Anda di halaman 1dari 24

KEWAJARAN LAPORAN KEUANGAN DAN

KETIDAKSESUAIAN DENGAN STANDAR

TUGAS KULIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk pemenuhan tugas mata kuliah

Pengauditan II

Dosen Pengampu :
Dedi Rusdi, S.E., M.Si., Akt., CA

Disusun oleh :

Dyarma Prasetya Dwisthi Nugraha 31402000212


Nurdiana Wulandari 31402000243
Ayu Intan Pratiwi 31402000328

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2020

i
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kami haturkan kepada Allah Subbhanahu Wata’ala
yang telah memberikan banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “KEWAJARAN LAPORAN
KEUANGAN DAN KETIDAKSESUAIAN DENGAN STANDAR” dengan
baik tanpa ada halangan yang berarti.

Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa


masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa,
susunan kalimat maupun isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati , kami
selaku penyusun menerima segala kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Dengan makalah ini kami berharap dapat membantu mahasiswa mengetahui


tentang kewajaran laporan keuangan dan ketidaksesuaian dengan standar, dan
makalah ini dibuat untuk melengkapi nilai tugas Mata Kuliah Pengaditan II.

Demikian yang bisa kami sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah
khazanah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk mahasiswa.

Semarang, 19 Desember 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

JUDUL ..................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Ruang Lingkup Penulisan ........................................................................ 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
2.1. Pengetian Kewajaran dalam Akuntansi .................................................... 3
2.2. Prinsip Akuntansi ..................................................................................... 4
2.3. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang Berlaku di Indonesia ............ 6
2.3.1 Standar Akuntansi Keuangan yang Berlaku di Indonesia ................. 7
2.3.2 Fungsi Standar Akuntansi. .............................................................. 10
2.4. Konsistensi Penerapan Prinsip Akuntansi .............................................. 10
2.5. Kewajaran Laporan Keuangan atas Ketidaksesuaian dengan Standar ... 16
BAB III ................................................................................................................. 20
3.1. Kesimpulan ............................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Laporan keuangan mempunyai peranan penting dalam proses


pengukuran dan penilaian kinerja perusahaan serta bermanfaat dalam
pengambilan keputusan. Banyak pihak seperti manajemen, pemegang
saham, kreditur, pemerintah dan lain-lain yang membutuhkan informasi di
laporan keuangan. Laporan keuangan harus disusun sedemikian rupa agar
dapat memenuhi kebutuhan dari semua pihak yang membutuhkannya.
Perkembangan pasar modal di Indonesia menyebabkan adanya
permintaan akan transparansi kondisi keuangan perusahaan. Laporan
keuangan disusun dan disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun
untuk memenuhi kebutuhan para pengguna. Laporan harus disajikan secara
wajar dan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku.
Laporan yang disajikan dengan benar dan sesuai standar menjadikan
laporan keuangan tersebut berkualitas, relevan, dan handal. Penyajian
laporan keuangan yang baik sangat dibutuhkan karena akan memengaruhi
pengambilan keputusan pihak-pihak pemangku kepentingan (stakeholders)
di masa yang akan datang.
Laporan keuangan yang tidak wajar dan tidak sesuai dengan Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) yang berlaku akan menyebabkan kerugian
bagi para pemangku kepentingan (stakeholders). Kinerja perusahaan juga
akan terancam jika pengambilan keputusan berdasarkan laporan keuangan
yang tidak wajar dan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
yang berlaku.

1
1.2. Ruang Lingkup Penulisan

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya,


maka ruang lingkup masalah yang diangkat dalam makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Pengertian kewajaran dalam akuntansi.
2. Standar akuntansi yang berlaku di Indonesia.
3. Prinsip akuntansi.
4. Konsistensi penerapan prinsip ekonomi.
5. Kewajaran laporan keuangan dan ketidaksesuaian dengan standar.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengetian Kewajaran dalam Akuntansi

Kewajaran paling tepat dijabarkan dalam literatur dan persyaratan-


persyaratan akuntansi profesional sebagai pernyataan netralitas dari
akuntan dalam pembuatan laporan keuangan. Scott pada tahun 1941,
menyatakan: “Aturan, prosedur, dan teknik akuntansi hendaknya wajar,
tidak bias dan tidak memihak. Jadi salah satu dalil akuntansi dasar yang
mendasari prinsip-prinsip akuntansi dapat dinyatakan sebagai kewajaran-
kewajaran bagi seluruh segmen dari masyarakat bisnis (manajemen, tenaga
kerja, pemegang saham, kreditor, konsumen, dan publik), ditentukan dan
kebiasaan dari semua segmen tersebut sampai pada akhirnya semua
prinsip-prinsip akuntansi yang didasarkan atas dalil di atas akan
menghsilkan akuntansi keuangan bagi hak-hak dan kepentingan-
kepentingan ekonomi yang telah diterbitkan secara resmi menjadi wajar
untuk semua segmen.
Meskipun terdapat anggapan bahwa kewajaran adalah hal yang
subjektif, memiliki dua arti dan karenanya tidak dapat menjadi dasar dari
pengembangan teori akuntansi, namun kewajaran telah menjadi salah satu
tujuan dasar dari akuntansi.
Presepsi dan penerapan penyajian secara wajar dalam pembuatan
dan penyajian laporan keuangan yang telah mengikuti prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku umum, kadang-kadang memberikan konsekuensi
yang kurang menguntungkan, yaitu:
1. Ketidakmampuan untuk mengandalkan pada konsep keadilan yang
sebaliknya justru didedikasikan pada kewajaran dalam distribusi.
2. Ketidakmampuan untuk memperluas ruang lingkup dari
pengungkapan-pengungkapan dalam laporan keuangan di luar
informasi akuntansi keuangan konvensional ke arah kewajaran dalam
pengungkapan.

3
3. Adanya fleksibilitas yang diberikan untuk melakukan manajemen
penghasilan dan perataan laba.
4. Terciptanya iklim untuk praktik-praktik penyelewengan.

2.2. Prinsip Akuntansi

Prinsip akuntansi merupakan dasar atau acuan dalam melaksanakan


proses akuntansi. Adapun prinsip-prinsip akuntansi yang perlu diketahui
adalah sebagai berikut:
1. Prinsip Entitas Ekonomi
Prinsip Entitas Ekonomi atau prinsip kesatuan entitas diartikan
sebagai konsep kesatuan usaha. Dengan kata lain akuntansi
menganggap bahwa perusahaan merupakan sebuah kesatuan
ekonomi yang berdiri sendiri dan terpisah dengan entitas ekonomi
lain bahkan dengan pribadi pemilik. Dengan begitu akuntansi
memisahkan dan membedakan seluruh pencatatan transaksi baik
kekayaan maupun kewajiban perusahaan dengan pribadi pemilik
perusahaan.
2. Prinsip Periode Akuntansi
Pada prinsip periode akuntansi atau prinsip kurun waktu adalah
penilaian dan pelaporan keuangan perusahaan yang dibatasi oleh
periode waktu tertentu. Misalnya sebuah perusahaan menjalankan
usahanya berdasarkan periode akuntansi, mulai pada tanggal 1
Januari hingga tanggal 31 Desember.
3. Prinsip Biaya Historis
Prinsip ini mengharuskan setiap barang atau jasa yang
diperoleh kemudian dicatat berdasarkan semua biaya yang
dikeluarkan dalam mendapatkannya. Sehingga apabila terjadi
pembelian dengan proses tawar-menawar, misalnya ketika
perusahaan hendak membeli bangunan yang di iklannya terpasang
harga 150 juta namun setelah dinego hanya 100 juta, maka yang

4
dinilai atau dicatat adalah harga yang menjadi kesepakatan yaitu
100 juta.
4. Prinsip Satuan Moneter
Pada prinsip ini, pencatatan transaksi hanya dinyatakan
dalam bentuk mata uang dan tanpa melibatkan hal-hal non
kualitatif. Semua pencatatan hanya terbatas pada segala yang bisa
diukur dan dinilai dengan satuan uang. Transaksi non kualitatif
(mutu, prestasi, dan sebagainya) tidak bisa dilaporkan atau tidak
bisa dinilai dalam bentuk uang.
5. Prinsip Kesinambungan Usaha
Prinsip ini menganggap bahwa sebuah entitas ekonomi atau
bisnis akan berjalan secara terus-menerus atau berkesinambungan
tanpa ada pembubaran atau penghentian kecuali terdapat peristiwa
tertentu yang bisa menyanggahnya.
6. Prinsip Pengungkapan Penuh
Laporan keuangan harus mempunyai prinsip pengungkapan
penuh dalam menyajikan informasi yang informatif serta
dimaklumkan sepenuhnya. Dan apabila terdapat informasi yang
tidak dapat disajikan dalam laporan keuangan maka diberi
keterangan tambahan informasi. Informasi tambahan ini bisa
berupa catatan kaki atau lampiran.
7. Prinsip Pengakuan Pendapatan
Pendapatan timbul akibat kenaikan harta yang dihasilkan
oleh kegiatan usaha seperti penjualan, penerimaan bagi hasil dan
yang lainnya. Pendapatan diakui ketika ada kepastian tentang
jumlah atau nominal baik besar/kecil yang bisa diukur secara tepat
dengan harta yang diperoleh dari transaksi penjualan barang
maupun jasa.

5
8. Prinsip Mempertemukan.
Maksud dari prinsip mempertemukan (matching) dalam
akuntansi adalah biaya yang dipertemukan dengan pendapatan yang
diterima dengan tujuan menentukan besar/kecilnya laba bersih
setiap periode. Contohnya pada transaksi pendapatan diterima di
muka. Prinsip ini sangat tergantung pada penentuan pendapatan,
jika pengakuan pendapatan ditunda maka pembebanan pada biaya
juga tidak bisa dilakukan.
9. Prinsip Konsistensi
Prinsip Konsistensi diartikan sebagai prinsip akuntansi yang
digunakan dalam pelaporan keuangan tetap dan digunakan secara
konsisten (tidak berubah-ubah metode dan prosedur). Tujuannya
agar laporan keuangan yang dihasilkan dapat dibandingkan dengan
laporan keuangan pada periode sebelumnya sehingga bisa
memberikan manfaat lebih bagi penggunanya.
10. Prinsip Materialitas
Prinsip akuntansi mempunyai tujuan untuk menyeragamkan
seluruh aturan. Namun kenyataannya tidak semua penerapan
akuntansi itu mentaati teori yang ada, maka tak jarang terjadi
pengungkapan informasi yang sifatnya material atau immaterial.
Semuanya diterapkan sesuai dengan ranah akuntansi yang
orientasinya kepada pengguna laporan keuangan.

2.3. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang Berlaku di Indonesia

Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah format dan prosedur


pembuatan laporan keuangan yang menjadi aturan baku penyajian informasi
keuangan suatu kegiatan usaha atau perusahaan. SAK berisi Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Interpretasi Standar Akuntansi
Keuangan (ISAK), yang diterbitkan oleh Dewan Standar Ikatan Akuntan
Indonesia (DSAK IAI) dan Dewan Standar Syariah Ikatan Akuntan

6
Indonesia (DSAS IAI), serta peraturan regulator pasar modal untuk entitas
yang berada di bawah pengawasannya.
Standar akuntansi di Indonesia mengacu pada teori skala global,
yakni International Financial Reporting Standards (IFRS). SAK berbasis
IFRS berlaku efektif sejak 2014. Ada 4 macam standar akuntansi yang
berkembang di Indonesia, yang disusun mengikuti perkembangan bisnis di
dalam negeri. Keempat standar akuntansi ini digunakan sesuai entitas usaha
dan organisasi yang dijalankan, baik itu perusahaan swasta maupun
lembaga negara.

2.3.1 Standar Akuntansi Keuangan yang Berlaku di Indonesia

1. PSAK-IFRS (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan –


International Financial Reporting Standards)
PSAK-IFRS adalah SAK yang telah mengadopsi IFRS dan
berlaku di Indonesia. PSAK adalah nama lain dari SAK yang
diterbitakan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan yang
dibentuk Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) pada tahun 2012.
Standar ini adalah patokan penyusunan, pencatatan, penyajian,
dan perlakuan laporan keuangan, agar informasi keuangan yang
dihasilkan, relevan bagi pengguna laporan.
PSAK digunakan oleh perusahaan (entitas) yang memiliki
akuntabilitas publik, baik yang sudah terdaftar di pasar modal,
maupun yang masih dalam proses pendaftaran pasar modal.
Alasan IFRS dijadikan pedoman SAK karena Indonesia
merupakan anggota International Federation of Accountants
(IFAC) yang menjadikan IFRS sebagai standar akuntansinya.
Manfaat Penerapan IFRS:
1. Dapat meningkatkan daya banding laporan keuangan.
2. Memberikan informasi berkualitas di pasar modal
internasional.

7
3. Menghilangkan hambatan arus modal internasional dengan
mengurangi perbedaan dalam ketentuan pelaporan keuangan.
4. Mengurangi biaya pelaporan keuangan perusahaan
multinasional dan biaya untuk analisis keuangan bagi para
analis.
5. Dapat meningkatkan kualitas pelaporan keuangan menuju
best practice.
2. SAK-ETAP
SAK-ETAP adalah Standar Akuntansi Keuangan untuk
Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik. Standar ini dipakai oleh
entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik yang signifikan,
sehingga entitas (perusahaan) dimaksud menerbitkan laporan
keuangan untuk tujuan umum bagi penggunaan eksternal.
SAK-ETAP merupakan hasil penyederhanaan standar
akuntansi IFRS yang meliputi tidak adanya penilaian untuk aset
tetap, aset tidak berwujud, dan laporan laba/rugi yang
komprehensif.
Standar akuntansi IFRS yang disederhanakan juga meliputi
tidak adanya pilihan menggunakan nilai revaluasi (wajar), serta
tidak ada pengakuan liabilitas dan aset pajak tangguhan karena
beban pajak diakui sebesar jumlah pajak menurut ketentuan
pajak. Manfaat SAK-ETAP:
1. Membantu perusahaan kecil dan menengah dalam
menyusun laporan keuangannya sendiri.
2. Standar akuntansi ini dinilai lebih sederhana karena
sebagian besar siklus akuntansinya menggunakan
konsep biaya historis. Bentuk pengaturannya juga lebih
sederhana dalam hal perlakuan akuntansi dan relatif
tidak berubah selama beberapa tahun.
3. Laporan akuntasi jadi dapat diaudit dan mendapatkan
opini audit, sehingga laporan keuangan dapat digunakan

8
untuk mejaring dana investasi agar usahanya lebih
berkembang.
4. Implementasi SAK-ETAP lebih mudah dibandingkan
PSAK-IFRS karena lebih sederhana dan tetap dapat
memberikan informasi yang dapat diandalkan dalam
penyajian laporan keuangan.
5. SAK-ETAP mengadopsi IFRS untuk usaha kecil dan
menengah yang dimodifikasi sesuai kondisi Indonesia,
serta dibuat lebih ringkas. Namun, SAK-ETAP juga
masih memerlukan profesional judgement, meski tak
sebanyak untuk PSAK-IFRS.
3. PSAK Syariah
Standar akuntansi keuangan ini adalah standar yang berpatok
pada prinsip hukum agama (syariat) Islam. PSAK Syariah
digunakan oleh entitas yang melakukan transaksi syariah, baik
itu lembaga syariah maupun lembaga non-syariah.
Standar akuntansi ini dikembangkan mengikuti model SAK
umum namun berbasis syariah dengan mengacu pada fatwa
Majelis Ulama Indonesia (MUI). PSAK Syariah mengatur mulai
dari kerangka konseptual penyusunan dan pengungkapan
laporan, penyajian laporan keuangan secara syariah, serta
standar khusus transaksi syariah seperti muharabahah,
musyarakah, mudharabah, salam dan istishna.
4. SAP
SAP (Standar Akuntansi Pemerintah) diterbitkan sebagai
peraturan pemerintah (PP) yang diterapkan untuk entitas
pemerintah dalam menyusun Laporan Keuangan Pemerintah
Pusat (LKPP) dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
(LKPD).
Laporan keuangan pokok menurut Standar Akuntansi
Pemerintah adalah Laporan Realisasi Anggaran, Neraca,

9
Laporan Arus Kas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan. SAP
dibuat untuk menjamin transparansi, partisipasi, dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan negara demi terwujudnya
pemerintahan yang baik dan bersih.

2.3.2 Fungsi Standar Akuntansi.

1. Untuk keseragaman laporan keuangan.


2. Memudahkan penyusunan laporan keuangan.
3. Mempermudah auditor dan pembaca laporan keuangan
untuk memahami dan membandingkan laporan keuangan
entitas berbeda-beda.

2.4. Konsistensi Penerapan Prinsip Akuntansi

Perubahan kadang dimungkinkan dan dibenarkan agar laporan


keuangan dapat menyajikan posisi keuangan organisasi yang sebenarnya
dan untuk menghindari informasi yang menyesatkan. Konsistensi sangat
diperlukan untuk mendukung komparabilitas laporan keuangan dari suatu
periode ke periode berikutnya. Bila laporan keuangan telah menerapkan
konsistensi sebagaimana mestinya maka laporan keuangan audit tidak perlu
menyebutkan frase konsistensi ini.
Tujuan standar konsistensi adalah untuk memberikan jaminan
bahwa jika daya banding laporan keuangan di antara dua periode
dipengaruhi secara material oleh perubahan prinsip akuntansi, auditor akan
mengungkapkan perubahan tersebut dalam laporannya. Juga dinyatakan
secara tersirat dalam tujuan standar tersebut bahwa prinsip akuntansi
tersebut telah diamati konsistensi penerapannya dalam setiap periode
akuntansi yang bersangkutan. Standar pelaporan tersebut secara tersirat
mengandung arti bahwa auditor puas bahwa daya banding laporan
keuangan di antara dua periode akuntansi tidak dipengaruhi secara material
oleh perubahan prinsip akuntansi dan bahwa prinsip akuntansi tersebut
telah diterapkan secara konsisten di antara dua atau lebih periode akuntansi

10
baik karena tidak terjadi perubahan prinsip akuntansi, atau terdapat
perubahan prinsip akuntansi atau metode penerapannya, namun dampak
perubahan prinsip akuntansi terhadap daya banding laporan keuangan tidak
material. Dalam keadaan-keadaan tersebut auditor tidak perlu membuat
pengungkapan mengenai konsistensi dalam laporan auditnya.
Ada beberapa perubahan akuntansi yang mempengaruhi konsistensi
:
1. Perubahan dalam prinsip akuntansi
Suatu perubahan dalam prinsip akuntansi terjadi karena adanya
pemakaian suatu prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia
dalam suatu periode berbeda dengan yang digunakan untuk tujuan
pelaporan dalam periode sebelumnya. Istilah prinsip akuntansi meliputi
tidak hanya prinsip-prinsip akuntansi dan praktik-praktik akuntansi
tetapi juga cara atau metode penerapannya. Suatu perubahan dalam
prinsip akuntansi meliputi, misalnya suatu perubahan dari metode
depresiasi garis lurus (straight line method) untuk semua aktiva tetap
atau aktiva tetap yang baru diperoleh dalam satu golongan tertentu.
Standar konsistensi dapat diterapkan untuk jenis perubahan ini dan
perlu diungkapkan dalam laporan auditor melalui penambahan paragraf
penjelasan yang dicantumkan setelah paragraf pendapat.
2. Perubahan dalam entitas yang membuat laporan
Oleh karena perubahan dalam entitas yang membuat laporan
merupakan bentuk khusus perubahan dalam prinsip akuntansi, maka
standar konsistensi juga berlaku. Perubahan dalam entitas yang
membuat laporan yang menuntut pengakuan dalam laporan auditor
meliputi:
a. Penyajian laporan keuangan konsolidasian atau gabungan sebagai
pengganti laporan keuangan masing-masing perusahaan.
b. Perubahan anak perusahaan tertentu yang merupakan anggota grup
perusahaan yang termasuk dalam laporan keuangan konsolidasian.

11
c. Perubahan perusahaan yang termasuk dalam laporan keuangan
gabungan.
d. Perubahan di antara metode-metode akuntansi: metode kos (cost
method), metode ekuitas (equity method), dan metode konsolidasian
untuk anak perusahaan atau investasi lainnya dalam bentuk saham
biasa
3. Laporan setelah terjadi penggabungan kepentingan
Jika perusahaan telah melakukan penggabungan yang
dipertanggungjawabkan dengan metode penggabungan kepentingan
(pooling of interest), dampak penyatuan kepentingan harus ditunjukkan
dalam penyajian posisi keuangan, hasil usaha, arus kas, serta data
keuangan historis lain bisnis yang melanjutkan usaha untuk tahun
terlaksananya penggabungan tersebut, dan dalam laporan keuangan
komparatif untuk tahun-tahun sebelum terlaksananya penggabungan
tersebut, dan dalam laporan keuangan komparatif untuk tahun-tahun
sebelum terlaksananya penggabungan kepentingan tersebut. Jika
laporan keuangan tahun-tahun sebelum penggabungan tidak
dinyatakan kembali untuk mengakui adanya penggabungan
kepentingan tersebut, laporan keuangan komparatif tidak disajikan
secara konsisten. Dalam hal ini ketidakkonsistenan timbul sebagai
akibat suatu perubahan prinsip akuntansi dalam tahun sekarang, namun
bukan karena ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam
tahun-tahun sebelumnya.
Ketidakkonsistenan ini mengharuskan auditor menambahkan
paragraf penjelasan dalam laporannya. Sebagai tambahan, dengan tidak
diakuinya penyatuan kepentingan dalam laporan keuangan komparatif,
berarti terdapat penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia.
4. Koreksi kesalahan penerapan dalam prinsip
Perubahan suatu prinsip akuntansi yang tidak berlaku umum ke
suatu prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, termasuk

12
koreksi kesalahan dalam penerapan suatu prinsip, merupakan suatu
koreksi kesalahan. Walaupun bentuk perubahan prinsip akuntansi ini
harus dipertanggungjawabkan sebagai koreksi kesalahan, namun
perubahan ini harus dikemukakan dalam laporan auditor melalui
penambahan paragraf penjelasan.
5. Perubahan dalam prinsip yang tidak dapat dipisahkan dari
perubahan dalam estimasi akuntansi
Pengaruh suatu perubahan dalam prinsip akuntansi mungkin tidak
dapat dipisahkan dari pengaruh perubahan dalam estimasi akuntansi.
Walaupun perlakuan akuntansi untuk perubahan semacam itu sama
dengan perlakuan akuntansi untuk perubahan yang hanya menyangkut
estimasi akuntansi, tetapi di dalamnya tersangkut pula perubahan dalam
prinsip akuntansi. Oleh karena itu, perubahan semacam ini harus
dikemukakan dalam laporan auditor melalui penambahan paragraf
penjelasan.
6. Perubahan dalam penyajian arus kas
Untuk kepentingan penyajian arus kas, prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia menyatakan berikut ini: “suatu perusahaan harus
mengungkapkan kebijakannya dalam menentukan unsur-unsur yang
diperlakukan setara kas (cash equivalents). Suatu perubahan dalam
kebijakan ini merupakan perubahan dalam prinsip akuntansi yang harus
diperhitungkan dampaknya, dengan menyatakan kembali laporan arus
kas tahun sebelumnya, yang disajikan dalam bentuk laporan kas
komparatif. Oleh karena itu, perubahan semacam ini harus
dikemukakan dalam laporan auditor melalui penambahan paragraf
penjelasan.
Adapun beberapa perubahan akuntansi yang tidak mempengaruhi
konsistensi:
1. Perubahan dalam estimasi akuntansi
Estimasi akuntansi (seperti masa manfaat dan nilai sisa aktiva yang
disusutkan dan pembentukan penyisihan untuk jaminan atau warranty

13
cost, penyisihan piutang yang tidak tertagih, dan penyisihan keusangan
sediaan) diperlukan dalam penyusunan laporan keuangan. Estimasi
akuntansi berubah begitu suatu peristiwa baru terjadi dan begitu
pengalaman dan informasi baru diperoleh.
Bentuk perubahan akuntansi ini diperlukan oleh keadaan yang
berubah yang mempengaruhi daya banding laporan keuangan, tetapi
tidak melibatkan standar konsistensi. Auditor independen selain untuk
memuaskan dirinya berkenaan dengan keadaan-keadaan yang
menimbulkan perubahan dalam estimasi akuntansi, harus meyakinkan
dirinya bahwa perubahan tersebut tidak mempunyai pengaruh terhadap
perubahan prinsip akuntansi. Jika ia telah yakin, maka ia tidak perlu
memberikan komentar mengenai perubahan tersebut dalam laporan
auditor. Namun, perubahan akuntansi semacam itu mempunyai
pengaruh material terhadap laporan keuangan yang memerlukan
pengungkapan dalam catatan atas laporan keuangan.
2. Koreksi kesalahan yang tidak melibatkan prinsip akuntansi
Koreksi kesalahan dari laporan keuangan tahun sebelumnya yang
disebabkan oleh kesalahan perhitungan (mathematical mistakes),
kekeliruan atau kesalahan penggunaan fakta yang timbul pada saat
laporan keuangan dipersiapkan, tidak melibatkan standar konsistensi,
jika tidak ada unsur prinsip akuntansi atau penerapannya yang terkait
di dalamnya. Oleh karena itu, auditor independen tidak perlu
mencantumkan koreksi tersebut dalam laporannya.
3. Perubahan dalam klasifikasi dan reklasifikasi

Klasifikasi dalam laporan keuangan tahun berjalan dapat


berbeda dari klasifikasi dalam laporan keuangan tahun sebelumnya.
Walaupun perubahan dalam klasifikasi biasanya tidak terlalu penting
untuk diungkapkan, tetapi perubahan yang material dalam klasifikasi
harus ditunjukkan dan dijelaskan dalam laporan keuangan atau
catatannya.

14
Perubahan ini dan reklasifikasi yang dilakukan dalam laporan
keuangan yang diterbitkan dalam tahun sebelumnya dengan tujuan
untuk mempertinggi daya banding laporan tersebut dengan laporan
keuangan tahun berjalan, biasanya tidak perlu disebut dalam laporan
auditor.

4. Transaksi atau peristiwa yang sangat berbeda


Prinsip akuntansi dipilih pada saat peristiwa atau pada saat transaksi
pertama kali mempunyai pengaruh yang material. Penerapan prinsip
tersebut, demikian pula perubahan atau pemakaian suatu prinsip
akuntansi yang menjadi perlu oleh karena transaksi atau peristiwa yang
secara jelas berbeda sekali dengan yang terjadi dalam periode
sebelumnya, tidak berkaitan dengan standar konsistensi, walaupun
pengungkapan dalam catatan atas laporan keuangan mungkin
diperlukan.
5. Perubahan akuntansi yang diperkirakan berdampak material di
masa yang akan datang
Bila perubahan akuntansi tidak mempunyai pengaruh material
terhadap laporan keuangan periode sekarang, tetapi perubahan tersebut
akan mempunyai pengaruh yang besar dalam periode yang akan datang,
perubahan ini harus diungkapkan oleh manajemen dalam catatan atas
laporan keuangan dalam periode terjadinya perubahan tersebut, namun
auditor tidak perlu mengungkapkan hal ini dalam laporannya.
6. Pengungkapan perubahan yang tidak mempengaruhi konsistensi
Walaupun masalah-masalah tersebut tidak memerlukan
penambahan paragraf penjelasan tentang konsistensi dalam laporan
auditor, auditor harus menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian
karena masalah pengungkapan jika pengungkapan yang diperlukan
tidak dilakukan oleh klien (lihat SA Seksi 431 [PSA No. 10]
Kecukupan Pengungkapan dalam Laporan Keuangan).

15
2.5. Kewajaran Laporan Keuangan atas Ketidaksesuaian dengan Standar

Menurut The American Accounting Association’s Committee on


Basic Auditing Concepts, audit adalah suatu proses yang sistematis untuk
memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan
tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan
tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria
yang telah ditetapkan serta menyampaikan hasilnya kepada pemakai yang
berkepentingan.
Anggapan dasar dan luasnya prinsip akuntansi yang terdapat dalam
istilah “prinsip akuntansi yang berlaku umum”yang diterapkan dalam
perusahaan bisnis pada umumnya juga berlaku terhadap perusahaan yang
praktik akuntansinya ditetapkan secara khusus oleh badan pengatur
pemerintah. Perusahaan tersebut melipui public utility, perusahaan
angkutan umum, perusahaan asuransi, lembaga keuangan, dan perusahaan
lain semacam. Oleh karena itu, standar pelaporan pertama berlaku juga
terhadap pendapat atas laporan keuangan perusahaan-perusahaan semacam
itu yang disajikan untuk tujuan selain yang diserahkan kepada badan
pengawas yang bersangkutan dengan perusahaan tersebut; dan
penyimpangan material dari prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia, dan dampaknya, harus diperlakukan dengan cara yang sama
dalam laporan auditor dengan yang diterapkan terhadap perusahaan yang
tidak diatur secara khusus oleh pemerintah. Umumnya, kondisi ini
mengharuskan auditor menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian
atau pendapat tidak wajar atas laporan keuangan tersebut. Pendapat tidak
wajar dapat disertai dengan pendapat atas data tambahan yang disajikan
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Bila melaporkan laporan keuangan perusahaan yang diatur
pemerintah, yang disusun sesuai dengan persyaratan ketentuan pelaporan
keuangan yang dikeluarkan oleh badan pengatur pemerintah yang
mempunyai wewenang atas perusahaan tersebut, auditor dapat melaporkan
laporan keuangan yang disusun sesuai dengan basis akuntansi

16
komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Namun, laporan jenis ini harus diterbitkan hanya jika laporan keuangan
ditujukan semata-mata untuk diserahkan kepada badan pengatur yang
bersangkutan.
Namun, harus diakui bahwa terdapat perbedaan yang semestinya
antara penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dalam
perusahaan yang tidak diatur khusus dengan dalam perusahaan yang diatur
secara khusus oleh pemerintah, karena dampak yang timbul sebagai akibat
proses penentuan tarif dalam perusahaan yang diatur secara khusus oleh
pemerintah. Perbedaan tersebut terutama terdapat pada periodisasi
pemasukan berbagai pos ke dalam penentuan laba bersih sesuai dengan
prinsip penandingan biaya dengan pendapatan (mathing costs with
revenues). Perlu juga diakui bahwa persyaratan akuntansi yang tidak
berkaitan langsung dengan proses penyusunan tarif umumnya diberlakukan
terhadap perusahaan yang diatur oleh pemerintah yang pemberlakuan
persyaratan akuntansi tersebut tidak selalu dapat diartikan sebagai
kesesuaian dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Bila laporan keuangan entitas yang diatur oleh badan pengatur
disusun sesuai dengan basis akuntansi yang ditetapkan oleh badan pengatur
perusahaan yang bersangkutan atau sesuai dengan ketentuan pelaporan
keuangan badan lain, auditor independen dapat pula diminta untuk
melaporkan kewajaran penyajian laporan keuangan tersebut sesuai dengan
basis akuntansi yang ditetapkan untuk didistribusikan kepada pihak selain
badan pengatur perusahaan yang bersangkutan. Dalam keadaan ini, auditor
harus menggunakan laporan bentuk baku.
1. Makna menyajikan secara wajar sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berterima umum
Prinsip akuntansi yang berterima umum digunakan sebagai
tolok ukur untuk mengukur penyajian keuangan. Fase prinsip
akuntansi yang berterima umum merupakan suatu istilah teknis
akuntansi yang mencakup konvensi, aturan, dan prosedur yang

17
diperlukan untuk merumuskan praktik akuntansi yang berterima
umum pada saat tertentu. Prinsip akuntansi yang berterima umum
tidak hanya meliputi pedoman umum, tetapi juga praktik dan
prosedur rinci.
Pertimbangan auditor mengenai “kewajaran” atas penyajian
laporan keuangan harus dilakukan dalam rangka prinsip akuntansi
yang berterima umum. Hal ini dimaksudkan untuk menghasilkan
pedoman seragam untuk menilai penyajian posisi keuangan, hasil
usaha dan arus kas dalam laporan keuangan. Pemberian pendapat
auditor wajar tanpa pengecualian sesuai dengan prinsip akuntansi
berterima umum harus didasarkan pada pertimbangan auditor
mengenai :
a) Prinsip akuntansi yang dipilih dan diterapkan telah
berterima umum.
b) Prinsip akuntansi yang dipilih tepat untuk keadaan yang
bersangkutan.
c) Laporan keuangan beserta catatan atas laporan keuangan
memberikan informasi yang memadai yang dapat
mempengaruhi penggunaan, pemahaman, dan
penafsirannya.
d) Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan
diklasifikasikan dan diikhtisarkan dengan semestinya, tidak
terlalu rinci maupun terlalu ringkas.
e) Laporan keuangan mencerminkan peristiwa dan transaksi
yang mendasarinya dalam suatu cara yang menyajikan
posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas dalam batas-batas
yang rasional dan praktis untuk dicapai dalam laporan
keuangan.
2. Pengungkapan memadai dalam laporan keuangan
Penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berterima umum meliputi pengungkapan informasi yang

18
memadai atas berbagai hal yang material. Hal – hal tersebut
meliputi bentuk, susunan, dan isi laporan keuangan serta catatan
atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan meliputi
istilah yang digunakan, rincian yang dibuat, penggolongan elemen
laporan keuangan, dan dasar – dasar yang digunakan untuk
menghasilkan jumlah yang dicantumkan dalam laporan keuangan.
Apabila manajemen tidak mengungkapkan informasi yang
semestinya diungkapkan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berterima umum, maka auditor harus mengeluarkan pendapat wajar
dengan pengeceualian atau pendaoat tidak wajar. Dalam hal ini,
auditor harus mengemukakan alasan dan memberikan informasi
yang memadai dalam laporan keuangan.
Dalam mempertimbangkan kecukupan pengungkapan,
auditor menggunakan informasi yang diperoleh dari klien berdasar
kepercayaan klien bahwa auditor akan merahasiakan informasi
tersebut. Tanpa kepercayaan tersebut, auditor akan sulit
memperoleh informasi yang diperlukan. Oleh karena itu, auditor
tidak boleh mengungkapkan informasi yang tidak diharuskan untuk
diungkapkan tanpa seizin klien.

19
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Perubahan kadang dimungkinkan dan dibenarkan agar laporan


keuangan dapat menyajikan posisi keuangan organisasi yang sebenarnya
dan untuk menghindari informasi yang menyesatkan. Konsistensi sangat
diperlukan untuk mendukung komparabilitas laporan keuangan dari suatu
periode ke periode berikutnya. Bila laporan keuangan telah menerapkan
konsistensi sebagaimana mestinyamaka laporan keuangan audit tidak perlu
menyebutkan frase konsistensi ini. Tujuan standar konsistensi adalah untuk
memberikan jaminan bahwa jika daya banding laporan keuangan di antara
dua periode dipengaruhi secara material oleh perubahan prinsip akuntansi,
auditor akan mengungkapkan perubahan tersebut dalam laporannya.
Auditor juga perlu mempertimbangkan mengenai “kewajaran” atas
penyajian laporan keuangan yang harus dilakukan dalam rangka prinsip
akuntansi yang berterima umum. Hal ini dikarenakan untuk menghasilkan
pedoman seragam untuk menilai penyajian posisi keuangan, hasil usaha dan
arus kas dalam laporan keuangan. Penyajian laporan keuangan sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berterima umum meliputi pengungkapan
informasi yang memadai atas berbagai hal yang material. Hal – hal tersebut
meliputi bentuk, susunan, dan isi laporan keuangan serta catatan atas
laporan keuangan.

20
DAFTAR PUSTAKA

(2014, 11 15). Retrieved from Nabila Rachmas:


https://nabilarachmas.wordpress.com/2014/11/15/kewajaran-
pengungkapan-dan-trend-masa-depan-dalam-akuntansi/
(2020, 01 28). Retrieved from Online Pajak: https://www.online-
pajak.com/tentang-efiling/standar-akuntansi-keuangan
Auditing : Theory And Practice Edisi 9. (2001).
Halim, A., & Budisantoso, T. (2014). Auditing 2. Yogyakarta: LPP STIM YKPN.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2001). Ketidaksesuaian Dengan Prinsip Akuntansi
yang Berlaku Umum di Indonesia.
www.onoini.com pukul 21:30 WIB

www.jurnal.id pukul 22.05 WIB

PSA No. 09

21

Anda mungkin juga menyukai