Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

AKUNTANSI TOPIK KHUSUS

Dosen Pengampu :
Eka Hariyani, SE., M.Ak., Ak., CA

Disusun Oleh :
Nurul Atika. M – 2102110626
Ratih Kumala Sari – 2102125615

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS RIAU
KATA PENGANTAR
Rasa syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat karunia-
Nya penulis dapat menyusun makalah ini dengan baik dan selesai tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Akuntansi Topik Khusus dari dosen
pengampu mata kuliah, yaitu Ibu Eka Hariyani, SE., M.Ak,. Ak., CA. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk memberikan tambahan wawasan bagi saya sebagai penulis dan bagi para
pembaca.

Terakhir, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka
dari itu kami membutuhkan kritik dan saran yang bisa membangun kemampuan kami, agar
kedepannya bisa menulis makalah dengan lebih baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
para pembaca, dan bagi kami khususnya sebagai penulis.

Pekanbaru, 29 Februari 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ i


DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................................................. 2
BAB II .................................................................................................................................................... 3
ISI ........................................................................................................................................................... 3
1.1 Penyajian Laporan Keuangan Yang Diatur Dalam ISAK 35 ........................................... 3
1.2 Dampak Implementasi ISAK 35 Dalam Penyajian Laporan Keuangan Entitas Nirlaba
7
1.3 Tantangan Yang Dihadapi Oleh Entitas Nirlaba Dalam Menerapkan ISAK 35 Dalam
Penyajian Laporan Keuangan ......................................................................................................... 8
1.4 Contoh Laporan Keuangan Entitas Nirlaba dengan ISAK 35 ....................................... 10
BAB III................................................................................................................................................. 17
PENUTUP ............................................................................................................................................ 17
3.1 Kesimpulan .......................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Entitas nirlaba, seperti organisasi amal, yayasan atau Lembaga pemerintah, memiliki
peranan penting dalam menyediakan layanan sosial, pendidikan atau lingkungan. Laporan
keuangan adalah instrument penting untuk mengkomunikasikan kinerja keuangan dan
transparansi dalam pengelolaan sumber daya kepada para pemangku kepentingan,
termasuk donator, pemegang saham atau publik.
Entitas nirlaba seringkali menghadapi tantangan tersendiri dalam penyusunan laporan
keuangan karena karakteristik unik dari kegiatan mereka, seperti adanya pendapatan dari
sumber- sumber yang beragam, restrukturisasi dana dan pertanggungjawaban kepada
pemangku kepentingan dengan kepentingan yang beragam.
Standar seperti ISAK 35 memberikan panduan dan pedoman spesifik untuk penyajian
laporan keuangan entitas nirlaba. Memahami pernyataan dan prinsip- prinsip yang
terkandung dalam standar ini penting bagi para praktisi akuntansi, auditor dan manajemen
entitas untuk memastikan kepatuhan dan transparansi dalam pelaporan keuangan mereka.
Implementasi standar seperti ISAK 35 dapat menghadapi tantangan tertentu, termasuk
pemahaman yang mendalam tentang kebutuhan spesifik entitas nirlaba, kemampuan untuk
mengukur dan melaporkan kinerja non-keuangan, serta kepatuhan terhadap persyaratan
hukum dan peraturan yang berlaku.
Penyajian laporan keuangan yang tepat dan transparan tidak hanya memenuhi
persyaratan regulasi, tetapi juga meningkatkan kepercayaan publik, mendukung
pengambilan keputusan yang berbasis data, serta memperkuat akuntabilitas dan integritas
organisasi nirlaba di mata pemangku kepentingan.
1.2 Perumusan Masalah
1. Bagaimana penyajian laporan keuangan entitas nirlaba diatur dalam ISAK 35?
2. Apa yang menjadi poin utama yang harus dipahami tentang ISAK 35 dalam konteks
penyajian laporan keuangan entitas nirlaba?
3. Apa dampak implementasi ISAK 35 terhadap proses penyusunan dan audit laporan
keuangan entitas nirlaba?
4. Apakah tantangan yang dihadapi oleh entitas nirlaba dalam menerapkan ISAK 35
dalam penyajian laporan keuangannya?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Memahami Regulasi Penyajian Laporan Keuangan Entitas Nirlaba dalam ISAK
2. Mengidentifikasi Poin Penting dalam ISAK 35 untuk Penyajian Laporan Keuangan
Entitas Nirlaba:
3. Menyelidiki Dampak Implementasi ISAK 35 terhadap Proses Penyusunan dan Audit
Laporan Keuangan Entitas Nirlaba
4. Menganalisis Tantangan yang Dihadapi oleh Entitas Nirlaba dalam Menerapkan
ISAK 35 dalam Penyajian Laporan Keuangannya

2
BAB II
ISI
1.1 Penyajian Laporan Keuangan Yang Diatur Dalam ISAK 35
ISAK 35, sebagai standar yang dikeluarkan dalam kerangka kerja International
Standard on Auditing in the ISA Framework (ISAK), memberikan panduan yang
terperinci tentang penyajian laporan keuangan untuk entitas nirlaba. Persyaratan yang
diatur dalam ISAK 35 meliputi beberapa aspek kunci yang harus dipenuhi oleh entitas
dalam penyusunan laporan keuangannya.
1. Pengukuran asset dan kewajiban
Dalam ISAK 35, terdapat beberapa metode pengukuran yang diperbolehkan
untuk aset dan kewajiban entitas nirlaba. Setiap metode pengukuran memiliki
karakteristik dan kelebihan yang berbeda, sehingga penting bagi entitas untuk memilih
metode yang paling sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan mereka. Berikut adalah
penjelasan tentang beberapa metode pengukuran yang umum digunakan serta panduan
praktis untuk memilih metode yang sesuai:
a. Nilai Wajar (Fair Value):
Nilai wajar adalah harga yang dapat diperoleh dari penjualan aset atau
kewajiban dalam transaksi pasar yang normal pada tanggal laporan keuangan.
Nilai wajar sering digunakan untuk aset finansial yang diperdagangkan secara
aktif di pasar.
Metode pengukuran nilai wajar cocok digunakan untuk aset atau kewajiban
yang memiliki nilai pasar yang mudah ditentukan, seperti investasi yang
diperdagangkan di pasar saham atau obligasi yang diperdagangkan di pasar
sekunder.
b. Biaya Historis (Historical Cost):
Biaya historis adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh atau
menghasilkan aset pada saat awalnya. Metode ini mencatat aset dan kewajiban
dengan nilai yang sama dengan biaya yang dikeluarkan untuk memperolehnya.
Metode biaya historis sering digunakan untuk aset yang memiliki nilai wajar
yang sulit untuk ditentukan dengan pasti, seperti aset tetap yang dimiliki dalam
jangka panjang dan tidak diperdagangkan di pasar.
c. Nilai Tercatat Bersih (Net Realizable Value):

3
Nilai tercatat bersih adalah perkiraan jumlah yang dapat diperoleh dari
penjualan aset setelah dikurangi biaya penjualan yang diperlukan. Metode ini
sering digunakan untuk mengukur nilai inventaris atau piutang.
Metode nilai tercatat bersih cocok digunakan untuk aset yang memiliki nilai
pasar yang mudah ditentukan, tetapi memerlukan penyesuaian untuk
memperhitungkan biaya penjualan yang diperlukan.
d. Nilai Wajar dengan Penyesuaian untuk Efek Pengukuran (Fair Value with
Adjustment for Measurement Uncertainty):
Nilai wajar dengan penyesuaian untuk efek pengukuran adalah nilai wajar yang
disesuaikan untuk memperhitungkan ketidakpastian dalam pengukuran nilai
wajar.
Metode ini cocok digunakan untuk aset atau kewajiban yang memiliki
ketidakpastian dalam penentuan nilai wajar, misalnya, ketika terdapat sedikit
data pasar yang tersedia.

Pemilihan metode pengukuran yang tepat harus mempertimbangkan karakteristik dan


kebutuhan khusus entitas nirlaba, seperti jenis aset atau kewajiban yang dimiliki, tingkat
likuiditas, dan tujuan penyajian informasi keuangan. Sebelum memilih metode
pengukuran, entitas sebaiknya melakukan evaluasi menyeluruh terhadap keuntungan dan
kerugian potensial dari setiap metode yang tersedia, serta mempertimbangkan konsistensi
dan relevansi informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.

2. Pengungkapan informasi yang relevan

ISAK 35 menetapkan persyaratan yang ketat terkait dengan pengungkapan informasi


dalam laporan keuangan entitas nirlaba. Pengungkapan ini bertujuan untuk memberikan
pemahaman yang lengkap dan jelas tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas entitas
kepada pemangku kepentingan. Berikut adalah beberapa persyaratan pengungkapan yang
diatur dalam ISAK 35:

a. Informasi yang Harus Disajikan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan:


• Detail Kebijakan Akuntansi: Entitas diwajibkan untuk mengungkapkan
kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan.
Hal ini meliputi metode pengukuran yang digunakan, pengakuan
pendapatan dan beban, serta metode penyusutan dan amortisasi.

4
• Estimasi dan Penilaian: Entitas harus mengungkapkan estimasi dan
penilaian yang signifikan yang dibuat oleh manajemen yang mempengaruhi
jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Ini termasuk estimasi nilai
wajar aset dan kewajiban, estimasi umur ekonomis aset, dan estimasi nilai
penyusutan.
• Informasi Tambahan: ISAK 35 juga menuntut pengungkapan informasi
tambahan yang relevan untuk memahami laporan keuangan, seperti
perubahan signifikan dalam kebijakan akuntansi, peristiwa pasca-tanggal
laporan, dan informasi tentang risiko dan ketidakpastian.
b. Cara Penyajian Informasi yang Memenuhi Standar Transparansi dan
Relevansi:
• Keterbacaan dan Keterperincian: Informasi harus disajikan dengan cara
yang mudah dimengerti dan mudah dibaca oleh pengguna laporan
keuangan. Pengungkapan juga harus cukup rinci untuk memberikan
pemahaman yang menyeluruh tentang kondisi keuangan dan kinerja entitas.
• Komparabilitas: Informasi yang disajikan harus memungkinkan
pembandingan antara periode yang berbeda dan dengan entitas lain. Hal ini
memungkinkan pengguna laporan keuangan untuk melakukan analisis yang
lebih mendalam terhadap kinerja entitas.
• Relevansi: Informasi yang disajikan harus relevan dengan kebutuhan
pengguna laporan keuangan. Pengungkapan yang relevan membantu
pengguna dalam pengambilan keputusan yang tepat terkait dengan entitas
nirlaba.

3. Penyajian catatan atas kebijakan akuntansi yang digunakan

Penyajian catatan atas kebijakan akuntansi merupakan bagian integral dari laporan
keuangan entitas nirlaba yang mematuhi ISAK 35. Catatan ini memiliki peran penting
dalam memberikan pemahaman yang lebih baik tentang kebijakan akuntansi yang
diterapkan oleh entitas dan implikasinya terhadap pengukuran, pengakuan, dan
pengungkapan dalam laporan keuangan. Berikut adalah penjelasan tentang pentingnya
penyajian catatan atas kebijakan akuntansi dalam konteks ISAK 35 dan pedoman tentang
informasi yang harus disertakan dalam catatan tersebut:

5
Pentingnya Penyajian Catatan Atas Kebijakan Akuntansi dalam Konteks ISAK 35:

• Transparansi: Catatan atas kebijakan akuntansi membantu memperjelas kebijakan yang


diterapkan oleh entitas dalam proses penyusunan laporan keuangannya. Ini
memberikan transparansi kepada pemangku kepentingan tentang dasar-dasar yang
digunakan untuk mengukur, mengakui, dan mengungkapkan aset, kewajiban,
pendapatan, dan beban.
• Konsistensi: Penyajian catatan atas kebijakan akuntansi memastikan konsistensi dalam
penerapan kebijakan akuntansi dari satu periode pelaporan ke periode pelaporan
berikutnya. Hal ini penting untuk memahami perubahan yang mungkin terjadi dalam
metode akuntansi serta dampaknya terhadap informasi keuangan entitas.
• Kepatuhan terhadap Standar: Dengan menyajikan catatan atas kebijakan akuntansi,
entitas menunjukkan ketaatan terhadap standar akuntansi yang berlaku, seperti ISAK
35. Ini membantu memastikan bahwa laporan keuangan disusun sesuai dengan
pedoman yang ditetapkan oleh organisasi yang berwenang.

Informasi yang Harus Disertakan dalam Catatan Atas Kebijakan Akuntansi:

1. Deskripsi Kebijakan Akuntansi: Catatan harus mencakup deskripsi lengkap dari


kebijakan akuntansi yang diterapkan oleh entitas, termasuk metode pengukuran,
pengakuan pendapatan, beban, aset, dan kewajiban.
2. Perubahan Kebijakan Akuntansi: Jika terdapat perubahan dalam kebijakan akuntansi
dari periode sebelumnya, catatan harus menyertakan penjelasan tentang alasan
perubahan tersebut serta dampaknya terhadap laporan keuangan.
3. Estimasi dan Penilaian: Catatan harus menjelaskan estimasi dan penilaian signifikan
yang dibuat oleh manajemen, seperti estimasi nilai wajar, estimasi usia ekonomis aset,
dan penilaian risiko kredit.
4. Pembanding: Catatan harus memungkinkan pembanding antara kebijakan akuntansi
yang diterapkan oleh entitas dengan kebijakan yang mungkin diterapkan oleh entitas
sejenis atau dalam industri yang sama.
5. Referensi ke Standar Akuntansi: Catatan harus mencantumkan referensi ke standar
akuntansi yang relevan, seperti ISAK 35, untuk memudahkan pemahaman lebih lanjut
tentang kebijakan yang diterapkan.

Dengan menyajikan catatan atas kebijakan akuntansi yang lengkap dan relevan, entitas
nirlaba dapat meningkatkan transparansi, konsistensi, dan kepatuhan terhadap standar

6
akuntansi yang berlaku. Ini akan membantu pemangku kepentingan dalam memahami dasar-
dasar yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan serta membuat keputusan yang
informasi.

1.2 Dampak Implementasi ISAK 35 Dalam Penyajian Laporan Keuangan Entitas


Nirlaba
Implementasi ISAK 35 memiliki dampak yang signifikan terhadap proses pelaporan
keuangan entitas nirlaba. Dampak-dampak tersebut mencakup perubahan prosedur, biaya
tambahan, dan upaya pelatihan yang diperlukan. Berikut adalah identifikasi dan analisis
lebih lanjut terhadap dampak dari implementasi ISAK 35:
1. Perubahan Prosedur Pelaporan Keuangan
Implementasi ISAK 35 dapat memicu perubahan dalam prosedur penyusunan dan
penyajian laporan keuangan. Entitas mungkin perlu merevisi dan menyesuaikan proses
internal mereka untuk mematuhi persyaratan baru yang diatur oleh standar tersebut. Hal
ini dapat meliputi perubahan dalam metode pengukuran, pengungkapan informasi, dan
penyajian catatan atas kebijakan akuntansi.
Perubahan prosedur ini dapat memerlukan waktu dan sumber daya tambahan dari
entitas. Proses adaptasi terhadap persyaratan baru membutuhkan pemahaman
mendalam tentang standar, evaluasi dampaknya terhadap proses yang ada, serta
implementasi perubahan dengan hati-hati agar kepatuhan terhadap ISAK 35 tercapai.
2. Biaya Tambahan
Implementasi ISAK 35 dapat menyebabkan timbulnya biaya tambahan bagi entitas.
Biaya tersebut mungkin termasuk biaya konsultasi profesional, biaya pelatihan
karyawan, biaya sistem informasi baru, atau biaya audit tambahan untuk memastikan
kepatuhan terhadap standar baru.
Biaya tambahan ini dapat menjadi beban keuangan bagi entitas nirlaba, terutama bagi
yang memiliki keterbatasan sumber daya. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi
yang cermat terhadap biaya yang terkait dengan implementasi ISAK 35, dan upaya
perencanaan yang matang untuk mengalokasikan sumber daya dengan efisien.
3. Upaya Pelatihan yang Diperlukan
Implementasi ISAK 35 mungkin memerlukan upaya pelatihan yang intensif bagi
karyawan entitas, terutama bagi staf akuntansi dan keuangan yang bertanggung jawab
atas penyusunan laporan keuangan. Pelatihan ini diperlukan agar karyawan memahami

7
persyaratan baru yang diatur oleh standar tersebut dan dapat menerapkannya dengan
tepat.
Upaya pelatihan yang diperlukan akan memerlukan alokasi waktu dan sumber daya
manusia dari entitas. Perencanaan yang matang mengenai pelatihan, termasuk
pemilihan metode pelatihan yang efektif dan pengaturan jadwal yang sesuai dengan
kebutuhan entitas, akan membantu meminimalkan gangguan pada proses operasional
sehari-hari.
1.3 Tantangan Yang Dihadapi Oleh Entitas Nirlaba Dalam Menerapkan ISAK 35
Dalam Penyajian Laporan Keuangan

Menerapkan ISAK 35 dapat menghadirkan sejumlah tantangan bagi entitas nirlaba.


Berikut adalah pembahasan tentang tantangan-tantangan tersebut beserta strategi untuk
mengatasinya:

1. Kompleksitas Standar Akuntansi:

ISAK 35 mungkin memiliki persyaratan yang kompleks dan teknis, yang dapat sulit
dipahami oleh entitas nirlaba, terutama yang memiliki keterbatasan sumber daya atau
keahlian akuntansi yang terbatas.

Untuk itu entitas dapat mengadopsi pendekatan yang proaktif dalam memahami
standar tersebut. Ini meliputi pelatihan dan pendidikan tambahan bagi staf akuntansi,
konsultasi dengan profesional akuntansi atau auditor, dan penerapan perangkat lunak
atau alat bantu lainnya untuk membantu pemahaman dan penerapan standar dengan
lebih efisien.

2. Keterbatasan Sumber Daya:

Entitas nirlaba seringkali menghadapi keterbatasan sumber daya, baik itu dalam hal
keuangan, tenaga kerja, atau infrastruktur teknologi. Implementasi ISAK 35
memerlukan investasi tambahan dalam hal waktu, uang, dan tenaga manusia.

Untuk itu entitas dapat melakukan perencanaan anggaran yang cermat untuk
mengalokasikan sumber daya yang tersedia dengan efisien. Ini termasuk menentukan
prioritas implementasi, mencari pendanaan tambahan jika diperlukan, dan
memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan efisiensi proses akuntansi.

8
3. Perubahan Budaya Organisasi
Implementasi ISAK 35 mungkin memerlukan perubahan dalam budaya organisasi,
terutama dalam hal kepatuhan terhadap standar baru, kolaborasi antardepartemen, dan
fokus pada transparansi dan akuntabilitas.
Untuk itu manajemen dapat memimpin dengan contoh yang baik dalam mendukung
perubahan budaya. Ini termasuk menyampaikan pentingnya kepatuhan terhadap standar
akuntansi, memfasilitasi komunikasi terbuka antardepartemen, dan memberikan
pengakuan dan insentif kepada staf yang berkontribusi pada keberhasilan implementasi
ISAK 35.
4. Kesiapan Sistem Informasi
Sistem informasi yang ada mungkin perlu dimodifikasi atau ditingkatkan untuk
mendukung implementasi ISAK 35. Hal ini dapat membutuhkan waktu dan biaya
tambahan. Entitas dapat melakukan audit kebutuhan sistem informasi yang diperlukan
untuk mendukung kepatuhan terhadap standar baru. Selanjutnya, mereka dapat
mengembangkan rencana perubahan yang terarah dan mengalokasikan sumber daya
yang diperlukan untuk memperbarui atau meningkatkan sistem yang ada.

9
1.4 Contoh Laporan Keuangan Entitas Nirlaba dengan ISAK 35
1. Laporan Posisi Keuangan

10
11
2. Laporan Penghasilan Komprehensif

12
13
3. Laporan perubahan Aset Neto

14
4. Laporan Arus Kas

15
16
BAB III.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Melalui pembahasan mengenai penyajian laporan keuangan entitas nirlaba sesuai


dengan ISAK 35, dapat disimpulkan bahwa standar tersebut memberikan panduan yang
komprehensif dalam memenuhi persyaratan akuntansi yang relevan dan transparan.
Dalam proses penyusunan laporan keuangan, entitas nirlaba dihadapkan pada berbagai
aspek, termasuk pengukuran aset dan kewajiban, pengungkapan informasi, serta
penyajian catatan atas kebijakan akuntansi yang digunakan.

Pemilihan metode pengukuran yang tepat, pengungkapan informasi yang relevan,


serta penyajian catatan atas kebijakan akuntansi yang jelas merupakan langkah penting
dalam memastikan kepatuhan terhadap ISAK 35 dan memberikan pemahaman yang
komprehensif kepada pemangku kepentingan. Implementasi ISAK 35 dapat membawa
dampak signifikan terhadap proses pelaporan keuangan, termasuk perubahan prosedur,
biaya tambahan, dan upaya pelatihan yang diperlukan.

Tantangan-tantangan yang dihadapi oleh entitas nirlaba dalam menerapkan ISAK


35 membutuhkan strategi yang tepat untuk mengatasinya, mulai dari memahami
standar dengan baik, mengalokasikan sumber daya secara efisien, hingga mengelola
perubahan budaya organisasi. Dengan perencanaan yang matang, komunikasi yang
efektif, dan kesiapan yang baik, entitas nirlaba dapat berhasil mengimplementasikan
ISAK 35 dan meningkatkan kualitas penyajian laporan keuangannya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Gustani. (2021). Jenis dan Format Laporan Keuangan Entitas Nonlaba Versi ISAK 35.
Retrieved from https://www.gustani.id/2021/06/jenis-dan-format-laporan-keuangan-
entitas-nonlaba.html
Lestari, F. A. (2022). Analisa Penerapan ISAK (Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan)
No. 35 pada Penyajian Laporan Keuangan Kelomok Tani Sri Rejeki II. Jurnal
Gentiaras Manajemen dan Akuntansi, 223-232.
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) No. 35 : Penyajian Laporan Keuangan Entitas Nirlaba.
(n.d.).

18

Anda mungkin juga menyukai