Disusun oleh:
Greace Weros Putri Binventy (218420076)
Clara Al Tamara (218420079)
Jupriadi Barus (218420235)
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
MEDAN
DAFTAR ISI
Isi Halaman
DAFTAR ISI............................................................................................ i
I. PENDAHULUAN.......................................................................... 1
II. PEMBAHASAN
2.1. Definisi Nilai Wajar................................................................ 3
2.1.1 Ruang Lingkup Nilai Wajar (Fair Value)................... 3
2.2. Asset dan Liabilitas................................................................. 4
2.2.1 Transaksi...................................................................... 4
2.2.2 Pelaku Pasar................................................................. 5
2.2.3 Harga............................................................................ 5
2.2.4 Penerapan pada Asset Non Keuangan......................... 5
2.2.5 Penerapan pada Liabilitas dan Instrumen Ekuitas Milik
Entitas Sendiri.............................................................. 6
2.2.6 Liabilitas dan Instrumen Ekuitas yang tidak Dimiliki
Pihak Lain Sebagai Asset............................................ 7
2.2.7 Risiko Wanprestasi...................................................... 7
2.3. Nilai Wajar Pada Saat Pengakuan Awal ................................ 9
2.4. Teknik Penilaian Nilai Wajar................................................. 9
2.5. Input Pada Teknik Penilaian................................................... 10
2.6. Pengungkapan......................................................................... 12
III. STUDI KASUS
3.1. Sebelum Covid-19 Pandemic.................................................. 13
3.2. Pada Masa Covid-19 Pandemic.............................................. 14
IV. KESIMPULAN.............................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA
i
BAB I. PENDAHULUAN
1
dapat diobservasi antar pihak yang tidak berelasi adalah transaksi teratur. PSAK 68
tidak mensyaratkan entitas untuk mengerahkan segala sumber daya untuk melakukan
pengumpulan informasi dalam memutuskan jenis transaksi yang terjadi. Untuk
memecahkan kendala tersebut PSAK 68 mencakup panduan yang memberikan
penjelasan bahwa entitas tidak dapat mengabaikan informasi yang dapat diobservasi
pada tanggal pelaporan, namun entitas harus memberikan bobot pertimbangan yang
lebih rendah untuk harga pasar yang terjadi ketika suatu transaksi dianggap tidak
teratur, bila dibandingkan dengan harga pasar yang terjadi sebelumnya disaat
transaksi tersebut terjadi.
Jika entitas menyimpulkan menggunakan teknik valuasi (Level 2 dan 3) dalam
proses pengukuran nilai wajar suatu asset atau liabilitas, dapat mempertimbangkan
dampak dari covid-19 pandemic untuk menyesuaikan berbagai asumsi yang dapat
terjadi termasuk bunga, credit spread, dan sebagainya. Perusahaan atau entitas harus
lebih memikirkan dampak dari ketidakpastian hadirnya Covid-19 karena akibat dari
resiko yang meningkat, pelaku pasar dapat mengharapkan tingkat pengembalian yang
lebih besar sebagai kompensasi dari ketidakpastian arus kas yang melekat pada
instrument keuangan.
Dalam melaksanakan suatu perencanaan perlu adanya pertimbangan yang
matang agar dapat memperoleh keuntungan setinggi mungkin dan mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Selain itu, hadirnya Covid-19 berdampak sangat besar terhadap
entitas dan perekonomian sehingga diperlukan prosedur agar dapat menagani situasi
yang sulit untuk terprediksi saat ini. Dengan dipublikasikannya petunjuk baru
mengenai PSAK 68 tentang pengukuran Nilai Wajar, dapat menjadi panduan dalam
memberikan pertimbangan tanpa mengubah isi dari PSAK 68.
2
BAB II. PEMBAHASAN
3
b. Investasi program manfaat purnakarya yang diukur pada nilai wajar
sesuai dengan PSAK 18 : Akuntansi dan Pelaporan program Manfaat
Purnakarya
c. Aset yang jumlah terpulihkannya adalah nilai wajar dikurangi biaya
pelepasan sesuai dengan PSAK 48
Asset atau liabilitas yang dapat diukur pada nilai wajar dapat terdiri dari salah
satu hal sebagai berikut:
a) Asset atau liabilitas yang berdiri sendiri (contohnya instrument keuangan atau
asset non keuangan); atau
b) Sekelompok asset, sekelompok liabilitas atau sekelompok asset dan liabilitas
(contohnya unit penghasilan kas atau bisnis).
2.2.1 Transaksi
Pengukuran nilai wajar mengasumsikan bahwa asset atau liabilitas
dipertukarkan dalam transaksi teratur antara pelaku pasar untuk menjual
asset atau mengalihkan liabilitas pada tanggal pengukuran dalam kondisi
pasar saat ini. Pengukuran nilai wajar mengasumsikan bahwa transaksi
untuk menjual asset atau mengalihkan liabilitas terjadi:
a) Di pasar utama untuk asset atau liabilitas tersebut
b) Jika tidak terdapat pasar utama, di pasar yang paling menguntungkan
untuk asset atau liabilitas tersebut.
Entitas tidak perlu melaksanakan pencarian menyeluruh atas seluruh pasar
yang ada untuk mengidentifikasi pasar utama atau jika terdapat pasar
utama, pasar yang paling menguntungkan, namun entitas
memperhitungkan seluruh informasi yang sewajarnya tersedia. Jika
terdapat pasar utama untuk asset atau liabilitas, maka pengukuran nilai
wajar merepresentasikan harga di pasar tersebut. Bahkan jika harga di
pasar yang berbeda berpotensi lebih menguntungkan pada tanggal
pengukuran.
4
2.2.2 Pelaku Pasar
Entitas mengukur nilai wajar suatu asset atau liabilitas menggunakan
asumsi yang akan digunakan pelaku pasar ketika menentukan harga asset
atau liabilitas tersebut, dengan asumsi bahwa pelaku pasar bertindak
dalam kepentingan ekonomik terbaiknya. Entitas mengidentifikasikan
pelaku pasar secara umum, mempertimbangkan faktor yang spesifik untuk
hal-hal sebagai berikut:
a) Asset atau liabilitas
b) Pasar utama atau pasar yang paling menguntungkan untuk asset dan
liabilitas
c) Pelaku pasar yang akan melakukan transaksi dengan entitas di pasar
tersebut.
2.2.3 Harga
Nilai wajar adalah harga yang akan diterima untuk menjual suatu asset
atau harga yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam
transaksi teratur di pasar utama (pasar yang paling menguntungkan)
pada tanggal pengukuran berdasarkan kondisi pasar saat ini (yaitu
harga keluaran) terlepas apakah harga tersebut dapat diobservasi
secara langsung atau diestimasi menggunakan teknik penilaian lain.
5
asset atau liabilitas lain, yaitu kombinasi, asset pelengkap, dan
relevan dari kelompok asset.
b) Penggunaan tertinggi dan terbaik asset non keuangan dapat
menyediakan nilai maksimum kepada pelaku pasar secara
tersendiri.
Pengukuran nilai wajar asset non keuangan mengasumsikan bahwa
asset dijual secara konsisten dengan unit akun sebagaimana
dijelaskan dalam SAK, bahkan ketika pengukuran nilai wajar
tersebut mengasumsikan bahwa penggunaan tertinggi dan terbaik
asset adalah untuk digunakan dalam kombinasi dengan asset lain
atau dengan asset dan liabilitas lain, Karena pengukuran nilai
wajar mengasumsikan bahwa pelaku pasar telah memiliki asset
pelengkap dan liabilitas terkait.
6
Entitas mengukur liabilitas dan instrument ekuitas sebagai berikut:
a) Menggunakan harga kuotasian di pasar aktif untuk liabilitas atau
instrument ekuitas yang identik yang dimiliki oleh pihak lain
sebagai asset, jika harga tersebut tersedia.
b) Jika harga tersebut tidak tersedia, maka menggunakan input lain
yang dapat diobservasi, seperti harga kuotasian di pasar yang tidak
aktif untuk liabilitas atau instrument ekuitas yang identik yang
dimiliki pihak lain sebagai asset
c) Jika harga yang dapat diobservasi dalam (a) dan (b) tidak tersedia,
maka menggunakan teknik penilaian lain, seperti:
i. Pendekatan penghasilan (income approach), contohnya teknik
nilai kini yang memperhitungkan nilai arus kas dim as adepan
yang diharapkan akan diterima pelaku pasar dari kepemilikan
atas liabilitas atau instrument entitas sebagai asset;
ii. Pendekatan pasar (market approach), contohnya menggunkan
harga kuotasian untuk liabilitas atau instrument ekuitas yang
serupa dimiliki pihak lain sebagai asset.
2.2.6 Liabilitas dan Instrumen Ekuitas yang tidak dimiliki pihak lain
sebagai asset
Ketika harga koutasian untuk pengalihan liabilitas atau instrument ekuitas
milik entitas sendiri yang identik atau serupa tidak tersedia dan liabilitas
atau instrument ekuitas milik entitas sendiri yang identik tidak dimiliki
oleh pihak lain sebagai asset, entitas mengukur nillai wajar liabilitas atau
instrument ekuitas menggunakan teknik penilaian dari perspektif pelaku
pasar yang memiliki liabilitas atau telah menerbitkan klaim atas ekuitas.
7
kualitas kredit (contohnya jaminan utang oleh pihak ketiga) dalam
pengukuran nilai wajar liabilitas. Jika peningkatan kualitas kredit dicatat
secara terpisah dari liabilitas, maka penerbit akan memperhitungkan
reputasi kreditnya dan bukan reputasi kredit dari peminjam pihak ketiga
ketika mengukur nilai wajar liabilitas.
8
c. Diisyaratkan atau telah menentukan untuk mengukur asset dan liabilitas
keuangan tersebut pada nilai wajar dalam laporan posisi keuangan pada
setiap akhir periode pelaporan.
9
PSAK No.68 tahun 2013 tentang Pengukuran Nilai Wajar, teknik penilaian nilai
wajar, yaitu:
1. Pendekatan Pasar (Market Approach)
Pendekatan pasar (market approach) menggunakan harga dan informasi
relevan lain yang dihasilkan oleh transaksi pasar yang melibatkan asset,
liabilitas, atau kelompok asset dan liabilitas yang identik atau serupa seperti
bisnis.
2. Pendekatan Biaya (Cost Approach)
Pendekatan biaya (cost apptoach) mencerminkan jumlah yang dibutuhkan
saat ini untuk menggantikan kapasitas manfaat (service capacity) asset atau
sebagai biaya pengganti saat ini.
3. Pendekatan Penghasilan (Income Approach)
Pendekatan penghasilan (income approach) mengkonversi jumlah masa depan
(contohnya arus kas atau penghasilan dan beban) ke suatu jumlah tunggal saat
ini yang didiskontokan. Ketika pendekatan penghasilan digunakan,
pengukuran nilai wajar mencerminkan harapan pasar saat ini mengenai jumlah
masa depan tersebut.
10
Pada paragraf 69 terdapat beberapa pengecualian terhadap input level 1,
antara lain:
a. Ketika entitas memiliki dalam jumlah besar asset atau liabilitas
(misalnya, surat utang) yang serupa (tetapi tidak identik) yang diukur
pada nilai wajar dan harga kuotasian dalam pasar aktif yang tersedia
tetapi tidak dapat diakses untuk setiap asset atau liabilitas yang serupa
yang dimiliki oleh individual.
b. Ketika harga kuotasian di pasar aktif tidak mempresentasikan nilai
wajar pada tanggal pengukuran.
c. Ketika mengukur nilai wajar liabilitas atau instrument ekuitas milik
entitas sendiri menggunakan harga kuotasian yang identik
diperdagangkan di pasar aktif dan harga tersebut perlu untuk
disesuaikan untuk faktor yang spesifik.
2. Input Level 2
Input level 2 adalah input selain harga kuotasian yang termasuk dalam
level 1 yang dapat diobservasi untuk asset atau liabilitas, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Jika asset atau liabilitas memiliki
persyaratan (kontraktual) yang spesifik, maka input level 2 harus dapat
diobservasi untuk keseluruhan jangka waktu yang substansial dari asset
atau liabilitas tersebut. Hal-hal yang termasuk input level 2, yaitu:
a. Harga kuotasian untuk asset atau liabilitas di pasar aktif.
b. Harga kuotasian untuk asset atau liabilitas yang identik atau yang
serupa di pasar yang tidak aktif.
c. Input selain harga kuotasian yang dapat diobservasi untuk asset atau
liabilitas.
d. Input yang diperkuat pasar (market-corroborated inputs).
3. Input Level 3
Input level 3 adala input yang tidak dapat diobservasi untuk asset atau
liabilitas. Input yang tidak dapat diobservasi digunakan untuk mengukur
nilai wajar sejauh input yang diobservasi yang relevan tidak tersedia,
sehingga memungkinkan adanya situasi dimana terdapat sedikit, jika ada,
aktivitas pasar untuk asset atau liabilitas pada tanggal pengukuran.
Ketiga level ini hanya digunakan untuk memilih input dalam teknik penilaian
(seperti pendekatan pasar). Ketiga level ini tidak digunkan secara langsung
dalam menciptakan nilai wajar asset dan liabilitas.
11
2.6 Pengungkapan
Entitas mengungkapkan informasi yang membantu pengguna laporan
keuangannya untuk menilai kedua hal sebagai berikut:
a) Untuk asset dan liabilitas yang diukur pada nilai wajar secara berulang
(recurring) atau tidak berulang (non-reccuring) dalam laoran posisi keuangan
setelah pengakuan awal, teknik penilaian dan input yang digunakan untuk
untuk mengembanagkan pengukuran tersebut.
b) Untuk pengukuran nilai wajar yang berulang yang menggunakan input yang
tidak dapat diobservasi yang signifikan (level 3), dampak dari pengukuran
terhadap laba rugi atau penghasilan komprehensif lain untuk periode tersebut.
12
BAB III. STUDI KASUS
13
3.2 Pada Masa Covid-19 Pandemic
Akibat dari Covid-19 Pandemic, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengeluarkan
panduan penyusunan laporan keuangan terutama dalam menerapkan ketentuan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 71 tentang Instrumen Keuangan
dan PSAK 68 tentang Pengukuran Nilai Wajar. Panduan ini dikeluarkan terkait
dengan dampak pandemic covid-19 yang telah menimbulkan ketidakpastian ekonomi
global dan domestik secara signifikan mempengaruhi pertimbangan (judgement)
entitas dalam menyusun laporan keuangan.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan mempertimbangkan release DSAK-IAI
pada tanggal 5 April tentang Dampak Pandemi Covid-19 terhadap PSAK 68 tentang
Pengukuran Nilai Wajar, juga memberikan panduan penyesuaian bagi perbankan
dalam pengukuran nilai wajar khususnya terkait penilaian surat-surat berharga. Hal
ini mengingat tingginya volatilitas dan penurunan signifikan volume transaksi di
bursa efek dan mempengaruhi pertimbangan bank dalam menentukan nilai wajar dari
surat berharga. Beberapa panduan yang diberikan kepada bank yaitu:
1. Menunda penilaian yang mengacu pada harga pasar (mark to market) untuk Surat
Utang Negara dan surat-surat berharga lain yang diterbitkan Pemerintah termasuk
surat berharga yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, selama 6 (enam) bulan.
Selama masa penundaan, perbankan dapat menggunakan harga kuotasian tanggal
31 maret 2020 untuk penilaian surat berharga tersebut.
2. Menunda penilaian yang mengacu pada harga pasar (mark to market) untuk surat-
surat berharga lain selama 6 (enam) bulan sepanjang perbankan menyakini kinerja
penerbit (issuer) surat-surat berharga tersebut dinilai baik sesuai kriteria tertentu
yang ditetapkan. Selama masa penundaan, perbankan dapat menggunakan harga
kuotasian tanggal 31 maret 2020 untuk penilaian surat-surat berharga tersebut.
Apabila kinerja issuer dinilai tidak/ kurang baik, maka perbankan dapat
melakukan penilaian berdsarkan model sendiri dengan menggunakan berbagai
asumsi suku bunga, credit spread, risiko kredit issuer, dan sebagainya
3. Melakukan pengungkapan yang menjelaskan perbedaan perlakuan akuntansi yang
menace pada panduan OJK dengan SAK sebagaimana dipersyaratkan dalam
PSAK 68.
14
BAB IV. KESIMPULAN
Nilai wajar (fair value) dalam PSAK 68 mendefenisikan nilai wajar sebagai
harga yang akan diterima untuk menjual suatu asset atau harga yang akan dibayar
untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi teratur antara pelaku pasar pada
tanggal pengukuran. Tujuan Pengukuran Nilai wajar adalah untuk mengestimasi
harga dimana transaksi teratur (orderly transaction) untuk menjual asset atau
mengalihkan liabilitas akan terjadi antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran
dalam kondisi pasar saat kini.
Berdasarkan PSAK No.68 tahun 2013 tentang Pengukuran Nilai Wajar, teknik
penilaian nilai wajar, yaitu:
1. Pendekatan Pasar (Market Approach)
Pendekatan pasar (market approach) menggunakan harga dan informasi relevan
lain yang dihasilkan oleh transaksi pasar yang melibatkan asset, liabilitas, atau
kelompok asset dan liabilitas yang identik atau serupa seperti bisnis.
2. Pendekatan Biaya (Cost Approach)
Pendekatan biaya (cost apptoach) mencerminkan jumlah yang dibutuhkan saat ini
untuk menggantikan kapasitas manfaat (service capacity) asset atau sebagai biaya
pengganti saat ini.
3. Pendekatan Penghasilan (Income Approach)
Pendekatan penghasilan (income approach) mengkonversi jumlah masa depan
(contohnya arus kas atau penghasilan dan beban) ke suatu jumlah tunggal saat ini
yang didiskontokan.
15
jumlah asset tercatat menurun akibat revaluasi, maka penurunan tersebut diakui
dalam laporan laba rugi.
b. Investasi Properti.
Nilai wajar investasi properti mencerminkan antara lain penghasilan rental dari
sewa yang sedang berjalan dan asumsi-asumsi yang layak dan rasional yang
mencerminkan keyakinan pihak-pihak yang berkeinginan bertransaksi dan
memiliki pengetahuan memadai mengenai asumsi tentang penghasilan rental dari
sewa di masa depan dengan mengingat kondisi sekarang.
c. Biological Asset
Biological asset dinilai sebesar nilai wajar dikurangi dengan biaya penjualan, baik
pada pengakuan pertama maupun pada tanggal laporan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Wilestari, Median dan Wiwi Afriani. 2019. Penenrapan Nilai Wajar untuk Penilaian
Asset Perusahaan Perbankan pada Bank Permata, Tbk. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan Vol.1 No 1.Jakarta
Martani, Dwi dkk. 2012. Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK. Jakarta:
Salemba Empat.
Admin. 2020. Accounting Standar Resume. https://accountingunsoed.org/accounting-
standar-resume-psak-68. (15 Oktober 2021)
Anonim.2021. Fair Value Accounting. https://www.accountingtools.com/articles/fair-
value-accounting.html. (15 Oktober 2021)
Nino. 2020. Strategi dan Implementasi PSAK 68,71,72 dan 73.
https://www.feb.ui.ac.id/blog/2020/04/28/sobat-alumni-feb-ui-edisi-2-strategi-dan-
implementasi-psak-68-71-72-dan-73/
Buku Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK. Dwi Martani, dkk.
Standar Akuntansi Keuangan (SAK), efektif per 1 Januari 2018, Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI).
PSAK 68 tentang Pengukuran Nilai Wajar
PSAK 68 : Nilai Wajar IFRS 2014
www.ojk.go.id
1
2