Anda di halaman 1dari 2

PERMASALAHAN DALAM PENGUKURAN KINERJA PUSAT LABA

Dalam mengukur prestasi pusat laba, ada empat masalah yang memerlukan perhatian khusus, yaitu:

 Masalah alokasi pendapatan bersama (common revenues).


 Masalah alokasi biaya bersama (common cost).
 Masalah penentuan harga transfer (transfer price).
 Masalah pemilihan tolok ukur laba (type of profitability meansure).

MASALAH ALOKASI PENDAPATAN BERSAMA (COMMON REVENUES). Pada dasarnya, konflik


bisa timbul atas alokasi pendapatan di antara pusat laba. Hal ini bisa terjadi jika salesman satu divisi
meningkatkan penjualan produk yang dibuat oleh divisi lain dengan menawarkan pada pelanggan. Jika
suatu divisi tidak menerima kredit atas penjualan produk divisi lain, ada sedikit motivasi dalam
mengupayakan penjualan seperti itu. Masalah yang sama timbul jika bank-bank cabang dievaluasi sebagai
pusat laba. Seorang nasabah mungkin mempunyai rekening dekat dengan tempat tinggalnya namun
menjalankan mayoritas transaksi perbankan dengan suatu cabang dekat dengan tempat kerjanya. Konflik
antar cabang bisa terjadi jika semua pendapatarI dari deposito tabungan maupun deposito berjangka
dibebankan pada cabang yang dekat dengan lokasi usaha. Pada kondisi seperti itu, tampaknya bisa
diterima untuk membuat jadwal fee (fee schedule) yang akan menyediakan beberapa kompensasi dari
divisi produk pada seorang nasabah dari divisi lain yang membuat penjualan dan dari bank tuan rumah ke
bank yang memberi jasa pelayanan.

MASALAH ALOKASI BIAYA BERSAMA (COMMON COST). Dalarfl akuntansi dikenal biaya
langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost) atau sering disebut biaya bersama
(common cost). Biaya langsung adalah biaya yang dapat diidentifikasikan secara khusus atau dapat
ditelusuri pada suatu produk, departemen, atau proses tertentu. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung merupakan biaya yang terkait secara langsung pada produk yang dihasilkan. Biaya tidak
langsung adalah biaya yang tidak dapat diidentifikasikan secara khusus pada suatu produk, departemen
atau proses tertentu. Beberapa jenis biaya bersama yang perlu dialokasikan antara lain meliputi:

 Biaya overhead pabrik tetap. Biaya ini harus dialokasikan kepada setiap produk untuk menghitung
harga pokok penjualan demi tujuan pelaporan keuangan eksternal.
 Biaya departemen jasa. Biaya operasi departemen jasa dialokasikan kepada departemen produksi
secara individual.
 Joint cost. Biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yang secara bersama memproduksi
beberapa produk secara simultan dialokasikan kepada setiap produk untuk penilaian persediaan.
 Biaya kantor pusat. Biaya yang terjadi di kantor pusat dialokasikan kepada divisi atau-pusat
pertanggungjawaban (pusat laba atau pusat investasi).

Salah satu tujuan pengalokasian biaya adalah untuk evaluasi prestasi pusat pertanggungjawaban.
Prestasi suatu pusat pertanggungjawaban harus dinilai dengan ikut mempertimbangkan biaya yang
dinikmati dari pusat pertanggungjawaban lain.
Sehubungan dengan pengalokasian biaya bersama yaitu mengevaluasi prestasi
pusatpertanggungjawaban, Anthony dan Govindarajan mengatakan:
Services that are furnished by staff units and other costs, if charged at all, should he charged to
profit centers on a basis that reflects the actual consumtion of the service and on the basis of
spesific requests made by the responsibility center that wants the service, to the extent that this is
feasible.
Dalam hal ini timbul konsep controllability (keterandalan). Biaya terkendali mempunyai dua
aspek yaitu biaya tersebut mengacu pada suatu pusat pertanggungjawaban tertentu dan biaya itu dapat
dipengaruhi secara signifikan, tidak perlu secara penuh, oleh manajer pusat pertanggungjawaban. Satu hal
yang perlu diingat dalam menentukan biaya terkendali adalah bahwa biaya terkendali selalu merupakan
biaya langsung sedangkan biaya langsung belum tentu merupakan biaya terkendali.
Langkah-langkah pengalokasian biaya bersama secara umum terdiri dari tiga tahap yaitu:
1. Mengakumulasikan biaya yang berhubungan dengan produk, departemen, atau divisi.
2. Mengidentifikasikan penerima biaya yang dialokasikan mungkin produk, departemen, atau divisi.
3. Memilih metode atau dasar untuk menghubungkan biaya pada langkah ke-1 dan penerima biaya
pada langkah ke-2 secara logis.
Langkah ke-3 merupakan tahap yang paling sulit. Karena bila dasar pengalokasian kurang tepat, tidak
mempunyai hubungan logis dengan biaya yang terjadi, evaluasi prestasi pusat laba menjadi bias. Usaha
mencari dasar pengalokasian yang logis sering dilakukan dengan metode kuantitatif matematik atau
statistik. Namun dalam praktiknya penentuan dasar pengalokasian lebih sering ditentukan dengan campur
tangan (arbitrary).

Anda mungkin juga menyukai