BAB 7
AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN
PENDAHULUAN
terkait dengan memotong pajak atas pembayaran beban yang dikeluarkan oleh entitas.
Kewajiban memotong pajak pihak lain (pihak ketiga) dalam pajak disebut pajak
witholding. Pajak pihak lain yang telah dipotong tersebut akan dicatat sebagai utang
pajak dan akan dibayarkan ke kas negara sebelum jatuh tempo. Sesuai regulasi yang
saat ini berlaku, kewajiban pajak witholdingakan terutang pada setiap akhir bulan dan
akan dibayarkan pada awal bulan berikutnya. Jika pada tanggal pelaporan pajak yang
telah dipotong tersebut belum disetorkanke kas negaraakan diakui sebagai utang pajak.
Salah satu kewajiban pajak entitas adalah membayar pajak dan
mengadministrasikan pajak atas penghasilan entitas. Pajak yang telah dibayarkan
tersebut secara akuntansi akan dicatat dan disajikan dalam laporan keuangan. Namun
secara akuntansi, atas laba yang diperoleh sebuah entitas juga harus diperhitungkan
pajaknya sesuai dengan konsep dasar matching cost against revenue.
Pajak penghasilan dalam laporan keuangan diatur dalam PSAK 46 (Revisi 2013)
Pajak Penghasilan.PSAK ini hanya membahas tentang beban pajak penghasilan yang
disajikan dalam laporan keuangan dan aset atau liabilitas yang timbul akibat pengakuan
beban pajak penghasilan entitas. Beban pajak akan muncul di semua laporan
keuangan, namun masih sedikit pihak yang memahami bagaimana menghitung beban
pajak sebuah entitas dengan benar sesuai dengan regulasi pajak dan juga sesuai
dengan PSAK. Perhitungan beban pajak perusahaan memerlukan pemahaman PSAK
46 (Revisi 2013) dan juga regulasi pajak penghasilan, karena nilai beban pihak juga
dipengaruhi oleh perhitungan pajak menurut regulasi pajak.
Perhitungan laba menurut akuntansi dan pajak tidak sama, karena laba menurut
pajak dihitung berdasarkan ketentuan dalam regulasi perpajakan.Laba menurut
akuntansi dihitung berdasarkan konsep pengakuan pendapatan dan beban menurut
standar akuntansi.Perbedaan pengakuan tersebut dapat bersifat temporer dan
permanen. Perbedaan yang bersifat temporer akan terpulihkan di masa mendatang
sehingga secara total nilainya sama hanya terdapat perbedaan pada setiap periode
pengakuan. Perbedaan permanen adalah perbedaan yang tidak akan pernah
terpulihkan. Perbedaan temporer tersebut akan diakui sebagai pajak tangguhan dalam
laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif maupun laporan posisi keuangan.
Perbedaan pengaturan menurut pajak dan akuntansi berlaku umum hampir di
setiap negara. Perbedaan ini juga mengundang perhatian para peneliti akuntansi untuk
menganalisis factor factor yang menyebabkan perbedaan tersebut.Dalam penelitian
perpajakan, perbedaan antara akuntansi dan pajak sering disebut sebagai book tax gap
atau book tax difference.Perbedaan tersebut dapat dilihat sebagai bentuk perencanaan
pajak atau dapat juga dipandang sebagai bentuk penghindaran pajak.
PAJAK PENGHASILAN
Akuntansi Pajak Penghasilan
Informasi pajak penghasilan akan disajikan sebagai beban pajak pada laporan
laba rugi. Konsekuensi pengakuan beban tersebut akan muncul aset atau liabiltas
dalam laporan posisi keunangan. Beban pajak yang muncul dapat berupa beban pajak
kini maupun beban pajak tangguhan.
Topik utama perlakuan akuntansi pajak penghasilan adalah bagaimana
menghitung konsekuensi pajak kini dan masa depan. Pemulihan atau penyelesaian
tercatat aset (liabilitas) mengandung konsekuensi pajak di masa depan. Demikian juga
transaksi atau peristiwa lain pada periode berjalan yang diakui dalam laporan pposisi
keuangan entitas dapat memiliki kosekuensi pembayaran atau pengurangan
pembayaran pajak di masa depan. Entitas mengakui liabilitas atau aset pajak di masa
depan. Entitas mengakui liabilitas atau aset pajak tangguhan atas konsekuensi pajak
akibat pengakuan aset atau liabilitas dalam laporan keuangan.
Pengakuan aset atau liabilitas pajak tangguhan akan memunculkan pendapatan
atau baban pajak tangguhan yang diakui dalam laporan laba rugi dan penghasilan
komprehensif lain. Pengakuan aset pajak tangguhan akan diikuti dengan pengakuan
pendapatan pajak tangguhan. Sebaliknya pengakuan liabilitas pajak tangguhan akan
diikuti dengan pengakuan beban pajak tangguhan.
Pengakuan konsekuensi pajak atas peristiwa dan transaksi dalam laporan laba
rugi dan penghasilan komprehensif mengikuti pengakuannya dalam laporan keuangan.
Jika peristiwa atau transaksi diakui dalam laporan laba rugi maka konsekuensi pajak
penghasilannya akan diakui dalam laporan laba rugi. Namun jika peristiwa dan
transaksi tersebut diakui sebagai penghasilan komprehensif lain maka konsekuensi
pajaknya akan diakui dalam penghasilan komprehensif lain. Dalam beberapa hal
pengakuan transaksi dan peristiwa tidak mengandung konsekuensi pajak di masa
depan, maka tidak akan diakui pajak kini maupun pajak tangguhannya.
Sementara pajak yang ditangguhkan di luar periode pelaporan akan tercermin dalam
beban/pendapatan pajak tangguhan. Pada penerapan awal PSAK 46 ini, banyak
kebingungan para penyusun dan pembaca laporan keuangan memaknai pajak
tangguhan dan konsekuensi munculnya aset/liabilitas pajak tangguhan.Namun dengan
berlalunya waktu, kesulitan penerapan dan juga pemahaman PSAK 46 semakin
meningkat sehingga tidak menimbulkan masalah dalam praktik.
PSAK 46 1997 direvisi dengan mengeluarkan PSAK 46 (Revisi 2010).Revisi
tersebut dimaksudkan untuk menyelaraskan PSAK 46 (1997) dengan ketentuan dalam
IAS 12 Income Tax.Walaupun referensi dalam penyusunan PSAK 46 (1997) adalah
IAS, namun tidak dilakukan adopsi secara penuh dan menambahkan beberapa
ketentuan pajak di Indonesia seperti pajak final dan Surat Ketetapan Pajak (SKP).PSAK
46 (Revisi 2010) tetap mempertahankan aturan pajak final, Surat Ketetapan Pajak,
menambahkan contoh-contoh yang ada dalam lampiran IAS 12 dan penyesuaian
beberapa paragraph sesuai dengan IAS 12.
PSAK 46 (Revisi 2013) menyelaraskan PSAK 46 (Revisi 2010) dengan
perubahan dalam IAS 12 Income tax yang efektif berlaku 1 Januari 2013. Perubahan
dalam Revisi 2013 adalah penghapusan pengaturan mengenai pajak final, Surat
Ketentuan Pajak, pengaturan aset dan liabilitas pajak tangguhan atas aset yang tidak
disusutkan yang dikukur dengan menggunakan model revaluasi dan property investasi
yang diukur dengan menggunakan nilai wajar.
Beban Pajak
Beban pajak adalah jumlah agregat beban pajak kini dan beban pajak tangguhan
yang diperhitungkan atas laba akuntansi yang diakui pada satu periode. Beban pajak
akan dipadankan dengan laba akuntansi yang diakui pada periode tersebut.Pajak kini
adalah jumlah pajak penghasilan yang terutang (dilunasi) atas laba kena pajak (rugi
pajak) untuk satu periode.
Beban pajak kini adalah pajak yang dihitung menurut ketentuan pajak atas
penghasilan yang diperoleh entitas dalam satu periode.Pajak kini untuk entitas
tersendiri (bukan konsolidasian) merupakan pajak terutang dalam satu tahun fiskal yang
tercantum dalam Surat Pemberitahuan Tahunan.Untuk entitas yang terkonsolidasi
dengan anak perusahaan pajak kini merupakan penjumlahan semua pajakterutang
seluruh entitas yang terkonsolidasi.Pajak tidak mengenal konsep konsolidasi, pajak
dibayar oleh masing-masing badan/entitas.Pajak kini untuk entitas yang dikenakan
pajak final adalah pajak terutang atas penghasilan yang diakui dalam periode tersebut.
Beban atau pendapatan pajak tangguhan merupakan konsekuensi pajak akibat
pengakuan aset atau liabilitas dalam laporan keuangan yang berbeda secara temporer
dengan dasar pengenaan pajaknya. Pengakuan pajak tangguhan hanya dilakukan atas
perbedaan temporer, maksudnya perbedaan akan terpulihkan di masa mendatang.
Secara total pengakuan menurut akuntansi dan pajak sama, namun terdapat
perbedaan pengakuan pada setiap periode. Pendapatan pajak tangguhan juuga dapat
terjadi karena kompensasi kerugian yang menurut ketentuan pajak dapat
dikompensasikan di masa mendatang.
Pengakuan beban pajak tangguhan akan ditambahkan dengan beban pajak kini,
sehingga total beban pajak akan menjadi lebih besar dibandingkan dengan beban pajak
kini. Namun sebaliknya pendapatan pajak tangguhan akan dikurangkan dari beban
pajak kini, sehingga total beban pajak lebih kecil dibandingkan dengan beban pajak kini.
dalam satu tahun pajak dikenakan pajak.Penghasilan yang dikenakan pajak disebut
dalam istilah perpajakan sebagai Penghasilan Kena Pajak (PKP).Penghasilan kena
pajak dihitung dari penghasilan bruto dikurangi beban yang boleh dikurangkan.
Penghasilan menurut UU Pajak Penghasilan adalah setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk
apapun. Penghasilan bruto menurut pajak tidak sama dengan pendapatan menurut
akuntansi. Ada penghasilan yang menurut pajak bukan objek pajak, misalnya
penghasilan dari anak perusahaan atau investasi pada asosiasi dengan kepemilikan
diatas 25% sampai dengan 50%.Terdapat juga penghasilan yang diakui menurut pajak
dengan basis kas sedangkan menurut akuntansi diakui dengan basis akrual.
Penghasilan kena pajak dihitung dari total penghasilan dikurangi dengan beban.
Pajak mengatur beban yang boleh dikurangkan untuk tujuan menghitung penghasilan
kena pajak.Beban menurut akuntansi tidak semuanya menjadi beban menurut pajak
atau boleh menjadi beban namun dengan jumlahnya berbeda.Perbedaan antara laba
akuntansi dan pajak dapat terjadi karena perbedaan waktu pengakuan sedangkan
perbedaan permanen terjadi karena esensi pengaturan yang berbeda.
Pembukuan yang dilakukan oleh entitas adalah satu, baik untuk tujuan
perpajakan maupun tujuan akuntansi. Untuk memperoleh penghasilan kena pajak,
entitas akan melakukan rekonsiliasi fiskal atau koreksi fiskal. Pembukuan yang telah
dilakukan menurut standar akuntansi akan dikoreksi yang menurut pajak harus diakui.
Koreksi fiskal ini akan dilaporkan dalam laporan pajak. Koreksi fiskal juga harus
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.Hasil rekonsiliasi fiskal adalah
penghasilan kena pajak untuk satu badan.
Koreksi fiskal juga dapat diklasifikasikan atas koreksi positif atau koreksi
negative.Koreksi positif adalah koreksi yang menambah penghasilan kena pajak,
sedangkan koreksi negative adalah koreksi yang mengurangi penghasilan kena
pajak.Koreksi beban yang tidak boleh dikurangkan menurut ketentuan pajak merupakan
contoh koreksi positif.Koreksi atas penghasilan yang dikenakan pajak adalah contoh
koreksi negative, karena penghasilan final dikeluarkan dalam perhitungan penghasilan
kena pajak. Penghasilan kena pajak dikalikan dengan tarif akan menghasilkan pajak
terutang untuk satu tahun fiskal.
Selain pajak yang dihitung dari rekonsiliasi fiskal, entitas juga memiliki kewajiban
membayar pajak atas penghasilan pajak yang dikenakan pajak final. Penghasilan yang
dikenakan pajak final merupakan penghasilan yang perhitungan, tarif dan cara
pemajakan tidak mengikuti ketentuan umum perhitungan pajak atas badan. Pajak final
biasanya menggunakan tarif khusus sesuai jenis penghasilannya dan dikenakan secara
gross dari total penghasilan. Jadi pajak final merupakan perkalian total penghasilan
(gross) dikalikan dengan tarif pajak finalnya. Penghasilan yang dikenakan pajak final
penghasilannya dikeluarkan pada saat melakukan koreksi fiskal. Istilah final sering
diartikan bahwa pemajakannya telah selesai sehingga atas penghasilan tersebut tidak
akan diperhitungkan kembali pajaknya.
Penghasilan yang telah dikenakan tariff pajak final, bebannya tidak boleh
dikurangkan karena pemajakannya dilakukan atas penghasilan bruto. Contoh
penghasilan yang dikenakan pajak final antara lain pendapatan bunga deposito, hadiah,
transaksi di pasar modal, sewa, serta penjualan tanah dan bangunan. Terdapat juga
jasa tertantu yang dikenakan pajak final, misalnya jasa perencanaan dan pelaksanaan
konstruksi.Untuk entitas yang menyelenggarakan jasa ini misalnya perusahaan
konstruksi, maka sebagian atau seluruh penghasilannya dikenakan pajak final.Dalam
SPT perusahaan konstruksi penghasilan yang dilaporkan hanyalah penghasilan yang
tidak dikenakan pajak final dikurangi dengan beban yang terkait dengan penghasilan
tersebut.Untuk penghasilan yang dikenakan pajak final dilaporkan dalam
laporan/formulir tersendiri pajak. Ilustrasi pajak final dapat dilihat pada Contoh 18.1
Pajak dikenakan atas badan atau satu bentuk badan hukum, sehingga untuk
entitas konsolidasikewajiban pajaknya diselesaikan oleh masing masing badan atau
entitas. Rekonsiliasi fiskal akan dilakukan untuk masing masing perusahaan, untuk
menghitung pajak masing masing entitas. Namun atas laba dari anak perusahaan dan
laba dari investasi entitas asosiasi (lebih dari 25% sampai dengan 50%) bukan
merupakan laba induk atau investor sehingga tidak terjadi pemajakan ganda.
kurang bayar (PPh Pasal 29), yang akan disajikan dalam laporan posisi keuangan
sebagai utang pajak badan. Sebaliknya jika muncul lebih bayar (PPh Pasal 28) akan
disajikan sebagai pajak bayar di muka. Sesuai dengan ketentuan perpajakan, pajak
dibayar di muka dalam direstitusi atau dikompensasikan untuk pembayaran pajak
periode berikutnya. Namun sebelum keputusan tersebut diiberikan, akan dilakukan
pemeriksaan terlebih dahulu untuk memastikan jumlah kompensasi atau restitusinya
telah dihitung dengan tepat. Dalam beberapa kasus, tidak semua pajak dibayar di muka
akibat lebih bayar dapat direstitusi/kompensasi semuanya.
Pajak sebuah entitas meliputi pajak atas seluruh penghasilan yang diterima, baik
penghasilan dari Indonesia maupun dari luar Indonesia .namun atas penghasilan yang
telah diterima dari luar negeri dan pajaknya telah dibayarkan, maka pajak yang telah
dibayarkan tersebut akan diperhitungkan sebagai kredit pajak sesuai dengan ketentuan
PPh Pasal 24 UU Pajak Penghasilan.
Liabilitas pajak kini dalam laporan keuangan disajikan sebagai utang pajak
penghasilan atau utang PPh Badan. Jika jumlah yang dibayar atau dipotong pihak lain
lebih besar akan disajikan sebagai pajak dibayar di muka atau PPh badan dibayar di
muka. Untuk gambaran bagaimana beban pajak kini dan liabilitas pajak kini
dicatatdalam sebuah entitas, dapat dilihat dalam Contoh 18.2
Contoh 18.1 Pencatatan Pajak Penghasilan Kini
PT Merapi untuk tahun pajak yang berakhir 31 Desember 2015 memperoleh laba
sebelum pajak sebesar Rp. 80.000.000. Hasil koreksi fiskal diketahui perbedaan
permanen koreksi positif sebesar Rp2.000.000.000. Koreksi temporer sebesar
Rp. 3.000.000.000 koreksi negative dan koreksi positif Rp. 5.000.000.000. Saldo
liabilitas pajak tangguhan sebesar Rp. 1.700.000.000. Pajak penghasilan yang telah
dipotong oleh pihak lain adalah sebagai berikut.
PPh final sebesar Rp. 1.500.000.000 atas penghasilan sewa bruto
Rp. 15.000.000.000, PPh 23 tidak final sebesar Rp. 1.000.000.000 atas
penghasilan sebesar Rp. 50.000.000.000
Penghasilan diterima dari luar negeri sebesar Rp. 200.000.000.000. Pajak yang
telah dipotongg di luar negeri sebesar Rp. 6.000.000.000, PPh 24 boleh
dikreditkan terkait penghasilan luar negeri sebesar Rp. 5.000.000.000.
Angsuran pembayaran PPh 25 sebesar Rp. 10.000.000.000.
Pajak yang dipungut oleh bea cukai, PPh 22 sebesar Rp. 2.000.000.000 atas
impor.
Perusahaan mencatat pembayaran pajak dibayar di muka baik final maupun tidak
final sebagai pajak dibayar di muka.Buatlah jurnal pencatatan pembayaran pajak dan
penyesuaian yang dibuat untuk mengakui utang pajak penghasilan kini.Tarif pajak yang
berlaku 25%.
Atas penerimaan penghasilan pajak yang dikenakan pajak final, akan dicatat
penghasilan dan pajak dibayar di muka. Dalam mencatat harus diberikan identifikasi
final dan tidak final karena dampaknya berbeda terhadap nilai liabilitas pajak kini (utang
pajak), sebagai alternative dapat juga dicatat sebagai beban pajak.
Elin Erlina Sasanti & Eni Indriani | 123
Bab 7 – Akuntansi Pajak Penghasilan
Kas 13.500.000.000
Pajak Dibayar di Muka Final 1.500.000.000
Pendapatan 15.000.000.000
Kas 49.000.000.000
Pajak Dibayar di Muka (Tidak Final) 1.000.000.000
Pendapatan 50.000.000.000
Kas 140.000.000.000
Pajak Dibayar di Muka (LN) 60.000.000.000
Pendapatan 200.000.000.000
Pajak yang dibayar langsung oleh perusahaan ke kas negara, baik angsuran pajak
dan pajak yang dipungut akan dicatat sebagai pajak dibayar di muka. Dalam praktik
jurnal ini akan dibuat sesuai dengan waktu pembayarannya.
Pada akhir tahun, akan diperhitungkan pajak yang telah dibayar dengan jumlah
pajak terutang. Jika jumlah pajak terutang lebih besar dari pajak yang telah dibayar,
akan diakui sebagai liabilitas pajak kini. Dalam laporan keuangan disajikan dengan
nama utang PPh Badan. Utang ini menurut ketentuan pajak harus dibayarkan paling
lambat bulang akhir keempat setelah tanggal laporan keuangan.
Perhitungan pajak terhutang:
Penghasilan kena pajak Rp. 80.000.000.000 + Rp. 2.000.000.000 – Rp. 3.000.000.000
+ Rp. 5.000.000.000 = Rp. 84.000.000.000.
Pajak terutang = 25% x Rp. 84.000.000.000 = Rp. 21.000.000.000.
Total beban pajak kini = pajak terutang tahunan Rp. 21.000.000.000 + final Rp.
1.500.000.000 + Rp. 1.000.000.000 LN = Rp. 23.500.000.
Beban Pajak Kini 2.500.000.000
Beda temporer net Rp. 5.000.000.000 – Rp. 3.000.000.000 = Rp. 2.000.000.000 positif.
Pajak tangguhan 25% x Rp. 2.000.000.000 = Rp. 500.000.000. Penghasilan kena pajak
lebih besar dibandingkan dengan laba menurut akuntansi. Sehingga pengenaan pajak
akan mendahului pengakuan menurut akuntansi. Karena sebelumnya terdapat liabilitas
pajak tangguhan, maka pendapatan pajak tangguhan akan mengurangi liabilitas pajak
tangguhan. Saldo liabilitas pajak tangguhan sebesar
Rp. 1.700.000.000 – Rp. 500.000.000 = Rp. 1.200.000.000.
Saldo total beban pajak perusahaan adalah beban pajak kini ditambah pajak tangguhan
= Rp. 13.500.000.000 – Rp. 500.000.000 = Rp. 13.000.000.000
Penyajian dalam laporan keuangan
Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif
Laba sebelum pajak Rp. 80.000.000.000
Beban pajak:
Beban pajak kini Rp. 23.500.000.000
Pendapatan pajak tangguhan ( 500.000.000)
Total beban pajak Rp. 23.000.000.000
Laba bersih Rp. 57.000.000.000
Laporan posisi keuangan
Utang PPh Badan (liabilitas pajak kini) Rp. 3.000.000.000
Liabilitas pajak tangguhan Rp. 1.700.000.000
Utang PPh Badan yang muncul dalam laporan keuangan merupakan pajak
kurang bayar dalam satu tahun fiskal atau sering dikenal sebagai pajak rampung atau
PPh 29. Utang PPh Badan merupakan utang yang terkait dengan beban pajak entitas.
Utang pajak yang lain merupakan utang pajak terkait dengan kewajiban entitas untuk
memotongpajak pihak lain sehingga tidak akan memengaruhi nilai beban pajaki. Entitas
dapet menyajikan dalam laporan posisi keuangan hanya satu baris utang pajak dan
rincian jenis-jenis pajaknya di catatan atas laporan keuangan, atau menampilkan rincian
utang pajak dalam laporan posisi keuangan.
PAJAK TANGGUHAN
Perbedaan Akuntansi dan Pajak
Penghasilan kena pajak dan laba akuntansi memiliki dasar hukum yang
berbeda.Pajak dikenakan dan dihitung berdasarkan ketentuan perpajakan, sedangkan
laba akuntansi dihitung sesuai kaidah dalam standar akuntansi.Perbedaan antara
keduanya berlaku umum hampir disemua peraturan perpajakan di berbagai negara.
Walaupun letak perbedaan tersebut sebenarnya relative umum dan sama, namun
memiliki cara pengaturan yang berbeda.Perbedaan yang muncul misalnya terkait
dengan perhitungan depresiasi, pengaturan beberapa beban dan penghasilan yang
menurut pajak diakui dengan basis kas, pengaturan atas penghasilan yang menurut
pajak diatur dengan ketentuan khusus dan pengaturan beberapa beban yang menurut
pajak tidak diperkenankan sebagai pengurang penghasilan kena pajak.
Perbedaan tersebut dapat diklasifikasikan atas perbedaan positif atau
negatif.Perbedaan positif terjadi jika laba akuntansi lebih besar dari laba pajak dan
sebaliknya. Perbedaan yang mengandung konsekuensi pengakuan pajak tangguhan
menurut akuntansi adalah perbedaan penghasilan kena pajak, dapat dilihat dalam
Contoh Perbedaan Temporer Penghasilan Kena Pajak dan Laba Sebelum Pajak .
PT Kencana menurut akuntansi melaporkan pendapatan yang sama selama tahun
2015, 2016 dan 2017 sebesar Rp. 300.000.000 per tahun dan beban sebesar
Rp. 200.000.000 per tahun. Untuk tujuan pajak, terdapat perbedaan temporer terkait
dengan pengakuan pendapatan sehingga penghasilan untuk 2015, 2016 dan 2017
secara berurutan sebesar Rp. 240.000.000, Rp. 320.000.000 dan Rp. 340.000.000.
Jelaskan bagaimana dampak dari perbedaan ini dalam laporan keuangan entitas.
tangguhan
Total beban pajak penghasilan 25.000.000 25.000.000 25.000.000 75.000.000
Untuk menjelaskan perbedaan temporer kena pajak dapat dilihat pada Contoh
18.5.Dalam contoh ini hanya dijelaskan atas transaksi perolehan aset dan dampak
perbedaandepresiasi tetapi tidak diperlihatkan gambaran umum seluruh entitas untuk
memudahkanpemahaman.
Perbedaan Permanen
Perbedaan permanen adalah perbedaan antara laba sebelum pajak (akuntansi) dengan
penghasilan kena pajak yang tidak dapat terpulihkan di masa depan. Perbedaan ini
secara permanen tidak akan hilang karena terdapat perbedaan esensi dalam
pengaturan pajak dan akuntansi. Perbedaan tersebut akan membuat laba menurut
akuntansi berbeda dengan laba menurut pajak, namun perbedaan tersebut tidak akan
diakui sebagai pajak tangguhan.
Beberapa kejadian berikut menyebabkan perbedaan permanen akuntansi dan
pajak.
1. Pengakuan beban yang menurut akuntansi diperkenankan sedangkan
menurut pajak
tidak diperkenankan antara lainbeban sumbangan yang tidak diiperkenankan
oleh regulasi,beban yang tidak terkait dengan mendapatkan, menagihdan
memelihara penghasilan misalnya entertainment yangtidak ada daftar
nominatifnya, beban untuk keperluanpribadi pemegang saham.
2. Pengakuan pendapatan yang menurut pajak bukan merupakan penghasilan
misalnya
laba dari entitas asosiasidengan kepemilikan 25-50%
3. Penghasilan yang dikenakan pajak final.
Tabel 18.5 Perhitungan Perbedaan Temporer dan Permanen serta Pajak Kini
2015 Perbedaan Perbedaan
dapat kena pajak
dikurangkan
Laba sebelum pajak (a) 900.000.000
Perbedaan temporer
Beban depresiasi (negatif) (20.000.000) 20.000.000
Beban garansi (positif) 80.000.000 80.000.000
Total perbedaan temporer (b) 60.000.000
Perbedaan permanen
Beban sumbangan (positif) 30.000.000
Penghasilan sewa final (negatif) (50.000.000)
Total perbedaan permanen (c) (20.000.000)
Penghasilan kena pajak (a) + (b) + 940.000.000
(c)
Pajak terutang dalam satu tahun 235.000.000
fiskal (25%)
Pajak tangguhan (15.000.000) 20.000.000 5.000.000
Pajak kini karena penghasilan final 12.500.000
Total beban pajak 232.500.000
Beban depresiasi menurut akuntansi terlalu kecil sehingga laba akuntansi lebih
besar. Hal tersebut memunculkan perbedaan kena pajak sebesar Rp. 20.000.000.
liabilitas pajak tangguhan yang diakui sebesar Rp. 5.000.000 (25 % x 20 000 000).
Beban garansi menurut akuntansi terlalu besar sehingga laba akuntansi lebih
kecil atau penghasilan kena pajak lebih besar sehingga memunculkan perbedaan dapat
dikurangkan sebesar Rp. 80.000.000 aset pajak tangguhan diakui sebesar
Rp.20.000.000. Kedua perbedaan tersebut menghasilkan pendapatan pajak tangguhan
Rp. 15.000.000. Beban sumbangan tidak boleh diakui sehingga koreksi positif,
menambah penghasilan kena pajak.Penghasilan final tidak diperhitungkan dalam
perhitungan penghasilan kena pajak sehingga dilakukan koreksi negatif. Beban pajak
kini entitas gabungan pajak terutang dalam satu tahun fiskal ditambah pajak atas
penghasilan yang dikenakan pajak final = Rp. 23.500.000 +12.500.000 =
Rp.247.500.000.
Total beban pajak entitas merupakan penjumlahan beban pajak kini dan pajak
tangguhan sebesar : Rp. 247.500.000 – Rp. 15.000.000 = Rp. 232.500.000.
Aset pajak tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan dalam penyajian akan
disajikan neto sehingga akan disajikan sebagai aset pajak tangguhan Rp. 15.000.000
(20.000.000 - 5.000.000). Tarif efektif pajak entitas dihitung dari total beban pajak dibagi
laba sebelum pajak sebesar 25,83% (232.500.000 / 900.000.000). Jika tarif pajak efektif
dihitung dari beban pajak kini, sebesar 27.5%(247.500.000 / 900.000.000), sering
disebut sebagati current effective tax rate. Perbedaan tarif pajak efektif dengan tarif
pajak pemerintah karena terdapat perbedaan permanen.
Jurnal yang akan dibuat untuk penyesuaian akhir tahun dan pengakuan pajak
tangguhan adalah:
Beban Pajak Penghasilan (Kini) 235.000.000
Pajak Dibayar di Muka Angsuran PPh 25
180.000.000
Pajak Dibayar di Muka PPh 23 20.000.000
Utang PPh Badan 35.000.000
Beban Pajak Penghasilan (Kini) 12.500.000
Pajak Dibayare di Muka 12.500.000
Aset Pajak Tangguhan 20.000.000
Liabilitas Pajak Tangguhan 5.000.000
Pendapatan Pajak Tangguhan 15.000.000
Penyajian dalam laporan laba rugi
Laba sebelum pajak Rp. 900.000.000
Beban pajak penghasilan
Pajak kini Rp. 247.500.000
Pajak tangguhan Rp. (15.000.000)
Total beban pajak penghasilan Rp. 232.500.000
Laba bersih Rp. 667.500.000
Penyajian dalam laporan posisi keuangan
Aset pajak tangguhan Rp. 15.000.000
KOMPENSASI KERUGIAN
2018 Terdapat perbedaan kena pajak Rp 10.000.000 tiap tahun pada 2015-2018 dan
akan diselesaikan pada tahun 2019. Misalnya tarif pajak yang berlaku 2015-2018
sebesar 25%, dan pada 2019 tarif pajak 30%, maka perhitungan liabilitas pajak
tangguhan akan diukur dengan menggunakan tarif yang berlaku pada 2019 sebesar
30%. Setiap tahun dari 2015-2018 akan diakui beban pajak tangguhan dan liabilitas
pajak tangguhan sebesar Rp 3.000.000 Jumlah tersebut akan terakumulasi selama 4
tahun dan pada tahun 2019 akan diselesaikan sebesar Rp 12.000.000.
Konsekuensi dari ketentuan di atas, dalam laporan konsolidasi, pajak akan disajikan
atas seluruh laba entitas terkonsolidasi. Namun cara pengukuran yang dilakukan
adalah dengan menambahkan pajak kini dan pajak tangguhan dari masing-masing
entitas yang bergabung karena dalam pajak, pemajakan dikenakan atas masing-masing
bentuk hukum. Pemajakan untuk masing-masing entitas ini tidak menimbulkan pajak
ganda karena menurut regulasi pajak, penghasilan dari investasi dengan jumlah
kepemilikan lebih dari 25% bukan merupakan penghasilan.
Pengertian entitas asosiasi menurut akuntansi adalah lebih besar atau sama
dengan 20% sampai dengan 50%. Terdapat perbedaan karena menurut pajak
ketentuan bukan penghasilan atas hasil investasi lebih dari 25%. Untuk itu hasil
investasi dari investasi 25% atau kurang akan dikenakan pajak, sehingga terjadi
Elin Erlina Sasanti & Eni Indriani | 123
Bab 7 – Akuntansi Pajak Penghasilan
pemajakan ganda. Hasil investasi tersebut telah dikenakan pajak saat menjadi laba di
entitas investee dan dikenakan pajak lagi pajak saat menjadi hasil investasi di entitas
induk.Hasil investasi menurut pajak adalah dividen yang diberikan kepada investor,
sedangkan menurut akuntansi penghasilan adalah bagian laba. Untuk hasil investasi
dan transaksi investasi saham yang diperdagangkan di pasar modal akan dikenakan
pajak final.
Konsekuensi pengaturan pajak tersebut dalam pelaporan akuntansi, untuk anak
perusahaan, pajak kini dan pajak tangguhannya dihitung masing-masing untuk
kemudian digabungkan saat konsolidasi. Untuk investasi pada asosiasi dengna
kepemilikan 25% atau lebih sampai dengan 25% akan dikoreksi karena bukan
merupakan penghasilan. Pajak tangguhan atas investasi ini juga tidak diperhitungkan
karena penghasilan ini bukan merupakan objek pajak menurut pajak sehingga tidak ada
konsekuensi pembayaran pajak yang harus dilakukan induk atas investasi yang
diperoleh. Permasalahannya muncul atas investasi sebesar 20% sampai dengan 25%
dan tidak dilakukan di pasar modal, karena pengakuan menurut akuntansi dengan
menggunakan metode ekuitas akan mengakui pendapatan atas bagian laba sementara
menurut pajak sebesar dividen. Perbedaan pengakuan pendapatan dan nilai investasi
dalam asosiasi ini umumnya tidak diakui sebagai liabilitas pajak tangguhan karena
kewajiban membayar pajak atas dividen di masa depan tidak dapat dipastikan waktu
terpulihkannya.
Untuk investasi kurang dari 20% yang menurut akuntansi dicatat dengan metode
biaya tidak terdapat perbedaan pengakuan pendapatan.Khusus untuk investasi yang
dilakukan di pasar modal pajaknya dikenakan secara final atas dividen yang diterima
dan atas transaksi penjualan jika investasi tersebut dijual.Untuk itu perlu perhatian saat
melakukan koreksi fiskal atas penghasilan investasi karena perbedaan pengaturan
pajak dan standar akuntansi.
Aset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas diambil alih dalam kombinasi bisnis
diakui dengan nilai wajar pada tanggal akuisisi. Perbedaan temporer timbul apabila
dasar pengenaan pajak aset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas diambil alih
tidak terpengaruh oleh kombinasi bisnis atau terpengaruh dengan cara berbeda.
Misalnya, apabila jumlah tercatat aset disesuaikan ke nilai wajarnya tetapi dasar
pengenaan pajak aset tersebut tetap sebesar harga perolehan sebelumnya, maka
timbul perbedaan temporer yang mengakibatkan timbulnya liabilitas pajak tangguhan.
Apabila jumlah tercatat goodwill yang timbul pada transaksi kombinasi bisnis
lebih rendah daripada dasar pengenaan pajaknya, maka perbedaan tersebut
menimbulkan aset pajak tangguhan Aset pajak tangguhan yang ditimbulkan dari
pengakuan awal goodwill diakui sebagai bagian akuntansi atas kombinasi bisnis
sepanjang kemungkinan besar laba kena pajak tersedia dalam jumlah yang cukup
Pajak kini dan pajak tangguhan diakui sebagai penghasilan atau beban pada laporan
laba rugi
kecuali apabila pajak penghasilan yang berasal dari:
1. suatu transaksi atau kejadian yang diakui, pada periode yang sama atau
berbeda, di luarLaporan laba rugi baik dalam penghasilan komprehensif lain
maupun secara langsungdalam ekuitas;atau
2. kombinasi bisnis.
Pajak kini dan pajak tangguhan diakui di luar laporan laba rugi apabila pajak
terkait pada pos-pos tersebut pada periode yang sama atau berbeda, diakui di luar
laperan laba rugi Oleh karena itu, pada periode yang sama atau berbeda, pajak kini dan
pajak tangguhan terkait dengan pos pos yang diakui dalam penghasilan komprehensif
lain, harus diakui pada penghasilan komprehensif lain.
Beban (penghasilan) pajak terkait dengan laba rugi dart aktivitas normal
disapkan tersendiri pada laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif. Jika entitas
menyaikan komponen laba rugi pada laporan laporan laba rugi secara terpisah, maka
beban (penghasilan) pajak terkait dengan laba rugi dart aktivitas normal pada laporan
keuangan disajikan terpisah.
Selisih kurs dari penjabaran aset atau liabilitas pajak tangguhan yang berasal
dari penjabaran laporan keuangan entitas asing diakui dalam sebagai laporan laba rugi
dan penghasilan komprehensif.Selisih tersebut diklasifikasikan sebagai beban
(penghasilan) pajak tangguhan, jika penyajian seperti itu dianggap paling bermanfaat
untuk pengguna laporan keuangan.
Kebijakan Akuntansi
Beban Pajak
Beban (penghasilan) pajak terkait dengan laba rugi dari aktifitas normal disajikan
tersendiri pada laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain. Dalam penyajian
dalam laporan keuangan penyajian beban pajak penghasilan ada yang dirinci atas
beban pajak kini dan beban pajak tangguhan.namun ada juga yang menyajikan satu
baris saja beban pajak penghasilan. Pengungkapan dalam catatan atas laporan
keuangan mengungkapkan rincian beban pajak kini dan pajak tangguhannya.
menjelaskan dasar perhitungan pajak kini menggunakan laba kena pajak tahun
berjalan, karena laporan pajak belum diselesaikan saatlaporan keuangan
diterbitkan.Kebijakan akuntansi juga menjelaskan bagaimana pengakuan kewajiban
perpajakan terkait dengan penerbitan Surat Ketetapan Pajak.
Pengungkapan rincian dan penjelasan informasi dalam laporan keuangan
disajikan dalam catatan atas laporan keuangan dalam subjudul Perpajakan atau Pajak
Penghasilan. Entitas akan menjelaskan seluruh Perpajakan entitas termasuk merinci
angka-angka yang disajikan dalam laporan keuangan terkait dengan perpajakan.
Rincian dapat dilakukan atas nilai pajak dibayar di muka, utang pajak, beban pajak
penghasilan, pajak kini, pajak tangguhan dan penjelasan surat ketetapan pajak jika
entitas menerima surat ketetapan pajak dari pemerintah. Surat Ketetapan Pajak (SKP)
adalah surat yang dikeluarkan oleh otoritas pajak yang menetapkan jumlah pajak
entitas.
PSAK 46 (Revisi 2013) menjelaskan komponen utama beban (penghasilan)
pajak yang harus diungkapkan secara terpisah antara lain:
1. beban (penghasilan) pajak kini
2. penyesuaian atas pajak kini yang berasal dari periode sebelumnya:
3. jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan baik yang berasal dari timbulnya
perbedaantemporer maupun dari realisasinya;
4. jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan terkait dengan perubahan tarif
pajak ataupenerapan peraturan perpajakan yang baru:
5. jumlah manfaat yang ditimbulkan dari rugi pajak yang tidak diakui sebelumnya,
kreditpajak atau perbedaan temporer periode sebelumnya yang digunakan untuk
mengurangibeban pajak kini;
6. jumlah manfaat dari rugi pajak yang tidak diakui sebelumnya, kredit pajak,
atauperbedaan temporer periode sebelumnya yang digunakan untuk mengurangi
bebanpajak tangguhan;
Informasi yang penting untuk diketahui pembaca laporan keuangan adalah berapa
besar pajak yang secara efektif dibayarkan atau ditanggung oleh entitas.Perbedaan
akuntansi dan pajak menyebabkan pajak yang dibebankan oleh entitas menjadi lebih
rendah atau lebih tinggi dibandingkan dengan tarif pajak yang berlaku untuk entitas
tersebut. Misalnya tarif pajak penghasilan 25% namun secara efektif pajak yang
ditanggung entitas 28% karena ada beban yang tidak diakui menurut ketentuan pajak
sehingga laba menurut pajak menjadi lebih besar. Sebaliknya, tarif pajak efektif 21%
kemungkinan ada beban menurut pajak lebih besar dibandingkan menurut akuntansi,
sehingga mengakibatkan laba menurut pajak lebih kecil.
Tarif pajak efektif merupakan perhitungan pajak dibagi dengan laba sebelum
pajak. JikaJika menggunakan total beban pajak disebut sebagai tarif efektif pajak atau
dikenal sebagai effective tax rate (ETR). Sementara jika pajak dihitung hanya atas
Elin Erlina Sasanti & Eni Indriani | 123
Bab 7 – Akuntansi Pajak Penghasilan
pajak kini disebut tarif efektif pajak kini atau sering disebut sebagai current effective tax
rate (CETR). Perhitungan CETR menekankan tarif pajak yang saat ini telah menjadi
kewajiban kepada otoritas pajak yang akan diselesaikan pada periode berjalan atau
periode berikutnya.
Tarif efektif pajak kini = Beban pajak kini
Laba sebelum pajak
Informasi tarif pajak efektif sangat berguna bagi pembaca, karena dapat
diketahui berapa sebenarnya tarif pajak yang berlaku pada entitas tersebut. Perbedaan
akuntansi dan pajak akan menyebabkan tarif efektif pajak tidak selalu sama dengan
tarif pajak yang ditetapkan oleh pemerintah. Informasi ETR dan CETR menginspirasi
banyak penelitian perpajakan.Dalam penelitian perpajakan, perbedaan ETR dengan
tarif pajak yang berlaku dapat dipandang sebagai bentuk penghindaran pajak namun
dapat juga dipandang sebagai bentuk perencanaan pajak yang dilakukan oleh entitas.
Entitas dapat melakukan perencanaan pajak yang baik sehingga
mengoptimalkan pajak yang dibayarkan namun tetap taat mengikuti ketentuan
perpajakan.Misalnya dengan menghindari biaya yang menurut pajak tidak
diperbolehkan sehingga koreksi positif yang berdampak penghasilan kena pajak dapat
diminimalkan. Hal yang tidak dibolehkan adalah tax evasian yaitu melakukan upaya
untuk menghindari pajak dengan cara yang melanggar peraturan perpajakan.
RANGKUMAN
Pembahasan pada bab ini difokuskan pada pengaruh dan posisi pajak penghasilan
dalam laporan keuangan, jurnal untuk mengakui pajak penghasilan, rekonsiliasi fiscal,
dan pengaplikasian penyajian pajak dalam laporan keuangan.
Evaluasi Diri
Setelah mempelajari bab ini, saya dapat:
Menjelaskan pengaruh dan posisi pajak penghasilan dalam laporan
keuangan.
Membuat jurnal untuk mengakui pajak penghasilan.
Menjelaskan rekonsiliasi fiscal.
Mengaplikasikan penyajian pajak dalam laporan keuangan
Beri tanda:
√ Bila anda dapat menjawab evaluasi ini.
? Bila ada belum dapat menjawab evaluasi ini, berarti anda diharapkan untuk
mempelajari kembali bagian tersebut dalam bab ini.
PENILAIAN
- Untuk bab ini penilaian akan dilakukan dengan tes pada saat Ujian Tengah
Semester
- Mahasiswa yang mengikuti perkuliahan ini diminta untuk melengkapi portofolio
yang ditugaskan yaitu:
o membuat rangkuman mengenai akuntansi pajak penghasilan untuk
dikumpulkan pada pertemuan terakhir sebelum Ujian Tengah Semester.
o mengerjakan soal latihan L19-14, L19-16, L19-21 di buku Kieso,
Weygandt dan Warfield (2018)
Latihan Mandiri
1. Tahun ini Gumowski Co. memiliki item-item berikut dalam laporan laba rugi :
1) pendapatan penjualan angsuran; 2) pendapatan untuk kontrak konstruksi jangka
panjang; 3) estimasi biaya kontrak garansi produk; 4) bunga obligasi bebas pajak.
Diminta :
a. Dalam kondisi apa pajak penghasilan tangguhan harus dilaporkan dalam
laporan keuangan?
b. Tentukan kapan pajak penghasilan tangguhan harus diakui untuk masing-
masing item di atas, dan berikan alasan untuk pengakuan tersebut!
2. Pada tanggal 31 Desember 2010, Higley Co. memiliki satu perbedaan temporer
yang akan dibalikkan dan menyebabkan jumlah kena pajak pada tahun 2011. Pada
tahun 2010, peraturan pajak baru menetapkan pajak sebesar 45% untuk tahun
2010, 40% untuk tahun 2011, dan 34% untuk tahun 2012 dan setelahnya.
Diminta :
Jelaskan keadaan apa yang akan membuat Higley menghitung liabilitas pajak
tangguhan pada akhir tahun 2010 dengan mengalikan perbedaan temporer
kumulatif dengan :
a. 45%.
b. 40%.
c. 34%.
DAFTAR BACAAN
Kieso, Weygandt, and Warfield. 2018. Intermediate Accounting IFRS 3 rd edition. John
Wiley & Sonss, Inc. China.