RESUME BAB 1
KOMBINASI BISNIS
2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ............................................................................................................ i
BAB 1 KOMBINASI BISNIS ................................................................................ 1
1.1 LATAR BELAKANG .............................................................................. 1
A. MOTIVASI .............................................................................................. 1
B. KEUNTUNGAN KOMBINASI BISNIS ................................................. 1
C. PENGEMBANGAN BISNIS ................................................................... 2
D. ASPEK ETIKA DALAM KOMBINASI BISNIS ................................... 2
E. JENIS KOMBINASI BISNIS .................................................................. 2
F. STANDAR AKUNTANSI BISNIS KOMBINASI ................................. 4
1.2 KOMBINASI BISNIS DAN PENGENDALIAN .................................... 6
A. DEFINISI ................................................................................................. 6
B. PENGENDALIAN ................................................................................... 6
C. BISNIS ..................................................................................................... 7
D. IDENTIFIKASI KOMBINASI BISNIS .................................................. 8
1.3 AKUNTANSI KOMBINASI BISNIS ..................................................... 9
A. PENGAKUAN DAN PENGUKURAN ASET DAN LIABILITAS ....... 9
B. BIAYA TRANSAKSI .............................................................................. 9
C. IMBALAN YANG DIALIHKAN ......................................................... 10
D. GOODWILL .......................................................................................... 10
E. PENCATATAN TRANSAKSI KOMBINASI BISNIS ......................... 12
F. PEMBELIAN DISKON ......................................................................... 19
G. Kombinasi Bisnis Tanpa Pengalihan Imbalan ........................................ 21
1.4 PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN KOMBINASI BISNIS ......... 21
A. Penyajian ................................................................................................ 21
B. Pengungkapan ........................................................................................ 22
1.5 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN .................................................. 22
i
BAB 1
KOMBINASI BISNIS
1.1 LATAR BELAKANG
A. MOTIVASI
Perusahaan menjadi semakin besar akibat pertumbuhan dan perkembangan
usaha. Perkembangan dapat terjadi melalui pertumbuhan organik dan unorganik.
Pertumbuhan organik adalah pertumbuhan perusahaan secara natural akibat
peningkatan skala usaha dan pendiriian usaha baru. Pertumbuhan unorganik
adalah pertumbuhan perusahaan akibat akuisisi dan pembelian perubahan yang
sudah berjalan.
Perusahaan melakukan kombinasi bisnis dengan berbagai tujuan dan
motivasi. Motivasi umum dalam melakukan kombinasi bisnis adalah ingin agar
entitas tersebut menjadi lebih besar dan berkembang. Semakin besar perusahaan,
inverstor akan memperoleh pengembalian investasi (return) yang semakin besar
dan investasinya. Ada beberapa spesifik kombinasi bisnis :
a. Menjadikan entitas lebih besar
b. Menghindari pengambilan oleh entitas lain
c. Mensinergikan sumber daya yang dimiliki
d. Kompensasi yang diterima manajeman terkadang dikaitkan dengan ukuran
perusahaan
e. Meningkatkan kebanggaan entitas
1
C. PENGEMBANGAN BISNIS
Pengembangan bisnis dapat dilakukan secara internal maupun eksternal.
Pengembangan bisnis internal dapat dilakukan dengan pembentukan entitas baru
secara internal. Dalam rangka pengembangan bisnis entitas membentuk entitas
anak melalui penyetoran modal secara tunai. Tujuan untuk mmbentuk entitas baru
yaitu untuk membuka pasar yang lebih luas atau memperluas jaringan peoduksi.
Bentuk pengembangan bisnis internal dapat juga di lakukan melalui
kombinasi bisnis internal atau sering disebut sebagai restrukrisasi entitas
sepengendali. Kombinasi bisnis dilakukan oleh entitas anak yang dimiliki olen
satu entitas induk. Contoh ya seperti PT A memiliki entitas anak PT B dan PT C,
kombisi bisnis dilakukan dengan menjual kepemilikan PT A pada saham PT C
kepada PT B. Bentuk kombinasi bisnis tersebut merupaka bentuk rekturisasi
entitas sepengendali.
Pengembangan bisnis secara eksternal dilakukan dengan membeli atau
mengakutisisi entitas lain di luar entitas. Pengembangan bisnis yang sebenarnya
hanya terjadi jika pengembangan bisnis secara eksternal, karena pengembangan
ini benar- benar terjadi perusahaan menjadi bertambah besar.
2
Kombinasi bisnis dapat di lihat dari aspek strategi perusahaan. Perusahaan
melakukan kombinasi bisnis dalam rangka mengembangkan usahanya.
Pengembangan usaha dapat dilakukan melalui integrasi vertical horizontal dan
konglomerasi.
a. Integrasi vertical adalah kombinasi bisnis dengan melakukan akuisisi entitas
yang memiliki hubungan pemasok atau distribusi.
Misalnya entitas produsen mie instan mengakuisisi entitas produsen gandum
yang merupakan bahan baku mie instan atau mengakuisisi entitas distribusi mie
instan, proses ini disebut integrasi hulu.
b. Intergrasi horizontal adalah kombinasi bisnis dengan melakukan akuisisi
entitas yang menghasilkan produksi sejenis atau produksi yang berkaitan.
Misalnya entitas produsen mie instan mengakuisisi entitas produsen kecap,
saus, makanan kecil lainnya yang bahan bakunya sejenis mie instan.
c. Konglomerasi adalah kombinasi bisnis dengan melakukan akuisisi entitas
yang tidak memiliki hubungan dengan entitas.
Misalnya grup usaha dengan berbagai produk yang dihasilkan dan bergerak
dalam beberapa industry yang berbeda misalnya perusahaan mie instan
mengakuisisi bank, asuransi,perusahaan otomotif.
2. Bentuk Entitas
a. Marger (Statutory merger) adalah kombinasi bisnis yang dilakukan dengan
menggabungkan dua atau lebih entitas, dimana entitas yang diakuisisi
dibubarkan serta semua asset dan habitatnya di ambil oleh pihak yang
mengakuisisi.
b. Konsolidasi (Statutory consolidation) adalah kombinasi bisnis dengan
membentuk satu entitas dibentuk dengan mengambil alih semua asset dan
liabilitas entitas yang bergabung.
c. Akuisisi (Stock acquisition) adalah kombinasi dengan membeli kepemilikan
entitas yang diakuisisi, namun entitas yang di akuisisi tetap berdiri hanya
dikendalikan oleh entitas pengekuasisi.
3. Metode Akutansi
Ada dua metode yaitu :
3
a. Metode Polling of interest atau penyatuan kepentingan masing-masing pihak
akan menyatukan kepentingan bisnisnya sehingga tidak diperlukan penilaian
asset ulang dalam liabilitas entitas yang bergabung.
b. Merode Pardiase atau pembalian atau akuisisi dasar pencatatanya adalah nilai
wajar pada tanggan akuisisi, karena kombinasi bisnis di anggap sebagai
pembentukan entitas baru, sehingga di lakukan penilaian atas asset bersih etitas
yang bergabung.
4
lagi diamortisasi tetapi akan diturunkan nilainya sesuai dengan ketentuan dalam
PSAK 48 (Revisi 13) penurunan nilai. Jika terjadi goodwill negatif akan diakui
sebagai pendapatan pada tanggal akuisisi.
2. Restrukturisasi Entitas Sepengendali
Restrukturisasi entitas sepengendali (RES) diatur khusus dalam PSAK 38
(Revisi 2012) Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali. RES adalah kombinasi
bisnis yang semua entitas atau bisnis yang bergabung, pada akhirnya dikendalikan
oleh pihak yang sama (baik sebelum maupun sesudah kombinasi bisnis) dan
pengendaliannya tidak bersifat sementara. RES tidak diatur secara khusus dalam
IFRS sehingga PSAK 38 (Revisi 2012) merupakan PSAK yang disusun oleh
Dewan Akuntansi Keuangan (DSAK) tanpa mengacu pada IFRS.
Contoh transaksi RES misalnya, entitas induk memindahkan sebagian aset
neto dari entitas anak yang dimilikinya menjadi asset entitas induk. Entitas induk
mengalihkan sebagain hak kepemilikan entitas anak ke entitas anak lainnya.
Entitas induk menukar kepemilikannya aset neto dalam entitas anak dengan
saham tambahan yang diterbitkan oleh entitas anak lain. Perubahan tersebut akan
menyebabkan perubahan bentuk hokum kepemilikan di entitas anak atau entitas
induk, tetapi bukan perubahan substansi ekonomi. Substansi ekonomi atas
transaksi tersebut tidak berubah karena dilakukan pada entitas yang dikendalikan
oleh pihak yang sama, sehingga walaupun terjadi pengalihan namun tetap akan
masuk dalam laporan keuangan konsolidasian.
RES bukan merupakan perubahan kepemilikan dalam arti substansi
ekonomi sehingga dalam transaksi tersebut tidak boleh menimbulkan laba atau
rugi. Transaksi RES diakui pada jumlah tercatat berdasarkan metode penyatuan
kepemilikan. Metode penyatuan kepemilikan dianggap sebagai metode paling
tepat untuk mencerminkan sifat transaksi kombinasi bisnis entitas sepengendali
yang pada dasarnya tidak mengakibatkan perubahan substansi ekonomi yang
signifikan.
3. Aspek Perpajakan dalam Kombinasi Bisnis
Pajak nerupakan hal yang diperhatikan dalam proses merger dan akuisisi
perusahaan. Proses merger dan akuisisi melibatkan transfer asset dan liabilitas.
5
Pajak harus dibayar oleh pihak yang melakukan pengalihan aset. Jika yang
dialihkan tanah dan bangunan akan dikenakan 5% pajak final atas nilai jual. Jika
bukan tanah dan bangunan akan dikenakan pajak penghasilan sebesar keuntungan
dari selisih nilai wajar dengan nlai buku.
Perusahaan yang ingin menggunakan nilai buku harus mengajukan permohonan
kepada Dirjen Pajak dengan melampirkan tujuan melakukan Merger, melunasi
seluruh pajak dan memenuhi persyaratan tujuan bisnis ( business purpose test ).
business purpose test dilakukan untuk memastikan bahwa tujuan merger untuk
menciptakan sinergi yang kuat dan memperkuat struktur permodalan serta tidak
dilakukan untuk menghindarkan pajak.
B. PENGENDALIAN
Definisi pengendalian awalnya dijelaskan dalam PSAK 22 (penyesuaian
2014) Sebagai kekuasaan untuk mengatur keuanagan dan operasi entitas yang
diakuisisi. Namun definisi pengendalian tersebut diganti dengan definisi
pengendalian seiring terbitnya PSAK 65 Laporan Keuangan Konsolidasian dan
PSAK 22 (penyesuaian 2014) kombinasi bisnis. Menurut PSAK 65, investor
mengendalikan investee ketika :
6
1. Investor memiliki kekuasaan (power) atas investee
2. Investor terekspos atau memiliki hak atas imbal hasil variable (variable return)
dari keterlibatannya dengan investee
3. Investor memiliki kemampuan untuk mempengaruhi imbal hasil tersebut
melalui kekuasaannya atas investee
Investor memiliki kekuasaan atas investee ketika investor saat ini memiliki
hak berupa kemampuan kini untuk mengarahkan aktivitas relevan. Aktivitas
relevan adalah aktivitas yang secara signifikan memengaruhi imbal hasil investee.
Investor dikatakan terekspos atau memiliki hak atas imbal hasil yang akan
diterima investor atas keterlibatannya tersebut dapat bervariasi tergantung dari
kinerja investee.
Investor mengendalikan investee ketika investor terekspos atau memiliki
hak atas imbal hasil variable dari keterlibatannya dengan investee dan memiliki
kemampuan untuk memengaruhi imbal hasil tersebut melalui kekuasaannya atas
investee.
Contoh paling sederhana adalah investor A yang merupakan pemegang
saham mayoritas pada investee B. sebagai pemegang saham mayoritas, investor A
memiliki kekuasaan atas investee B dari hak suara yang dimilikinya. Selain itu,
imbal hasil yang akan diterima investor A adalah dividen yang nilainya
tergantung dari kinerja (laba) yang diperoleh investee B. dengan kekuasaan yang
dimiliki, investor A dapat menentukan jumlah dividen yang akan diterima dari
investee B. berbeda halnya jika imvestor C yang memiliki obligasi investee B
obligasi tidak memiliki hak suara dan imbal hasil (bunga) bersifat tetap. Oleh
karena itu investor C tidak memiliki pengendalian atas investee B meskipun
investor C memiliki seluruh obligasi investee B.
C. BISNIS
Bisnis adalah suatu rangkaian terpadu dari kegiatan dan aset yang mampu
dikelola dengan tujuan memberikan hasil dalam bentuk dividen, efisiensi biaya
atau manfaat ekonomi lainnya secara langsung kepada pemilik entitas. Suatu
7
rangkaian terpadu dari kegiatan tersebut paling tidak meliputi input, proses, dan
output.
8
2. Merupakan bagian yang dipertukarkan antara pihak pengakuisisi dan pihak
yang diakuisisi dalam transaksi kombinasi bisnis. Bukan hasil transaksi
terpisah diluar kombinasi bisnis.
Dalam menentukan aset teridentifikasi yang diperoleh, liabilitas yang
diambil alih memungkinkan munculnya aset dan liabilitas yang sebelumnya tidak
akui oleh pihak yang diakuisisi. Misalnya, pihak pengakuisisi mengakui aset tak
berwujud yang dapat diidentifikasi yang diperoleh seperti merek, paten, atu
hubungan pelanggan yang tidak diakui oleh pihak yang diakuisisi sebagai aset
dalam laporan keuangannya karena pihak yang diakuisisi mengembangkannya
secara internal dan sebelum kombinasi bisnis memperlakukan biaya terkait
sebagai beban.
B. BIAYA TRANSAKSI
Transaksi kombinasi membutuhkan biaya yang besar. Biasanya biaya
tersebut dikeluarkan oleh pihak pengakuisisi, namun tidak menutup kemungkinan
9
pihak yang diakuisisi juga akan mengeluarkan biaya. Biaya tersebut mencakup
biaya makelar (finder’s fees), advis, hukum, akuntansi, penilaian, dan biaya
profesional atau konsultasi lainnya, biaya administrasi umum dan biaya
pendaftaran serta penerbitan efek utang dan efek ekuitas. Biaya-biaya terkait
akuisisi tersebut diakui sebagai beban pada periode saat biaya tersebut terjadi dan
jasa diterima, kecuali biaya untuk menerbitkan efek utang dan ekuitas. Jika pihak
pengakuisisi menerbitkan efek sebagai imbalan yang dialihkan dalam suatu
kombinasi bisnis, maka biaya tersebut diakui sebagai pengurang premium atau
agio/tambahan modal disetor yang timbul atas penerbitan efek tersebut. Ketentuan
ini mengacu pada PSAK 55 (Revisi 2013) Instrumen Keuangan Pengakuan dan
Pengukuran.
D. GOODWILL
Goodwill adalah aset yang diklasifikasikan sebagai aset takberwujud.
Goodwill muncul pada saat entitas melakukan akuisisi entitas lain. Goodwill akan
10
diakui oleh entitas yang melakukan akuisisi. Goodwill mencerminkan manfaat
ekonomi yang timbul dari aset yang diperoleh dalam kombinasi bisnis yang tidak
dapat diidentifikasikan secara individu sehingga harus diakui secara terpisah.
Goodwill akan terjadi jika harga perolehan dari entitas yang diakuisisi lebih
tinggi dibandingkan nilai wajar entitas yang diakuisisi. Pada saat terjadi goodwill
pihak pengakuisisi membeli dengan harga yang lebih mahal dari nilai wajar
entitas yang diakuisisi. Pada transaksi tersebut nilai aset pihak pengakuisisi telah
menunjukkan nilai wajar pada tanggal tersebut, maka kelebihan harga beli
tersebut tidak dapat diidentifikasikan ke aset yang ada, sehingga harus diakui
bentuk aset baru yaitu goodwill. Pihak pengakuisisi bersedia membayar lebih
mahal karena memandang ada nilai lebih yang akan dihasilkan oleh entitas yang
diakuisisi melebihi nilai wajarnya. Kelebihan mungkin disebabkan karena
jaringan pemasaran,teknologi, keandalam SDM, dan lain-lain. Lebih spesifik,
nilai goodwill dihitung sebagai berikut :
Goodwill = (imbalan yang dialihkan + kepentingan ekuitas yang
sebelumnya dimiliki oleh pihak pengakuisisi + kepentingan nonpengendali pada
pihak yang diakuisisi) – aser teridentifikasi yang diperoleh dan liablitas yang
diambil alih.
Nilai-nilai dalam perhitungan di atas diukur pada nilai wajar pada tanggal
akuisisi. Sebagai gambaran, perhitungan di atas dapat juga dilihat seperti Gambar
1.1 berikut :
GAMBAR 1.1
Perhitungan Nilai Goodwill
Biaya Transaksi
11
Untuk akuisisi aset dan liabilitas, goodwill diakui dalam laporan posisi keuangan
pihak pengakuisisi. Sedangkan pada akuisisi saham, goodwill yang timbul pada
akuisisi diakui dalam saldo investasi dalam laporan posisi keuangan pihak
pengakuisisi dan akan diakui secara terpisah pada laporan posisi keuangan
konsolidasian. Goodwill diuji atas penurunan nilai setiap akhir periode pelaporan,
terlepas ada atau tidaknya indikasi penurunan nilai.
12
Akumulasi Penyusutan (380.000) (400.000)
Total Aset 1.640.000 470.000 630.000
Utang Usaha 170.000 110.000 110.000
Utang Wesel 300.000 240.000 240.000
Saham Biasa
Nominal Rp. 20.000 400.000 36.000
Nominal Rp. 12.000
Tambahan Modal 320.000 20.000
Disetor
Saldo Laba 450.000 64.000
Total Liabilitas & 1.640.000 470.000
Ekuitas
PT Permata mengalihkan imbalan senilai Rp. 352.000.000 untuk mengakuisisi
asset neto PT Samara. PT Permata mengeluarkan Rp. 200.000.000 untuk biaya
legal.
Atas akuisisi tersebut, maka goodwill yang terjadi dapat dihitung sebagai berikut :
13
yang diambil alih pada nilai wajarnya. Berikut jurnal yang dicatat oleh PT
Permata :
Beban 20.000.000
Kas 20.000.000
Mencatat biaya transaksi
31 Desember 2015
Kas 40.000.000
Piutang Usaha 70.000.000
Persediaan 100.000.000
Tanah 120.000.000
Bangunan dan Mesin 300.000.000
Goodwill 72.000.000
Utang Usaha 110.000.000
Utang Wesel 240.000.000
Kas (Imbalan yang dialihkan) 352.000.000
Mencatat akusisi asset bersih
Contoh 1.2 Merger : Akuisisi Aset Bersih – Imbalan Berupa Non Kas
Berdasarkan contoh 1.1, seandainya PT Permata menerbitkan 11.000 lembar
saham biasa sebagai imbalan yang dialihkan atas akuisisi tersebut. Nilai wajar
saham PT Permata adalah Rp. 32.000/lembar. Atas penerbitan saham tersebut, PT
Permata juga membayar biaya penerbitan saham senilai Rp. 30.000.000. PT
Permata akan mencatat jurnal sebagai berikut:
31 Desember 2020
14
Beban 20.000.000
Beban Tangguhan 30.000.000
Kas 50.000.000
Mencatat biaya akuisisi
31 Desember 2020
Kas 40.000.000
Piutang Usaha 70.000.000
Persediaan 100.000.000
Tanah 120.000.000
Bangunan dan Mesin 300.000.000
Goodwill 72.000.000
Utang Usaha 110.000.000
Utang Wesel 240.000.000
Saham Biasa (Rp. 20.000 x 220.000.000
11.000)
Tambahan Modal Disetor 102.000.000
Beban Tangguhan 30.000.000
Mencatat akusisi asset bersih
Perbedaan jurnal pada Contoh 1.2 ini dibandingkan Contoh 1.1 adalah
pada imbalan yang dialihkan (saham biasa dan tambahan modal disetor). Perlu
diperhatikan bahwa Saham Biasa dan Tambahan Modal Disetor dalam jurnal di
15
atas bukanlah milih PT Samara yang diakui oleh PT Permata namun Imbalan non-
kas yang dibayarkan oleh PT Permata.
31 Desember 2020
Investasi pada PT Samara 352.000.000
Kas 352.000.000
Mencatat akuisisi saham
16
menyebabkan dibubarkannya PT Permata dan PT Samara dan bergabung menjadi
entitas baru yaitu PT Mandiri. Informasi laporan keuangan untuk PT Permata dan
PT Samara adalah:
17
Kepentingan yg dimiliki sebelumnya -
Kepentingan Non pengendali -
Jumlah Rp 1.800.000.000
Aset bersih teridentifikasi Rp 1.660.000.000
Goodwill Rp 140.000.000
Aset bersih teridentifikasi dihitung dari nilai wajar aset dikurangi liabilitas
atas kedua entiitas (Rp.1.380.000.000,- + Rp.280.000.000,-) tidak ada
kepentingan yg dimiliki sebelumnya karena PT Mandiri tidak mengakuisisi secara
bertahap, demikian juga dengan nilai kepentingan non pengendali karena akuisisi
dilakukan atas seluruh aset bersih PT Permata dan PT Samara. Jurnal yang dicatat
ileh PT Mandiri :
31 Desember 2020
Beban 40.000.000
Kas 40.000.000
Mencatat biaya akuisisi
31 Desember 2020
Kas 520.000.000
Piutang Usaha 350.000.000
Persediaan 400.000.000
Tanah 320.000.000
Bangunan dan Mesin 900.000.00
Goodwill 140.000.000
Utang Usaha 280.000.000
Utang Wesel 550.000.000
Kas ( Imbalan yang dialihkan ) 1.800.000.00
Mencatat akuisisi aset bersih
18
Atas akuisisi ini, PT Permata dan PT Samara sebagai entitas yang di bubarkan
akan menghapus bukukan seluruh aset dan liabilitas yang dimiliki dan
menghentikan operasinya.
F. PEMBELIAN DISKON
Pembelian pada nilai imbalan yang lebih rendah daripada nilai wajar aset
teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil alih, kondisi ini disebut
pembelian dengan diskon, yaitu suatu kombinasi bisnis yang mana jumlah nilai
wajar aset teridentifikasi yang dipeoleh dan liabilitas yang diambil alih melebihi
nilai agregat ( imbalan yang dialihkan+kepentingan ekuitas yang sebelumnya
dimiikioleh pihak pengakuisisi + kepentingan non pengendali pada pihak yang
diakuisisi). Selisih tersebut diakui oleh pihak pengakuisisi sebagai keuntungan
dalam laporan laba rugi pada tanggal akuisisi. Keuntungan tersebut diatribusikan
kepada pihak pengakuisisi.
Pada contoh ini, akuisisi imbalan yang dialihkan bernilai lebih rendah dari pada
nilai wajar aset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil alih.
Berikut jurnal yang dicatat oleh PT.Permata
31 Desember 2020
19
Beban 20.000.000
Kas 20.000.000
Mencatat biaya akuisisi
31 Desember 2020
Kas 40.000.000
Piutang Usaha 70.000.000
Persediaan 100.000.000
Tanah 120.000.000
Bangunan dan mesin 300.000.000
Utang Usaha 110.000.000
Utang wesel 240.000.000
Kas (imbalan yang dialihkan) 250.000.000
Keuntungan Pembelian Diskon 30.000.000
Mencatat akuisisi aset bersih
E. Akuisisi Bertahap
Akuisisi bertahap terjadi ketika proses akuisisi entitas tidak dilakukan
sekaligus tetapi sebelumnya entitas pengakuisisi memiliki kepemilikan pada
entitas yang diakuisisi. Misalnya Entitas A saat ini memiliki 30% kepemilikan di
Entitas B, kemudian Entitas A menambah kepemilikannya sebesar 25%, sehingga
Entitas A total memiliki 55% kepemilikan Entitas B. Jika dengan 55% Entitas A
memperoleh pengendalian maka proses pembelian 25% saham tersebut
merupakan bentuk akuisisi bertahap. Transaksi kombinasi bisnis akan diterapkan
saat pembelian tambahan 25% saham Entitas B.
Seperti yang digambarkan pada ilustrasi pembuka, Bank Mandiri melakukan
akuisisi secara bertahap dari 60% kemudian di tambah 20% menjadi 80%. Pada
akuisisi bertahap ini, pengendalian sudah diperoleh oleh Bank Mandiri sejak
20
akuisisi pertama, sehingga akuisisi tambahan tidak mengubah substansi
pengendalian yang dimiliki oleh Bank Mandiri. Pembahasan lebih rinci atas
akuisisi bertahap dapat dilihat pada Bab 8.
21
pengakuisisi. Jadi, kombinasi bisnis dan kombinasi aset dan liabilitas secara
akuntansi sudah langsung terjadi sejak awal akuisisi sehingga tidak diperlukan
prosedur konsolidasi laporan keuangan lebih lanjut dikemudian hari.
Sedangkan pada akuisisi saham, seluruh aset teridentifikasi dan liabilitas
pihak yang diakuisisi tidak langsung diakui secara individual pada tanggal akuisisi
oleh pihak pengakuisisi. Pihak pengakuisisi hanya mengakui saldo investasi
sebagai representasi atas aset dan liabilitas tersebut. Termasuk goodwill yang
timbul saat akuisisi. Pada akhir periode pelaporan, jika memiliki pengendalian,
pihak pengakuisisi akan mengkonsolidasikan laporan keuangannya dengan pihak
yang diakuisisi sehingga aset dan liabilitas kedua phak akan disajikan pada
laporan keuangan konsolidasian. Jadi, kombinasi bisnis serta kombinasi aset dan
liabilitas secara akuntansi tidak terjadi bersamaan sejak awal akuisisi sehingga
diperlukan prosedur konsolidasi laporan keuangan secara reguler di kemudian
hari. Prosedur konsolidasi ini yang akan dibahas pada bab-bab selanjutnya
B. Pengungkapan
Berdasarkan PSAK 22, pihak pengakuisisi mengungkapkan informasi
yang memungkinkan pengguna laporan keuangan agar dapat mengevaluasi sifat
dan dampak keuangan dari kombinasi bisnis yang terjadi, baik selama periode
pelaporan berjalan ataupun setelah akhir periode pelaporan tetapi sebelum tanggal
penyelesaian laporan keuangan.
Pihak pengakuisisi juga mengungkapkan informasi yang memungkinkan
pengguna laporan keuangan dapat mengevaluasi dampak keuangan dari
penyesuaian yang diakui pada periode pelaporan berjalan yang berhubungan
dengan kombinasi bisnis yang terjadi pada periode tersebut atau periode
pelaporan sebelumnya.
22
Ketika sebuah entitas melakukan transaksi kombinasi bisnis, laporan
keuangan entitas tersebut akan berbeda dibandingkan dengan laporan keuangan
entitas periode sebelumnya. Jika kombinasi bisnis tersebut dilakukan dengan
melakukan akuisisi entitas lain dengan ukuran yang signifikan maka akan terjadi
perubahan material atas komponen laporan keuangan.
Jika pembaca laporan keuangan ingin membandingkan laporan keuangan
dari periode sebelumnya, padahal entitas tersebut melakukan aksi korporasi
kombinasi usaha, maka analisis harus dilakukan dengan hati-hati. Analisis
biasanya akan memberikan perhatian besar apakah kinerja usaha sebelum dan
sesudah dilakukan kombinasi mengalami perubaham atau tetap sama.
23
DAFTAR PUSTAKA
(Dwi, Martani, & Dkk, 2016)
Martani, D. d. (2016). Akuntansi Keuangan Lanjutan 1. Jakarta Selatan: Salemba Empat.