri ekonomi secara
keseluruhan
2) Lebih merupakan informasi kuantitatif yang bersifat pendekatan daripada hasil perhitungan
yang pasti
3) Sebagai besar merefleksi pengaruh transaksi dan kejadian yang telah terjadi
4) Hanya merupakan salah satu sumber informasi yang dibutuhkan oleh mereka yang
mengambil keputusan tentang badan usaha
5) Penyediaan dan penggunaannya memerlukan atau melibatkan cost sehingga pertimbangan
cost manfaar dapat membatasi apa yang harus dilaporkan.
c. Fokus atau Cakupan Informasi
Pertimbangan atau penalaran FASB untuk memfokuskan pelaporan pada pelaporan keuangan
umum diuraikan berikut ini:

1) Tujuan pelaporan didasarkan pada keperluan para pemakai eksternal yang tidak mempunyai
autoritas untuk menentukan atau akses untuk memperoleh informasi yang mereka perlukan
sehingga mereka harus menggantungkan diri pada informasi yang disampaikan oleh manajemen
kepada mereka.
2) Oleh karena itu, tujuan pelaporan disusun atas dasar gagasan bahwa kemampuanperusahaan
untuk menciptakan aliran kas yang menguntungkan meupakan fokus atau kepeningan umum
bersama dari berbagai pemakai informasi.
3) Tujuan pelaporan berkaitan dengan penyediaan informasi luas untuk melayani keputusan
investasi dan kredit bukan hanya dengan informasi yang dapat dituangkan dalam bentuk
statement keuangan.
d. Isi Tujuan Pelaporan

Tujuan utama pelaporan keuangan dalam rerangka konseptual FASB


1) Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi hang bermanfaat bagi para investor dan
kreditor dan pemakai lain, baik berjalan maupun potemsial, dalam membuat keputusan-
keputusan investasi, kredit dan semacamnya yang rasional. Informasi harus terpahami bagi
mereka yang mempuyai pengentahuan yang memadai tentang berbagai kegiatan bisnis dan
ekonomik dan bersedia untuk mempelajari informasi dengan cukup.
2) Pelapora keuangan harus menyediakan informasi untuk membantu para pemakai, baik
berjalan maupun potensial, dalam menilai jumlah, saat terjadi, dan ketidakpastian penerimaan
kas mendatang dari dividen atau bungan dan pemerolehan kas mendatang dari penjualan ,
penebusan atau jatuh temponya sekuritas.
3) Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi tentang sumber daya ekonomi suatu
badan usaha, klaim terhadap sumber sumber tersebut (kewajiban badan usaha untuk
mentransfer sumber data skonomik ke entias lain dan ekuitas pemilik).

5. Teori di Balik Tujuan Pelaporan FASB


Penalaran dalam Perumusan Tujuan Pelaporan versi FASB 6.

Tujuan Pelaporan Keuangan Organisasi Nonbisnis


Tujuan utama (Primary Objective):
a. Pelaporan keuangan organisas nonbisnis harus menyediakan informasi yang bermanfaat bagi
para penyedia dana dan pemakai lain, baik berjalanmaupun potensial, dalam membuat
keputusan-keputusan rasional tentang alokasi dana ke organisasi tersebut.
b. Tujuan Spesifik:
c. Pelaporan keuangan harus menyediakan infromasi untuk membatu para penyedia dana dan
pemakai, baik berjalan maupun potensial, dalam menilai jasa-jasa yang disediakan organisasi
dan kemampuannya untuk terus menyediakan jasa jasa tersebut.
d. Pelaporan keuangan harus menyediakan infromasi untuk membatu para penyedia dana dan
pemakai, baik berjalan maupun potensial, dalam menilai Bagaimana para manajer organisasi
nonbisnis telah melaksanakan tanggung jawab kepengurusanmya dan aspek-aspek lain
kinerjanya.
e. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi tentang sumber daya, kewajiban dan
sumberdaya aset bersih organisasi, dan akibat-akibat dari transaksi, kejadian dan keadaan ang
mengubah sumber daya dan hak atas sumber daya tersebut.

Pada mulanya, FASB mempertimbangkan organisasi-organisasi berikut sebagai nonbisnis:


a. Unit unit kepemerintahan
b. Organisasi amal dan keagamaan
c. Intitusi sosial
d. Organisasi swasta nonprofit

Dengan satu rerangka konseptual tersebut, wilayah autoritas FASB meliputi penyusunan
standar untuk organisasi nonbisnis. Dalam perkembangannya, unit unit kepemerintahan
dipisahkan dari lingkup oraganisasi nonbisnis dan pelaporan keuangnnya ditangani oleh
Govermental Accountinf Standarts Boards (GASB). Hal ini terrefleksi dlaam SAS No 69 yang
mendeskripsi lingkup PABU sebagai rerangka pedoman yang telah dibahas.

B. Karakteristik Kualitatif Informasi


Kriteria yang menjadi pedoman kebijakan akuntansi sangat erat kaitannya dengan
masalah apakah informasi suatu objek bermanfaat untuk pengambilan keputusan bagi
pihak pemakai yang dituju. Kebermanfaatan Merupakan suatu karakteristik yang hanya
dapat ditentukan secara kualitatif dalam hubungannya dengan keputusan, pemakai, dan
keuakinan oemakai terhadap informasi. Oleh karena itu, kriteria ini secara umum
disebut karakteristik kualitatif atau kualitas informasi akuntansi.
Proses Pertimbangan penentuan kebijakan akuntansi

Kalau pemakai tidak dapat mencerna informasi yang disajikan, akhirnya


informasi akan menjadi tidak digunakan yang berarti tidak bermanfaat kalau
disediakan. Oleh karena itu, kualitas informasi juga harus sepadan dengan kuliatas
pemakai (user-specific qualities ). Pertimbangan 3 dimaksudkan FASB untuk
menentukan kualifikasi minimal para pemakai sehingga suatu informasi terpahami
(understandable) oleh mereka tanpa harus selalu disertai penjelasan rinci yang bersifat
mengajari.
Rerangka konseptual perlu menentukan kualitas informasi spesifik-keputusan
(dicision- specific qualities) yang menjadi kriteria kebermanfaatan agar penentu
kebijakan akuntansi mempunyai pedoman untuk melakukan pertimbangan 4 dan 5.
FASB merumuskan kualitas spesifik ini dalam dua kategori yaitu primer (primary)
beserta unsur-unsurnya (ingredients) dan sekonder/interaktif (secondary/interactive).
Kualitas primer terdiri atas kelayanan atau keberpautan atau relevansi ( relevance) dan
keterandalan atau realibilitas (verifiability) dan ketepatan penyimbolan (repetantional
faithfulness). Kualitas sekonder terdiri atas keterbandingan (comparability),
ketaatasasan atau konsistensi (consistency) dan kenetralan atau netralitas (neutrality).

Hasil proses perekayasaan perumusan karakteristik kualitatif informasi yang


dilukiskan pada gambar diatas, atas dituangkan FASB dalam dalam suatu konsep yang
disebut hirerki kualitas informasi akuntansi ( hierarchy of accounting qualities ).

Nilai Informasi

Mengatakan bahwa informasi harus bermanfaat bagi para pemakai sama saja dengan
mengatakan bahwa informasi harus mempunyai nilai. Informasi dikatakan mempunyai nilai
(kebermanfaatan keputusan) apabila informasi tersebut :

1. Menambah pengetahuan pembuat keputusan tentang keputusannya di masa lalu, sekarang,


atau masa datang.
2. Menambah keyakinan para pemakai mengenai probabilitas terealisasinya suatu harapan
dalam kondisi ketidakpastian.
3. Mengubah keputusan atau perilaku para pemakai.

Kualitas yang dinyatakan pada gambar dibawah ini adalah kualitas yang menjadikan informasi
mempunyai nilai atau manfaat. Berikut ini kriteria dan unsur-unsur pembentuk kualitas
informasi
Keterpahamian ( Understandibility )

Keterpahamian adalah kemampuan informasi untuk dapat dicerna maknanya oleh


pemakai. Dua faktor mempengaruhi keterpahamian informasi itu sendiri. FASB menganalogi
informasi sebagai alat atau perkakas (tool ). Alat akan bermanfaat bagi pemakai kalau alat
tersebut memang alat yang cocok atau tepat dan pemakai bersedia untuk belajar mengenai
kemampuan dan cara kerja alat tersebut. Betapapun canggihnya, suatu alat menjadi tidak
bermanfaat kalau pemakai tidak mengetahui gunananya. Sebaliknya, alat yang jelas diketahui
gunanya menjadi tidak terpakai lantaran pemakai tidak tahu dan tidak bersedia belajar cara
menggunakannya.

Keberpatuan (Relevance)

Keberpatuan atau kerelevanan adalah kemampuan informasi untuk membantu pemakai


dalam membedakan beberapa alternatif keputusan sehingga pemakai dapat dengan mudah
menentukan pilihan. Bila dihubungkan dengan tujuan pelaporan keuangan, keberpautan
adalah kemampuan informasi untuk membantu investor, kreditor, dan pemakai lain dalam
menyusun prediksi-prediksi tentang beberapa munculan (outcomes) dari kejadian masa lalu,
sekarang, dan masa datang atau dalam menkonfirmasi atau mengkoreksi harapan-harapannya.

Nilai Prediktif (Prediktive Value )

Sebagi unsur keberpatuan, nilai prediktif adalah kemampuan informasi untuk membantu
pemakai dalam meningkatkan probabilitas bahwa harapan-harapan pemakai akan munculan/
hasil (outcomes) suatu kejadian masa lalu atau datang akan terjadi. Nilai prediksi disini
adalah jenis dan sifat informasi yang menjadi masukan dalam proses prediktif. Dengan kata
lain, nilai prediksi adalah kemampuan informasi dalam memperbaiki kemampuan atau
kapasitas pembuat keputusan untuk melakukan prediksi.

Nilai Balikan ( Feedback Value )

Sebagai unsur keberpautan, nilai balikan adalah kemampuan informasi untuk membantu
pemakai dalam mengkonfirmasi dan mengkoreksi harapan-harapan pemakai di masa lalu.
Jadi, nilai balikan adalah kemampuan informasi untuk dijadikan basis mengevaluasi apakah
keputusan-keputusan masa lalu adalah tepat dengan datangnya informasi tersebut.

Ketepatwaktuan (Timeliness)

Sebagai aspek pendukung keberpatuan, ketepatwaktuan adalah tersedianya informasi


bagi pembuat keputusan pada saat dibutuhkan sebelum informasi tersebut kehilangan
kekuatan untuk memempengaruhi keputusan. Tersedianya informasi lama setelah suatu
kejadian yang memerlukan tanggapan atau keputusan berlalu menjadikan informasi tersebut
tidak punyai nilai lagi. Secara sendiri, ketepatwaktuan dapat menyita keberpatuan yang
melekat pada informasi.

Keterandalan (Reliability)

Keterandalan adalah kemampuan informasi untyk memberi keyakinan bahwa informasi


tersebut benar atau valid. Informasi akan menjadi berkurang nilainya kalau orang yang
menggunakan informasi meragukan kebenaran atau validitas informasi tersebut.
Keterandalan sangat erat kaitanya dengan sumber informasi dan cara merepresantasi,
mendeskripsi, atau menyimbolkannya. Oleh karena itu, keterandalan bertumpu pada
ketepatan penyimbolan fenomena yang memang dimaksudkan untuk disimbolkan dan
jaminan bagi pemakai akan kualitas penyimbolan melalui pengujian atau verifikasi data.

Ketepatan Penyimbolan (Respresentational Faithfulness )

Ketetapatan penyimbolan adalah kesesuaian atau kecocokan antara pengukur atau deskripsi
(representasi) dan fenomena yang diukur atau dideskripsi. Ketepatan penyimbolan dalam
akuntansi menyangkut dua hal yaitu ketepatan deskripsi atau defisional ( misalnya aset, kas,
piutang, dan kewajiban ) dan validitas pengukuran. Ketidaktepatan akan mengurangi atau
menghilangkan keterandalan informasi.

Keterujian (Verifiability)

Secara ringkas, keterujian (Verifiability) adalah kemampuan untuk menyakinkan bahwa


informasi merepresentasi apa yang dimaksudkan untuk direpresentasi sesuai dengan
konsensus atau bahwa cara pengukuran yang dipilih telah diaplikasi tanpa kesalahan atau
bias. Verifikasi lebih berkaitan dengan meminimkan bias dalam proses pengukuran
(measurer bias) daripada dengan menentukan ketepatan dasar pengukur (measurement bias).
Dengan demikian, verifikasi tidak dimaksudkan untuk menyakinkan bahwa dasar pengukuran
relevan dengan keputusan yang dituju.

Kenetralan ( Neutrality )
Kenetralan adalah ketidakberpihakan pada grup tertentu atau ketakberbiasan (
unbiasedness ) dalam perlakuan akuntasi. Ketakberbiasaan berarti bahwa informasi disajikan
tidak utuk mengarahkan group pemakai tertentu agar bertindak sesuai dengan keinginan
penyedia informasi atau untuk menguntungkan / merugikan group pemakai tertentu atau
untuk menghidari akibat/ konsekuensi tertentu bagi sekelompok pemakai. Netral berarti tanpa
tujuan dan tidak berarti bahwa informasi akuntansi tidak mempengaruhi perilaku. Tanpa
tujuan dan pengaruh terhadap perilaku, informasi akuntansi tidak akan mempunyai nilai atau
relevansi sehingga penyediannya menjadi percuma (sia -sia).

Keterbandingan ( Comparability )

Keterbandingan merupakan unsur tambahan yang menjadikan informasi bermanfaat.


Keterbandingan adalah kemampuan informasi untuk membantu para pemakai
memgidentifikasi persamaan dan perbedaan anatara dua perangkat fenomena ekonomik
(misalnya dua seperangkat statemen keuangan yang merepresentasi kegiatan dua badan
usaha). Perbandingan akan bermakna (meaningful) hanya jika kuantitas (magnitude)
karakteristik bersama dihasilkan dengan dasar, standar, prosedur, atau metoda yang sama.

Materialitas (Materiality)

Materialitas adalah besar-kecilnya atau magnituda suatu penghilangan ( omission ) atau


penyalahsajian ( mistatement ) informasi akuntansi yang menjadikan besar kemungkinan
bahwa perimbangan seorang bijaksana ( reasonable person ) yang mengandalkan diri pada
informasi tersebut berubah atau berpengaruh oleh penghilangan / pengabaian atau
penyalahsajian tersebut. Untuk menjadi material, magnituda informasi harus dievaluasi
bersamaan dengan kondisi- kondisi yang melingkupi informasi tersebut.

Bobot Keberpatuan dan Keterandalan


Keberpatuan dan keterandalan keduanya harus melekat pada suatu informasi agar
informasi tersebut bermanfaat. Kebermanfaatan akan hilang kalau salah satu karakteristik
tidak ada. Karakteristik keberpautan dan keterandalan juga menjadi kriteria yang keduanya
harus dipenuhi dalam pengakuan informasi untuk disajikan dalam statemen keuangan.

Elemen – Elemen Statemen Keuangan

Elemen statemen keuangan adalah makna (meaning) atau konstruk (construct) yang
sengaja ditentukan dalam perekayasaan akuntansi untuk menyimbolkan atau merepresentasi
realitas kegiatan usaha suatu badan usaha sehingga orang dapat membayangkan realitas
kegiatan tersebut secara keuangan tanpa harus menyaksikan sendiri secara fisis kegiatan
tersebut.

Elemen statemen keuangan merupakan bahan pembentuk informasi semantik yang


dikandung statemen keuangan. Informasi semantik terdiri atas elemen (object), ukuran (size),
dan hubungan ( relationship ). Jadi, elemen-elemen statemen keuangan harus ditentukan atas
dasar informasi semantik yang ingin disampaikan dalam pelaporan keuangan. Dengan kata
lain, tujuan pelaporan keuangan menentukan informasi semantik yang harus disajikan dan
akhirnya menentukan banyaknya elemen stateemen keuangan.

Definisi Elemen
Makna atau definisi elemen mengacu pada kelas objek luas ( misalnya aset atau biaya ).
Rincian elemen berupa objek atau kejadian ekonomik tertentu ( misalnya kas atau penjualan
barang dagangan ) yang memenuhi definisi elemen tidak tersebut sebagai elemen tetapi
sebagai pos ( item ). Pos-pos yang secara formal termuat dalam statemen keuangan
merupakan representasi ( penyimbolan dalam kata dan angka ) sumber – sumber ekonomik
tertentu suatu entitas, klaim terhadap sumber tersebut, dan perubahannya akibat pengaruh
transaksi, kejadian, atau keadaan. Artinya, simbol-simbol ( kata dan angka ) melambangkan
realitas operasi atau fenomena badan usaha berupa uang tunai, bangunan, penjualan, gaji,
kerusakan bangunan akibat gempa, dan barang atau kejadian ekonomik lainnya.

Aset adalah manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti ( probable ) yang diperoleh
atau dikuasai oleh suatu entitas sebagai hasil transaksi tau kejadian masa lalu. Kewajiban
adalah pengorbanan manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti timbul dari keharusan (
obligation ) sekarang suatu entitas untuk mentransfer aset atau menyerahkan jasa kepada
entitas lain dimasa datang sebagai akibat dari transaksi atau kejadian masa lalu. Ekuitas atau
aset bersih adalah hak residual terhadap aset suatu entitas yang masih tersisa setelah
mengurangi aset dengan kewajibannya. Dalam suatu badan usaha, ekuitas adalah hal
pemilikan.
Investasi oleh Pemilik adalah kenaikan dalam ekuitas suatu badan usaha sebagai akibat dari
transfer ke tiap dari entitas lain sesuatu yang bernilai untuk mendapatkan atau menaikkan hak
pemilikan ( atau ekuitas ) didalamnya.
Distribusi ke Pemilik adalah penurunan dalam ekuitas suatu badan usaha akibat
pentransferan

aset, penyerahan jasa, dan penimbulan kewajiban oleh badan usaha tersebut kepada pemilik.
Laba Komperhensif adalah perubahan dalam ekuitas suatu badan usaha selama suatu periode
yang berasal dari transaksi dan kejadian lain dan kondisi dari sumber-sumber nonpemilik.
Pendapatan adalah aliran masuk aset atau kenaikan aset lainnya pada suatu entitas atau
penyelesaian/pelunasan kewajiban entitas tersebut dari penyerahan atau produksi barang,
pemberian / penyerahan jasa, atau kegiatan lain yang membentuk operasi sentral atau utama
dan berlanjut dari entitas tersebut.
Biaya adalah aliran keluar aset tau penyerapan aset lainnya pada suatu entitas atau
penimbulan kewajiban entitas tersebut ( atau kombinasi keduannya ) dari penyerahan atau
produksi barang, pemberian/penyerahan jasa, atau kegiatan lain yang membentuk operasi
sentral atau utama dan belanjut dari entitas tersebut.
Untung adalah kenaikan dalam ekuitas (aset bersih) yang berasal dari transaksi perferial
(ikutan) atau insidental ( kala-kala ) suatu entitas dan dari semua transaksi atau kejadian atau
keadaan lain yang mempengaruhi entitas tersebut kecuali kenaikan sebagai akibat dari
pendapatan atau investasi oleh pemilik.
Rugi adalah penurunan dalam ekuitas (aset bersih) yang berasal dari transaksi perferial
(ikutan) atau insidental ( kala-kala ) suatu entitas dan dari semua transaksi atau kejadian atau
keadaan lain yang mempengaruhi entitas tersebut kecuali penurunan sebagai akibat dari biaya
atau dsitribusi ke pemilik.
Sepuluh elemen diatas disebut secara eksplisit oleh FASB dalam SFAC NO.2.
Walaupun aliran kas bersih disebut secara eksplisit dalam tujuan 2 pelaporan keuangan,
elemen-elemen pembentuk aliran kas bersih tidak didefinisi dalam rerangka konseptual.
FASB mendefinisi elemen aliran kas dalam bentuk standar yaitu Statement of Financial
Accounting Standards No. 95 , “ Statement of Cash Flows.” Aliran kas bersih terdiri atas tiga
aliran berikut ini :
Aliran Kas dari Kegiatan Operasi adalah aliran kas bersih (masuk dan keluar) yang berkaitan
dengan kegiatan yang meliputi semua transaksi dan kejadian yang bukan termasuk dalam
kegiatan investasi dan pedanaan. Aliran kas dari kegiatan operasi biasanya merupakan
pengaruh terhadap kas transaksi dan kejadian lain yang dimasukkan dalam penentuan laba.
Aliran Kas dari Kegiatan Investasi adalah aliran kas bersih (masuk dan keluar) yang
berkaitan dengan kegiatan yang meliputi pemberian dan pelunasan pinjaman dan
pemerolehan dan penjualan instrumen utang dan ekuitas, gedung, pabrik, perlengkapan, dan
aset produktif lainnya yaitu aset yang digunakan dalam produksi barang atau jasa oleh badan
usaha (selain material yang menjadi bagian dari sediaan badan usaha).
Aliran Kas dari Kegiataan Pendanaan adalah aliran kas bersih (masuk dan keluar) yang
berkaitan dengan kegiatan yang meliputi perolehan dana dari pemilik dan pemberiaan
imbalan

(return on) dan kembalian (return of) investasinya; peminjam uang dan pembayaran jumlah
yang dipinjam, atau penyelesaian utang tersebut dengan cara lain; dan pemerolehan dan
pembayaran sumber dana lain yang diperoleh dari kreditor atas kredit jangka panjang.
Proses perekayasaan dalam menentukan elemen statemen keuangan di atas dapat dilukiskan
secara diagramatik dalam gambar berikut :
Perubahan Posisi Keuangan
Aset, kewajiban, dan ekuitas sebagai elemen posisi keuangan dapat berubah akibat tiga hal
yaitu kejadian (events), keadaan (circumstances), dan transaksi (transactions). Kejadian
adalah terjadinya suatu perkara atau urusan yang mempunyai konsekuensi terhadap suatu
entitas. Misalnya, suatu entitas memasukkan bahan baku ke mesin pengolah atau membeli
bahan baku. Contoh pertama merupakan kejadian internal dan contoh kedua merupakan
kejadian eksternal.
Keadaan adalah suasana atau seperangkat kondisi yang berkembang dari suatu kejadian
atau serangkaian kejadian yang berkulminasi pada situasi yang tak terduga atau sulit diduga.
Sebagai contoh adalah kenaikan kurs dolar secara mencolok yang menyebabkan perusahaan
anak mengalami kebangkrutan. Kenyataan bahwa perusahaan anak bankrut merupakan
keadaan yang dihadapi oleh perusahaan induk.
Transaksi adalah salah satu bentuk kejadian eksternal yang melibatkan transfer sesuatu
yang bernilai (manfaat ekonomik masa datang) antara dua entitas atau lebih. Sebegai contoh
adalah pembelian mesin, penerbitan saham, dan pelunasan utang. Untuk dapat disebut
sebagai transaksi, suatu kejadian harus melibatkan orang luar.
Bila dipandang dari elemen ekuitas, perubahan-perubahan posisi keuangan akibat tiga
hal tersebut dapat dikategorikan menjadi :
a. Semua perubahan dalam aset dan kewajiban yang tidak dibarengi dengan perubahan
dalam ekuitas.
b. Semua perubahan dalam aset atau kewajiban yang dibarengi dengan perubahan
dalam ekuitas.
c. Perubahan dalam ekuitas yang tidak melibatkan aset atau kewajiban.

Pengukuran dan Pengakuan


Penentuan dan pendefinisian elemen seperti dibahas diatas berkaitan dengan masalah
apa yang harus disajikan dalam statemen keuangan dan terdiri atas apa saja seperangkat
penuh statemen keuangan (a full set of financial statements). Agar secara teknis penyusunan
statemen keuangan dapat dilaksanakan dengan mudah, diperlukan sarana (berupa buku besar
atau ledgers) untuk mencatat hasil pengukuran. Bila suatu hasil pengukuran dicatat dalam
sistem pembukuan, berarti informasi tersebut dengan sendirinya akan disajikan via statemen
keuangan (incorporated into financial statements).
Bila sarana pencatatan telah tersedia, masalah berikutnya adalah bagaimana suatu objek
(pos) yang terlibat dalam transaksi, kejadian, atau kondisi diukur dan apakah hasil
pengukuran

dapat dicatat dalam sistem akuntansi. Pertanyaan bagaimana dan kapan ini mendasari
perlunya suatu pedoman umum tentang pemgukuran dan pengakuan yang akan digunakan
oleh penyusun standar dalam menentukan suatu perlakuan akuntansi. Oleh karena itu,
perekayasa pelaporan harus menetapkan konsep-konsep pengukuran serta pengakuan sebagai
pedoman umum tersebut. Berikut merupakan gambar berbagai perubahan yang
mempengaruhi posisi keuangan.

Pelaporan dan Statemen Keuangan

Telah sering disinggung bahwa walaupun tujuannya sama, pelaporan keuangan


(financial reporting) harus dibedakan dengan statemen keuangan (financial statements).
FASB menyatakan bahwa statemen keuangan adalah media utama atau ciri central pelaporan
keuangan (a central feature of financial reporting).
Tujuan penyampaian informasi oleh manajemen atau badan usaha tidak dibatasi pada
apa yang dapat dituangkan dalam statemen keuangan. Pelaporan keuangan meliputi
penyampaian informasi yang wajib secara luas (mandatory) dan sukarela (voluntary).
Pengukuran dan pengakuan menentukan lingkup pelaporan keuangan yang wajib disajikan
melalui seperangkat penuh statemen keuangan (wajib secara sempit atau spesifik).
Seperangkat Statemen Keuangan

Tujuan pelaporan, karakteristik kualitatif, dan elemen statemen keuangan akan menentukan
jenis statemen apa saja yang membentuk seperangkat penuh statement keuangan (a full set of
financial statements). FASB menyatakan bahwa seperangkat penuh statemen keuangan untuk
suatu perioda harus menunjukkan informasi :

1. Posisi keuangan pada akhir perioda tersebut


2. Laba untuk perioda tersebut
3. Laba komprehensif untuk perioda tersebut
4. Aliran kas selama perioda tersebut
5. Investasi oleh dan distribusi ke pemilik selama perioda tersebut

Sebagai satu kesatuan seperangkat statemen yang terdiri atas beberapa statemen di atas secara
individual maupun kolektif mempunyai kontribusi dalam memenuhi tujuan laporan
keuangan. Tiap jenis statemen bersifat saling melengkapi untuk mencapai tujuan tersebut
sehingga semua statemen di atas akan berartikulasi.
Pengukuran
Elemen atau pos harus diukur untuk membawa informasi semantik. Pengukuran
(measurment) adalah penentuan besarnya unit pengukur (jumlah rupiah) yang dilekatkan
pada suatu objek (elemen atau pos) yang terlibat dalam suatu transaksi, kejadian, atau
keadaan untuk merepresentasi makna atau atribut (attribut) objek tersebut.
Atribut adalah sesuatu yang melekat pada suatu objek yang menggambarkan sifat atau
ciri yang dikandung objek tersebut. Atribut pengukuran (measurment attributes) suatu
elemen / pos adalah dasar pengukuran (jumlah rupiah) yang harus dilekatkan pada suatu
elemen / pos untuk mempresentasikan secara tepat atribut yang ingin diungkapkan dari
elemen / pos tersebut dalam pelaporan keuangan. FASB mengidentifikasi atribut pengukuran
yang sekarang diterapkan dan masih dapat dilanjutkan penggunaannya yaitu :
a. Kos historis atau perolehan kas historis (historical cost atau proceeds)
b. Kos sekarang (current cost)
c. Nilai pasar sekarang (current market value)
d. Nilai terealisasi / pelunasan neto (net realizable/settlement value)
e. Nilai sekarang atau diskunan aliran kas masa datang (present or discounted value
of future cash flows)
Pengakuan

Secara konseptual, pengakuan adalah penyajian suatu informasi melalui statemen


keuangan sebagai ciri sentral pelaporan keuangan. Secara teknis, pengakuan berarti
pencatatan secara resmi (penjurnalan) suatu kuantitas (jumlah rupiah) hasil pengukuran ke
dalam sistem akuntansi sehingga jumlah rupiah tersebut akan mempengaruhi suatu pos dan
terefleksi dalam statemen keuangan.
Teknik pengakuan misalnya adalah bahwa penjualan diakui pada saat faktur disiapkan
dan barang telah diserahkan kepada perusahaan ekspedisi. FASB menyatakan empat kriteria
pengakuan fundamental (konseptual) sebagai berikut :
Definisi (definitions)- Suatu pos harus memenuhi definisi elemen statemen keuangan.
Keterukuran (measurability)- Suatu pos harus mempunyai atribut yang berpaut
dengan keputusan dan dapat diukur dengan tingkat keterandalan yang cukup.

Keberpautan (relevance)- Informasi yang dikandung suatu pos mempunyai daya


untuk membuat perbedaan dalam keputusan pemekai.
Keterandalan (realiability)- Informasi yang dikandung suatu pos secara tepat
menyimbolkan fenomena, teruji (terverifikasi), dan netral.
Keempat kriteria di atas harus dipertimbangkan dalam konteks karakteristik kualittif
informasi yaitu memenuhi batas atas (benefit > kos) dan batas bawah (materialitas). Bila
keempat kriteria dipenuhi, masalah berikutnya adalah kapan keempat kriteria diatas dipenuhi
atau kapan suatu hasil pengukuran dapat diakui. Oleh karen itu, diperlukan lagi kriteria saat
pengakuan (timing of recognition).
Nilai Sekarang dalam Pengukuran Akuntansi
Penilaian sering digunakan pula untuk menunjukkan pengukuran yang jumlah
rupiahnya tidak dapat diamati melalui transaksi atau pasar (marketplace-determined amount).
Saat Pengukuran
Pengukuran saat pengakuan mula-mula adalah pengukuran pada saat suatu elemen
atu pos timbul dan dicatat pertama kali akibat transaksi, kejadian, atau keadaan. Pengukuran
baru-mulai adalah pengukuran dalam perioda-perioda setelah pengakuan mula-mula untuk
menentukan jumlah rupiah bawaan (carrying amount) baru yang tidak berkaitan dengan
jumlah-jumlah rupiah sebelumnya.
Penentuan Aliran Kas Masa Datang
Aliran kas masa datang umumnya harus diestimasi. Taksiran atau estimasi terbaik
(Best Estimate) adalah jumlah rupiah tunggal yang paling-boleh jadi (most-likely) dalam suatu
kisar/rentang beberapa jumlah rupiah estimasi yang mungkin terjadi. Dalam statistika, jumlah
rupiah ini merupakan modus suatu distribusi variabel. Aliran kas estimasian (Estimated
Cash Flow) adalah jumlah rupiah tunggal yang akan diterima atau dibayar dimasa datang.
Aliran kas harapan (Expected Cash Flow) adalah gunggung (sum) beberapa jumlah rupiah
berbobot-probabilitas (probability-weighted amunts) dalam suatu kisar jumlah rupiah
estimasian yang mungkin terjadi.
Nilai Sekarang Aliran Kas Masa Datang
Nilai Sekarang (Present Value) adalah pengukur sekarang aliran kas masuk atau keluar masa
datang.
Nilai Sekarang Harapan (Expected Present Value) adalah gunggung beberapa nilai
sekarang berbobot-probabilitas suatu kisar aliran kas estimasian yang mungkin terjadi, yang
semuanya didiskusikan dengan tingkat bunga yang sama.
Nilai Wajar
Nilai Wajar (Fair Value) adalah jumlah rupiah yang disepakati untuk suatu objek dalam
suatu transaksi antara pihak-pihak yang berkehendak bebas tanpa tekanan atau keterpaksaan.

Tujuan Nilai Sekarang dalam Pengukuran


Adalah untuk menangkap /merefleksi sedapat mungkin perbedaan ekonomik antara
sehimpunan aliran kas masa datang dan untuk mengestimasi nilai wajar. Pengukuran
akuntansi umumnya didasarkan pada jumlah rupiah bentukan pasar yang teramati
(observable marketplace-determined amount) seperti kas yang diterima/dibayar dalam jual
beli suatu aset.
Prinsip-Prinsip Umum
Berikut ini adalah prinsip-prinsip umum yang menjadi pedoman penerapan nilai
sekarang dalam mengukur aset dan kewajiban :
a. Sedapat-dapatnya, aliran kas estimasian dan tingkat bunga harus merefleksi asumsi
asumsi tentang kejadian dan ketidakpastian masa datang yang dipertimbangan dalam
memutuskan apakah memperoleh atau tidak suatu aset atau sekelompok aset dalam
suatu transaksi tunai yang bebas.
b. Tingkat bunga yang digunakan untuk mendiskusikan aliran kas harus merefleksi
asumsi-asumsi yang konsisten dengan asumsi-asumsi yang melekat pada aliran kas
estimasian agar pengaruh asumsi tidak berganda atau malahan trabaikan c. Aliran kas
estmasian dan tingkat bunga harus bebas dari bias dan faktor yang tidak
berkaitan dengan aset atau kewajiban yang bersangkutan.
d. Aliran kas estimasian dan tingkat bunga harus merefleksi kisar munculan yang
mungkin terjadi (possible outcomes) daripada jumlah rupiah tunggal paling boleh jadi,
minimun, atau maksimum.

Transfer Teknologi
Bila akuntansi dipandang sebagai teknologi, Reranka Konseptual (termasuk standar
yang diturunkan darinya) dapat dipandang sebagai produk teknologi. Dengan memahami
teknologi penalaran dan perekayasaan akuntansi, orang akan dapat menciptakan produk
(praktik akuntansi) yang paling sesuai dengan lingkungan penerapannya.
Pengaruh Rerangka Konseptual FASB
Gorce (1992, hlm. 124-131) membahas dengan rinci pengaruh ini dengan
menunjukkan berbagai organisasi profesi dan badan pemerintah yang berusaha untuk
mengembangkan rerangka untuk negaranya masing-masing. Organisasi profesi tersebut
adalah :
a. Australian Accounting Research Foundation (AARF)
b. International Accounting Standards Committee (IASC)
c. Canadian institute of Chartered Accountants (CICA)
d. Institute of Chartered Accountants in England and Wales (ICAEW)
e. (UK) Accounting Standards Board (UKASB)
Tersedianya berbagai model RK akan memudahkan suatu negara untuk melakukan
apa yang disebut shopping for technology yaitu memilih teknologi yang tersedia untuk

ditransfer atau diadopsi karena mengembangkan RK dari nol sangat banyak memakan tenaga,
pikiran, dan waktu.
Dokumen Kebijakan
Rerangka konseptual FASB merupakan suatu dokumen kebijakan at politis dan
bukan dokumen atau karya ilmiah. Sebagai dokumen kebijakan, proses penyusunannya
melibatkan perdebatan atau argumen yang keputusan akhirnya dalam beberapa kasus
melibatkan pemungutan suara (voting). RK FASB penuh dengan muatan nilai-nilai yang
dianut dalam konteks lingkungan Amerika (value-laden).

Anda mungkin juga menyukai