Anda di halaman 1dari 26

Dosen Pengampu Mata Kuliah

Jasmina Syafe’i S.E., M.Ak.CA Akuntansi Keuangan Lanjutan 1

RESUME BAB 1

KOMBINASI BISNIS

Disusun Oleh Kelompok 8:

Ameliya Julianti (12170323946)

Anggi Lalita (12270324052)

Puja Mardiana (12170324314)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ............................................................................................................ i
BAB 1 KOMBINASI BISNIS ................................................................................ 1
1.1 LATAR BELAKANG .............................................................................. 1
A. MOTIVASI .............................................................................................. 1
B. KEUNTUNGAN KOMBINASI BISNIS ................................................. 1
C. PENGEMBANGAN BISNIS ................................................................... 2
D. ASPEK ETIKA DALAM KOMBINASI BISNIS ................................... 2
E. JENIS KOMBINASI BISNIS .................................................................. 2
F. STANDAR AKUNTANSI BISNIS KOMBINASI ................................. 4
1.2 KOMBINASI BISNIS DAN PENGENDALIAN .................................... 6
A. DEFINISI ................................................................................................. 6
B. PENGENDALIAN ................................................................................... 6
C. BISNIS ..................................................................................................... 7
D. IDENTIFIKASI KOMBINASI BISNIS .................................................. 8
1.3 AKUNTANSI KOMBINASI BISNIS ..................................................... 9
A. PENGAKUAN DAN PENGUKURAN ASET DAN LIABILITAS ....... 9
B. BIAYA TRANSAKSI .............................................................................. 9
C. IMBALAN YANG DIALIHKAN ......................................................... 10
D. GOODWILL .......................................................................................... 10
E. PENCATATAN TRANSAKSI KOMBINASI BISNIS ......................... 12
F. PEMBELIAN DISKON ......................................................................... 19
G. Kombinasi Bisnis Tanpa Pengalihan Imbalan ........................................ 21
1.4 PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN KOMBINASI BISNIS ......... 21
A. Penyajian ................................................................................................ 21
B. Pengungkapan ........................................................................................ 22
1.5 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN .................................................. 22

i
BAB 1
KOMBINASI BISNIS
1.1 LATAR BELAKANG
A. MOTIVASI
Perusahaan menjadi semakin besar akibat pertumbuhan dan perkembangan
usaha. Perkembangan dapat terjadi melalui pertumbuhan organik dan unorganik.
Pertumbuhan organik adalah pertumbuhan perusahaan secara natural akibat
peningkatan skala usaha dan pendiriian usaha baru. Pertumbuhan unorganik
adalah pertumbuhan perusahaan akibat akuisisi dan pembelian perubahan yang
sudah berjalan.
Perusahaan melakukan kombinasi bisnis dengan berbagai tujuan dan
motivasi. Motivasi umum dalam melakukan kombinasi bisnis adalah ingin agar
entitas tersebut menjadi lebih besar dan berkembang. Semakin besar perusahaan,
inverstor akan memperoleh pengembalian investasi (return) yang semakin besar
dan investasinya. Ada beberapa spesifik kombinasi bisnis :
a. Menjadikan entitas lebih besar
b. Menghindari pengambilan oleh entitas lain
c. Mensinergikan sumber daya yang dimiliki
d. Kompensasi yang diterima manajeman terkadang dikaitkan dengan ukuran
perusahaan
e. Meningkatkan kebanggaan entitas

B. KEUNTUNGAN KOMBINASI BISNIS


Keuntungan akhir kombinasi bisnis adalah diperolehnya imbal hasil yang
lebih besar kepada pemegang saham dibandingkan pada saat entitas belum
melakukan kombinasi bisnis. Proses kombinasi bisnis bersifat kompleks sehingga
perlu hati-hati agar energy yang diharapkan dapat tercapai. Dalam beberapa kasus
sering terjadi kegagalan dari kombinasi bisnis, sehingga pada akirnya sinergi tidak
dapat diperoleh bahkan sering kali akuisisi bisnis tidak mampu menghasilkan
imbal hasil seperti yang di harapkan.

1
C. PENGEMBANGAN BISNIS
Pengembangan bisnis dapat dilakukan secara internal maupun eksternal.
Pengembangan bisnis internal dapat dilakukan dengan pembentukan entitas baru
secara internal. Dalam rangka pengembangan bisnis entitas membentuk entitas
anak melalui penyetoran modal secara tunai. Tujuan untuk mmbentuk entitas baru
yaitu untuk membuka pasar yang lebih luas atau memperluas jaringan peoduksi.
Bentuk pengembangan bisnis internal dapat juga di lakukan melalui
kombinasi bisnis internal atau sering disebut sebagai restrukrisasi entitas
sepengendali. Kombinasi bisnis dilakukan oleh entitas anak yang dimiliki olen
satu entitas induk. Contoh ya seperti PT A memiliki entitas anak PT B dan PT C,
kombisi bisnis dilakukan dengan menjual kepemilikan PT A pada saham PT C
kepada PT B. Bentuk kombinasi bisnis tersebut merupaka bentuk rekturisasi
entitas sepengendali.
Pengembangan bisnis secara eksternal dilakukan dengan membeli atau
mengakutisisi entitas lain di luar entitas. Pengembangan bisnis yang sebenarnya
hanya terjadi jika pengembangan bisnis secara eksternal, karena pengembangan
ini benar- benar terjadi perusahaan menjadi bertambah besar.

D. ASPEK ETIKA DALAM KOMBINASI BISNIS


Kombinasi bisnis mampu mengakselerasi pertumbuhan perusahaan
sehingga dapat berkembang jauh lebih cepat dibandingkan jika melakukan
pertumbuhan secara alami melalui peningkatan produksi dan skala usaha. Kasus
entitas menyebabkan perusahaan tersebut dibubrakan pada tahun 2001, Enron
mendirikan banyak entitas baru yang disebut sebagai entitasbertujuan khusus.
Beberapa kasus yang menunjukkan tindakan tidak etis yang di rancang
dalam transaksi kombinasi bisnis baik untuk tujuan manajeman laba maupun juga
perpajakan, menjadikan transaksi ini juga memperoleh perhatian bagi regulator
pasar modal.

E. JENIS KOMBINASI BISNIS


1.Strategi Bisnis

2
Kombinasi bisnis dapat di lihat dari aspek strategi perusahaan. Perusahaan
melakukan kombinasi bisnis dalam rangka mengembangkan usahanya.
Pengembangan usaha dapat dilakukan melalui integrasi vertical horizontal dan
konglomerasi.
a. Integrasi vertical adalah kombinasi bisnis dengan melakukan akuisisi entitas
yang memiliki hubungan pemasok atau distribusi.
Misalnya entitas produsen mie instan mengakuisisi entitas produsen gandum
yang merupakan bahan baku mie instan atau mengakuisisi entitas distribusi mie
instan, proses ini disebut integrasi hulu.
b. Intergrasi horizontal adalah kombinasi bisnis dengan melakukan akuisisi
entitas yang menghasilkan produksi sejenis atau produksi yang berkaitan.
Misalnya entitas produsen mie instan mengakuisisi entitas produsen kecap,
saus, makanan kecil lainnya yang bahan bakunya sejenis mie instan.
c. Konglomerasi adalah kombinasi bisnis dengan melakukan akuisisi entitas
yang tidak memiliki hubungan dengan entitas.
Misalnya grup usaha dengan berbagai produk yang dihasilkan dan bergerak
dalam beberapa industry yang berbeda misalnya perusahaan mie instan
mengakuisisi bank, asuransi,perusahaan otomotif.
2. Bentuk Entitas
a. Marger (Statutory merger) adalah kombinasi bisnis yang dilakukan dengan
menggabungkan dua atau lebih entitas, dimana entitas yang diakuisisi
dibubarkan serta semua asset dan habitatnya di ambil oleh pihak yang
mengakuisisi.
b. Konsolidasi (Statutory consolidation) adalah kombinasi bisnis dengan
membentuk satu entitas dibentuk dengan mengambil alih semua asset dan
liabilitas entitas yang bergabung.
c. Akuisisi (Stock acquisition) adalah kombinasi dengan membeli kepemilikan
entitas yang diakuisisi, namun entitas yang di akuisisi tetap berdiri hanya
dikendalikan oleh entitas pengekuasisi.
3. Metode Akutansi
Ada dua metode yaitu :

3
a. Metode Polling of interest atau penyatuan kepentingan masing-masing pihak
akan menyatukan kepentingan bisnisnya sehingga tidak diperlukan penilaian
asset ulang dalam liabilitas entitas yang bergabung.
b. Merode Pardiase atau pembalian atau akuisisi dasar pencatatanya adalah nilai
wajar pada tanggan akuisisi, karena kombinasi bisnis di anggap sebagai
pembentukan entitas baru, sehingga di lakukan penilaian atas asset bersih etitas
yang bergabung.

F. STANDAR AKUNTANSI BISNIS KOMBINASI


1. Perkembangan PSAK 22 : Kombinasi Bisnis
Standar akuntansi untuk kombinasi bisnis saat ini diatur dalam PSAK 22
(Revisi 2010) kombinasi bisnis yang telah mengalami penyesuaian pada tahun
2014. Sebelumnya ketentuan kombinasi bisnis menggunakan PSAK 22 (1994)
penggabungan usaha. Terdapat perbedaan istilah dalam standar baru
dibandingkan dengan standar lama yaitu penggabungan usaha berubah menjadi
kombinasi bisnis. PSAK 22 (penyesuaian 2014) merupakan adopsi IFRS 3
busines combination.

PSAK 22 (1994) diterbitkan pada 7 september 1994. Pada PSAK 22 (1994)


penggabungan usaha menjelaskan dua metode penggabungan usaha yaitu metode
pembelian (purchase) dan metode penyatuan kepentingan (pooling of interest).
Penggabungan usaha melalui akuisisi dipertanggujawabkan dengan metode
pembelian. Metode penyatuan kepentingan (pooling of interest) digunakan untuk
penggabungan usaha yang sulit mengidentifikasi pihak pengakuisisi, pemegang
saham perusahaan yang bergabung bersama sama mengendalikan operasi
perusahaan dan manajemen perusahaan yang bergabung menjadi bagian
perusahaan gabungan. Metode penyatuan kepentingan, asset dan liabilitas
perusahaan yang bergabung dicatat sebesar nilai buku.

Pada PSAK 22 (penyesuian 2014), penggabungan usaha hanya


menggunakan metode pembelian, atau yang sekarang disebut metode akuisisi.
Metode penyatuan kepentingan tidak diperkenakan. Goodwill yang terjadi tidak

4
lagi diamortisasi tetapi akan diturunkan nilainya sesuai dengan ketentuan dalam
PSAK 48 (Revisi 13) penurunan nilai. Jika terjadi goodwill negatif akan diakui
sebagai pendapatan pada tanggal akuisisi.
2. Restrukturisasi Entitas Sepengendali
Restrukturisasi entitas sepengendali (RES) diatur khusus dalam PSAK 38
(Revisi 2012) Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali. RES adalah kombinasi
bisnis yang semua entitas atau bisnis yang bergabung, pada akhirnya dikendalikan
oleh pihak yang sama (baik sebelum maupun sesudah kombinasi bisnis) dan
pengendaliannya tidak bersifat sementara. RES tidak diatur secara khusus dalam
IFRS sehingga PSAK 38 (Revisi 2012) merupakan PSAK yang disusun oleh
Dewan Akuntansi Keuangan (DSAK) tanpa mengacu pada IFRS.
Contoh transaksi RES misalnya, entitas induk memindahkan sebagian aset
neto dari entitas anak yang dimilikinya menjadi asset entitas induk. Entitas induk
mengalihkan sebagain hak kepemilikan entitas anak ke entitas anak lainnya.
Entitas induk menukar kepemilikannya aset neto dalam entitas anak dengan
saham tambahan yang diterbitkan oleh entitas anak lain. Perubahan tersebut akan
menyebabkan perubahan bentuk hokum kepemilikan di entitas anak atau entitas
induk, tetapi bukan perubahan substansi ekonomi. Substansi ekonomi atas
transaksi tersebut tidak berubah karena dilakukan pada entitas yang dikendalikan
oleh pihak yang sama, sehingga walaupun terjadi pengalihan namun tetap akan
masuk dalam laporan keuangan konsolidasian.
RES bukan merupakan perubahan kepemilikan dalam arti substansi
ekonomi sehingga dalam transaksi tersebut tidak boleh menimbulkan laba atau
rugi. Transaksi RES diakui pada jumlah tercatat berdasarkan metode penyatuan
kepemilikan. Metode penyatuan kepemilikan dianggap sebagai metode paling
tepat untuk mencerminkan sifat transaksi kombinasi bisnis entitas sepengendali
yang pada dasarnya tidak mengakibatkan perubahan substansi ekonomi yang
signifikan.
3. Aspek Perpajakan dalam Kombinasi Bisnis
Pajak nerupakan hal yang diperhatikan dalam proses merger dan akuisisi
perusahaan. Proses merger dan akuisisi melibatkan transfer asset dan liabilitas.

5
Pajak harus dibayar oleh pihak yang melakukan pengalihan aset. Jika yang
dialihkan tanah dan bangunan akan dikenakan 5% pajak final atas nilai jual. Jika
bukan tanah dan bangunan akan dikenakan pajak penghasilan sebesar keuntungan
dari selisih nilai wajar dengan nlai buku.
Perusahaan yang ingin menggunakan nilai buku harus mengajukan permohonan
kepada Dirjen Pajak dengan melampirkan tujuan melakukan Merger, melunasi
seluruh pajak dan memenuhi persyaratan tujuan bisnis ( business purpose test ).
business purpose test dilakukan untuk memastikan bahwa tujuan merger untuk
menciptakan sinergi yang kuat dan memperkuat struktur permodalan serta tidak
dilakukan untuk menghindarkan pajak.

1.2 KOMBINASI BISNIS DAN PENGENDALIAN


A. DEFINISI
Pembelian entitas yang sudah ada untuk digabungkan dengan entitas yang
sudah ada diartikan sebagai proses mengombinasikan bisnis sehingga transaksi ini
dikenal dengan istilah business combination atau pernah juga digunakan istilah
penggabungan usaha. PSAK 22 (penyesuaian 2014) kombinasi bisnis,
mendefinisikan kombinasi bisnis sebagai transaksi atau peristiwa dimana sebuah
entitas memperoleh pengendalian atas entitas lain. PSAK 22 (Revisi 2010)
mendefinisikan pengendalian sebagai kekuasaan untuk mengatur kebijakan
keuangan dan operasional suatu entitas untuk memperoleh manfaat dari aktivitas
entitas tersebut.

B. PENGENDALIAN
Definisi pengendalian awalnya dijelaskan dalam PSAK 22 (penyesuaian
2014) Sebagai kekuasaan untuk mengatur keuanagan dan operasi entitas yang
diakuisisi. Namun definisi pengendalian tersebut diganti dengan definisi
pengendalian seiring terbitnya PSAK 65 Laporan Keuangan Konsolidasian dan
PSAK 22 (penyesuaian 2014) kombinasi bisnis. Menurut PSAK 65, investor
mengendalikan investee ketika :

6
1. Investor memiliki kekuasaan (power) atas investee
2. Investor terekspos atau memiliki hak atas imbal hasil variable (variable return)
dari keterlibatannya dengan investee
3. Investor memiliki kemampuan untuk mempengaruhi imbal hasil tersebut
melalui kekuasaannya atas investee
Investor memiliki kekuasaan atas investee ketika investor saat ini memiliki
hak berupa kemampuan kini untuk mengarahkan aktivitas relevan. Aktivitas
relevan adalah aktivitas yang secara signifikan memengaruhi imbal hasil investee.
Investor dikatakan terekspos atau memiliki hak atas imbal hasil yang akan
diterima investor atas keterlibatannya tersebut dapat bervariasi tergantung dari
kinerja investee.
Investor mengendalikan investee ketika investor terekspos atau memiliki
hak atas imbal hasil variable dari keterlibatannya dengan investee dan memiliki
kemampuan untuk memengaruhi imbal hasil tersebut melalui kekuasaannya atas
investee.
Contoh paling sederhana adalah investor A yang merupakan pemegang
saham mayoritas pada investee B. sebagai pemegang saham mayoritas, investor A
memiliki kekuasaan atas investee B dari hak suara yang dimilikinya. Selain itu,
imbal hasil yang akan diterima investor A adalah dividen yang nilainya
tergantung dari kinerja (laba) yang diperoleh investee B. dengan kekuasaan yang
dimiliki, investor A dapat menentukan jumlah dividen yang akan diterima dari
investee B. berbeda halnya jika imvestor C yang memiliki obligasi investee B
obligasi tidak memiliki hak suara dan imbal hasil (bunga) bersifat tetap. Oleh
karena itu investor C tidak memiliki pengendalian atas investee B meskipun
investor C memiliki seluruh obligasi investee B.

C. BISNIS
Bisnis adalah suatu rangkaian terpadu dari kegiatan dan aset yang mampu
dikelola dengan tujuan memberikan hasil dalam bentuk dividen, efisiensi biaya
atau manfaat ekonomi lainnya secara langsung kepada pemilik entitas. Suatu

7
rangkaian terpadu dari kegiatan tersebut paling tidak meliputi input, proses, dan
output.

D. IDENTIFIKASI KOMBINASI BISNIS


Entitas pertama tama harus menentukan apakah suatu transaksi merupakan
kombinasi bisnis atau bukan dengan menerapkan definisi dalam standar bahwa
aset dan liabilitas yang diambil alih merupakan suatu bisnis.
Dalam melakukan pencatatan transaksi kombinasi bisnis PSAK 22
(penyesuaian 2014), mengharuskan menggunakan metode akuisisi. Pada
kombinasi bisnis dengan metode akuisisi, disyaratkan dilakukan hal hal berikut:
1. Mengidentifikasi pihak pengakuisisi. Salah satu dari entitas dalam kombinasi
bisnis di identifikasi sebagai pihak pengakuisisi yaitu entitas yang memperoleh
pengendalian atas pihak yang diakuisisi.
2. Menentukan tanggal akuisisi. Pihak pengakuisisi mengidentifikasi tanggal
akuisisi yaitu tanggal pihak pengakuisisi memperoleh pengendalian atas pihak
yang diakuisisi.
3. Mengakui dan mengukur aset teridentifikasi yang diperoleh, liabilitas yang
diambil alih, dan kepentingan nonpengendali pihak yang diakuisisi. Pada
tanggal akuisisi, pihak pengakuisisi mengakui secara terpisah berupa goodwill,
aset teridentifikasi yang diperoleh, liabilitas yang diambil alih, dan kepentingan
nonpengendali dari pihak yang diakuisisi, pihak pengakuisisi mengukur aset
teridentifikasi yang diperolah dan liabilitas yang diambil alih dengan nilai
wajar pada tanggal akuisisi.
4. Mengakui dan mengukur goodwill atau keuntungan dari pembelian dengan
diskon.
Untuk memenuhi kualifikasi pengakuan dalam metode akuisisi, aset
teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil –alih memiliki
persyaratan sebagai berikut :
1. Memenuhi definisi aset dan liabilitas sesuai dengan kerangka dasar
penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) pada tanggal
akuisisi.

8
2. Merupakan bagian yang dipertukarkan antara pihak pengakuisisi dan pihak
yang diakuisisi dalam transaksi kombinasi bisnis. Bukan hasil transaksi
terpisah diluar kombinasi bisnis.
Dalam menentukan aset teridentifikasi yang diperoleh, liabilitas yang
diambil alih memungkinkan munculnya aset dan liabilitas yang sebelumnya tidak
akui oleh pihak yang diakuisisi. Misalnya, pihak pengakuisisi mengakui aset tak
berwujud yang dapat diidentifikasi yang diperoleh seperti merek, paten, atu
hubungan pelanggan yang tidak diakui oleh pihak yang diakuisisi sebagai aset
dalam laporan keuangannya karena pihak yang diakuisisi mengembangkannya
secara internal dan sebelum kombinasi bisnis memperlakukan biaya terkait
sebagai beban.

1.3 AKUNTANSI KOMBINASI BISNIS


A. PENGAKUAN DAN PENGUKURAN ASET DAN LIABILITAS
Dalam suatu kombinasi bisnis, akuisisi dilakukan terhadap aset dan
liabilitas yang dapat juga menghasilkan goodwill. Jika akuisisi tidak dapat
dilakukan secara penuh, maka bagian yang tidak diakuisisi disebut kepentingan
non-pengendali. Pihak pengakuisisi mengakui secara terpisah berupa goodwill,
aset teridentifikasi yang diperoleh, liabilitas yang diambil alih, dan kepentingan
nonpengendali dari pihak yang diakuisisi. Aset dan liabilitas tersebut pada
umumnya diklasifikasikan sebagaimana klasifikasi yang ada dalam PSAK lain.
Pihak pengakuisisi mengukur aset teridentifikasi yang diperoleh dan
liabilitas yang diambil alih dengan nilai wajar pada tanggal akuisisi. Pengukuran
nilai wajar atas aset dan liabilitas mengacu kepada pengukuran nilai wajar pada
PSAK 68 (2013) Pengukuran Nilai Wajar, kecuali pengukuran tersebut sudah
diatur secara spesifik pada PSAK tertentu seperti imbalan kerja, pajak
penghasilan, dan liabilitas kontinjensi.

B. BIAYA TRANSAKSI
Transaksi kombinasi membutuhkan biaya yang besar. Biasanya biaya
tersebut dikeluarkan oleh pihak pengakuisisi, namun tidak menutup kemungkinan

9
pihak yang diakuisisi juga akan mengeluarkan biaya. Biaya tersebut mencakup
biaya makelar (finder’s fees), advis, hukum, akuntansi, penilaian, dan biaya
profesional atau konsultasi lainnya, biaya administrasi umum dan biaya
pendaftaran serta penerbitan efek utang dan efek ekuitas. Biaya-biaya terkait
akuisisi tersebut diakui sebagai beban pada periode saat biaya tersebut terjadi dan
jasa diterima, kecuali biaya untuk menerbitkan efek utang dan ekuitas. Jika pihak
pengakuisisi menerbitkan efek sebagai imbalan yang dialihkan dalam suatu
kombinasi bisnis, maka biaya tersebut diakui sebagai pengurang premium atau
agio/tambahan modal disetor yang timbul atas penerbitan efek tersebut. Ketentuan
ini mengacu pada PSAK 55 (Revisi 2013) Instrumen Keuangan Pengakuan dan
Pengukuran.

C. IMBALAN YANG DIALIHKAN


Dalam suatu kombinasi bisnis, pihak pengakuisisi membayar imbalan
kepada pihak yang diakuisisi atas akuisisi yang dilakukan. Akuisisi pada
prinsipnya adalah pembelian sebuah bisnis, seperti halnya pembelian suatu aset
secara tunai, maka imbalan yang dialihkan atas pembelian tersebut adalah kas.
Imbalan dalam kombinasi bisnis dapat berupa kas, aset non-kas lainnya, efek
utang atau efek ekuitas yang diterbitkan oleh pihak pengakuisisi. Imbalan yang
dialihkan dalam suatu kombinasi bisnis diukur pada nilai wajar, yang dihitung
sebagai hasil penjumlahan dari nilai wajar tanggal akuisisi atas seluruh aset yang
dialihkan oleh pihak pengakuisisi, liabilitas yang diambil alih oleh pihak
pengakuisisi kepada pemilik pihak yang diakuisisi sebelumnya. Jika imbalan yang
dialihkan berupa kas, maka nilai wajarnya sama dengan nilai nominalnya. Namun
jika imbalan yang dialihkan selain kas, maka timbul konsenkuensi harus diukur
pada nilai wajar. Pengukuran nilai wajar atas imbalan yang dialihkan mengacu
kepada pengukuran nilai wajar pada PSAK 68 (2013).

D. GOODWILL
Goodwill adalah aset yang diklasifikasikan sebagai aset takberwujud.
Goodwill muncul pada saat entitas melakukan akuisisi entitas lain. Goodwill akan

10
diakui oleh entitas yang melakukan akuisisi. Goodwill mencerminkan manfaat
ekonomi yang timbul dari aset yang diperoleh dalam kombinasi bisnis yang tidak
dapat diidentifikasikan secara individu sehingga harus diakui secara terpisah.
Goodwill akan terjadi jika harga perolehan dari entitas yang diakuisisi lebih
tinggi dibandingkan nilai wajar entitas yang diakuisisi. Pada saat terjadi goodwill
pihak pengakuisisi membeli dengan harga yang lebih mahal dari nilai wajar
entitas yang diakuisisi. Pada transaksi tersebut nilai aset pihak pengakuisisi telah
menunjukkan nilai wajar pada tanggal tersebut, maka kelebihan harga beli
tersebut tidak dapat diidentifikasikan ke aset yang ada, sehingga harus diakui
bentuk aset baru yaitu goodwill. Pihak pengakuisisi bersedia membayar lebih
mahal karena memandang ada nilai lebih yang akan dihasilkan oleh entitas yang
diakuisisi melebihi nilai wajarnya. Kelebihan mungkin disebabkan karena
jaringan pemasaran,teknologi, keandalam SDM, dan lain-lain. Lebih spesifik,
nilai goodwill dihitung sebagai berikut :
Goodwill = (imbalan yang dialihkan + kepentingan ekuitas yang
sebelumnya dimiliki oleh pihak pengakuisisi + kepentingan nonpengendali pada
pihak yang diakuisisi) – aser teridentifikasi yang diperoleh dan liablitas yang
diambil alih.
Nilai-nilai dalam perhitungan di atas diukur pada nilai wajar pada tanggal
akuisisi. Sebagai gambaran, perhitungan di atas dapat juga dilihat seperti Gambar
1.1 berikut :
GAMBAR 1.1
Perhitungan Nilai Goodwill

Biaya Transaksi

Imbalan yang Goodwill


Dialihkan
Kepentingan Ekuitas
yang Dimiliki Aset
Sebelumnya Teridentifikasi
yang Diperoleh
Kepentingan
dan Liabilitas yang
Nonpengendali
Diambil Alih

11
Untuk akuisisi aset dan liabilitas, goodwill diakui dalam laporan posisi keuangan
pihak pengakuisisi. Sedangkan pada akuisisi saham, goodwill yang timbul pada
akuisisi diakui dalam saldo investasi dalam laporan posisi keuangan pihak
pengakuisisi dan akan diakui secara terpisah pada laporan posisi keuangan
konsolidasian. Goodwill diuji atas penurunan nilai setiap akhir periode pelaporan,
terlepas ada atau tidaknya indikasi penurunan nilai.

E. PENCATATAN TRANSAKSI KOMBINASI BISNIS


Pencatatan transaksi kombinasi bisnis sangat dipengaruhi bagaimana
bentuk transaksi tersebut dilakukan. Transaksi kombinasi bisnis akan dicatat oleh
pihak yang diakuisisi atau pihak yang melakukan akuisisi. Fokus pembahasan
pada bab ini adalah pencatatan pada pihak yang pengakuisisi. Pencatatan yang
dilakukan oleh pihak pengakuisisi tergantung dari jenis kombinasi bisnis yang
dilakukan.

Contoh 1.1 Merger : Akuisisi Aset Bersih – Imbalan berupa Kas


Pada 31 Desember 2020, PT Permata mengakusisi seluruh asset bersih PT Samara
dalam sebuah merger. Informasi laporan keuangan untuk PT Permata dan PT
Samara pada saat itu adalah :
Laporan Posisi Keuangan
31 Desember 2020
(dalam 000 Rupiah, Kecuali par saham)
PT Permata PT Samara
Nilai Tercatat Nilai Tercatat Nilai Wajar
Kas 480.000 40.000 40.000
Piutang Usaha 280.000 70.000 70.000
Persediaan 340.000 60.000 100.00
Tanah 160.000 80.000 120.000
Bangunan dan Mesin 760.000 620.000 300.000

12
Akumulasi Penyusutan (380.000) (400.000)
Total Aset 1.640.000 470.000 630.000
Utang Usaha 170.000 110.000 110.000
Utang Wesel 300.000 240.000 240.000
Saham Biasa
Nominal Rp. 20.000 400.000 36.000
Nominal Rp. 12.000
Tambahan Modal 320.000 20.000
Disetor
Saldo Laba 450.000 64.000
Total Liabilitas & 1.640.000 470.000
Ekuitas
PT Permata mengalihkan imbalan senilai Rp. 352.000.000 untuk mengakuisisi
asset neto PT Samara. PT Permata mengeluarkan Rp. 200.000.000 untuk biaya
legal.

Atas akuisisi tersebut, maka goodwill yang terjadi dapat dihitung sebagai berikut :

Imbalan yang dialihkan Rp. 352.000.000


Kepentingan yang Dimiliki Sebelumnya -
Kepentingan Nonpengendali -
Jumlah Rp. 352.000.000
Aset Bersih Teridentifikasi Rp. 280.000.000 (Nilai Wajar Aset –
Liabilitas)
Goodwill Rp. 72.000.000

Asset bersih teridentifikasi dihitung dari nilai wajar asset dikurang


liabilitas. Tidak ada kepentingan yang dimiliki sebelumnya karena PT Permata
tidak mengakuisisi secara bertahap, demikian juga dengan nilau kepentingan
nonpengendali karena akuisisi dilakukan atas seluruh asset bersih PT Samara.
Pada contoh ini, akuisis dilakukan terhadap asset bersih sehingga pihak
pengakuisisi mengakui seluruh asset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas

13
yang diambil alih pada nilai wajarnya. Berikut jurnal yang dicatat oleh PT
Permata :

Beban 20.000.000
Kas 20.000.000
Mencatat biaya transaksi

31 Desember 2015
Kas 40.000.000
Piutang Usaha 70.000.000
Persediaan 100.000.000
Tanah 120.000.000
Bangunan dan Mesin 300.000.000
Goodwill 72.000.000
Utang Usaha 110.000.000
Utang Wesel 240.000.000
Kas (Imbalan yang dialihkan) 352.000.000
Mencatat akusisi asset bersih

Atas akuisisi ini, PT Samara sebagai entitas yang dibubarkan akan


menghapusbukukan seluruh asset dan liabilitas yang dimiliki dan menghentikan
operasinya.

Contoh 1.2 Merger : Akuisisi Aset Bersih – Imbalan Berupa Non Kas
Berdasarkan contoh 1.1, seandainya PT Permata menerbitkan 11.000 lembar
saham biasa sebagai imbalan yang dialihkan atas akuisisi tersebut. Nilai wajar
saham PT Permata adalah Rp. 32.000/lembar. Atas penerbitan saham tersebut, PT
Permata juga membayar biaya penerbitan saham senilai Rp. 30.000.000. PT
Permata akan mencatat jurnal sebagai berikut:

31 Desember 2020

14
Beban 20.000.000
Beban Tangguhan 30.000.000
Kas 50.000.000
Mencatat biaya akuisisi

31 Desember 2020
Kas 40.000.000
Piutang Usaha 70.000.000
Persediaan 100.000.000
Tanah 120.000.000
Bangunan dan Mesin 300.000.000
Goodwill 72.000.000
Utang Usaha 110.000.000
Utang Wesel 240.000.000
Saham Biasa (Rp. 20.000 x 220.000.000
11.000)
Tambahan Modal Disetor 102.000.000
Beban Tangguhan 30.000.000
Mencatat akusisi asset bersih

Nilai Tambahan Modal Disetor dihitung sebagai berikut :


Nilai wajar saham (Rp. 32.000 x 11.000) Rp. 352.000.000
Nilai nominal saham (Rp. 20.000 x 11.000) Rp. 220.000.000 -
Nilai Tambahan Modal Disetor Rp. 132 000.000
Beban Tangguhan Rp. 30.000.000
Nilai Tambahan Modal Disetor-Bersih Rp. 102.000.000

Perbedaan jurnal pada Contoh 1.2 ini dibandingkan Contoh 1.1 adalah
pada imbalan yang dialihkan (saham biasa dan tambahan modal disetor). Perlu
diperhatikan bahwa Saham Biasa dan Tambahan Modal Disetor dalam jurnal di

15
atas bukanlah milih PT Samara yang diakui oleh PT Permata namun Imbalan non-
kas yang dibayarkan oleh PT Permata.

Contoh 1.3 Akuisisi Saham – Imbalan berupa Kas

Berdasarkan contoh 1.1 seandainya PT Permata mengakuisisi seluruh saham biasa


PT Samara dengan membayar tunai Rp 352.000.000. Atas akuisisi tersebut, PT
Samara tetap beroperasi dan tidak di bubarkan. PT Permata akan mencatat jurnal
sebagai berikut:
31 Desember 2020
Beban 20.000.000
Kas 20.000.000
Mencatat biaya akuisisi

31 Desember 2020
Investasi pada PT Samara 352.000.000
Kas 352.000.000
Mencatat akuisisi saham

Jurnal yang dicatat PT Permata sangat sederhana karena tidak mencatat


aset dan liabilitas secara individual. Hal ini disebabkan PT Samara tidak
dibubarkan dan tetap menggunakan aset dan liabilitas tersebut dalam operasinya.
Pada tiap akhir priode pelaporan, laporan keuangan PT Permata akan
dikonsolidasikan.
Jika akuisisi dilakukan dengan imbalan non-kas, maka akun kas pada
jurnal akuisisi diganti dengan akun imbalan non-kas tersebut dan diukur pada nilai
wajar.

Contoh 1.4 Konsolidasi: Akuisisi Aset Bersih – Imbalan berupa Kas

Pada 31 Desember 2020, PT Mandiri mengakuisisi seluruh aset bersih PT


Permata dan PT Samara dalam sebuah statutory consolidation. Akuisisi ini

16
menyebabkan dibubarkannya PT Permata dan PT Samara dan bergabung menjadi
entitas baru yaitu PT Mandiri. Informasi laporan keuangan untuk PT Permata dan
PT Samara adalah:

Laporan Posisi Keuangan


31 Desember 2020
(dalam 000 Rupiah)
PT Permata PT Samara
Nilai Tercatat Nilai Wajar Nilai Tercatat Nilai Wajar
Kas 480.000 480.000 40.000 40.000
Piutang Usaha 280.000 280.000 70.000 70.000
Persediaan 340.000 300.000 60.000 100.000
Tanah 160.000 200.000 80.000 120.000
Bangunan dan Mesin 760.000 600.000 620.000 300.000
Akumulasi Penyusutan (380.000) (400.0000)
Total Aset 1.640.000 1.860.000 470.000 630.000
Utang Usaha 170.000 170.000 110.000 110.000
Utang Wesel 300.000 310.000 240.000 240.000
Saham Biasa
Nominal Rp 20.000 400.000 36.000
Nominal Rp 12.000
Tambahan Modal Disetor 320.000 20.000
Saldo Laba 450.000 64.000
Total liabilitas dan Ekuitas 1.640.000 470.000

PT Mandiri mengahlihkan imbalan senilai Rp.1.800.000.000,- untuk mengakuisisi


aset neto PT Permata dan PT Samara. PT Mandiri mengeluarkan Rp.40.000.000,-
untuk biaya legal. Atas akuisisi tersebut , maka goodwill yang terjadi dapat di
hitung sbb :
Imbalan yang dialihkan Rp 1.800.000.000

17
Kepentingan yg dimiliki sebelumnya -
Kepentingan Non pengendali -
Jumlah Rp 1.800.000.000
Aset bersih teridentifikasi Rp 1.660.000.000
Goodwill Rp 140.000.000

Aset bersih teridentifikasi dihitung dari nilai wajar aset dikurangi liabilitas
atas kedua entiitas (Rp.1.380.000.000,- + Rp.280.000.000,-) tidak ada
kepentingan yg dimiliki sebelumnya karena PT Mandiri tidak mengakuisisi secara
bertahap, demikian juga dengan nilai kepentingan non pengendali karena akuisisi
dilakukan atas seluruh aset bersih PT Permata dan PT Samara. Jurnal yang dicatat
ileh PT Mandiri :

31 Desember 2020
Beban 40.000.000
Kas 40.000.000
Mencatat biaya akuisisi

31 Desember 2020
Kas 520.000.000
Piutang Usaha 350.000.000
Persediaan 400.000.000
Tanah 320.000.000
Bangunan dan Mesin 900.000.00
Goodwill 140.000.000
Utang Usaha 280.000.000
Utang Wesel 550.000.000
Kas ( Imbalan yang dialihkan ) 1.800.000.00
Mencatat akuisisi aset bersih

18
Atas akuisisi ini, PT Permata dan PT Samara sebagai entitas yang di bubarkan
akan menghapus bukukan seluruh aset dan liabilitas yang dimiliki dan
menghentikan operasinya.
F. PEMBELIAN DISKON
Pembelian pada nilai imbalan yang lebih rendah daripada nilai wajar aset
teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil alih, kondisi ini disebut
pembelian dengan diskon, yaitu suatu kombinasi bisnis yang mana jumlah nilai
wajar aset teridentifikasi yang dipeoleh dan liabilitas yang diambil alih melebihi
nilai agregat ( imbalan yang dialihkan+kepentingan ekuitas yang sebelumnya
dimiikioleh pihak pengakuisisi + kepentingan non pengendali pada pihak yang
diakuisisi). Selisih tersebut diakui oleh pihak pengakuisisi sebagai keuntungan
dalam laporan laba rugi pada tanggal akuisisi. Keuntungan tersebut diatribusikan
kepada pihak pengakuisisi.

Contoh 1.5 Merger: Akuisisi Aset Neto – Pembelian Diskon


Merujuk pada contoh 1.1, PT Permata mengalihkan imbalan senilai Rp
250.000.000 untuk mengakuisisi aset neto PT Samara. PT Permata mengeluarkan
Rp 20.000.000 untuk biaya legal. Atas akuisisi tersebut, maka googdwill yang
terjadi dapat dihitung sebagai berikut :
Imbalan yang dialihkan Rp 250.000.000
Kepentingan yang Dimiliki Sebelumnya -
Kepentingan Nonpengendali -
Jumlah Rp 250.000.000
Aset bersih Teridentifikasi Rp 280.000.000
Pembelian Diskon Rp 30.000.000

Pada contoh ini, akuisisi imbalan yang dialihkan bernilai lebih rendah dari pada
nilai wajar aset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil alih.
Berikut jurnal yang dicatat oleh PT.Permata

31 Desember 2020

19
Beban 20.000.000
Kas 20.000.000
Mencatat biaya akuisisi
31 Desember 2020
Kas 40.000.000
Piutang Usaha 70.000.000
Persediaan 100.000.000
Tanah 120.000.000
Bangunan dan mesin 300.000.000
Utang Usaha 110.000.000
Utang wesel 240.000.000
Kas (imbalan yang dialihkan) 250.000.000
Keuntungan Pembelian Diskon 30.000.000
Mencatat akuisisi aset bersih

Atas akuisisi ini, selisih pembelian diskon diakui sebagai keuntungan


dalam laporan laba rugi pada periode akuisisi.

E. Akuisisi Bertahap
Akuisisi bertahap terjadi ketika proses akuisisi entitas tidak dilakukan
sekaligus tetapi sebelumnya entitas pengakuisisi memiliki kepemilikan pada
entitas yang diakuisisi. Misalnya Entitas A saat ini memiliki 30% kepemilikan di
Entitas B, kemudian Entitas A menambah kepemilikannya sebesar 25%, sehingga
Entitas A total memiliki 55% kepemilikan Entitas B. Jika dengan 55% Entitas A
memperoleh pengendalian maka proses pembelian 25% saham tersebut
merupakan bentuk akuisisi bertahap. Transaksi kombinasi bisnis akan diterapkan
saat pembelian tambahan 25% saham Entitas B.
Seperti yang digambarkan pada ilustrasi pembuka, Bank Mandiri melakukan
akuisisi secara bertahap dari 60% kemudian di tambah 20% menjadi 80%. Pada
akuisisi bertahap ini, pengendalian sudah diperoleh oleh Bank Mandiri sejak

20
akuisisi pertama, sehingga akuisisi tambahan tidak mengubah substansi
pengendalian yang dimiliki oleh Bank Mandiri. Pembahasan lebih rinci atas
akuisisi bertahap dapat dilihat pada Bab 8.

G. Kombinasi Bisnis Tanpa Pengalihan Imbalan


Ketika investor memiliki investasi pada saham entitas lain yang awalnya tidak
memiliki pengendalian namun pengendalian dapat diperoleh tanpa adanya
pengalihan imbalan. Hal ini dapat terjadi diantaranya karena
1. Pihak yang diakuisisi membeli kembali sahamnya dari pihak lain sehingga
pihak pengakuisisi memperoleh pengendalian. Hal ini disebabkan jumlah
lembar saham yang dimiliki pengakuisisi tetap namun jumlah lembar saham
beredar berkurang sehingga proporsi kepemilikan pihak pengakuisisi
meningkat.
2. Hilangnya hak veto yang sebelumnya menghalangi pengakuisisi untuk
mengendalikan. Hal ini terjadi ketika pengakuisisi memiliki hak suara
mayoritas,namun tidak memiliki pengendalian karena ada investor lain yang
memiliki hak veto. Ketika hak veto investor lain tersebut hilang maka pihak
pengakuisisi akan memperoleh pengendalian dengan sendirinya
3. Pengakuisisi dan yang diakuisisi sepakat untuk mengombinasikan bisnisnya
dengan kontrak semata.

1.4 PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN KOMBINASI BISNIS


A. Penyajian
Pada bagian sebelumnya telah dibahas bahwa akuisisi terdiri dari 2 jenis
yaitu akuisisi aset bersih dan akuisisi saham. Pada akuisisi aset bersih (merger dan
konsolidasi), seluruh aset teridentifikasi dan liabilitas pihak yang diakuisisi
langsung diakui secara individual pada tanggal akuisisi oleh pihak pengakuisisi
pada nilai wajarnya. Dengan demikian,aset dan liabilitas pihak yang diakuisisi
tersebut,termasuk goodwill yang timbul akan digabungkan dengan aset dan
liabilitas pihak pengakuisisi dan disajikan pada laporan keuangan pihak

21
pengakuisisi. Jadi, kombinasi bisnis dan kombinasi aset dan liabilitas secara
akuntansi sudah langsung terjadi sejak awal akuisisi sehingga tidak diperlukan
prosedur konsolidasi laporan keuangan lebih lanjut dikemudian hari.
Sedangkan pada akuisisi saham, seluruh aset teridentifikasi dan liabilitas
pihak yang diakuisisi tidak langsung diakui secara individual pada tanggal akuisisi
oleh pihak pengakuisisi. Pihak pengakuisisi hanya mengakui saldo investasi
sebagai representasi atas aset dan liabilitas tersebut. Termasuk goodwill yang
timbul saat akuisisi. Pada akhir periode pelaporan, jika memiliki pengendalian,
pihak pengakuisisi akan mengkonsolidasikan laporan keuangannya dengan pihak
yang diakuisisi sehingga aset dan liabilitas kedua phak akan disajikan pada
laporan keuangan konsolidasian. Jadi, kombinasi bisnis serta kombinasi aset dan
liabilitas secara akuntansi tidak terjadi bersamaan sejak awal akuisisi sehingga
diperlukan prosedur konsolidasi laporan keuangan secara reguler di kemudian
hari. Prosedur konsolidasi ini yang akan dibahas pada bab-bab selanjutnya

B. Pengungkapan
Berdasarkan PSAK 22, pihak pengakuisisi mengungkapkan informasi
yang memungkinkan pengguna laporan keuangan agar dapat mengevaluasi sifat
dan dampak keuangan dari kombinasi bisnis yang terjadi, baik selama periode
pelaporan berjalan ataupun setelah akhir periode pelaporan tetapi sebelum tanggal
penyelesaian laporan keuangan.
Pihak pengakuisisi juga mengungkapkan informasi yang memungkinkan
pengguna laporan keuangan dapat mengevaluasi dampak keuangan dari
penyesuaian yang diakui pada periode pelaporan berjalan yang berhubungan
dengan kombinasi bisnis yang terjadi pada periode tersebut atau periode
pelaporan sebelumnya.

1.5 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

22
Ketika sebuah entitas melakukan transaksi kombinasi bisnis, laporan
keuangan entitas tersebut akan berbeda dibandingkan dengan laporan keuangan
entitas periode sebelumnya. Jika kombinasi bisnis tersebut dilakukan dengan
melakukan akuisisi entitas lain dengan ukuran yang signifikan maka akan terjadi
perubahan material atas komponen laporan keuangan.
Jika pembaca laporan keuangan ingin membandingkan laporan keuangan
dari periode sebelumnya, padahal entitas tersebut melakukan aksi korporasi
kombinasi usaha, maka analisis harus dilakukan dengan hati-hati. Analisis
biasanya akan memberikan perhatian besar apakah kinerja usaha sebelum dan
sesudah dilakukan kombinasi mengalami perubaham atau tetap sama.

23
DAFTAR PUSTAKA
(Dwi, Martani, & Dkk, 2016)
Martani, D. d. (2016). Akuntansi Keuangan Lanjutan 1. Jakarta Selatan: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai