Anda di halaman 1dari 49

PAJAK PENGHASILAN DALAM PERUSAHAAN

Kewajiban pajak setiap entitas berbeda – beda bergantung pada tipe bisnis suatu
entitas, namun ada pajak yang berlaku disemua entitas walaupun dengan pangaturan yang
berbeda. Misalnya entitas pada industry konstruksi dikenakan pajak final yang dihitung dari nilai
penjualan. Namun secara umum pajak penghasilan dikenakan atas laba sebelumpajak yang
dihitung dari pendapatan dikurangi dengan beban yang menurut pajak diperkenankan. Bab ini
hanya membahsa secara umum pajak penghasilan (PPh) yang dikenakan atas laba entitas dan
tidak membahas kewajiban pajak yang lain.

Entitas usaha dalam UU Pajak Penghasilan termasuk


Entitas mempunyai subjek pajak yang dalam istilah pajak disebut badan.
kewajiban membayar
Penghasilan yang diterima oleh entitas merupakan objek
pajak atas laba yang
diperoleh. pajak, namun penghasilan tersebut dapat dikurangkan
dengan beban yang boleh dikurangkan. Artinya, entitas
akan dikenakan pajak atas laba menurut pajak yang
merupakan penghasilan dikurangi beban menurut
ketentuan pajak.

Selain kewajiban membayar pajak atas penghasilan yang


diterima atau diperolehnya, entitas juga memiliki kewajiban untuk memotong pajak penghasilan
pihak lain. Misalnya atas pembayaran gaji karyawan entkitas memotong PPh pasal 21, atas
pembayaran jasa audit, entitas memotong PPh pasal 23 dan atas penghasilan yang diterima
konsultan asing. Entitas memotong PPh pasal 26. Kewajiban ini harus dilaksanakan entitas
walaupun tidak terkait dengan penghasilan entitas, namun lebih terkait dengan memotong pajak
atas pembayaran beban yang dikeluarkan oleh entitas. Kewajiban memotong pajak pihak lain
(pihak ketiga) dalam pajak disebut pajak witholding

Pajak pihak lain yang telah dipotong tersebut akan dicatat sebagai utang pajak dan akan
dibayarkan ke kas negara sebelum jatuh tempo. Sesuai regulasi yang saat ini berlaku, kewajiban
pajak witholding akan terutang pada setiap akhir bulan dan akan dibayarkan pada awal bulan
berikutnya. Jika pada tanggal pelaporan, pajak yang telah dipotong tersebut belum disetorkan ke
kas negara akan diakui sebagai utang pajak. Bab ini tidak membahas kewajiban witholding,
namun perlu digaris bawahi bahwa kewajiban withholding ini akan memunculkan utang pajak
yang harus disajikan dalam laporan posisi keuangan dan diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan.

Mata ajar perpajakan diberikan dalam program studi akuntansi dan juga diujikan dalam
ujian sertifikasi akutan publik. Tujuan mata kuliah perpajakan agar mahasiswa dapat
menyelesaikan kewajiban perpajakan perusahaan. Salah satu kewajiban pajak entitas adalah
membayar pajak dan mengadministrasikan pajak atas penghasilan entitas. Pajak yang telah
dibayarkan tersebut secara akuntansi akan dicatat dan disajikan dalam laporan keuangan. Namun
secara akuntansi, atas laba yang diperoleh sebuah entitas juga harus diperhitungkan pajaknya
sesuai dengan konsep dasar matching cost against revenue.

Pajak penghasilan dalam laporan keuangan diatur dalam PSAK 46 ( revisi 2013) Pajak
Penghasilan. PSAK ini hanya membahas tentang beban pajak penghasilan yang disajikan dalam
laporan keuangan dan asset atau liabilitas yang timbul akibat pengakuan beban pajak penghasilan
entitas. Beban pajak akan muncul disemua laporan keuangan, namun masih sedikit pihak yang
memahami bagaimana menghitung beban pajak sebuah entitas dengan benar sesuai dengan
regulasi pajak dan juga sesuai dengan PSAK. Perhitungan beban pajak perusahaan memerlukan
pemahaman PSAK 46 (Revisi 2013) dan juga regulasi pajak penghasilan, karena nilai beban
pajak juga dipengaruhi oleh perhitungan pajak menurut regulasi pajak. Untuk itu materi akuntasi
pajak peghasilan dalam mata kulaih akuntansi keuangan ini sangat terkait dengan mata kuliah
perpajakan khususnya terkait topik pajak penghasilan badan (entitas).

Perhitungan laba menurut akuntansi dan pajak tidak sama, karena laba menurut pajak
dihitung berdasarkan ketentuan dalam regulasi perpajakan. Laba menurut akuntansi dihitung
berdasarkan konsep pengakuan pendapatan dan beban menurut standar akuntansi. Perbedaan
pengakuan tersebut dapat bersifat temporer dan permanen. Perbedaan yang bersifat temporer
akan terpulihkan dimasa mendatang sehingga secara total nilainya sama hanya terdapat
perbedaan pada setiap periode dan pengakuan. Perbedaan permanen adalah perbedaan yang tidak
akan dipulihkan. Perbedaan temporer tersebut akan diakui sebagai pajak tangguhan dalam
laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif maupun laporan posisi keuangan.
Perbedaan pengaturan menurut pajak dan akuntasi berlaku umum hamper disetiap negara.
Perbedaan ini juga mengundang perhatian para peneliti akuntasi untuk menganalisis faktor –
faktor yang menyebabkan perbedan tersebut. dalam penelitian perpajakan, perbedaan antara
akuntasi dan pajak sering disebut sebagai book tax gap atau book tax difference. Perbedaan
tersebut dapat dilihat sebagai bentuk perencaan pajak atau dapat juga dipandang sebagai bentuk
penghindaran pajak. Untuk memperdalam masalah ini dapat melanjutkan belajar mata kuliah
seminar perpajakan, manajemen perpajakan atau penelitian dibidang perpajakan.

PAJAK PENGHASILAN

Akuntasi Pajak Penghasilan

Akuntansi pajak penghasilan akan menjeleskan tentang bagaimana perusahaan menghitung,


menyajikan dan mengungkapkan informasi pajak penghasilan dalam laporan keuangan.
Informasi pajak penghasilan akan disajikan sebagai beban pajak pada laporan laba rugi.
Konsekuensi pengakuan beban tersebut akan muncul asset atau liabilitas dalam laporan posisi
keuangan. Beban pajak yang muncul dapat berupa beban pajak kini atau pun beban pajak
tangguhan.

Topik utama perlakuan akuntansi pajak penghasilan adalah Beban pajak


bagaimana menghitung konsekuensi pajak kini dan masa depan. merupakan total
beban pajak kini
Pemulihan atau penyelesaian tercatat asset (liabilitas) mengandung
dan pajak
konsekuensi pajak dimasa depan. Demikian juga transaksi atau tangguhan.
peristiwa lain pada periode berjalan yang diakui dalam laporan posisi
keuangan entitas dapat memiliki konsekuensi pembayaran atau pengurangan pembayaran pajak
dimasa depan. Entitas mengakui liabilitas atau asset pajak tangguhan atas konsekuensi pajak
akibat pengakuan asset atau liablitas dalam laporan keuangan.

Pengakuan asset atau liabilitas pajak tangguhan akan memunculkan pendapatan atau
beban pajak tangguhan yang diakui dalam laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain.
Pengakuan pajak asset tagguhan akan diikuti dengan pengakuan pendapatan pajak tangguhan.
Sebaiknya pengakuan liabilitas pajak tangguhan akan diikuti dengan beban pajak tangguhan.
Pengakuan konsekuensi pajak atas peristiwa dan transaksi dalam laporan laba rugi dan
penghasilan komprehensif mengikuti pengakuannya dalam laporan keuangan. Jika peristiwa atau
transaksi diakui dalam laporan laba rugi maka konsekuensi pajak penghasilannya akan diakui
dalam laporan laba rugi. Namun jika peristiwa dalam transaksi tersebut diakui sebagai
penghasilan komprehensif lain maka konsekuensi pajaknya akan diakui dalam penghasilan
komprensif lain. Dalam beberapa hal pengakuan transaksi dan peristiwa tidak mengandung
konsekuensi pajak dimasa depan, maka tidak akan diakui pajak kini maupun pajak
tangguhannya.

STANDAR AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN

PSAK 46 pertama kali diterbitkan pada tahun 1997 yang efektif diterapkan untuk
perusahaan yang menerbitkan saham – surat berharga di pasar modal pada 1 januari 1999. Untuk
perusahaan lainnya tanggal efektif 1 januari 2001. Standar ini menggunakan 2 tanggal efektif
untuk 2 kelompok entitas yang berbeda. Penggunaan 2 tanggal efektif tersebut karena pengaturan
kelompok entitas yang berbeda. Penggunaan 2 tanggal efektif tersebut karena pengaturan dalam
PSAK 46 tahun 1999 mengubah praktik yang pada saat itu berlaku.

Sebelum PSAK 46 tahun 1997, beban pajak yang disajikan dalam laporan keuangan
merupakan pajak terutang menurut peraturan pajak. Standar tidak mengakui beban / pendapatan
pajak tangguhan dan konsekuensinya juga tidak mengakui asset / liabilitas pada pajak
tangguhan.pengaturan beban pajak hanya sebesar pajak terutang dalam satu tahun fiscal,saat ini
di gunakan dalam SAK ETAP menyebutkan tidak ada pengakuan
atas pajak tangguhan.
PSAK 46 (Revisi
PSAK 46 (1997) bertujuan mengatur perlakuan akuntansi
2013) mengatur
pajak penghasilan terutama untuk mempertanggungjawabkan akuntansi pajak
konsekuensi pajak periaode berjalan dalam periode mendatang. penghasilan yang
akan disajikan dalam
Pajak periode berjalan tercermin dalam beban pajak
laporan keuangan
kini.Sementara pajak yang di tangguhkan diluar periode pelaporan
akan tercermin dalam beban / pendapatan pajak tangguhan.Pada
penerapan awal PSAK 46 ini,banyak kebingungan para penyusun dan pembaca laporan keungan
memaknai pajak tangguhan dan konsekuensi munculnya asset / liabilitas pajak
tangguhan.Namun dengan berlalunya waktu,kesulitan penerapan dan juga pemahaman PSAK 46
semakin meninggkat sehingga tidak menimbulkan masalah dalam praktik.

PSAK 46 1997 direvisi dengan menggeluarkan PSAK 46 (Revisi 2010).Revisi tersebut


dimaksudkan untuk menyelaraskan PSAK 46 (1997) dengan ketentuan dalam IAS 12 Income
Tax.Walau referensi dalam penyusun PSAK 46 (1997) adalah IAS,namun tidak dilakukan adopsi
secara penuh dan penambahan beberapa ketentuan pajak di Indonesia seperti pajak final dan
surat ketetapan pajak (SKP).PSAK 46(Revisi 2010) tetap mempertahankan aturan pajak
final,Surat ketetapan pajak,menambahakan contoh – contoh yang ada dalam lampiran IAS 12
dan penyesuaian beberapa paragraf sesuai dengan IAS 12.

PSAK 46(Revisi 2013) menyelaraskan PSAK 46(Revisi 2010) dengan perubahan dalam
IAS 12 Income Tax yang efektif berlaku 1 Januari 2013.Perubahan dalam Revisi 2013 adalah
penghapusan pengaturan dalam pajak final,Surat Kententuan Pajak,pengaturan asset dan
liabilitas pajak tangguhan atas asset yang tidak disusutkan yang diukur dengan menggunakan
model revaluasidan property investasi yang diukur dengan menggunakan nilai wajar.

Laba Sebelum Pajak dan Laba Kena Pajak

Dalam laporan keuangan,laba sebelum pajak disajikan sebelum beban pajak penghasilan.laba
sebelum pajak dikurangi beban pajak akan menghasilkan laba bersih / laba setelah pajak.Dalam
beberapa ilustrasi laporan keungan dalam matakuliah pengatar akuntansi dan manajemen
keuangan,sering di cantumkan beban pajak dihitung dari tariff pajak dikalikan dengan laba
sebelum pajak.Namun dalam matakuliah akuntansi keuangan,penyusun harus menyajikan
besarnya beban pajak menurut ketentuan standar akuntansi keungan yang berlaku di Indonesia
sesuai ketentuan dalam PSAK 46 (Revisi 2013).

Laba akuntansi adalah laba atau rugi selama satu periode


akuntansi sebelum dikurangi beban pajak.Laba akuntansi
Laba sebelum pajak
biasannya dihitung dari laba operasi dikurangi dengan pendapatan
dan laba kena pajak
dan beban lain – lain . Laba akuntansi merupakan laba yang berbeda karena
dihitung berdasarkan kebijakan dan standar akuntansi.Laba peraturan pajak
berbeda dengan
akuntansi tersebut sesuai dengan konsep matching principles akan
standar akuntansi.
dibebanin dengan pajak penghasilan.Berdasarkan ini setiap laba sebelum pajak yang telah diakui
harus dipadankan dengan kewajiban pajaknya.Untuk itu beban pajak akan diakui pada periode
laba tersebut diakui menurut akuntansi,sehingga muncul beban pajak tangguhan dan liabilitas
pajak tangguhan.Namun karena kewajiban pajaknya dihitung sesuai dengan ketentuan
perpajakan,maka pajaknya belum menjadi liabilitas kini pada periode tersebut.Sebaiknya jika
pajak penghasilan telah dibayarkan namun laba menurut akuntansi belum diakui pada periode
berjalan maka pembebanan pajak tersebut secara akuntansi akan ditanggukan.Konsekuensi pajak
atas perbedaan pengakuan laba menurut akuntansi dan pajak akan munculkan pajak
tangguhan.Sementara pajak yang terutang menurut fiscal akan diakui sebagai pajak kini.

Laba kena pajak atau laba fiscal (rugi pajak atau rugi fiscal) adalah laba (rugi) selama satu
periode yang dihitung berdasarkan peraturan yang ditetapkan oleh Otoritas Pajak.Laba kena
pajak dalam UU Pajak Penghasilan disebut sebagai penghasilan kena pajak (PKP).Penghasilan
kena pajak merupakan penghasilan dikurangi dengan beban yang boleh dikurangi menurut
peraturan perpajakan.pajak terutang dalam satu tahun fiscal merupakan hasil perkalian
penghasilan kena pajak dengan tariff.Pajak terutang dalam satu tahun fiscal menurut penggertian
dalam standar akuntansi keuangan merupakan beban pajak yang kini.Untuk menjelaskan
perbedaan ini dapat dilihat dalam Contoh 18.2.

Beban Pajak

Beban pajak adalah jumlah agregat beban pajak kini dan beban pajak tangguhan yang di
perhitungkan atas laba akuntansi yang diakui pada satu periode.Beban pajak akan dipadankan
dengan laba akuntansi yang diakui pada periode tersebut.Pajak kini adalah jumlah pajak
penghasilan yang terutang (dilunasi) atas laba kena pajak(rugi pajak) untuk satu periode.

Beban pajak kini adalah pajak yang dihitung menurut ketentuan pajak atas penghasilan yang
diperoleh entitas dalam satu periode.Pajak kini untuk entitas tersendiri (bukan konsolidasian)
merupakan pajak terutang dalam satu tahun fiscal yang tercantum dalam surat
pemberitahuan(SPT) tahunan.Untuk entitas yang terkonsolidasi dengan anak perusahaan.Pajak
tidak mengenal konsep konsolidasi,pajak dibayar oleh masing-masing badan/entitas.Pajak kini
untuk entitas yang dikenakan pajak final adalah pajak terutang atas penghasilan yang diakui
dalam periode tersebut.
Beban atau pendapatan pajak tangguhan merupakan konsekuensi pajak akibat pengakuan
aset atau liabilitas dalam laporan keuangan yang berbeda secara temporer dengan dasar
pengenaan pajaknya.Pengakuan pajak tangguhan hanya dilakukan atas perbedaan
temporer,maksudnya perbedaan akan terpulihkan dimasa mendatang.Secara total pengakuan
menurut akuntansi dan pajak sama,namun terdapat perbedaan pengakuan pada setiap
periode.Pendapatan pajak tangguhan juga dapat terjadi karena kompensasi kerugian yang
menurut ketentuan pajak dapat dikompensasikan dimasa mendatang.

Pengakuan beban pajak tangguhan akan ditambahkan dengan beban pajak kini,sehingga total
beban pajak akan menjadi lebih besar dibandingkan dengan beban pajak kini.Namun sebaiknya
pendapatan pajak tangguhan akan dikurangkan dari beban pajak kini,sehingga total beban pajak
lebih kecil dibandingkan dengan beban pajak kini.

Beban Pajak Kini

Entitas termasuk subjek pajak yang dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan disebut Badan.Penghasilan yang diperoleh badan dalam satu tahun pajak dikenakan
pajak.Penghasilan yang dikenakan pajak tersebut dalam istilah perpajakan sebagai penghasilan
Kena Pajak (PKP).Penghasilan kena pajak dihitung dari penghasilan bruto dikurangi beban yang
boleh dikurangkan.

Penghasilan menurut UU Pajak Penghasilan adalah setiap


tambahan mampuan ekonomis yang diterima atau diterima atau Beban pajak kini
merupakan pajak
diperoleh Wajib Pajak,baik yang berasal dari Indonesia maupun yang dibayarkan oleh
dari luar Indonesia,yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk entitas dalam periode
berjalan.
menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan,dengan
nama dan dalam bentuk apa pun.Penghasilan bruto menurut pajak
tidak sama dengan pendapatan menurut akuntansi.Ada penghasilan yang menurut pajak bukan
objek pajak misalnya penghasilan dari anak perusahaan atau investasi pada asosiasi dengan
kepemilikan di atas 25% sampai dengan 50%.Terdapat juga penghasilan yang diakui menurut
pajak dengan basis kas sedangkan menurut akuntansi diakui dengan basis akrual.

Penghasilan kena pajak dihitung dari total penghasilan dikurangi dengan beban.Pajak
mengatur beban yang boleh dikurangkan untuk tujuan menghitung penghasilan kena
pajak.Beban menurut akuntansi tidak semuanya menjadi beban menurut pajak atau boleh
menjadi beban namun dengan jumlahnya berbeda.Perbedaan antara laba akuntansi dan pajak
dapat terjadi karena perbedaan temporer dan permanen.Perbedaan temporer terjadi karena
perbedaan waktu pengakuan sedangkan perbedaan permanen terjadi karena esensi pengaturan
yang berbeda.

Pembukuan yang dilakukan oleh entitas adalah satu baik untuk tujuan perpajakan maupun
tujuan akuntansi.Untuk memperoleh penghasilan kena pajak,entitas akan melakukan rekonsiliasi
fiskal atau koreksi fiscal.Pembukuan yang telah dilakukan menurut standar akuntansi akan
dikoreksi yang menurut pajak tidak boleh diakui atau ditambahkan jika ada yang menurut pajak
harus diakui.Koreksi fiscal ini akan dilaporkan dalam laporan pajak. Koreksi fiscal juga harus
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Lebih detail tentang rekonsiliasi fiscal akan
dibahas dalam mata ajar perpajakan dan ilustrasinya. Dapat dilihat dalam bagian pengungkapan
dalam bab ini. Hasil rekonsiliasi fiscal adalah penghasilan kena pajak untuk satu badan.

Koreksi fiscal juga dapat diklasifikasikan atas koreksi positif atau koreksi negatif. Koreksi positif
adalah koreksi yang menambah penghasilan kena pajak, sedangkan koreksi negatif adalah
koreksi yang mengurangi penghasilan kena pajak. Koreksi beban yang tidak boleh dikurangkan
menurut ketentuan pajak merupakan contoh koreksi positif. Koreksi atas penghasilan yang
dikenakan pajak final adalah contoh koreksi negatif, karena penghasilan final dikeluarkan dalam
perhitungan penghasilan kena pajak. Penghasilan kena pajak dikenakan dengan tarif akan
menghasilan pajak terutang untuk satu tahun fiskal.

Selain pajak yang dihitung dari rekonsiliasi fiskal, entitas juga memiliki kewajiban membayar
pajak atas penghasilan pajak yang dikenakan pajak final. Penghasilan yang dikenakan pajak final
merupakan penghasilan yang perhitungan, tarif dan cara pemajakan tidak mengikuti ketentuan
umum perhitungan pajak atas badan. Pajak final biasanya menggunakan tarif khusus sesuai
dengan penghasilannya dan dikenakan secara gross dari total penghasilan.Jadi pajak final
merupakan perkalian total penghasilan (gross) dikalikan dengan pajak finalnya. Penghasilan
yang dikenakan pajak final penghasilannya dikeluarkan pada saat melakukan koreksi fiskal.
Istilah final sering diartikan bahwa pemajakannya telah selesai sehingga atas penghasilan
tersebut tidak akan diperhitungkan kembali pajaknya.
Penghasilan yang telah dikenakan tarif pajak final, bebannya tidak boleh dikurangkan karena
pemajakannya dilakukan atas penghasilan bruto. Contoh penghasilan yang dikenakan pajak final
antara lain pendapatan bunga deposito, hadiah, transaksi dipasar modal, sewa, serta penjualan
tanah dan bangunan. Terdapat juga jasa tertentu yang dikenakan pajak final misalnya jasa
perencanaan dan pelaksanaan kontruksi. Untuk entitas yang menyelenggarakan jasa ini misalnya
perusahaan konstruksi, maka sebagian atau seluruh penghasilannya dikenakan pajak final. Dalam
SPT perusahaan konstruksi penghasilan yang dilaporkan hanyalah penghasilan yang tidak
dikenakan pajak final dikurangi dengan beban yang terkait dengan penghasilan tersebut. untuk
penghasilan yang dikenakan pajak final dilaporkan dalam laporan / formulir tersendiri pajak.
Ilustrasi pajak final dapat dilihat pada contoh 18.1.

Pajak dikenakan atas badan atau satu bentuk badan hukum sehingga untuk entitas konsilidasi
kewajiban pajaknya diselesaikan oleh masing – masing badan atau entitas. Rekonsiliasi fiskal
akan dilakukan untuk masing – masing perusahaan, untuk menghitung pajak masing – masing
entitas. Namun atas laba dari anak perusahaan dan laba dari investasi entitas asosiasi (Lebih dari
25% sampai dengan 50%) bukan merupakan laba induk atau investor sehingga tidak terjadi
pemajakan ganda.

Liabilitas Pajak Kini

Pajak kini adalah jumlah pajak penghasilan yang terutang atas laba kena pajak (rugi
pajak) untuk satu periode. Pajak terutang ini harus dibayarkan oleh perusahaan sesuai ketentuan
pajak. Jika pajak kini untuk periode kini dan untuk periode sebelumnya yang belum dibayar
diakui sebagai liabilitas pajak kini. Sebaiknya jika jumlah pajak yang telah dibayar untuk periode
kini dan periode – periodenya sebelumnya melebihi jumlah pajak terutang, akan diakui sebagai
pajak dibayar dimuka.

Pajak terutang menurut ketentuan perpajakan akan dibayarkan oleh suatu entitas melalui
pembayaran angsuran pajak setiap bulan (PPh pasal 25). Pemotongan oleh pihak ketiga (PPh
pasal 22 atau 23) maupun pembayaran pajak diakhir tahun pajak
(PPh pasal 29). Setiap bulan, entitas wajib melakukan
Liabilitas pajak kini
pembayaran angsuran pajak ( PPh pasal 25) yang dihitung
merupakan beban
berdasarkan pajak tahun lalu dibagi dengan 12 atau dengan pajak kini yang belum
dibayar oleh entitas.
rumus tersendiri jika ada penghasilan tidak teratur atau kondisi khusus. Atas penghasilan yang
diterima oleh entitas ada yang telah dipotong pajak oleh pihak lain. Misalnya perusahaan
konsultan IT, atas jasa konsultasi yang telah dilakukan dipotong pajak oleh entitas.

Angsuran pajak dan pajak yang telah dibayar entitas dalam satu tahun merupakan pajak
dibayar dimuka atau dalam istilah pajak disebut sebagai kredit pajak. Pajak terutang dalam satu
tahun fiskal akan dihitung setiap tahun, pajak penghasilan ini menurut standar akuntansi
keuangan disebut sebagai beban pajak ini. Jumlah pajak terutang akan dikurangkan dengan
kredit pajak untuk mendapatkan pajak kurang atau lebih bayar pajak. Jika pajak terutang lebih
besar dari kredit pajak akan muncul pajak kurang bayar (PPh pasal 29), yang akan disajikan
dalam laporan posisi keuangan sebagai utang pajak badan. Sebaliknya jika muncul lebih bayar
(PPh pasal 28) akan disajikan sebagai pajak dibayar dimuka. Sesuai dengan ketentuan
perpajakan, pajak dibayar dimuka dalam direstitusi atau dikompensasikan untuk pembayaran
pajak periode berikutnya. Namun sebelum keputusan tersebut diberikan, akan dilakukan
pemeriksaan terlebih dahulu untuk memastikan jumlah kompensasi atau restitusinya telah
dihitung dengan tepat. Dalam beberapa kasus tidak semua pajak dibayar dimuka akibat lebih
bayar dapat direstitusi / kompensasi semuanya.

Pajak sebuah entitas meliputi pajak atas seluruh penghasilan yang diterima, baik
penghasilan dari Indonesia maupun dari luar Indonesia. Namun atas penghasilan yang telah
diterima dari luar negeri dan pajaknya telah dibayarkan, maka pajak yang telah dibayarkan
tersebut akan diperhitungkan sebagai kredit pajak sesuai dengan ketentuan PPh pasal 24 UU
pajak penghasilan.

Liabilitas pajak kini dalam laporan keuangan disajikan sebagai hutang pajak penghasilan
atau utang PPh badan. Jika jumlah yang dibayar atau dipotong pihak lain lebih besar akan
disajikan sebagai pihak pajak dibayar dimuka atau PPh badan dibayar dimuka. Untuk
memberikan gambaran bagaimana beban pajak kini dan liabilitas pajak kini dicatat dalam sebuah
entitas dapat dilihat dalam contoh 18.2.

Contoh 18.1 Pencatatan Pajak Penghasilan Kini

PT. Merapi untuk tahun pajak yang berakhir 31 desember 2015 memperoleh laba sebelum pajak sebesar
Rp.80.000.000.000. hasil koreksi fiskal diketahui perbedaan permanen koreksi positif sebesar Rp.2.000.000.000.
Koreksi temporer sebesar Rp.3.000.000.000. koreksi negatif dan koreksi positif Rp. 5.000.000.000. saldo liabilitas
pajak tangguhan sebesar Rp.1.700.000.000. pajak penghasilan yang telah dipotong oleh pihak lain adalah sebagai
berikut.

 PPh final sebesar Rp.1.500.000.000 atas penghasilan sewa bruto Rp.15.000.000. PPh 23
tidak final sebesar 1.000.000.000 atas penghasilan sebesar Rp.50.000.000.000
 Penghasilan diterima dari luar negeri sebesar Rp. 200.000.000.000. pajak yang telah dipotong
diluar negeri sebesar Rp.6.000.000.000, PPh 24 boleh dikreditkan terkait penghasilan luar
negeri sebesar Rp.5.000.000.000
 Angsuran pembayaran PPh 25 sebesar Rp.10.000.000
 Pajak yang dipungut oleh bea cukai, PPh 22 sebesar Rp. 2.000.000.000 atas impor.

Perusahaan mencatat pembayaran pajak dibayar dimuka baik final maupun tidak final
sebagai pajak dibayar dimuka. Buatlah jurnal pencatatan pembayaran pajak dan penyesuaian
yang dibuat untuk mengakui utang pajak penghasilan kini. Tarif pajak yang berlaku 25 %.

Atas penerimaan penghasilan pajak yang dikenakan pajak final akan dicatat penghasilan
dan pajak dibayar dimuka. Dalam mencatat harus diberikan indentifikasi final dan tidak final
karena dampaknya berbeda terhadap nilai liabilitas pajak kini (utang pajak). Sebagai alternatif
dapat juga langsung dicatat sebagai beban pajak.

Kas 13.500.000.000
Pajak Dibayar di Muka Final 1.500.000.000
Pendapatan 15.000.000.000

Kas 49.000.000.000
Pajak Dibayar di Muka (Tidak Final) 1.000.000.000
Pendapatan 50.000.000.000

Kas 140.000.000.000
Pajak Dibayar di Muka (LN) 60.000.000.000
Pendapatan 200.000.000.000

Pajak yang dibayar langsung oleh perusahaan ke kas negara, baik angsuran pajak dan
pajak yang dipungut akan dicatat sebagai pajak dibayar dimuka. Dalam praktik jurnal ini akan
dibuat sesuai dengan waktu pembayarannya.
Pajak Dibayar di Muka PPh 22 2.000.000.000
Pajak Dibayar di Muka PPh 25 10.000.000.000
Kas 12.000.000.000

Pada akhir tahun, akan diperhitungkan pajak yang telah dibayar dengan jumlah pajak
terutang. Jika jumlah pajak terutang lebih besar dari pajak yang telah dibayar, akan diakui
sebagai liabilitas pajak kini. Dalam laporan keuangan disajikan dengan nama utang PPh badan.
Utang ini menurut ketentuan pajak harus dibayarkan paling lambat bulan akhir keempat setelah
tanggal laporan keuangan.

Perhitungan pajak terutang :

Penghasilan kena pajak Rp.80.000.000.000 + Rp.2.000.000.000 – Rp.3.000.000.000


+ Rp.5.000.000.000 = Rp. 84.000.000.000.
Pajak terutang = 25 persen x Rp.84.000.000 = Rp. 21.000.000.000

Beban Pajak Kini 21.000.000.000


Pajak Dibayar dimuka PPh 22 2.000.000.000
Pajak Dibayar di Muka PPh 23 1.000.000.000
Pajak Dibayar di Muka PPh 24 5.000.000.000
Pajak Dibayar di Muka PPh 25 10.000.000.000
Utang PPh Badan (29) 3.000.000.000

Total beban pajak kini merupakan penjumlahan semua pajak yang dibayarkan yaitu pajak final
dan pajak tidak final, termasuk juga pajak yang LN yang tidak boleh dikreditkan.
Total beban pajak kini = Pajak terutang tahunan = Rp.21.000.000.000 + final Rp. 1.500.000.000
+ Rp.1.000.000.000 LN = Rp. 23.500.000.000

Beban Pajak Kini 2.500.000.000


Pajak Dibayar di Muka PPh Final 1.500.000.000
Pajak LN Dibayar di Muka PPh 24 1.000.000.000

Beda temporer net Rp. 5.000.000.000 – Rp.3.000.000.000 = Rp. 2.000.000.000 pajak tangguhan
25 % x Rp. 2.000.000.000 = Rp. 500.000.000.000. penghasilan kena pajak lebih besar
dibandingkan dengan laba menurut akuntansi, sehingga pengenaan pajak akan mendahului
pengakuan menurut akuntansi. Karena sebelumnya terdapat liabilitas pajak tangguhan, maka
pendapatan pajak tangguhan akan mengurangi liabilitas pajak tangguhan. Saldo liabilitas pajak
tangguhan sebesar Rp. 1.700.000.000 – Rp. 500.000.000. = Rp. 1.200.000.000

Liabilitas Pajak Tangguhan 500.000.000


Pendapatan Pajak Tangguhan 500.000.000

Saldo total beban pajak perusahaan adalah beban pajak kini ditambah pajak tangguhan
= Rp. 13.500.000.000 – Rp. 500.000.000 = Rp. 13.000.000.000.

Penyajian dalam laporan keuangan


Laporan laba rugi dan penghasilan komrehensif
Laba sebelum pajak Rp. 80.000.000.000
Beban Pajak :
Beban pajak kini Rp. 23.500.000.000
Pendapatan pajak tangguhan (Rp.500.000.000)
Total beban pajak Rp. 23.000.000.000
Laba bersih Rp. 57.000.000.000

Laporan Posisi Keuangan


Utang PPh Badan (liabilitas pajak kini) Rp. 3.000.000.000
Liabilitas pajak tangguhan Rp. 1.700.000.000

Utang PPh badan yang muncul dalam laporan keuangan merupakan pajak kurang bayar dalam
satu tahun fiskal atau sering dikenal sebagai pajak rampung atau PPh 29. Utang PPh badan
merupakan utang yang terkait dengan beban pajak entitas. Utang pajak yang lain merupakan
utang pajak terkait dengan kewajiban entitas untuk memotong pajak pihak lain sehingga tidak
akan mempengaruhi niali beban pajak. Entitas dapat menyajikan dalam laporan posisi keuangan
hanya satu baris utang pajak dan rincian jenis – jenis pajaknya dicatat atas laporan keuangan,
atau menampilkan rincian utang pajak dalam laporan posisi keuangan.

PAJAK TANGGUHAN

Perbedaan Akuntansi dan Pajak

Penghasilan kena pajak dan laba akuntansi memiliki dasar hukum yang berbeda. Pajak
yang dikenakan dan dihitung berdasarkan ketentuan perpajakan, sedangkan laba akuntansi
dihitung sesuai dengan kaidah dalam standar akuntansi. Perbedaan antara keduanya berlaku
umum hampir disetiap peraturan perpajakan diberbagai negara. Walaupun letak perbedaan
tersebut sebenarnya relatif umum dan sama, namun memiliki cara yang berbeda. Perbedaan yang
muncul misalnya terkait dengan perhitungan depresiasi, pengaturan beberapa beban dan
penghasilan yang menurut pajak diakui dengan basis kas, pengaturan atas penghasilan yang
menurut pajak diatur dengan ketentuan khusus dan pengaturan beberapa beban yang menurut
pajak tidak diperkenankan sebagai pengurang penghasilan kena pajak.

Perbedaan tersebut dapat diklasifikasikan atas perbedaan temporer dan permanent.


Namun, jika dilihat dari dampak akhirnya dapat diklasifikasikan atas perbedaan positif atau
negatif. Perbedaan positif terjadi jika laba akuntansi lebih besar dari laba pajak dan sebaliknya.
Perbedaan yang mengandung konsekuensi pengakuan pajak tangguhan menurut akuntansi adalah
perbedaan temporer. Untuk menjelaskan perbedaan temporer laba sebelum pajak menurut
akuntansi dan penghasilan kena pajak dapat dilihat dalam contoh 18.2

Contoh 18.2 Perbedaan Temporer Penghasilan Kena Pajak dan Laba sebelum Pajak

PT. Kencana menurut akuntansi melaporkan pendapatan yang sama selama tahun 2015,
2016, dan 2017 sebesar Rp. 300.000.000.000 per tahun dan beban sebesar Rp. 200.000.000.000
per tahun. Untuk tujuan pajak, terdapat perbedaan temporer terkait dengan pengakuan
pendapatan sehingga penghasilan untuk 2015, 2016, dan 2017 secara berurutan sebesar
Rp.240.000.000.Rp.320.000.000, dan Rp.340.000.000.

Jelaskan bagaimana dampak dari perbedaan ini dalam laporan keuangan entitas.

Tabel 18.1 Laporan Keuangan Entitas


Laporan Keuangan 2015 2016 2017 Total
Pendapatan 300.000.000 300.000.000 300.000.000 900.000.000
Beban 200.000.000 200.000.000 200.000.000 600.000.000
Laba sebelum pajak 100.000.000 100.000.000 100.000.000 300.000.000
Beban pajak penghasilan 25% 25.000.000 25.000.000 25.000.000 75.000.000

Laporan Pajak 2015 2016 2017 Total


Penghasilan 240.000.000 320.000.000 340.000.000 900.000.000
Beban pajak yang dikurangkan 200.000.000 200.000.000 200.000.000 600.000.000
Penghasilan kena pajak 40.000.000 120.000.000 140.000.000 300.000.000
Beban pajak kini (pajak terutang 10.000 30.000.000 35.000.000 75.000.000
25%)
Penyajian dalam laporan keuangan
Beban pajak kini 10.000.000 30.000.000 35.000.000 75.000.000
Beban (pendapatan) pajak 15.000.000 (5.000.000) (10.000.000) -
tangguhan
Total beban pajak penghasilan 25.000.000 25.000.000 25.000.000 75.000.000

Liabilitas pajak tangguhan 15.000.000 10.000.000 - -

Dalam kasus ini perbedaan yang muncul hanya perbedaan temporer sehingga beban pajak
menurut akuntansi dibagi laba sebelum pajak (tarif pajak efektif) sama dengan tarif pajak yang
berlaku yaitu 25%. Jika terdapat perbedaan permanen tarif pajak efektif tidak sama dengan tarif
pajak yang berlaku.

Perbedaan temporer adalah perbedaan antara jumlah tercatat asset atau liabilitas pada
posisi keuangan dengan dasar pengenaan pajaknya. Perbedaan temporer dapat berupa perbedaan
temporer kena pajak dan perbedaan temporer dapat dikurangkan. Perbedaan temporer terjadi
karena perbedaan waktu pengakuan namun secara total nilai penghasilan dan beban yang diakui
jumlahnya sama.

Misalnya beban terkait dengan asset tetap. Secara total nilai asset yang dibeli untuk
kegiatan operasional entitas dapat dibebankan sebagai beban operasional melalui proses
depresiasi. Perbedaan masa manfaat depresiasi antara akuntansi dan pajak menyebabkan
perbedaan beban depresiasi pada setiap periode, namun totalnya sama. Akuntansi sering
menggunakan nilai sisa sedangkan pajak tidak menggunakan nilai sisa dalam depresiasi
penggunaan nilai sisa akan menyebabkan beban depresiasi yang berbeda antara akuntasi dan
pajak, namun perbedaan ini akan hilang saat aset tersebut dijual atau dilepaskan. Perbedaan
pengakuan keuntungan / kerugian pelepasan asset antara akuntansi dan pajak menyebabkan
perbedaan akibat nilai sisa menjadi hilang.

Perbedaan temporer akan diakui sebagai pendapatan atau beban pajak tangguhan dan
sebagai konsekuensinya akan diakui sebagai asset dan liabilitas pajak tangguhan dalam laporan
posisi keuangan. Perbedaan temporer akan dipulihkan atau diselesaikan dimasa mendatang,
sehingga konsekuensi perbedaan atas pengakuan asset / liabilitas tertentu akan hilang ketika
perbedaan tersebut tidak ada lagi.
Perbedaan Temporer Dapat Dikurangkan dan Asset Pajak Tangguhan

Perbedaan temporer yang dapat dikurangkan adalah perbedaan temporer yang


menimbulkan jumlah yang dapat dikurangkan dalam penentuan laba kena pajak (Rugi pajak)
periode masa depan ketika jumlah tercatat asset atau liabilitas dipulihkan atau diselesaikan yang
tercantum dalam PSAK 46 (revisi 2013). Perbedaan temporer yang dapat dikurangkan terjadi
saat laba akuntansi lebih kecil dibandingkan laba menurut pajak atau penghasilan kena pajak,
akibat dari perbedaan temporer. Penghasilan kena pajak yang lebih tinggi mengharuskan entitas
menurut regulasi pajak melakukan pembayaran pajak lebih dahulu
sebelum pengakuan pajak menurut akuntansi. Pembayaran pajak
yang lebih dahulu tersebut akan diakui sebagai asset pajak Perbedaan temporer
tangguhan. Pembayaran pajak tersebut akan ditangguhkan yang dapat dikurangkan
terjadi karena laba
pembebanannya menurut akuntansi dan baru diakui saat laba menurut pajak lebih
menurut akuntansi diakui. besar dan akan diakui
sebagai aset pajhak
Asset pajak tangguhan diakui untuk seluruh perbedaan tangguhan.
temporer yang dapat dikurangkan, sepanjang kemungkinan besar
bahwa laba kena pajak akan tersedia dalam jumlah yang cukup
memadai sehingga perbedaan temporer yang dapat dikurangkan tersebut dapat dimanfaatkan.
Pengakuan asset pajak tangguhan tidak dilakukan atas pengakuan awal asset dan liabilitas atas
transaksi kombinasi bisnis dan transaksi yang tidak mempengaruhi laba akuntansi dan laba kena
pajak.

Perbedaan yang dapat dikurangkan umumnya terjadi saat penghasilan kena pajak lebih
tinggi dibandingkan dengan laba menurut akuntansi. Beberapa kejadian berikut ini merupakan
bentuk perbedaan temporer yang dapat dikurangkan.

1. Pengakuan beban profisi garansi secara aktual pada saat terjadi penjualan
sedangkan menurut pajak pembebanan dilakukan pada saat garansi diberikan.
2. Depresiasi dengan masa manfaat yang lebih pendek menurut akuntansi
dibandingkan dengan masa manfaat depresiasi menurut pajak.
3. Pengakuan beban penyisihan piutang yang diakui saat terdapat bukti objektif
sedangkan menurut pajak diakui sesuai dengan ketentuan dan biasanya terjadi
pada periode setelah pengakuan menurut akuntansi.
4. Pengakuan penurunan nilai asset yang menurut pajak akan diakui saat asset
tersebut dijual atau dilepaskan, sedangkan menurut akuntansi diakui saat
terdapat indikasi penurunan nilai.
5. Pengakuan beban yang jumlahnya diestimasi atau menurut akuntansi disebut
profisi, sedangkan menurut pajak baru dilakukan pengakuan pada saat beban
tersebut telah direalisasikan.
6. Pengakuan beban yang lebih kecil menurut pajak dibandingkan pengakuan
beban menurut akuntansi, akibat perbedaan temporer.
7. Pengakuan penghasilan lebih besar menurut akuntansi dibandingkan
pengakuan menurut akuntansi akibat perbedaan temporer, contoh pendapatan
diterima dimuka menurut pajak diakui seluruhnya saat diterima, menurut
akuntansi diakui secara akrual.

Contoh 18.3 memberikan gambaran mengenai perbedaan temporer yang dapat


dikurangkan untuk menyederhanakan contoh perbedaan hanya diperlihatkan untuk satu
transaksi.

Contoh 18.3 Perbedaan Temporer Dapat Dikurangkan

PT. Merbabu selama tahun 2015 mengakui beban garansi selama 2% dari total penjualan. Garansi akan
dilakukan selama 2 tahun. Total penjualan pada 2015 sebesar Rp.800.000.000. beban tersebut diakui menurut
akuntansi dengan basis akrual pada saat penjualan terjadi yaitu pada tahun 2015. Menurut ketentuan pajak, beban
tersebut baru diakui jika entitas telah secara nyata memberikan garansi kepada pelanggannya. Kenyataannya beban
garansi atas penjualan 2015 dibayarkan pada tahun 2015 sebesar Rp. 2.000.000, 2016 sebesar Rp.8.000.000, dan
2017 sebesar Rp.6.000.000.

Atas biaya transaksi tersebut akan diakui menurut akuntansi sebesar 2% x Rp. 800.000.000 = Rp.
16.000.000. beban tersebut akan diakru pada 2015 dan menimbulkan liabilitas.

Beban Garansi 16.000.000


Liabilitas Garansi 16.000.000
Atas Garansi ini ada yang telah diberikan jasanya pada 2015 sehingga liabilitas akan
berkurang.

Liabiltas Garansi 2.000.000


Kas (Kredit yang Lain) 2.000.000

Tabel 18.2 Perhitungan Perbedaan Temporer dapat Dikurangkan


2015 2016 2017 Total
Beban garansi akuntansi 16.000.000 - - 16.000.000
Beban garansi pajak 2.000.000 8.000.000 6.000.000 16.000.000
Perbedaan laba akuntansi dan pajak (14.000.000) 8.000.000 6.000.000 -
laba akuntansi dan lebih tinggi
(rendah)

Aset pajak tangguhan (akhir periode) 3.500.000 1.500.000 -


Beban (pendapatan) pajak tangguhan (3.500.000) 2.000.000 1.500.000
Liabilitas garansi (akhir periode) 14.000.000 6.000.000 -

Menurut akuntansi akan diakui beban garansi sebesar Rp. 16.000.000, sedangkan
menurut pajak akan diakui beban garansi sebesar yang telah dibayarkan Rp.2.000.000. dengan
demikian terdapat perbedaan laba Rp.14.000.000. laba menurut penghasilan kena pajak lebih
besar dibandingkan dengan laba menurut akuntansi. Perbedaan ini tercermin dengan perbedaan
pengakuan liabilitas transaksi dalam laporan posisi keuangan sebesar Rp.16.000.000 –
Rp.2.000.000 = Rp.14.000.000.

Perbedaan tersebut akan terpulihkan dimasa mendatang sehingga menimbulkan


perbedaan temporer yang dapat dikurangkan. Perbedaan tersebut akan diakui sebagai asset pajak
tangguhan sebesar perbedaan atas laba dikalikan dengan tarif pajak pada saat perbedaan tersebut
akan terpulihkan. Misalkan tarif pajak yang berlaku 25% dan tidak akan berubah pada beberapa
tahun berikutnya.

Aset Pajak Tangguhan 3.500.000


Pendapatan Pajak Tangguhan 3.500.000

Pendapatan pajak tangguhan akan mengurangkan pajak kini entitas. Dengan demikian
dampak dari jurnal tersebut total beban pajak akan lebih kecil dibandingkan dengan pajak kini.
Laba menurut akuntansi lebih kecil dari laba menurut pajak maka total beban pajak lebih kecil
dibandingkan dengan pajak kini. Total beban pajak akan dipadamkan (di – matching – kan)
dengan laba sebelum pajak, sehingga tepat karena pada tahun 2015 laba menurut akuntansi lebih
kecil.

Pada 2016 dilakukan pembayaran garansi Rp.8.000.000 sehingga liabilitas pajak


tangguhan akan berkurang sehingga bersaldo Rp.6.000.000. akibat transaksi ini asset pajak
tangguhan juga harus dikurangkan karena liabilitasnya telah terselesaikan. Atas berkurangnya
perbedaan temporer yang dapat dikurangkan tersebut akan dibuat jurnal.

Liabilitas Garansi 8.000.000


Kas (kredit yang Lain) 8.000.000
Beban Pajak Tangguhan 2.000.000
Aset Pajak Tangguhan 2.000.000

Saldo liabilitas pajak tangguhan Rp.1.500.000 pada akhir tahun 2015 akan terselesaikan
pada tahun 2017 dengan pembayaran garansi sebesar Rp.6.000.000

Liabilitas Garansi 6.000.000


Kas (kredit yang Lain) 6.000.000
Beban Pajak Tangguhan 1.500.000
Aset Pajak Tangguhan 1.500.000

Pada akhir 2017 perbedaan tersebut akan terselesaikan semuanya sehingga saldo liabilitas
garansi nol dan asset pajak tangguhan juga bersaldo nol.

Perbedaan temporer yang dapat dikurangkan dimasa mendatang harus dievaluasi setiap
periode untuk memastikan bahwa perbedaan tersebut dapat dikurangkan. Dalam beberapa
kondisi perbedaan temporer tersebut tidak dapat dikurangkan dimasa mendatang. Jika perbedaan
temporer tersebut tidak dapat dikurangkan maka asset pajak tangguhan yang timbul dari
perbedaan tersebut tidak boleh diakui lagi untuk menjelaskan perbedaan ini dapat dilihat dalam
contoh 18.4 yang merupakan lanjutan contoh 18.3
Contoh 18.4 Evaluasi Atas Perbedaan Temporer Dapat Dikurangkan

Melanjutkan kasus dalam contih 18.3 namun pada tahun 2017 beban garansi yang dibayarkan sebesar Rp.4.000.000.
garansi tidak dapat lagi digunakan oleh pelanggan pada tahun 2018.

Berdasarkan data tersebut pengakuan garansi sebesar Rp.16.000.000 namun pembayaran garansi yang dapat
dilakukan hanya sebesar 2.000.000 + 8.000.000 + 4.000.000 = 14.000.000 sehingga terdapat Rp. 2.000.000
perbedaan temporer yang tidak dapat diselesaikan. Dengan demikian pada tahun 2017 akan dibuat jurnal berikut ini.

Liabilitas Garansi 4.000.000


Kas (kredit yang Lain) 4.000.000
Beban Pajak Tangguhan 1.000.000
Aset Pajak Tangguhan 1.000.000

Tabel 18.3 Perhitungan dan Evaluasi atas Perbedaan Temporer Dapat Dikurangkan
2015 2016 2017 Total
Beban garansi akuntansi 16.000.000 - - 16.000.000
Beban garansi pajak 2.000.000 (8.000.000) 6.000.000 14.000.000
Perbedaan laba akuntansi dan pajak (14.000.000) 8.000.000 6.000.000 (2.000.000)
laba akuntansi dan lebih tinggi
(rendah)

Aset pajak tangguhan (akhir periode) 3.500.000 1.500.000 -


Beban (pendapatan) pajak tangguhan (3.500.000) 2.000.000 1.500.000
Liabilitas garansi (akhir periode) 14.000.000 6.000.000 -

Terkait dengan beban garansi yang telah diestimasi dan diakui Rp.16.000.000 ternyata
hanya terealisasi Rp.14.000.000, sehingga akan dilakukan koreksi atas estimasi yang telah
dikurangkan pada tahun 2017. Perbedaan temporer yang tidak dalam diselesaikan juga akan
disesuaikan akibat koreksi atas estimasi yang dilakukan.

Liabilitas Garansi 2.000.000


Kas (kredit yang Lain) 2.000.000
Beban Pajak Tangguhan 500.000
Aset Pajak Tangguhan 500.000
Akibat jurnal penyesuaian tersebut saldo liabilitas garansi akan dikurangkan menjadi nol
dan asset pajak tangguhan menjadi nol. Beban garansi dicatat sebagai kredit akan digabungkan
dengan pengakuan beban garansi atas penjualan yang dilakukan pada tahun 2017.

Perbedaan Temporer Kena Pajak dan Liabilitas Pajak Tangguhan

Perbedaan temporer kena pajak menurut PSAK 46 (Revisi 13) adalah perbedaan
temporer yang menimbulkan jumlah kena pajak dalam penentuan laba kena pajak (rugi pajak)
periode masa depan ketika jumlah tercatat asset atau liabilitas pajak diselesaikan. Perbedaan
temporer kena pajak akan menyebabkan diakuinya beban pajak tangguhan dan liabilitas pajak
tangguhan.

Liabilitas pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan terutang pada periode masa
depan sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena pajak. Pengakuan liabilitas pajak
tangguhan dikecualikan atas perbedaan temporer kena pajak yang
Perbedaan temporer
berasal dari pengakuan awal goodwill; atau pengakuan awal asset atau kena pajak terjadi
liabilitas dari transaksi bukan kombinasi bisnis dan transaksi yang karena laba menurut
akuntansi lebih besar
tidak mempengaruhi laba akuntansi atau laba kena pajak.
dan diakui sebagai
liabilitas pajak
Perbedaan temporer kena pajak terjadi ketika pengakuan laba
tangguhan.
menurut akuntansi lebih besar dibandingkan dengan laba menurut
pajak. Laba yang telah diakui menurut akuntansi tersebut beban pajaknya harus
diakui walaupun pajaknya belum diakui menurut regulasi pajak. Beberapa kejadian berikut
merupakan contoh perbedaan temporer kena pajak.

1. Depresiasi menurut akuntansi dengan masa manfaat lebih panjang


dibandingkan masa manfaat menurut pajak.
2. Pengakuan beban yang lebih kecil menurut akuntansi dibandingkan
pengakuan beban menurut pajak, akibat perbedaan temporer.

Untuk menjelaskan perbedaan temporer kena pajak dapat dilihat pada contoh 18.5. dalam
contoh ini hanya dijelaskan atas transaksi perolehan asset dan dampak perbedaan depresisasi
tetapi tidak diperlihatkan gambaran umum seluruh entitas untuk memudahkan pemahaman.

Contoh 18.5 Perbedaan Temporer Kena Pajak


PT. Sumbing pada awal januari 2015 membeli kendaraan dengan harga Rp. 200.000.000. menurut akuntansi asset
ini disusutkan 5 tahun tanpa nilai sisa sedangkan menurut pajak disusutkan 4 tahun tanpa nilai sisa.

Tabel 18.4 Perhitungan Perbedaan Temporer Kena Pajak

2015 2016 2017 2018 2019 Total


Beban depresiasi akuntansi 40.000.000 40.000.000 40.000.000 40.000.000 40.000.000 200.000.000
Beban depresiasi pajak 50.000.000 50.000.000 50.000.000 50.000.000 - 200.000.000
Perbedaan laba akuntansi 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 (40.000.000) -
dan pajak laba akuntansi
lebih tinggi (rendah)

Liabilitas pajak tangguhan 2.500.000 5.000.000 7.500.000 10.000.000 -


Beban (pendapatan) pajak 2.500.000 2.500.000 2.500.000 2.500.000 -
tangguhan
Perbedaan nilai kendaraan 10.000.000 20.000.000 30.000.000 40.000.000 -
net (akhir)

Menurut akuntansi beban depresiasi pertahun Rp.40.000.000, sedangkan menurut pajak


beban depresiasi sebesar Rp.50.000.000. akibatnya laba setiap pajak setiap tahun dari 2015 -2018
besar Rp.10.000.000 dibandingkan penghasilan kena pajak. Namun pada tahun 2019, laba
menurut akuntansi lebih kecil Rp.40.000.000. karena pada tahun tersebut tidak ada depresiasi.

Akibat beban depresiasi tersebut akumulasi depresiasi menurut akuntansi lebih kecil,
sehingga asset net menjadi lebih besar. Perbedaan tersebut terakumulasi selama empat tahun
sehingga saldo perbedaan pada akhir 2018 sebesar Rp.40.000.000. Perbedaan tersebut tidak lagi,
ketika diakui beban depresiasi menurut akuntansi sedangkan menurut pajak tidak diakui lagi
beban depresasi.

Akibat laba sebelum pajak diakui lebih tinggi maka diakui beban pajak, namun karena
penyelesaiannya ditangguhkan pada saat penghasilan kena pajaknya diakui. Beban pajak
tangguhan diakui sebesar 25% x Rp.10.000.000 = Rp.2.500.000. sebagai lawannya akan diakui
liabilitas pajak tangguhan. Jurnal yang dibuat selama empat tahun atas perbedaan laba akuntansi
dan penghasilan kena pajak adalah sebagai berikut.

Beban Pajak Tangguhan 2.500.000


Liabilitas Pajak Tangguhan 2.500.000
Jurnal ini dibuat sama selama empat tahun 2015 – 2018, sehingga liabilitas pajak
tangguhan akan terakumulasi dan bersaldo Rp.10.000.000 pada tahun 2019. Sebaliknya pada
tahun 2019, laba sebelum pajak lebih rendah Rp.40.000.000 dibandingkan dengan penghasilan
kena pajak. Atas perbedaan tersebut akan diakui pendapatan pajak tangguhan dan lawannya
liabilitas pajak tangguhan. Pendapatan pajak tangguhan tersebut akan mengurangi beban pajak
kini, sehingga pada tahun 2019, total beban pajak akan lebih kecil dibandingkan dengan pajak
kini.

Liabilitas Pajak Tangguhan 10.000.000


Pendapatan Pajak Tangguhan 10.000.000

Untuk depresiasi asset tetap, perbedaan temporer juga dapat terjadi akibat nilai sisa.
Menurut regulasi pajak di indonesia, depresiasi dilakukan atas nilai seluruh asset tanpa
memperhitungkan nilai sisa. Sementara menurut akuntansi, entitas dapat menetapkan nilai sisa.
Akibat nilai sisa maka beban depresiasi menurut pajak dan akuntansi berbeda. Perbedaan
tersebut berbeda, pada saat manfaat asset akan tetap ada dan akan diakui. Liabilitas pajak
tangguhan karena beban depresiasi menurut akuntansi secara total lebih kecil dibandingkan
dengan beban depresiasi menurut pajak. Perbedaan ini akan hilang pada saat asset dijual atau
dilepas. Pada saat asset dijual atau dilepas, entitas akan mengakui keuntungan / kerugian
penjualan sebesar selisih nilai jual dengan nilai sisa. Sementara menurut pajak, seluruh hasil
penjualan akan diakui sebagai keuntungan karena nilai sisa asset nol. Perbedaan keuntungan dan
kerugian penjualan asset ini akan mencerminkan perbedaan akibat nilai sisa. Liabilitas pajak
tangguhan akan terpulihkan pada saat asset tersebut dijual atau dilepaskan.

Perbedaan Permanen

Perbedaan permanen adalah perbedaan antara laba sebelum pajak (akuntansi) dengan
penghasilan kena pajak yang tidak dapat dipulihkan dimasa depan. Perbedaan ini secara
permanen tidak akan hilang karena terdapat perbedaan esensi dalam pengaturan pajak dan
akuntansi. Perbedaan tersebut akan membuat laba menurut akuntansi berbeda dengan laba
menurut pajak, namun perbedaan tersebut tidak akan diakui sebagai pajak tangguhan.

Beberapa kejadian berikut menyebabkan perbedaan permanen akuntansi dan pajak.


1. Pengakuan beban yang menurut akuntansi
diperkenankan sedangkan menurut pajak tidak Perbedaan permanen
diperkenankan antara lain beban sumbangan yang tidak memunculkan
aset atau liabilitas pajak
tidak diperkenankan oleh regulasi, beban yang
tangguhan.
tidak terkait dengan mendapatkan, menagih dan
memelihara penghasilan misalnya entertainment
yang tidak ada daftar nominatifnya, beban untuk
keperluan pribadi pemegang saham.
2. Pengakuan pendapatan yang menurut pajak bukan merupakan penghasilan
misalnya laba dari entitas assosisasi dengan kepemilikan 25 – 50%.
3. Penghasilan yang dikenakan pajak final.

Untuk menjelaskan secara komprehensif perbedaan permanen dan temporer dan


bagaimana pajak penghasilan diakui dapat dilihat pada contoh 18.6

Contoh 18.6 Perbedaan Temporer dan Permanen Serta Pajak Kini

PT. Sindoro pada tahun 2015 melaporkan laba sebelum pajak sebesar Rp.9.000.000. dalam rekonsilisasi fiskal
terdapat perbedaan antara akuntansi dan pajak yang disebabkan oleh beberapa hal berikut.

1. Beban depresiasi menurut akuntansi lebih kecil dibandigkan menurut pajak sebesar
Rp.20.000.000.
2. Beban garansi menurut akuntansi lebih besar Rp.80.000.000 dibandingkan menurut pajak.
3. Beban sumbangan sebesar Rp.10.000.000 tidak diperkenankan menurut pajak.
4. Penghasilan sewa tanah dan bangunan sebesar Rp.70.000.000 dikenakan pajak final sebesar
10%

` Tarif pajak yang berlaku sebesar 25% entitas belum memiliki saldo awal asset / libilitas pajak tangguhan.
pajak dibayar dimuka terdiri atas angsuran pajak (PPh 25) Rp.180.000.000, PPh 23 sebesar Rp.20.000.000, dan
pajak final atas sewa Rp.12.500.000. Entitas menuyusun laporan tahunan keuangan, sehingga jurnal penyesuaian
beban pajak dilakukan diakhir tahun.

Tabel 18.5 Perhitungan Perbedaan Temporer dan Permanen serta Pajak Kini
2015 Perbedaan dapat Perbedaan
dikurangkan Kena Pajak
Laba sebelum pajak (a) 900.000.000
Perbedaan temporer
Beban depresiasi (negatif) (20.000.000) 20.000.000
Beban garansi (positif) 80.000.000 80.000.000
Total perbedaan temporer (b) 60.000.000
Perbedaan permanen
Beban sumbangan (positif) 30.000.000
Penghasilan sewa final (negatif) (50.000.000)
Total perbedaan permanen (c) (20.000.000)
Penghasilan kena pajak (a) +(b) + (c) 940.000.000
Pajak terutang dalam satu tahun fiskal (25%) 235.000.000
Pajak Tangguhan (15.000.000) 20.000.000 5.000.000
Pajak kini karena penghasilan final 12.500.000
Total Beban Pajak 232.500.000

Beban depresiasi menurut akuntansi terlalu kecil sehingga laba akuntansi lebih besar. Hal
tersebut memunculkan perbedaan kena pajak sebesar Rp.20.000.000, liabilitas pajak tangguhan
yang diakui sebesar 5.000.000 (25%) x 20.000.000).

Beban garansi menurut akuntansi terlalu besar sehingga laba akuntansi lebih kecil, atau
penghasilan kena pajak lebih besar sehingga memunculkan perbedaan dapat dikurangkan sebesar
Rp.80.000.000, asset pajak tangguhan diakui sebesar Rp.20.000.000.

Kedua perbedaan tersebut menghasilkan penghasilan pajak tangguhan Rp.15.000.000.


Beban sumbangan tidak boleh diakui sehingga koreksi positif, menambahkan penghasilan kena
pajak. Penghasilan final tidak diperhitungkan dalam perhitungan penghasilan kena pajak
sehingga dilakukan koreksi negatif.

Beban pajak kini entitas gabungan pajak terutang dalam satu tahun fiskal ditambah pajak
atas penghasilan yang dikenakan pajak final = 235.000.000 + 12.500.000 = 247.500.000 total
beban pajak entitas merupakan penjualan beban pajak kini dan pajak tangguhan sebesar :
Rp.247.500.000 – Rp.15.000.000 = Rp. 232.500.000.

Asset pajak tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan dalam menyajikan akan disajikan
netto sehingga akan disajikan sebagai asset pajak tangguhan. 15.000.000 (20.000.000 –
5.000.000)

Tarif efektif pajak entitas dihitung dari total beban pajak dibagi laba sebelum pajak
sebesar 25,83% (232.500.000 / 900.000.000). jika tarif pajak efektif dihitung dari beban pajak
kini, sebesar 27,5% (247.500.000 / 900.000.000), sering disebut sebagai cureent effective tax
rate. Perbedaan tarif pajak efektif dengan tarif pajak pemerintah karena terdapat perbedaan
permanen.

Jurnal yang akan dibuat untuk penyesuaian akhir tahun dan penyesuaian pajak tangguhan
adalah :

Beban Pajak Penghasilan (Kini) 235.000.000


Pajak dibayar di Muka Angsuran PPh 25 180.000.000
Pajak Dibayar di Muka PPh 23 20.000.000
Utang PPh Badan 35.000.000
Beban Pajak Penghasilan (Kini) 12.500.000
Pajak Dibayar di Muka 12.500.000
Aset Pajak Tangguhan 20.000.000
Liabilitas Pajak Tangguhan 5.000.000
Pendapatan Pajak Tangguhan 15.000.000

Penyajian dalam laporan laba rugi Rp. 900.000.000


Laba sebelum pajak
Beban pajak penghasilan :
Pajak kini Rp. 247.500.000
Pajak Tangguhan Rp.(15.000.000)
Total beban pajak penghasilan
Laba bersih Rp. 667.500.000 Rp. 232.500.000
Penyajian dalam laporan posisi keuangan
Aset pajak tangguhan Rp.15.000.000

KOMPENSASI KERUGIAN

Definisi dan Ketentuan Kompensasi Kerugian

Kompensasi kerugian adalah kompensasi yang diberikan kepada entitas yang mengalami
kerugian untuk tidak membayar pajak pada periode berikutnya sejumlah kerugian yang telah
diakui atau dibatasi oleh waktu. Ketentuan dalam regulasi pajak diindonesia menyebutkan bahwa
entitas diberikan kompensasi kerugian sampai dengan lima tahun. Artinya jika sebuah entitas
pada tahun ini mengalami kerugian maka kerugian tersebut dapat dikompensasikan sampai
dengan 5 (lima) tahun ke depan. Regulasi diindonesia hanya memperbolehkan melakukan
kompensasi kepada rugian ke periode setelahnya atau sering disebut dengan istilah loss carry
forward.
Regulasi dinegara lain ada yang memperbolehkan
kompensasi dilakukan atas periode yang telah lalu atau sering
Kompensasi kerugian
disebut dengan istilah loss carry back. Amerika Serikat misalnya,
akan diakui sebagai
memperbolehkan kompensasi dengan carry back selama 2 (dua) aset pajak tangguhan
tahun dan carry forward 20 tahun kedepan. Berdasarkan ketentuan dan pendapatan pada
tahun kerugian terjadi
ini jika entitas tahun ini mengalami kerugian, maka kerugian
tersebut dapat digunakan untuk memperoleh kembali pembayaran
pajak yang pernah dilakukan beberapa tahun sebelumnya. Kompensasi kedepan akan
menyebabkan entitas menerima restitusi pajak pada saat entitas mengalami kerugian. Salah satu
keuntungan model ini adalah entitas dapat memperoleh dana saat mengalami kerugian sehingga
dapat digunakan untuk memperbaiki kinerjanya dimasa mendatang. Untuk loss carry back tidak
dibahas dalam bab ini karena ketentuan ini walaupun diperkenankan oleh standar namun tidak
berlaku diindonesia.

Sebagai contoh suatu entitas mengalami kerugian pada tahun 2015 sebesar
Rp..500.000.000, maka pada tahun 2015 entitas tidak membayar pajak karena mengalami
kerugian. Jika pada tahun 2016 entitas memperoleh keuntungan Rp.200.000.000, entitas tidak
perlu membayar pajak, karena keuntungan tersebut dikompensasi dengan kerugian tahun 2015.
Selama masih ada sisa kompensasi maka entitas tidak membayar pajak, setelah kerugian
semuanya dikompensasi entitas baru membayar pajak. Misalnya 2017 entitas memperoleh
keuntungan Rp.400.000.000, maka entitas hanya akan membayar pajak atas penghasilannya
sebesar Rp.100.000.000, karena masih memiliki sisa kompensasi Rp.300.000.000 sehingga yang
perlu dibayarkan pajaknya hanya sisanya.

Tabel 18.6 Perhitungan Kompensasi Kerugian Entitas


2015 2015 2016 2017
Laba (rugi) (500.000.000) 200.000.000 400.000.000
Kompensasi yang digunakan (200.000.000) (300.000.000)
Sisa kompensasi (500.000.000) (300.000.000) 0
Laba kena pajak 0 0 100.000.000

Kompensasi kerugian dibatasi waktunya. Diindonesia kompensasi hanya dapat dilakukan


kedepan selama lima tahun artinya kompensasi hanya bisa dimanfaatkan lima tahun setelah
tahun kerugian. Untuk contoh diatas, kerugian tersebut hanya dapat dimanfaatkan untuk
melakukan kompensasi sampai dengan tahun 2020. Jika selama tahun 2016 -2020 akumulasi
keuntungan yang diperoleh entitas kurang dari Rp.500.000.000 (jumlah kerugian tahun 2015),
maka kompensasi tersebut tidak dapat dimanfaatkan pada tahun 2020 dan setelahnya.

Pajak Tangguhan akibat Kompensasi Kerugian

Asset pajak tangguhan diakui untuk akumulasi rugi pajak belum dikompensasi dan kredit
pajak belum dimanfaatkan apabila besar kemungkinan laba kena pajak masa depan akan
memadaiuntuk dimanfaat dengan rugi pajak belum dikompensasi dan kredit pajak belum
dimanfaatkan. Artinya pada saat entitas mengalami kerugian, maka manfaat kompensasi yang
akan diterima dimasa depan tersebut akan diakui sebagai asset pajak tangguhan. Manfaat
kompensasi tersebut akan diakui sebagai pendapatan pajak tangguhan atau manfaat kompensasi
kerugian dan disajikan sebagai bagian beban pajak.

Praktik dinegara lain, kompensasi dapat dilakukan pada periode sebelumnya. Namun
diindonesia kompensasi hanya diperkenankan pada periode setelah kerugian terjadi. Jika
kompensasi dilakukan keperiode sebelumnya maka entitas akan memperboleh restitusi dari
pemerintah sebesar pajak yang telah diterima. manfaat kompensasi akan diakui sebagai bagian
dari beban pajak namun bersaldo negatif karena berupa pendapatan. Sebagai lawan jurnalnya
akan diakui sebagai piutang restitusi.

Untuk menjelaskan kompensasi kerugian dan bagaimana entitas memanfaatkan


kompensasi tersebut dalam beberapa tahun berikutnya dapat dilihat pada contoh 18.7. contoh
hanya diberikan untuk kompensasi kerugian kedepan dan dengan asumsi tidak terdapat
perbedaan temporer dan permanen.

Contoh 18.7 Kompensasi Kerugian

PT. Slamet pada tahun 2015 mengalami rugi sebelum pajak sebesar Rp.700.000.000.
pada tahun 2016 entitas memperoleh laba sebelum pajak sebesar Rp.100.000.000, tahun 2017
sebesar Rp.200.000.00 dan pada tahun 2018 sebesar Rp.600.000.000. Entitas tidak memiliki
perbedaan permanen dan temporer sehingga laba (rugi) sebelum pajak menurut akuntansi sama
dengan laba (rugi) kena pajak. Tarif pajak yang berlaku sebesar 25%.

Tabel 18.7 Perhitungan Kompensasi Kerugian PT. Slamet


TAHUN 2015 2016 2017 2018

Laba atau rugi sebelum pajak (700.000.000) 100.000.000 200.000.000 600.000.000


Beban pajak
Beban pajak kini 0 0 0 50.000.000
Beban (pendapatan) pajak tangguhan (175.000.000) 25.000.000 50.000.000 100.000.000
Total beban pajak 175.000.000 25.000.000 50.000.000 150.000.000
Laba (rugi) setelah pajak (525.000.000) 75.000.000 150.000.000 450.000.000

Aset pajak tangguhan 175.000.000 150.000.000 100.000.000 0

Tarif pajak efektif 25% 25% 25% 25%


Tarif pajak efektif kini (current effective rate) 0 0 0 8,33%

Pada tahun 2015 atas kerugian sebesar Rp.700.000.000 diakui asset pajak tangguhan dan
pendapatan pajak tangguhan. Sesuai dengan prinsip macthing, manfaat kompensasi akan diakui
pada saat terjadinya kerugian. Asset pajak tangguhan diakui, karena kompensasi tersebut
memberikan manfaat dimasa mendatang, karena jika entitas memperoleh laba tidak perlu
membayar pajak. Asset pajak tangguhan dan pendapatan pajak tangguhan diakui sebesar
Rp.700.000.000 x 25% = 175.000.000

Pada tahun 2016, atas laba yang diperoleh dikenakan pajak sehingga pajak kini nol.
Namun kompensasi kerugian akan dimanfaatkan sebesar Rp.100.000.000, sehingga asset pajak
tangguhan akan berkurang sebesar 25% x Rp.100.000.000 = Rp.25.000.000.

Pada tahun 2017 kompensasi yang dimanfaatkan Rp. 200.000.000 sehingga asset pajak
tangguhan akan berkurang dan diakui beban pajak tangguhan sebesar 25% Rp.100.000.000 =
Rp.25.000. 000. Pada tahun 2018, kompensasi yang masih dapat dimanfaatkan sebesar
Rp.400.000.000 (Rp.700.000.000 – Rp.100.000.000 – Rp.200.000.000). dengan demikian entitas
tetap harus membayar pajak atas penghasilan yang tidak dapat lagi dikompensasi sebesar
Rp.600.000.000 – Rp.400.000.000 = Rp.200.000.000. pajak kini yang dibayarkan sebesar 25% x
Rp. 200.000.000 = Rp.50.000.000. total beban pajak adalah Rp. 100.000.000 + Rp.50.000.000 =
Rp. 150.000.000

Pengakuan pajak tangguhan atas kompensasi kerugian akan menyebabkan tarif pajak
efektif sama seperti tarif pajak yang berlaku 25%. Namun jika tarif efektif hanya dihitung dari
pajak yang dibayarkan atau pajak kini saja, maka terlihat CETR nol dan baru terlihat tahun 2018.
Contoh tersebut menunjukkan bahwa penggunaan pendekatan pajak tangguhan memberikan
informasi yang lebih bermanfaat bagi pembaca karena dapat menunjukkan potensi manfaat
dalam laporan posisi keuangan dan beban diakui pada waktu yang lebih tepat.

Jurnal yang dibuat

2015 Aset Pajak Tangguhan 175.000.000


Pendapatan Pajak Tangguhan 175.000.0000
2016 Beban Pajaka Tangguhan 25.000.000
Aset pajak tangguhan 25.000.000
2017 Beban Pajak Tangguhan 50.000.000
Aset Pajak Tangguhan 50.000.000
2018 Beban Pajak Tangguhan 100.000.000
Beban Pajak Kini 50.000.000
Aset Pajak Tangguhan 100.000.000
Utang PPh Badan 50.000.000

Penyesuaian atas Asset Pajak Tangguhan

Pada setiap akhir periode pelaporan, entitas menilai kembali asset pajak tangguhan.
Entitas mengakui asset pajak tangguhan yang tidak diakui sebelumnya apabila kemungkinan
besar laba kena pajak masa depan akan tersedia untuk dipulihkan. Sebagai contoh, perbaikan
kondisi perekonomian meningkatkan kemampuan entitas untuk menghasilkan laba kena pajak
dalam jumlahnya yang memadai pada periode masa depan sehingga asset pajak tangguhan yang
sebelumnya tidak diakui menjadi memenuhi kriteria pengakuan.

Perubahan kondisi perekonomian yang semakin memburuk atau perubahan struktur


bisnis entitas dapat menyebabkan kemampuan entitas menghasilkan
laba menjadi berkurang. Misalnya entitas pada awalnya memprediksi Aset pajak tangguhan
harus dievaluasi
bahwa atas kerugian yang terjadi di tahun tertentu hanya terjadi
apakah memiliki
sementara dantidak berkelanjutan, sehingga pada tahun berikutnya manfaat ekonomi di
diprediksi entitas dapat memanfaatkan kompensasi kerugian yang masa depan
telah diakui. Namun ternyata dengan berjalannya waktu entitas tidakdapat memanfaatkan
kompensasi kerugian tersebutsehingga pengakuan saldo asset pajak tangguhan perlu disesuaikan.
Penyesuaian asset pajak tangguhan akan diakui sebagai beban pajak tangguhan. Untuk
menjelaskan kondisi ini dapat dilihat dalam contoh 18.8.

Contoh 18.8 Penyesuaian Asset Pajak Tangguhan

PT. Lawu pada tahun 2015 mengalami kerugian sebelum pajak sebesar Rp.500.000.000. entitas memperkirakan
kerugian ini bersifat sementara, berdasarkan rencana kerja perusahaan dapat diyakini bahwa entitas dapat
memanfaatkan kompensasi kerugian tersebut dimasa depan. Pada tahun 2016 entitas memperoleh laba sebesar Rp.
20.000.000. Entitas masih meyakini bahwa kompensasi masih dapat dimanfaatkan. Pada tahun 2017 entitas
memperoleh laba Rp.40.000.000. Berdasarkan kinerja dua tahun tersebut entitas memprediksi bahwa dari sisa
kompensasi kerugian di tahun 2017 sebesar Rp. 440.000.000 (Rp.500.000.000 – Rp. 40.000.000 – Rp.20.000.000)
hanya dapat dimanfaatkan sebesar Rp. 240.000.000 sisanya kemungkinan tidak dapat dimanfaatkan sehingga laba
sebesar Rp. 200.000.00Pada tahun 2018 memperoleh laba Rp.600.000.000 entitas tidak memiliki perbedaan
permanen dan temporer sehingga laba (rugi) akuntansi sama dengan laba (rugi) menurut pajak. Tarif pajak yang
berlaku sebesar 25%.

TAHUN 2015 2016 2017 2017


Penyesuaian
Laba atau rugi (500.000.000) 200.000.000 40.000.000 40.000.000
Beban Pajak
Beban pajak kini 0 0 0 0
Beban (pendapatan) pajak tangguhan (125.000.000) 5.000.000 10.000.000 60.000.000
Total beban pajak 125.000.000 5.000.000 10.000.000 60.000.000
Laba (rugi) setelah pajak (375.000.000) 15.000.000 30.000.000 (20.000.000)

Aset pajak tangguhan 125.000.000 120.000.000 110.000.000 60.000.000

Pada tahun 2015 manfaat kompensasi sebesar Rp.500.000.000, akan diakui sebagai
pendapatan dan asset pajak tangguhan sebesar Rp. 125.000.000 pada tahun 2016 asset pajak
tangguhan berkurang sebesar Rp.40.000.000 = Rp.10.000.000

Atas informasi bahwa kompensasi yang dapat dimanfaatkan hanya sebesar


Rp.240.000.000 dan sisanya Rp.200.000.000tidak dapat dimanfaatkan. Untuk itu dibuat
penyesuaian atas asset pajak tangguhan, sehingga saldo asset pajak tangguhan hanya
mencerminkan potensi manfaat kompensasi yang dapat dimanfaatkan sebesar 25% x
Rp.240.000.000 = Rp.60.000.000.
2015 Aset Pajak Tangguhan 125.000.000
Pendapatan Pajak Tangguhan 125.000.000
2016 Beban Pajak Tangguhan 5.000.000
Aset pajak tangguhan 5.000.000
2017 Beban Pajak Tangguhan 10.000.000
Aset Pajak Tangguhan 10.000.0000
Penyesuaian
2017 Beban Pajak Tangguhan 50.000.000
Beban Pajak Kini 50.000.000

Penyesuaian asset pajak tangguhan tidak hanya dilakukan akibat dari kompensasi
kerugian yang tidak dapat dimanfaatkan. Dalam beberapa kasus dapat saja terjadi perbedaan
temporer yang awalnya diprediksi dapat dikurangkan ternyata sesuai dengan ketentuan
pepajakan tidak dapat dikurangkan. Kondisi tersebut juga harus dibuatkan jurnal
penyesuaiannya. Misalnya beban penyisihan piutang menurut akuntansi sudah diakui dan atas
pengakuan tersebut diharapkan beban tersebut diakui oleh pajak. Namun dalam kenyataannya,
beban penyisihan atau penghapusan piutang tersebut tidak memenuhi syarat administrasi pajak
sehingga tidak dapat dibebankan. Kondisi ini mengharuskan entitas melakukan penyesuaian atas
asset pajak tangguhan yang telah diakui.

ISU DALAM PAJAK PENGHASILAN

Perubahan Tarif Pajak

Liabilitas (asset pajak kini untuk periode kini dan periode sebelumnya diukur sebagai
jumlah yang diharapkan untuk dibayar (direstitusi) kepada otoritas jasa perpajakan, yang
dihitung menggunakan tarif pajak (peraturan pajak) yang telah berlaku atau yang telah secara
subtantif berlaku pada periode pelaporan.Untuk pengukuran liabilitas pajak kini,perhitungan
menggunakan tarif yang berlaku sesuai dengan ketentuan perundangan.Misalnya untuk
menghitung pajak terutang pajak tahun 2015,entitas menggunakan tarif pajak dan semua
ketentuan yang berlaku pada tahun tersebut.

Aset dan liabilitas pajak tangguhan harus diukur dengan menggunakan tarif pajak yang
akan berlaku pada saat aset dipulihkan atau liabilitas diselesaikan,yaitu dengan tarif pajak(dan
peraturan pajak) yang telah berlaku atau yang telah secara substantif berlaku pada periode
pelaporan.Aset dan liabilitas pajak tangguhan akan dipulihkan dan diselesaikan dimasa
depan,sehingga tarif yang digunakan untuk melakukan pengukuran bukan tarif yang berlaku
pada tahun tersebut tetapi tarif yang berlaku saat perbedaan temporer tersebut diselesaikan atau
dipulihkan.

Misalnya entitas mebelia aset tatap pada tahun 2015 dan didepresiasi selama 2015-2019
menurut akuntansi sedangkan menurut pajak didepresiasikan selama 2015-2018.Terdapat
perbedaan kena pajak Rp 10.000.000 tiap tahun pada tahun 2015-2018 dan akan diselesaikan
pada tahun 2019.Misalnya tarif pajak yang berlaku 2015-2018 sebesar 25%,dan pada tahun 2019
tarif pajak 30%,maka perhitungan liabilitas pajak tangguhan akan diukur dengan menggunakan
tarif yang berlaku pada 2019 sebesar 30%.Setiap tahun dari 2015-2018 akan diakui beban pajak
tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan sebesar Rp 3.000.000.Jumlah tersebut akan
terakumulasi selama 4 tahun dan pada tahun 2019 akan diselesaikan sebesar Rp 12.000.000.

Pajak atas Entitas Asosiasi dan Anak

Regulasi pajak di indonesia menghitung pajak untuk masing –masing entitas badan,sehingga
tidak dikenal pajak untuk entitas konsolidasi.Pajak kini atas entitas konsolidasi merupakan
gabungan pajak dari induk dan semua entitas yang dikendalikan oleh induk.Akibat konsolidasi
laporan tersebut akan diakui juga aset dan liabilitas pajak tangguhan.

Menurut PSAK46(Revisi 2013),entitas mengakui liabilitas untuk semua perbedaan


temporer kena pajak terkait dengan ivestasi pada entitas anak,cabang,dan asosiasi,serta bagian
partisipasi dalam ventura bersama,kecuali sepanjang kedua kondisi berikut telah terpenuhi;

1.entitas induk,investor atau venturer maupun mengendalikan waktu pemulihhan perbedaan


temporer;dan

2.kemungkinan besar perbedaan temporer akan terpulihakan di masa depan yang dapat
diperkirakan

Entitas juga harus dapat mengakui aset pajak tangguhan untuk semua perbedaan temporer
dapat dikurangkan yang ditimbulkan dari entitas anak,cabang dan entitas asosiasi,serta bagian
partisipasi dalam ventura bersama sepanjang dan hanya sepanjang kemungkinan besar terjadi;
1.perbedaan temporer akan terpulihkan pada masa depan yang dapat diperkirakan;dan
2.laba kena pajak akan tersedia dalam jumlah yang memadai sehingga perbedaan temporer dapat
dimanfaatkan.

Konsekuensi dari ketentuan diatas,dalam laporan konsolidasi,pajak akan disajikan atas


seluruh laba entitas terkosolidasi.Namun cara pengukuran yang dilakukan adalah dengan
menambahkan pajak kini dan pajak tangguhan dari masing-masing entitas yang bergabung
karena dalam pajak,pemajakan dikenakan atas masing-masing bentuk hukum.Pemajakan untuk
masing-masing entitas ini tidak menimbulkan pajak ganda karena menurut regulasi
pajak,penghasilan dari investasi ini tidak menimbulkan pajak ganda karena menurut regulasi
pajak,penghasilan dari investasi dengan jumlah kepemilikan lebih dari 25% bukan merupakan
penghasilan.

Pengertian entitas asosiasi menurut akuntasi adalah lebih besar atau sama dengan 20%
sampai dengan 50%.Terdapat perbedaan karena menurut pajak ketentuan bukan penghasilan atas
hasil investasi lebih dari 25%.Untuk itu hasil investasi dari investasi 25% atau kurang akan
dikenakan pajak,sehingga terjadi pemajakan ganda.Hasil investasi tersebut telah dikenakan pajak
saat menjadi laba di entitas investee dan dikenakan pajak lagi pajak saat menjadi hasil investasi
di entitas induk.Hasil investasi menurut pajak adalah dividen yang diberikan kepada
investor,sedangkan menurut akuntansi penghasilan adalah bagian laba.Untuk hasil investasi dan
transaksi investasi saham yang diperdagangkan di pasar modal akan dikenakan pajak final.

Konsekuensi pengaturan pajak tersebut dalam pelaporan akuntansi,untuk anak


perusahaan,pajak kini dan pajak tangguhannya dihitung masing –masing untuk kemudian
digabungkan saat konsolidasi.Untuk investasi pada asosiasi dengan kepemilikan 25% atau lebih
sampai dengan 25% akan dikoreksi karena bukan merupakan merupakan penghasilan.Pajak
tangguhan atas investasi ini juga tidak diperhitungkan karena penghasilan ini bukan merupakan
objek pajak menurut pajak sehingga tidak ada konsekuensi pembayaran pajak yang harus
dilakukan induk atas investasi yang diperoleh.Permasalahannya muncul atas investasi sebesar
20% sampai dengan 25% dan tidak dilakukan di pasar modal,karena pengakuan menurut
akuntasi dengan menggunakan metode ekuitas akan mengakui pendapatan atas bagian laba
sementara menurut pajak sebesar dividen.Perbedaan pengakuan pendapatan dan nilai investasi
dalam asosiasi ini umumnya tidak diakui sebagai Iiibilitas pajak tangguhan karena kewajiban
membayar pajak atas dividen dimasa depan tidak dapat dipastikan waktu terpulihkannya.

Untuk investasi kurang dari 20% yang menurut akuntansi dicatat dengan metode biaya
tidak terdapat perbedaan pengakuan.Khusus untuk investasi yang dilakukan di pasar modal
pemajakannya dikenakan secara final atas dividen yang diterima dan atas transaksi penjualan jika
investasi tersebut dijual.Untuk itu perlu perhatian saat melakukan koreksi fiskal atas penghasilan
investasi karena perbedaan pengaturan pajak dan standar akuntansi.

Kombinasi Bisnis dan Goodwill

Aset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas diambil – alih dalam kombinasi bisnis diakui
dengan nilai wajar pada tanggal akuisisi.Perbedaan temporer timbul apabila dasar pengenaan
pajak aset teridentifikasi yang diperboleh dan liabilitas diambil – alih tidak terpengaruh oleh
kombinasi bisnis atau terpengaruh dengan cara berbeda.Misalnya,apabila jumlah tercatat aset
disesuaikan ke nilai wajarnya tetapi dasar pengenaan pajak aset tersebut tetap sebesar harga
disesuaikan ke nilai wajarnya tetapi dasar pengenaan pajak aset tersebut tetap sebesar harga
perolehan sebelumnya, maka timbul perbedaan temporer yang mengakibatkan timbulnya
liabilitas pajak tangguhan.

Apabila jumlah tercatat goodwill yang timbul pada transaksi kombinasi bisnis lebih rendah
dari pada dasar pengenaan pajaknya,maka perbedaan tersebut menimbulkan aset pajak
tangguhan.Aset pajak tangguhan yang timbulkan dari pengakuan awal goodwiil diakui sebagian
akuntansi atas kombinasi bisnis sepanjang kemungkinan besar laba kena pajak tersedia dalam
jumlah yang cukup memadai sehingga perbedaan temporer dapat dikurangkan tersebut dapat
dimanfaatkan.

Laba Operasi Normal dan Laba Komprehensif

Pajak kini dan pajak tangguhan diakui sebagai penghasilan atau beban pada laporan laba rugi
kecuali apabila pajak penggasilan yang berasal dari;

1.Suatu transaksi atau kejadian yang diakui,pada periode yang sama atau berbeda,di luar laporan
laba rugi baik dalam penggasilan komprehensif lain maupun secara langsung dalam ekuitas;atau
2.Kombinasi bisnis

Pajak kini dan pajak tangguhan diakui diluar laporan laba rugi apabila pajak terkait pada
pos – pos tersebut pada periode yang sama atau berbeda, diakui diluar laporan laba rugi. Oleh
karena itu, pada periode yang sama atau berbeda, pajak kini dan pajak tangguhan terkait dengan
pos- pos yang diakui dalam penghasilan komprehensif lain, harus diakui pada penghasilan
komprehensif lain.

Beban (penghasilan) pajak terkait dengan laba rugi dari aktivitas normal disajikan
tersendiri pada laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif. Jika entitas menyajikan
komponen laba rugi pada laporan laporan laba rugi secara terpisah, maka beban (penghasilan)
pajak terkait dengan laba rugi dari aktivitas normal pada laporan keuangan disajikan terpisah.

Selisih kurs dari penjabaran asset atau liabilitas pajak tangguhan yang berasal dari
penjabaran laporan keuangan entitas asing diakui dalam sebagai laporan laba rugi dan
penghasilan komprehensif. Selisih tersebut diklasifikasikan sebagai beban (penghasilan) pajak
tangguhan, jika penyajian seperti itu dianggap paling bermanfaat untuk penggunaan laporan
keuangan.

PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN

Kebijakan dan Akuntansi

Laporan keuangan mengungkapkan dalam kebijakan akuntansi, pengakuan dan


pengukuran pajak penghasilan. Informasi yang dijelaskan dalam kebijakan akuntansi tersebut
antara lain metode yang digunakan untuk menentukan pajak tangguhan, tarif yang digunakan
dalam menggitungga pajak jika tidak menggunakan tarif umum. Jika entitas memiliki liabilitas
pajak kini yang masih dalam sengketa pajak, informasi tersebut harus diungkapkan misalnya
terkait dengan bagaimana pengakuan pajak atas penerbitan surat keterangan pajak, proses
kebenaran atau banding yang saat ini sedang berjalan
Pajak Penghasilan

Metode liabilitas neraca diterapkan untuk menetapkan beban pajak penghasilan. Berdasarkan
metode ini, beban pajak kini dihitung berdasarkan taksiran laba kena pajak tahunan berjalan. Asset dan
liabilitas pajak tangguhan diakui untuk semua perbedaan temporer yang timbul antara jumlah asset dan
liabilitas komersial dengan perhitungan pajak dengan setiap tanggal pelaporan.

Asset dan liabilitas pajak tangguhan yang berasal dari kegiatan diluar kegiatan KKS dihitung
dengan menggunakan tarif pajak yang berlaku atau secara substansif telah berlaku pada tanggal neraca.
Untuk asset dan liabilitas pajak tangguhan terkait kegiatan KKS dihitung dengan menggunakan tarif
pajak yang berlaku pada tanggal efektifnya KKS atau tanggal perpanjangan atau tanggal perubahan
KKS. Perubahan nilai tercatat asset dan liabilitas pajak tangguhan yang disebabkan oleh perubahan
tarif pajak dibebankan pada tahun berjalan, kecuali untuk transaksi – transaksi yang sebeluumnya telah
langsung dibebankan atau dikreditkan ke ekuitas.

Asset pajak tangguhan yang berhubungan dengan saldo rugi fiskal yang belum digunakan dan
biaya KKS yang belum memperoleh penggantian (unrecovered-costs) diakui apabila besar
kemungkinan jumlah laba fiskal pada masa mendatang akan memadai untuk kompensasi dengan saldo
rugi fiskal yang belum digunakan dan biaya KKS yang belum memperoleh penggantian.

Group secara periodik mengevaluasi posisi yang dilaporkan di Surat Pemberitahuan Tahunan
(SPT) sehubungan dengan situasi dimana aturan pajak yang berlaku membutuhkan interpretasi jika
perlu, group menentukan penyisihan berdasarkan jumlah yang diharapkan akan dibayar kepada otoritas
pajak.

Koreksi terhadap kewajiban perpajakan dicatat pada saat surat ketetapan pajak diterima, atau
dalam hal group mengajukan banding, ketika : (1) pada saat hasil banding tersebut ditetapkan, kecuali
bila terdapat ketidakpastian yang signifikan atas hasil banding tersebut, maka koreksi berdasarkan surat
ketetapan pajak terhadap liabilitas perpajakan tersebut dicatat pada saat pengajuan banding dibuat, atau
(2) pada saat dimana berdasarkan pengetahuan pengembangan dari kasus lain yang serupa dengan
kasus yang sedang dalam proses banding, berdasarkan ketentuan pengadilan pajak atau Mahkamah
Agung, dimana hasil yang diharapkan dari proses banding secara signifikan tidak pasti, maka pada saat
itu perubahan kewajiban perpajakan diakui berdasarkan jumlah ketetapan pajak yang diakui banding.
Ilustrasi 18.1 Kebijakan Akuntansi Perpajakan

Beban Pajak

Beban (penghasilan) pajak terkait dengan laba rugi dari aktivitas – aktivitas normal
disajikan tersendiri pada laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lainnya. Dalam
penyajian dalam laporan keuangan penyajian beban pajak penghasilan ada yang dirinci atas
beban pajak kini dan beban pajak tangguhan, namun ada juga yang menyajikan satu baris saja
beban pajak penghasilan. Pengungkapan dalam catatan atas laporan keuangan mengungkapkan
rincian beban pajak kini dan pajak tangguhannya. Ilustrasi 18.2 menggambarkan bagaimana
penyajian beban pajak penghasilan dalam laporan laba rugi komprehensif. Jika dalam penyajian
laporan keuangan hanya menyajikan beban pajak penghasilan, rincian beban pajak kini dan
tangguhan diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
Laporan Laba Rugi Komprehensif
2013 2014
Laba sebelum beban pajak penghasilan USD 5.032.881 USD 4.802.288
Beban pajak penghasilan (1.965.826) (2.036.578)
Laba tahun berjalan 3.067.055 2.765.710

Ilustrasi 18.2 Penyajian Beban Pajak dalam Laporan Keuangan


Sumber : Laporan Keuangan PT. Pertamina (Persero) 2013, satuan dalam ribuan USD.

Asset dan Liabilitas Pajak Tangguhan

Entitas melakukan saling hapus atas asset pajak kini dan liabilitas pajak kini jika dan
hanya jika, entitas memiliki hak secara hukum untuk melakukan saling hapus jumlah yang diakui
: dan berniat untuk menyelesaikan dengan dasar netto, atau merealisasikan asset dan
menyelesaikan liabilitas secara bersamaan. Utang pajak dan pajak dibayar dimuka dapat muncul
tersendiri tidak saling hapus karena terkait objek pajak yang berbeda sehingga tidak dapat
diselesaikan secara bersamaan.

Menurut PSAK 46 (revisi 2013), entitas melakukan saling hapus asset pajak tangguhan
dan liabilitas pajak tangguhan jika dan hanya jika entitas memiliki hak secara hukum untuk
saling hapus : dan asset pajak tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan terkait dengan pajak
penghasilan yang dikenakan oleh otoritas pajak yang sama baik atas entitas yang sama atau
entitas yang berbeda yang akan merealisasikan asset dan menyelesaikan liabilitas secara
bersamaan.

Dalam laporan keuangan entitas, ada kalanya muncul liabilitas dan asset pajak tangguhan
secara terpisah. Jika itu terjadi kemungkinan asset dan pajak tersebut muncul dari entitas hukum
yang berbeda (misalnya anak dan induk) atau muncul dari entitas dengan otoritas pajak yang
berbeda, sehingga tidak dapat dilakukan saling hapus. Jika asset dan liabilitas pajak tangguhan
muncul dalam suatu badan dan dari otoritas pajak yang sama, penyajiannya akan muncul salah
satu karena akan dilakukan saling hapus. Misalnya dalam satu entitas tunggal (badan) depresiasi
menurut pajak untuk bangunan menurut akuntansi lebih kecil, namun depresiai peralatan lebih
besar, keduanya saling hapus karena keduanya akan dijadikan satu dalam perhitungan
penghasilan kena pajak. Namun jika muncul dari entitas badan yang berbeda maka tidak akan
dilakukan saling hapus. Ilustrasi 18.3 memperlihatkan penyajian asset dan liabilitas pajak
tangguhan yang disajikan secata terpisah. Dalam atas laporan keuangan, komponen asset dan
liabilitas pajak tangguhan tersebut dirinci sumbernya dan rekonsiliasi nilai awal dan nilai akhir
periode.

Laporan Posisi Keuangan


Aset tidak lancar 2013 2012
Aset pajak tangguhan USD 968.292 USD 896.683

Liabilitas jangka panjang


Liabilitas pajak tangguhan USD. 2.026. 083 USD 1.163.410

Ilustrasi 18.3 Aset dan Liabilitas Pajak Tangguhan


Sumber : Laporan Keuangan PT. Pertamina (Persero) 2013, satuan dalam ribuan USD.

PENGUNGKAPAN PAJAK PENGHASILAN

Pengungkapan pajak penghasilan termasuk cukup komprehensif dan detail dalam laporan
keuangan. Pengungkapan pajak penghasilan biasanya digaubungkan menjadi satu atas beban
pajak kini, liabilitas pajk kini dan pajak tangguhan dalam kelompok perpajakan. Pengungkapan
terdiri atas dua yaitu pengungkapan atas kebijakan akuntansi dan pengungkapan detail rincian
dan penjelasan lain yang diharuskan dalam PSAK 46 (revisi 2013).

Pengungkapan kebijakan akuntansi menjelaskan


metode dan dasar perhitungan yang digunakan untuk Beban pajak kini, aset dan
menentukan beban pajak penghasilan. Mnisalnya liabilitas pajak tangguhan
entitas menjelaskan dasar perhitungan pajak kini akan dirinci dan dijelaskan
dalam catatan atas laporan
menggunakan laba kena pajak tahun berjalan, karena
keuangan.
laporan pajak belum diselesaikan saat laporan
keuangan diterbitkan. Kebijakan akuntansi juga
menjelaskan bagaimana pengakuan kewajiban perpajakan terkait dengan penerbitan Surat
Ketetapan Pajak.

Pengungkapan rincian dan penjelasan informasi dalam laporan keuangan disajikan dalam
catatan atas laporan keuangan dalam subjudul Perpajakan atau Pajak Penghasilan. Entitas akan
menjelaskan seluruh Perpajakan entitas termasuk merinci angka – angka yang disajikan dalam
laporan keuangan terkait dengan perpajakan. Rincian dapat dilakukan atas nilai pajak yang
dibayar dimuka, utang pajak, beban penghasilan, pajak kini, pajak tangguhan dan penjelasan
surat keterangan pajak jika entitas menerima surat ketetapan pajak dari pemerintah. Surat
Ketetapan Pajak (SKP) adalah surat yang dikeluarkan oleh otoritas pajak yang menetapkan
jumlah pajak entitas.

Jika dalam laporan keuangan mengungkapkan beban pajak penghasilan secara total,
maka rincian pajak kini dan pajak tangguhan tersebut diungkapkan dalm laporan keuangan
seperti terlihat dalam ilustrasi 18.4. dalam catatan atas laporan keuangan, beban pajak kini dirinci
lebih detail. Rincian dapat menjelaskan pajak kini yang terkait dengan pajak final dan pajak tidak
final. Untuk entitas konsolidasian, pajak kini dirinci atas pajak kini entitas induk dan anak
perusahaan. Pajak kini entitas induk diperoleh dari rekonsiliasi fiskal.

Catatan atas Laporan Keuangan


38. Perpajakan
c. Beban pajak penghasilan
2013 2012
Beban pajak kini USD 1.684.628 USD 1.789.958
Pajak tangguhan 271.198 244.384
Penyesuaian tahun lalu - 2.336
Total beban pajak 1.965.826 2.036.578

Ilustrasi 18.4 Pengungkapan dalam Catatan atas Laporan Keuangan – Beban Pajak
Sumber : Laporan Keuangan PT. Pertamina (Persero) 2013, satuan dalam ribuan USD.

PSAK 46 (revisi 2013) menjelaskan komponen utama beban (penghasilan) pajak yang
harus diungkapkan secara terpisah antara lain :

1. Beban (penghasilan) pajak kini


2. Penyesuaian atas pajak kini yang berasal dari periode sebelumya;
3. Jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan baik yang berasal dari
timbulnya perbedaan temporer maupun dari realisasinya
4. Jumlah beban (penghasilan)pajak tangguhan terkait dengan perubahan tarif
pajak atau penerapan peraturan perpajakan yang baru;
5. Jumlah manfaat yang ditimbulkan dari rugi pajak yang tidak diakui
sebelumnya, kredit pajak atau perbedaan temporer periode sebelumnya yang
menggunakan untuk mengurangi beban pajak kini;
6. Jumlah manfaat dari rugi pajak yang tidak diakui sebelumnya, kredit pajak,
atau perbedaan temporer periode sebelumnya yang digunakan untuk
mengurangi beban pajak tangguhan;

Untuk memenuhi pengungkapan tersebut entitas sebenarnya diminta untuk membuat


rekonsiliasi sehingga dapat diketahui perbedaan temporer dan pajak terutang kepada pemerintah
dalam satu tahun fiskal. Ilustrasi 18.5 menjelaskan bagaimana pajak kini entitas diperbolehkan.

Selain informasi rekonsiliasi untuk mendapatkan jumlah pajak kini entitas juga
mengungkapkan rincian asset atas liabilitas pajak tangguhan. Beberapa item yang diungkapkan
terkait dengan asset atau liabilitas pajak tangguhan antara lain asset tetap, profisi, penurunan
nilai asset tetap/ investasi, penurunan nilai asset keuangan dan imbalan kerja karyawan.

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

Informasi yang penting untuk diketahui pembaca laporan keuangan adalah beberapa
besar pajak yang secara efektif dibayarkan atau ditanggung oleh entitas. Perbedaan akuntansi dan
pajak menyebabkan pajak yang dibebankan oleh entitas menjadi lebih rendah atau lebih tinggi
dibandingkan dengan tarif pajak yang berlaku untuk entitas tersebut. misalnya tarif pajak
penghasilan 25% namun secara efektif pajak yang ditangguhkan entitas 28% karena ada beban
yang tidak diakui menurut ketentuan pajak sehingga laba menurut pajak menjadi lebih besar.
Sebaliknya, tarif pajak efektif 21% kemungkinan ada beban menurut pajak lebih besar
dibandingkan menurut akuntansi, sehingga mengakibatkan laba menurut pajak lebih kecil.

Tarif pajak efektif merupakan perhitungan pajak dibagi dengan laba sebelum pajak. Jika
menggunakan total beban pajak disebut tarif efektif pajak atau dikenal sebagai effective tax rate
(ETR). Sementara jika pajak dihitung hanya atas pajak kini deisebut tarif efektif pajak kini atau
sering disebut sebagai current effective tax rate (CETR). Perhitungan CETR menekankan tarif
pajak yang saat ini telah menjadi kewajiban kepada otoritas pajak yang akan diselesaikan pada
periode berjalan atau periode berikutnya.

Tarif efektif pajak kini = Beban pajak Kini


Laba sebelum pajak

Tarif eketif pajak = Total beban pajak


Laba sebelum pajak

Informasi tarif pajak efektif sangat berguna bagi para pembaca, karena dapat diketahui
berapa sebenarnya tarif pajak yang berlaku pada entitas tersebut. perbedaan akuntansi dan pajak
akan menyebabkan tarif efektif pajak tidak selalu sama dengan tarif pajak yang ditetapkan oleh
pemerintah. Informasi ETR dan CETR menginspirasi banyak penelitian perpajakan. Dalam
penelitian perpajakan, perbedaan ETR dengan tarif pajak yang berlaku dapat dipandang sebagai
bentuk penghindaran pajak namun dapat juga dipandang sebagai bentuk perencanaan pajak yang
dilakukan oleh entitas.

Entitas dapat melakukan perencanaan pajak yang baik sehingga mengoptimalkan pajak
yang dibayarkan namun tetap taat mengikuti ketentuan perpajakan. Misalnya dengan
menghindari biaya yang menurut pajak tidak diperbolehkan sehingga koreksi positif yang
berdampak penghasilan kena pajak dapat diminimalkan. Hal yang tidak dibolehkan adalah tax
evasian yaitu melakukan upaya untuk menghindari pajak dengan cara yang melanggar peraturan
perpajakan.

IKHTIAR PEMBELAJARAN

1. Pajak Penghasilan adalah pajak yang 3. Pajak Kini adalah semua pajak terutang atas
dihitung berdasarkan peraturan perpajakan penghasilan yang diakui entitas pada periode
dan pajak ini dikenakan atas laba kena pajak tersebut.
entitas 4. Laba Akuntansi adalah laba atau rugi
2. Beban pajak (penghasilan pajak) adalah selama satu periode sebelum dikurangi
jumlah agregat pajak kini dan pajak beban pajak.
tangguhan yang diperhitungkan dalam 5. Laba kena pajak atau laba fiskal (rugi
menentukan laba atau rugi pada satu pajak atau rugi fiskal) adalah laba (rugi)
periode. selama satu periode yang dihitung
berdasarkan peraturan yang ditetapkan oleh
otoritas pajak atas pajak penghasilan yang 10. Dasar pengenaan pajak atas asset atau
terutang (dilunasi) liabilitas adalah nilai terkait asset atau
6. Liabilitas pajak tangguhan adalah jumlah liabilitas untuk tujuan pajak.
pajak penghasilan terutang pada periode 11. Perbedaan temporer adalah perbedaan
masa depan sebagai akibat adanya jumlah tercatat asset atau liabilitas pada
perbedaan temporer kena pajak. posisi keuangan dengan dasar pengenaan
7. Pajak kini adalah jumlah pajak penghasilan pajaknya. Perbedaaan temporer yang dapat
yang terutang (dilunasi ) atas laba kena berupa perbedaan temporer yang dapat
pajak (rugi pajak) untuk satu periode. dikurangkan dan perbedaan temporer kena
8. Asset pajak tangguhan adalah jumlah pajak pajak.
penghasilan yang dapat dipulihkan pada 12. Perbedaan temporer dapat dikurangkan
periode masa depan sebagai akibat adanya : adalah perbedaan temporer yang
a. Perbedaan temporer yang menimbulkan jumlah yang dapat
boleh dikurangkan; dikurangkan dalam perhitungan laba kena
b. Akumulasi rugi pajak belum pajak (rugi pajak) periode masa depan pada
dikompensasi; dan saat jumlah tercatat asset atau liabilitas
dipulihkan atau diselesaikan.
13. Perbedaan temporer kena pajak adalah
perbedaan temporer yang menimbulkan
c. Akumulasi kredit pajak belum
jumlah kena pajak dalam perhitungan laba
dimanfaatkan, dalam hal
kena pajak (rugi pajak) periode masa depan
peraturan perpajakan
pada saat jumlah tercatat asset atau liabilitas
mengijinkan.
dipulihkan atau diselesaikan.
9. Liabilitas pajak tangguhan adalah jumlah
14. tarif pajak efektif adalah beban pajak kini
pajak penghasilan terutang pada periode
atau total beban pajak dibagi dengan laba
masa depan sebagai akibat adanya
sebelum pajak.
perbedaan temporer kena pajak

PERTANYAAN

1. apakah yang dimaksud dengan laba akuntansi dan laba (penghasilan) kena pajak ?
2. jelaskan apakah yang dimaksud dengan pajak tangguhan dan mengapa secara akuntansi
dapat diakui sebagai liabilitas atau asset pajak tangguhan !
3. Apakah yang dimaksud rekonsiliasi fiskal dan bagaimana informasi ini diungkapkan
dalam laporan keuangan !
4. Sebutkan masing – masing 2 contoh yang menyebabkan timbulnya perbedaan permanen
dan perbedaan temporer !
5. Jelaskan mengapa entitas dapat mengakui saldo rugi fiskal sebagai asset pajak
tangguhan ? jelaskan !

PILIHAN GANDA
1. Manakah yang tepat untuk menggambarkan perbedaan perbedaan temporer dan
permanen ?
a. Perbedaan temporer memberikan pengaruh dimasa mendatang dalam periode
tertentu sehingga pengaruhnya terhadap laba akuntansi dan laba kena pajak
menjadi sama sedangkan perbedaan permanen tidak memberikan pengaruh
akuntansi dan kewajiban perpajakan dimasa mendatang
b. Perbedaan permanen menunjukkan kesalahan pencatatan dalam akuntansi
c. Intensitas terbentuknya perbedaan temporer lebih sering terjadi daripada
perbedaan permanen
d. Komponen perbedaan temporer akan selamanya menjadi perbedaan temporer
sedangkan komponen perbedaan permanen dapat saja tidak menjadi
komponen perbedaan lagi dimasa mendatang.

2. Apakah yang menyebabkan diakuinya liabilitas pajak tangguhan ?


a. Perbedaan permanen
b. Perbedaan temporer
c. Perbedaan temporer kena pajak
d. Perbedaan temporer – temporer dapat dikurangkan

3. PT. Akbar memiliki perbedaan temporer yang dapat dikurangkan sebesar Rp. 10.000.000
diakhir periode pada tahun 2015. Pajak penghasilan terutang sebesar Rp. 5.000.000
setelah melakukan review PT. Akbar mendapatkan kesimpulan bahwa kemungkinan
perbedaan temporer yang dapat dikurangkan yang tidak dapat direalisasikan sebesar
Rp.1.500.000 berapakah nilai asset pajak tangguhan yang muncul dalam laporan posisi
keuangan PT. Akbar pada akhir periode tersebut apabila tarif pajak sebesar 25%?
a. Rp. 2.150.000
b. Rp.10.000.000
c. Rp.5.000.000
d. Rp. 1.500.000

4. Berikut ini adalah rekonsiliasi fiskal PT kenanga pada tahun 2015

Pendapatan sebelum pajak Rp. 350.000.000


Koreksi positif :
Biaya entertaiment Rp.70.000.000
Donasi Rp. 75.000.000
Koreksi negatif :
Biaya depresiasi Rp. (25.000.000)
Pendapatan deviden Rp.(10.000.000)
Pendapatan kena pajak Rp. 370.000.000
Berapakah besar beban pajak kini dari PT. Kenanga Expert pada tahun 2015, apabila tarif
pajak 25 % ?

a. Rp. 87.500.000
b. Rp. 92.500.000
c. Rp.370.000.000
d. Rp. 0

5. Informasi terkait PT. Dahlia pada tahun 2015 adalah sebagai berikut :
 Menurut perpajakan, beban depresiasi adalah Rp.250.000.000 namun menurut
akuntansi adalah Rp.230.000.000
 Beban penurunan nilai piutang sebesar Rp. 50.000.000 beban tersebut diakui
untuk tujuan pajak jika telah dihapuskan dan mengikuti ketentuan perpajakan.
 PT. Dahlia mengeluarkan biaya entertaiment yang tidak ada daftar nominatifnya
sehingga tidak dapat diakui sebagai beban untuk tujuan pajak sebesar Rp.
20.000.000.

Besar asset (liabilitas) pajak tangguhan PT. Dahlia pada tahun 2015 apabila tarif
pajak 25 % adalah …

a. Rp. 5.000.000
b. Rp. 12.500.000
c. Rp. 7.500.000
d. (Rp. 7.500.000)

LATIHAN

Latihan 18.1

PT. Aster memiliki perbedaan sebelum pajak dalam laporan laba rugi 2015 sebesar
Rp. 500.000.000. informasi terkait PT. Aster untuk menghitung kewajiban pajaknya adalah :

 Pendapatan dividen yang dikenakan pajak final sebesar Rp. 50.000.000


 Depresiasi menurut pajak lebih besar Rp. 5.000.000
 Besar kredit pajak (pajak dibayar dimuka) sebesar Rp.70.000.000
 Tarif pajak sebesar 25%

Hitunglah pajak terutang atas PT. Aster pada 2015 dan buatlah jurnal yang harus dibuat
untuk mencatat pajak terutang tersebut!
Latihan 18.2

Informasi terkait PT. Kantil pada 2 januari 2015 membeli asset tetap senilai
Rp.480.000.000. untuk tujuan pajak asset tersebut didepresiasikan selama 4 tahun tanpa nilai
sisa. Untuk tujuan akuntansi asset tetap tersebut disusutkan selama 5 tahun dengan nilai sisa Rp.
80.000.000. tarif pajak yang berlaku sebesar 25%. Pada tahun 2021 asset tersebut dijual dengan
harga Rp.100.000.000.

Hitunglah pajak tangguhan dan jurnal yang dibuat atas pengakuan pajak tangguhan pada
tahun 2015, 2019 dan 2021 !

Latihan 18.3

PT. Anggrek pada tahun 2015 mengakui beban garansi sebessar Rp.20.000.000 beban
tersebut menurut pajak diakui sebesar Rp.4.000.000 di tahun 2015, Rp.8.000.000 pada tahun
2016 dan Rp.8.000.000 pada tahun 2018.

Hitunglah pajak tangguhan dan jurnal yang dibuat atas pengakuan pajak tangguhan pada
tahun 2015,2016 dan dan 2017 !

Latihan 18.4

PT. Mawar pada tahun 2015 memiliki beberapa informasi berikut terkait dengan
perhitungan pajak penghasilan :

 Saldo awal asset pajak tangguhan (nett)sebesar Rp.10.000.000.


 Kredit pajak yang dicatat sebagai pajak dibayar dimuka sebesar
Rp.180.000.000
 Laba sebelum pajak Rp. 800.000.000.
 Beban depresiasi menurut akuntansi Rp. 120.000.000 sedangkan menurut
pajak sebesar Rp. 160.000.000.
 Beban pensiun menurut akuntansi Rp.60.000.000 menurut pajak sebesar
Rp.40.000.000
 Beban sumbangan menurut tujuan pajak tidak boleh dibebankan sebesar Rp.
10.000.000
 Pendapatan sewa yang dikenakan pajak final 10 % sebesar Rp.30.000.000
 Tarif pajak yang berlaku 25 % pada 2015.

Buatlah rekonsiliasi fiskal sederhana untuk menghitung penghasilan kena pajak dan pajak
terutang. Hitunglah pajak tangguhan. Buatlah jurnal untuk mengakui pajak kini dan pajak
tangguhan pada 2015 !

Latihan 18.5
PT. Lili pada tahun 2015 mengalami kerugian sebesar Rp.2.500.000.000. entitas tidak
memiliki perbedaan temporer dan permanen sehingga laba akuntansi sama dengan laba kena
pajak. Entitas pada 2016 mencatat laba sebelum pajak sebesar Rp. 500.000.000, tahun 2017
sebesar 1.000.000.000, tahun 2018 sebesar Rp. 1.600.000.000. tarif pajak yang berlaku 25%.

Bagaimana jurnal yang dibuat atas pengakuan pajak kini dan pajak tangguhan PT. Lili
dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2018.

SOAL

SOAL 18.1

PT. Tulip untuk laporan keuangan yang berakhir 31 desember 2015 memperoleh laba
sebelum pajak sebesar Rp. 5.600.000.000. Hasil koreksi fiskal diketahui perbedaan permanen
koreksi positif sebesar Rp. 600.000.000. koreksi temporer positif sebesar Rp.300.000.000 dan
koreksi temporer negatif sebesar Rp. 500.000.000 saldo liabilitas pajak tangguhan sebesar
Rp. 900.000.000. Pajak penghasilan yang telah dipotong oleh pihak lain adalah :

 PPh 23 final sebesar Rp. 200.000.000, PPh 23 tidak final sebesar Rp.
200.000.000.
 Pajak yang telah dipotong diluar negeri sebesar Rp. 300.000.000, PPh 24
boleh dikreditkan terkait penghasilan luar negeri sebesar Rp. 250.000.000
 PPh 25 sebesar Rp. 840.000.000.
 PPh 22 sebesar Rp. 60.000.000.

Perusahaan mencatat pembayaran pajak dimuka baik final maupun tidak final sebagai
pajak dibayar dimuka. Tarif pajak yang berlaku 25 %.

Diminta :

1. Buatlah rekonsiliasi fiskal sederhana untuk menghitung penghasilan kena


pajak dan pajak terutang tahun 2015 !
2. Hitunglah pajak tangguhan !
3. Buatlah jurnal untuk mengakui pajak kini dan pajak tangguhan !

Soal 18.2

PT. Mawar pada tahun 2015 memiliki beberapa perbedaan akuntansi dan pajak berikut
ini.

 Beban depresiasi menurut akuntansi didepresiasikan dengan masa manfaat


lebih pendek dibandingkan menurut pajak, metode yang digunakan sama
dan tanpa nilai sisa.
 Beban tunjangan kepada karyawan yang diberikan dalam bentuk natura
menurut pajak tidak boleh menjadi beban
 Beban pensiun menurut akuntansi dicatat dengan basis akrual sedangkan
menurut pajak dengan basis kas dengan jumlah yang lebih rendah.
 Beban sumbangan menurut tujuan pajak tidak boleh dibebankan
 Penghasilan bunga deposito dikenakan pajak final
 Beban depresiasi kendaraan menurut akuntansi didepresiasikan dengan
menggunakan nilai sisa sedangkan menurut pajak tanpa nilai sisa, namun
masa manfaat dan metode yang digunakan sama yaitu garis lurus masa
manfaat 8 tahun.
 Pendapatan sewa yang dikenakan pajak final 10% sebesar Rp. 30.000.000
 Beban depresiasi peralatan komunikasi untuk manajer dan karyawan,
menurut akuntansi dan pajak disusutkan dengan metode dan masa manfaat
yang sama serta tanpa nilai sisa. Namun menurut pajak, beban depresiasi
ini hanya dapat dibebankan sebesar 50%.
 Pencatatan pendapatan investasi dicatat dengan menggunakan metode
ekuitas atas investasi asosisasi dengan kepemilikan sebesar 30%.
 Beban penurunan nilai asset keuangan menurut akuntansi telah diakui,
sedangkan menurut pajak baru diakui saat piutang tersebut dihapuskan dan
memenuhi persyaratan ketentuan pajak lainnya.

Indentifikasikan dari perbedaan tersebut, mana yang merupakan perbedaan temporer kena
pajak, perbedaan temporer dapat dikurangkan, perbedaan permanen positif dan perbedaan
permanen negatif !

Soal 18. 4

PT. Kenanga memulai usahanya pada tahun 2015 untuk laporan keuangan tahun 2015
PT. Kenangan melaporkan laba sebelum pajak sebesar Rp.600.000.000 dan tahun 2016 sebesar
Rp. 1.200.000.000. termasuk dalam laba sebelum pajak tersebut, terdapat informasi yang
diperoleh untuk melakukan koreksi fiskal berikut ini.

 Pendapatan sewa mesin sebesar Rp.120.000.000, secara akuntansi diakui


dalam jumlah yang sama pada 2015 dan 2016, sedangkan menurut pajak
diakui semua pada 2015
 Beban entertaiment yag tidak ada daftar nominatirnya pada tahun 2015
sebesar Rp. 40.000.000 dan pada tahun 2016 sebesar Rp. 60.000.000
 Kendaraan yang diperoleh 2015 senilai Rp.400.000.000 didepresiasikan
dengan metode garis lurus dan masa manfaat 4 tahun untuk akuntansi dengan
nilai sisa Rp.40.000.000. untuk tujuan pajak depresiasi dilakukan tanpa nilai
sisa dengan masa manfaat 8 tahun.
 Peralatan komunikasi yang digunakan manajemen kunci yang dibeli tahun
2015 senilai Rp. 100.000.000, didepresiasikan dengan metode garis lurus
tanpa nilai sisa selama 2 tahun. Menurut ketentuan pajak, depresiasi dilakukan
metode garis lurus masa manfaat 4 tahun. Namun untuk beban ini menurut
pajak hanya dapat dibebankan 50%.
 Perusahaan membeli bangunan sebesar Rp. 2.200.000.000. menurut akuntansi
bangunan didepresiasikan dengan nilai sisa Rp. 200.000.000 selama 40 tahun.
Untuk tujuan didepresiasikan selama 20 tahun tanpa nilai sisa.
 Penghasilan yang dikenakan pajak final sebesar Rp.40.000.000 untuk tahun
2015 dan Rp.80.000.000 pada tahun 2016.

Tarif pajak yang berlaku pada tahun 2015 dan tahun 2016 adalah 25%.

Diminta :

1. Buatlah tabel yang menunjukkan rekonsiliasi fiskal untuk tahun 2015 dan tahun
2016 !
2. Hitunglah penghasilan kena pajak dan jumlah pajak terutang!
3. Buatlah tabel yang menunjukkan perbedaan temporer yang dapat dikurangkan dan
perbedaan temporer kena pajak !
4. Hitunglah pajak tangguhan untuk dua tahun tersebut ?
5. Buatlah jurnal untuk mencatat beban pajak kini dan pajak tangguhan perusahaan !

Anda mungkin juga menyukai