Anda di halaman 1dari 29

Dosen Pengampu : Mata kuliah :

Jasmina Syafe’i, S.E., M. Ak. CA. Akuntansi Keuangan Lanjutan 1

RESUME BAB 1

KOMBINASI BISNIS

Disusun Oleh kelompok 2 :

ILHAM AIDIL PUTRA (12170313704)

LUTFINDA DAMAYANTI (12170324204)

RAFLY AKBAR SADIVA (11970314415)

VINDA ADELIA PUTRI (12170321969)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2023

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
karunia-Nya sehingga resume “KOMBINASI BISNIS” ini dapat diselesaikan dengan
baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah
Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.

Resume ini kami susun untuk melengkapi tugas kelompok mata kuliah Akuntansi
Keuangan Lanjutan 1. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan resume ini.

Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT,
dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semuanya.

Pekanbaru, 13 September 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................iii

BAB 1

1.1......................................................................................LATAR BELAKANG
.......................................................................................................................1
1.2............................................KOMBINASI BISNIS DAN PENGENDALIAN
.......................................................................................................................7
1.3 AKUNTANSI KOMBINASI BISNIS........................................................11
1.4 PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN KOMBINASI BISNIS..............24
1.5 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN.......................................................25

iii
BAB 1

KOMBINASI BISNIS

1.1. LATAR BELAKANG


MOTIVASI
Perusahaan menjadi semakin besar akibat pertumbuhan dan perkembangan usaha.

Perkembangan dapat terjadi melalui pertumbuhan organik dan unorganik. Pertumbuhan

organik adalah pertumbuhan perusahaan secara natural akibat peningkatan skala usaha

dan pendiriian usaha baru. Pertumbuhan unorganik adalah pertumbuhan perusahaan

akibat akuisisi dan pembelian perubahan yang sudah berjalan.

Perusahaan melakukan kombinasi bisnis dengan berbagai tujuan dan motivasi.

Motivasi umum dalam melakukan kombinasi bisnis adalah ingin agar entitas tersebut

menjadi lebih besar dan berkembang. Semakin besar perusahaan, inverstor akan

memperoleh pengembalian investasi (return) yang semakin besar dan investasinya. Ada

beberapa spesifik kombinasi bisnis :

a. Menjadikan entitas lebih besar

b. Menghindari pengambilan oleh entitas lain

c. Mensinergikan sumber daya yang dimiliki

d. Kompensasi yang diterima manajeman terkadang dikaitkan dengan ukuran

perusahaan

e. Meningkatkan kebanggaan entitas

KEUNTUNGAN KOMBINASI BISNIS


Keuntungan akhir kombinasi bisnis adalah diperolehnya imbal hasil yang lebih

besar kepada pemegang saham dibandingkan pada saat entitas belum melakukan

kombinasi bisnis. Proses kombinasi bisnis bersifat kompleks sehingga perlu hati-hati
2

agar energy yang diharapkan dapat tercapai. Dalam beberapa kasus sering terjadi

kegagalan dari kombinasi bisnis, sehingga pada akirnya sinergi tidak dapat diperoleh

bahkan sering kali akuisisi bisnis tidak mampu menghasilkan imbal hasil seperti yang di

harapkan.

PENGEMBANGAN BISNIS
Pengembangan bisnis dapat dilakukan secara internal maupun eksternal.

Pengembangan bisnis internal dapat dilakukan dengan pembentukan entitas baru secara

internal. Dalam rangka pengembangan bisnis entitas membentuk entitas anak melalui

penyetoran modal secara tunai. Tujuan untuk mmbentuk entitas baru yaitu untuk

membuka pasar yang lebih luas atau memperluas jaringan peoduksi.

Bentuk pengembangan bisnis internal dapat juga di lakukan melalui kombinasi

bisnis internal atau sering disebut sebagai restrukrisasi entitas sepengendali. Kombinasi

bisnis dilakukan oleh entitas anak yang dimiliki olen satu entitas induk. Contoh ya

seperti PT A memiliki entitas anak PT B dan PT C, kombisi bisnis dilakukan dengan

menjual kepemilikan PT A pada saham PT C kepada PT B. Bentuk kombinasi bisnis

tersebut merupaka bentuk rekturisasi entitas sepengendali.

Pengembangan bisnis secara eksternal dilakukan dengan membeli atau

mengakutisisi entitas lain di luar entitas. Pengembangan bisnis yang sebenarnya hanya

terjadi jika pengembangan bisnis secara eksternal, karena pengembangan ini benar-

benar terjadi perusahaan menjadi bertambah besar.

ASPEK ETIKA DALAM KOMBINASI BISNIS


Kombinasi bisnis mampu mengakselerasi pertumbuhan perusahaan sehingga

dapat berkembang jauh lebih cepat dibandingkan jika melakukan pertumbuhan secara
3

alami melalui peningkatan produksi dan skala usaha. Kasus entitas menyebabkan

perusahaan tersebut dibubrakan pada tahun 2001, Enron mendirikan banyak entitas baru

yang disebut sebagai entitasbertujuan khusus.

Beberapa kasus yang menunjukkan tindakan tidak etis yang di rancang dalam

transaksi kombinasi bisnis baik untuk tujuan manajeman laba maupun juga perpajakan,

menjadikan transaksi ini juga memperoleh perhatian bagi regulator pasar modal.

JENIS KOMBINASI BISNIS


1.Strategi Bisnis

Kombinasi bisnis dapat di lihat dari aspek strategi perusahaan. Perusahaan

melakukan kombinasi bisnis dalam rangka mengembangkan usahanya. Pengembangan

usaha dapat dilakukan melalui integrasi vertical horizontal dan konglomerasi.

a. Integrasi vertical adalah kombinasi bisnis dengan melakukan akuisisi entitas yang

memiliki hubungan pemasok atau distribusi.

Misalnya entitas produsen mie instan mengakuisisi entitas produsen gandum yang

merupakan bahan baku mie instan atau mengakuisisi entitas distribusi mie instan,

proses ini disebut integrasi hulu.

b. Intergrasi horizontal adalah kombinasi bisnis dengan melakukan akuisisi entitas

yang menghasilkan produksi sejenis atau produksi yang berkaitan.

Misalnya entitas produsen mie instan mengakuisisi entitas produsen kecap, saus,

makanan kecil lainnya yang bahan bakunya sejenis mie instan.

c. Konglomerasi adalah kombinasi bisnis dengan melakukan akuisisi entitas yang tidak

memiliki hubungan dengan entitas.


4

Misalnya grup usaha dengan berbagai produk yang dihasilkan dan bergerak dalam

beberapa industry yang berbeda misalnya perusahaan mie instan mengakuisisi bank,

asuransi,perusahaan otomotif.

2. Bentuk Entitas

a. Marger (Statutory merger) adalah kombinasi bisnis yang dilakukan dengan

menggabungkan dua atau lebih entitas, dimana entitas yang diakuisisi dibubarkan

serta semua asset dan habitatnya di ambil oleh pihak yang mengakuisisi.

b. Konsolidasi (Statutory consolidation) adalah kombinasi bisnis dengan membentuk

satu entitas dibentuk dengan mengambil alih semua asset dan liabilitas entitas yang

bergabung.

c. Akuisisi (Stock acquisition) adalah kombinasi dengan membeli kepemilikan entitas

yang diakuisisi, namun entitas yang di akuisisi tetap berdiri hanya dikendalikan oleh

entitas pengekuasisi.

3. Metode Akutansi

Ada dua metode yaitu :

a. Metode Polling of interest atau penyatuan kepentingan masing-masing pihak akan

menyatukan kepentingan bisnisnya sehingga tidak diperlukan penilaian asset ulang

dalam liabilitas entitas yang bergabung.

b. Merode Pardiase atau pembalian atau akuisisi dasar pencatatanya adalah nilai wajar

pada tanggan akuisisi, karena kombinasi bisnis di anggap sebagai pembentukan

entitas baru, sehingga di lakukan penilaian atas asset bersih etitas yang bergabung.
5

STANDAR AKUNTANSI BISNIS KOMBINASI


1. Perkembangan PSAK 22 : Kombinasi Bisnis

Standar akuntansi untuk kombinasi bisnis saat ini diatur dalam PSAK 22 (Revisi

2010) kombinasi bisnis yang telah mengalami penyesuaian pada tahun 2014.

Sebelumnya ketentuan kombinasi bisnis menggunakan PSAK 22 (1994) penggabungan

usaha. Terdapat perbedaan istilah dalam standar baru dibandingkan dengan standar

lama yaitu penggabungan usaha berubah menjadi kombinasi bisnis. PSAK 22

(penyesuaian 2014) merupakan adopsi IFRS 3 busines combination.

PSAK 22 (1994) diterbitkan pada 7 september 1994. Pada PSAK 22 (1994)

penggabungan usaha menjelaskan dua metode penggabungan usaha yaitu metode

pembelian (purchase) dan metode penyatuan kepentingan (pooling of interest).

Penggabungan usaha melalui akuisisi dipertanggujawabkan dengan metode pembelian.

Metode penyatuan kepentingan (pooling of interest) digunakan untuk penggabungan

usaha yang sulit mengidentifikasi pihak pengakuisisi, pemegang saham perusahaan

yang bergabung bersama sama mengendalikan operasi perusahaan dan manajemen

perusahaan yang bergabung menjadi bagian perusahaan gabungan. Metode penyatuan

kepentingan, asset dan liabilitas perusahaan yang bergabung dicatat sebesar nilai buku.

Pada PSAK 22 (penyesuian 2014), penggabungan usaha hanya menggunakan

metode pembelian, atau yang sekarang disebut metode akuisisi. Metode penyatuan

kepentingan tidak diperkenakan. Goodwill yang terjadi tidak lagi diamortisasi tetapi

akan diturunkan nilainya sesuai dengan ketentuan dalam PSAK 48 (Revisi 13)
6

penurunan nilai. Jika terjadi goodwill negatif akan diakui sebagai pendapatan pada

tanggal akuisisi.

2. Restrukturisasi Entitas Sepengendali

Restrukturisasi entitas sepengendali (RES) diatur khusus dalam PSAK 38 (Revisi

2012) Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali. RES adalah kombinasi bisnis yang

semua entitas atau bisnis yang bergabung, pada akhirnya dikendalikan oleh pihak yang

sama (baik sebelum maupun sesudah kombinasi bisnis) dan pengendaliannya tidak

bersifat sementara. RES tidak diatur secara khusus dalam IFRS sehingga PSAK 38

(Revisi 2012) merupakan PSAK yang disusun oleh Dewan Akuntansi Keuangan

(DSAK) tanpa mengacu pada IFRS.

Contoh transaksi RES misalnya, entitas induk memindahkan sebagian aset neto

dari entitas anak yang dimilikinya menjadi asset entitas induk. Entitas induk

mengalihkan sebagain hak kepemilikan entitas anak ke entitas anak lainnya. Entitas

induk menukar kepemilikannya aset neto dalam entitas anak dengan saham tambahan

yang diterbitkan oleh entitas anak lain. Perubahan tersebut akan menyebabkan

perubahan bentuk hokum kepemilikan di entitas anak atau entitas induk, tetapi bukan

perubahan substansi ekonomi. Substansi ekonomi atas transaksi tersebut tidak berubah

karena dilakukan pada entitas yang dikendalikan oleh pihak yang sama, sehingga

walaupun terjadi pengalihan namun tetap akan masuk dalam laporan keuangan

konsolidasian.

RES bukan merupakan perubahan kepemilikan dalam arti substansi ekonomi

sehingga dalam transaksi tersebut tidak boleh menimbulkan laba atau rugi. Transaksi
7

RES diakui pada jumlah tercatat berdasarkan metode penyatuan kepemilikan. Metode

penyatuan kepemilikan dianggap sebagai metode paling tepat untuk mencerminkan sifat

transaksi kombinasi bisnis entitas sepengendali yang pada dasarnya tidak

mengakibatkan perubahan substansi ekonomi yang signifikan.

3. Aspek Perpajakan dalam Kombinasi Bisnis

Pajak nerupakan hal yang diperhatikan dalam proses merger dan akuisisi

perusahaan. Proses merger dan akuisisi melibatkan transfer asset dan liabilitas. Pajak

harus dibayar oleh pihak yang melakukan pengalihan aset. Jika yang dialihkan tanah

dan bangunan akan dikenakan 5% pajak final atas nilai jual. Jika bukan tanah dan

bangunan akan dikenakan pajak penghasilan sebesar keuntungan dari selisih nilai wajar

dengan nlai buku.

Perusahaan yang ingin menggunakan nilai buku harus mengajukan permohonan kepada

Dirjen Pajak dengan melampirkan tujuan melakukan Merger, melunasi seluruh pajak

dan memenuhi persyaratan tujuan bisnis ( business purpose test ). business purpose test

dilakukan untuk memastikan bahwa tujuan merger untuk menciptakan sinergi yang kuat

dan memperkuat struktur permodalan serta tidak dilakukan untuk menghindarkan pajak.

1.2. KOMBINASI BISNIS DAN PENGENDALIAN

A. DEFINISI

Pembelian entitas yang sudah ada untuk digabungkan dengan entitas yang sudah

ada diartikan sebagai proses mengombinasikan bisnis sehingga transaksi ini dikenal

dengan istilah business combination atau pernah juga digunakan istilah penggabungan

usaha. PSAK 22 (penyesuaian 2014) kombinasi bisnis, mendefinisikan kombinasi bisnis


8

sebagai transaksi atau peristiwa dimana sebuah entitas memperoleh pengendalian atas

entitas lain. PSAK 22 (Revisi 2010) mendefinisikan pengendalian sebagai kekuasaan

untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasional suatu entitas untuk memperoleh

manfaat dari aktivitas entitas tersebut.

B. PENGENDALIAN

Definisi pengendalian awalnya dijelaskan dalam PSAK 22 (penyesuaian 2014)

Sebagai kekuasaan untuk mengatur keuanagan dan operasi entitas yang diakuisisi.

Namun definisi pengendalian tersebut diganti dengan definisi pengendalian seiring

terbitnya PSAK 65 Laporan Keuangan Konsolidasian dan PSAK 22 (penyesuaian

2014) kombinasi bisnis. Menurut PSAK 65, investor mengendalikan investee ketika :

1. Investor memiliki kekuasaan (power) atas investee

2. Investor terekspos atau memiliki hak atas imbal hasil variable (variable return) dari

keterlibatannya dengan investee

3. Investor memiliki kemampuan untuk mempengaruhi imbal hasil tersebut melalui

kekuasaannya atas investee

Investor memiliki kekuasaan atas investee ketika investor saat ini memiliki hak

berupa kemampuan kini untuk mengarahkan aktivitas relevan. Aktivitas relevan adalah

aktivitas yang secara signifikan memengaruhi imbal hasil investee. Investor dikatakan

terekspos atau memiliki hak atas imbal hasil yang akan diterima investor atas

keterlibatannya tersebut dapat bervariasi tergantung dari kinerja investee.


9

Investor mengendalikan investee ketika investor terekspos atau memiliki hak atas

imbal hasil variable dari keterlibatannya dengan investee dan memiliki kemampuan

untuk memengaruhi imbal hasil tersebut melalui kekuasaannya atas investee.

Contoh paling sederhana adalah investor A yang merupakan pemegang saham

mayoritas pada investee B. sebagai pemegang saham mayoritas, investor A memiliki

kekuasaan atas investee B dari hak suara yang dimilikinya. Selain itu, imbal hasil yang

akan diterima investor A adalah dividen yang nilainya tergantung dari kinerja (laba)

yang diperoleh investee B. dengan kekuasaan yang dimiliki, investor A dapat

menentukan jumlah dividen yang akan diterima dari investee B. berbeda halnya jika

imvestor C yang memiliki obligasi investee B obligasi tidak memiliki hak suara dan

imbal hasil (bunga) bersifat tetap. Oleh karena itu investor C tidak memiliki

pengendalian atas investee B meskipun investor C memiliki seluruh obligasi investee B.

C. BISNIS

Bisnis adalah suatu rangkaian terpadu dari kegiatan dan aset yang mampu

dikelola dengan tujuan memberikan hasil dalam bentuk dividen, efisiensi biaya atau

manfaat ekonomi lainnya secara langsung kepada pemilik entitas. Suatu rangkaian

terpadu dari kegiatan tersebut paling tidak meliputi input, proses, dan output.

D. IDENTIFIKASI KOMBINASI BISNIS

Entitas pertama tama harus menentukan apakah suatu transaksi merupakan

kombinasi bisnis atau bukan dengan menerapkan definisi dalam standar bahwa aset dan

liabilitas yang diambil alih merupakan suatu bisnis.


10

Dalam melakukan pencatatan transaksi kombinasi bisnis PSAK 22 (penyesuaian

2014), mengharuskan menggunakan metode akuisisi. Pada kombinasi bisnis dengan

metode akuisisi, disyaratkan dilakukan hal hal berikut:

1. Mengidentifikasi pihak pengakuisisi. Salah satu dari entitas dalam kombinasi bisnis

di identifikasi sebagai pihak pengakuisisi yaitu entitas yang memperoleh

pengendalian atas pihak yang diakuisisi.

2. Menentukan tanggal akuisisi. Pihak pengakuisisi mengidentifikasi tanggal akuisisi

yaitu tanggal pihak pengakuisisi memperoleh pengendalian atas pihak yang

diakuisisi.

3. Mengakui dan mengukur aset teridentifikasi yang diperoleh, liabilitas yang diambil

alih, dan kepentingan nonpengendali pihak yang diakuisisi. Pada tanggal akuisisi,

pihak pengakuisisi mengakui secara terpisah berupa goodwill, aset teridentifikasi

yang diperoleh, liabilitas yang diambil alih, dan kepentingan nonpengendali dari

pihak yang diakuisisi, pihak pengakuisisi mengukur aset teridentifikasi yang

diperolah dan liabilitas yang diambil alih dengan nilai wajar pada tanggal akuisisi.

4. Mengakui dan mengukur goodwill atau keuntungan dari pembelian dengan diskon.

Untuk memenuhi kualifikasi pengakuan dalam metode akuisisi, aset teridentifikasi yang

diperoleh dan liabilitas yang diambil –alih memiliki persyaratan sebagai berikut :

1. Memenuhi definisi aset dan liabilitas sesuai dengan kerangka dasar penyusunan dan

penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) pada tanggal akuisisi.


11

2. Merupakan bagian yang dipertukarkan antara pihak pengakuisisi dan pihak yang

diakuisisi dalam transaksi kombinasi bisnis. Bukan hasil transaksi terpisah diluar

kombinasi bisnis.

Dalam menentukan aset teridentifikasi yang diperoleh, liabilitas yang diambil alih

memungkinkan munculnya aset dan liabilitas yang sebelumnya tidak akui oleh pihak

yang diakuisisi. Misalnya, pihak pengakuisisi mengakui aset tak berwujud yang dapat

diidentifikasi yang diperoleh seperti merek, paten, atu hubungan pelanggan yang tidak

diakui oleh pihak yang diakuisisi sebagai aset dalam laporan keuangannya karena pihak

yang diakuisisi mengembangkannya secara internal dan sebelum kombinasi bisnis

memperlakukan biaya terkait sebagai beban.

1.3. AKUNTANSI KOMBINASI BISNIS

A. PENGAKUAN DAN PENGUKURAN ASET DAN LIABILITAS

Dalam suatu kombinasi bisnis, akuisisi dilakukan terhadap aset dan liabilitas

yang dapat juga menghasilkan goodwill. Jika akuisisi tidak dapat dilakukan secara

penuh, maka bagian yang tidak diakuisisi disebut kepentingan non-pengendali. Pihak

pengakuisisi mengakui secara terpisah berupa goodwill, aset teridentifikasi yang

diperoleh, liabilitas yang diambil alih, dan kepentingan nonpengendali dari pihak yang

diakuisisi. Aset dan liabilitas tersebut pada umumnya diklasifikasikan sebagaimana

klasifikasi yang ada dalam PSAK lain.

Pihak pengakuisisi mengukur aset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas

yang diambil alih dengan nilai wajar pada tanggal akuisisi. Pengukuran nilai wajar atas

aset dan liabilitas mengacu kepada pengukuran nilai wajar pada PSAK 68 (2013)
12

Pengukuran Nilai Wajar, kecuali pengukuran tersebut sudah diatur secara spesifik pada

PSAK tertentu seperti imbalan kerja, pajak penghasilan, dan liabilitas kontinjensi.

B. BIAYA TRANSAKSI

Transaksi kombinasi membutuhkan biaya yang besar. Biasanya biaya tersebut

dikeluarkan oleh pihak pengakuisisi, namun tidak menutup kemungkinan pihak yang

diakuisisi juga akan mengeluarkan biaya. Biaya tersebut mencakup biaya makelar

(finder’s fees), advis, hukum, akuntansi, penilaian, dan biaya profesional atau konsultasi

lainnya, biaya administrasi umum dan biaya pendaftaran serta penerbitan efek utang dan

efek ekuitas. Biaya-biaya terkait akuisisi tersebut diakui sebagai beban pada periode

saat biaya tersebut terjadi dan jasa diterima, kecuali biaya untuk menerbitkan efek utang

dan ekuitas. Jika pihak pengakuisisi menerbitkan efek sebagai imbalan yang dialihkan

dalam suatu kombinasi bisnis, maka biaya tersebut diakui sebagai pengurang premium

atau agio/tambahan modal disetor yang timbul atas penerbitan efek tersebut. Ketentuan

ini mengacu pada PSAK 55 (Revisi 2013) Instrumen Keuangan Pengakuan dan

Pengukuran.

C. IMBALAN YANG DIALIHKAN

Dalam suatu kombinasi bisnis, pihak pengakuisisi membayar imbalan kepada

pihak yang diakuisisi atas akuisisi yang dilakukan. Akuisisi pada prinsipnya adalah

pembelian sebuah bisnis, seperti halnya pembelian suatu aset secara tunai, maka

imbalan yang dialihkan atas pembelian tersebut adalah kas. Imbalan dalam kombinasi

bisnis dapat berupa kas, aset non-kas lainnya, efek utang atau efek ekuitas yang

diterbitkan oleh pihak pengakuisisi. Imbalan yang dialihkan dalam suatu kombinasi
13

bisnis diukur pada nilai wajar, yang dihitung sebagai hasil penjumlahan dari nilai wajar

tanggal akuisisi atas seluruh aset yang dialihkan oleh pihak pengakuisisi, liabilitas yang

diambil alih oleh pihak pengakuisisi kepada pemilik pihak yang diakuisisi sebelumnya.

Jika imbalan yang dialihkan berupa kas, maka nilai wajarnya sama dengan nilai

nominalnya. Namun jika imbalan yang dialihkan selain kas, maka timbul konsenkuensi

harus diukur pada nilai wajar. Pengukuran nilai wajar atas imbalan yang dialihkan

mengacu kepada pengukuran nilai wajar pada PSAK 68 (2013).

D. GOODWILL

Goodwill adalah aset yang diklasifikasikan sebagai aset takberwujud. Goodwill

muncul pada saat entitas melakukan akuisisi entitas lain. Goodwill akan diakui oleh

entitas yang melakukan akuisisi. Goodwill mencerminkan manfaat ekonomi yang timbul

dari aset yang diperoleh dalam kombinasi bisnis yang tidak dapat diidentifikasikan

secara individu sehingga harus diakui secara terpisah.

Goodwill akan terjadi jika harga perolehan dari entitas yang diakuisisi lebih tinggi

dibandingkan nilai wajar entitas yang diakuisisi. Pada saat terjadi goodwill pihak

pengakuisisi membeli dengan harga yang lebih mahal dari nilai wajar entitas yang

diakuisisi. Pada transaksi tersebut nilai aset pihak pengakuisisi telah menunjukkan nilai

wajar pada tanggal tersebut, maka kelebihan harga beli tersebut tidak dapat

diidentifikasikan ke aset yang ada, sehingga harus diakui bentuk aset baru yaitu

goodwill. Pihak pengakuisisi bersedia membayar lebih mahal karena memandang ada

nilai lebih yang akan dihasilkan oleh entitas yang diakuisisi melebihi nilai wajarnya.
14

Kelebihan mungkin disebabkan karena jaringan pemasaran,teknologi, keandalam SDM,

dan lain-lain. Lebih spesifik, nilai goodwill dihitung sebagai berikut :

Goodwill = (imbalan yang dialihkan + kepentingan ekuitas yang sebelumnya

dimiliki oleh pihak pengakuisisi + kepentingan nonpengendali pada pihak yang

diakuisisi) – aser teridentifikasi yang diperoleh dan liablitas yang diambil alih.

Nilai-nilai dalam perhitungan di atas diukur pada nilai wajar pada tanggal akuisisi.

Sebagai gambaran, perhitungan di atas dapat juga dilihat seperti Gambar 1.1 berikut :

GAMBAR 1.1

Perhitungan Nilai Goodwill

Biaya Transaksi

Imbalan yang Goodwill


Dialihkan

Kepentingan Ekuitas
yang Dimiliki Aset Teridentifikasi
Sebelumnya yang Diperoleh dan
Liabilitas yang
Diambil Alih
Kepentingan
Nonpengendali

Untuk akuisisi aset dan liabilitas, goodwill diakui dalam laporan posisi keuangan pihak

pengakuisisi. Sedangkan pada akuisisi saham, goodwill yang timbul pada akuisisi

diakui dalam saldo investasi dalam laporan posisi keuangan pihak pengakuisisi dan

akan diakui secara terpisah pada laporan posisi keuangan konsolidasian. Goodwill diuji
15

atas penurunan nilai setiap akhir periode pelaporan, terlepas ada atau tidaknya indikasi

penurunan nilai.

E. PENCATATAN TRANSAKSI KOMBINASI BISNIS

Pencatatan transaksi kombinasi bisnis sangat dipengaruhi bagaimana bentuk

transaksi tersebut dilakukan. Transaksi kombinasi bisnis akan dicatat oleh pihak yang

diakuisisi atau pihak yang melakukan akuisisi. Fokus pembahasan pada bab ini adalah

pencatatan pada pihak yang pengakuisisi. Pencatatan yang dilakukan oleh pihak

pengakuisisi tergantung dari jenis kombinasi bisnis yang dilakukan.

Contoh 1.1 Merger : Akuisisi Aset Bersih – Imbalan berupa Kas

Pada 31 Desember 2020, PT Permata mengakusisi seluruh asset bersih PT Samara

dalam sebuah merger. Informasi laporan keuangan untuk PT Permata dan PT Samara

pada saat itu adalah :

Laporan Posisi Keuangan


31 Desember 2020
(dalam 000 Rupiah, Kecuali par saham)
PT Permata PT Samara
Nilai Tercatat Nilai Tercatat Nilai Wajar
Kas 480.000 40.000 40.000
Piutang Usaha 280.000 70.000 70.000
Persediaan 340.000 60.000 100.00
Tanah 160.000 80.000 120.000
Bangunan dan Mesin 760.000 620.000 300.000
Akumulasi Penyusutan (380.000) (400.000)
Total Aset 1.640.000 470.000 630.000
Utang Usaha 170.000 110.000 110.000
Utang Wesel 300.000 240.000 240.000
Saham Biasa
Nominal Rp. 20.000 400.000 36.000
Nominal Rp. 12.000
16

Tambahan Modal Disetor 320.000 20.000


Saldo Laba 450.000 64.000
Total Liabilitas & Ekuitas 1.640.000 470.000

PT Permata mengalihkan imbalan senilai Rp. 352.000.000 untuk mengakuisisi asset

neto PT Samara. PT Permata mengeluarkan Rp. 200.000.000 untuk biaya legal.

Atas akuisisi tersebut, maka goodwill yang terjadi dapat dihitung sebagai berikut :

Imbalan yang dialihkan Rp. 352.000.000


Kepentingan yang Dimiliki Sebelumnya -
Kepentingan Nonpengendali -
Jumlah Rp. 352.000.000
Aset Bersih Teridentifikasi Rp. 280.000.000 (Nilai Wajar Aset –
Liabilitas)
Goodwill Rp. 72.000.000

Asset bersih teridentifikasi dihitung dari nilai wajar asset dikurang liabilitas.

Tidak ada kepentingan yang dimiliki sebelumnya karena PT Permata tidak mengakuisisi

secara bertahap, demikian juga dengan nilau kepentingan nonpengendali karena akuisisi

dilakukan atas seluruh asset bersih PT Samara. Pada contoh ini, akuisis dilakukan

terhadap asset bersih sehingga pihak pengakuisisi mengakui seluruh asset teridentifikasi

yang diperoleh dan liabilitas yang diambil alih pada nilai wajarnya. Berikut jurnal yang

dicatat oleh PT Permata :

Beban 20.000.000
Kas 20.000.000
Mencatat biaya transaksi

31 Desember 2015
Kas 40.000.000
17

Piutang Usaha 70.000.000


Persediaan 100.000.000
Tanah 120.000.000
Bangunan dan Mesin 300.000.000
Goodwill 72.000.000
Utang Usaha 110.000.000
Utang Wesel 240.000.000
Kas (Imbalan yang dialihkan) 352.000.000
Mencatat akusisi asset bersih

Atas akuisisi ini, PT Samara sebagai entitas yang dibubarkan akan menghapusbukukan

seluruh asset dan liabilitas yang dimiliki dan menghentikan operasinya.

Contoh 1.2 Merger : Akuisisi Aset Bersih – Imbalan Berupa Non Kas

Berdasarkan contoh 1.1, seandainya PT Permata menerbitkan 11.000 lembar saham

biasa sebagai imbalan yang dialihkan atas akuisisi tersebut. Nilai wajar saham PT

Permata adalah Rp. 32.000/lembar. Atas penerbitan saham tersebut, PT Permata juga

membayar biaya penerbitan saham senilai Rp. 30.000.000. PT Permata akan mencatat

jurnal sebagai berikut:

31 Desember 2020
Beban 20.000.000
Beban Tangguhan 30.000.000
Kas 50.000.000
Mencatat biaya akuisisi

31 Desember 2020
Kas 40.000.000
Piutang Usaha 70.000.000
Persediaan 100.000.000
Tanah 120.000.000
Bangunan dan Mesin 300.000.000
Goodwill 72.000.000
Utang Usaha 110.000.000
Utang Wesel 240.000.000
Saham Biasa (Rp. 20.000 x 11.000) 220.000.000
Tambahan Modal Disetor 102.000.000
18

Beban Tangguhan 30.000.000


Mencatat akusisi asset bersih

Nilai Tambahan Modal Disetor dihitung sebagai berikut :


Nilai wajar saham (Rp. 32.000 x 11.000) Rp. 352.000.000
Nilai nominal saham (Rp. 20.000 x 11.000) Rp. 220.000.000 -
Nilai Tambahan Modal Disetor Rp. 132 000.000
Beban Tangguhan Rp. 30.000.000
Nilai Tambahan Modal Disetor-Bersih Rp. 102.000.000

Perbedaan jurnal pada Contoh 1.2 ini dibandingkan Contoh 1.1 adalah pada

imbalan yang dialihkan (saham biasa dan tambahan modal disetor). Perlu diperhatikan

bahwa Saham Biasa dan Tambahan Modal Disetor dalam jurnal di atas bukanlah milih

PT Samara yang diakui oleh PT Permata namun Imbalan non-kas yang dibayarkan oleh

PT Permata.

Contoh 1.3 Akuisisi Saham – Imbalan berupa Kas

Berdasarkan contoh 1.1 seandainya PT Permata mengakuisisi seluruh saham biasa PT

Samara dengan membayar tunai Rp 352.000.000. Atas akuisisi tersebut, PT Samara

tetap beroperasi dan tidak di bubarkan. PT Permata akan mencatat jurnal sebagai

berikut:

31 Desember 2020
Beban 20.000.000
Kas 20.000.000
Mencatat biaya akuisisi

31 Desember 2020
Investasi pada PT Samara 352.000.000
Kas 352.000.000
Mencatat akuisisi saham
19

Jurnal yang dicatat PT Permata sangat sederhana karena tidak mencatat aset dan

liabilitas secara individual. Hal ini disebabkan PT Samara tidak dibubarkan dan tetap

menggunakan aset dan liabilitas tersebut dalam operasinya. Pada tiap akhir priode

pelaporan, laporan keuangan PT Permata akan dikonsolidasikan.

Jika akuisisi dilakukan dengan imbalan non-kas, maka akun kas pada jurnal

akuisisi diganti dengan akun imbalan non-kas tersebut dan diukur pada nilai wajar.

Contoh 1.4 Konsolidasi: Akuisisi Aset Bersih – Imbalan berupa Kas

Pada 31 Desember 2020, PT Mandiri mengakuisisi seluruh aset bersih PT

Permata dan PT Samara dalam sebuah statutory consolidation. Akuisisi ini

menyebabkan dibubarkannya PT Permata dan PT Samara dan bergabung menjadi

entitas baru yaitu PT Mandiri. Informasi laporan keuangan untuk PT Permata dan PT

Samara adalah:

Laporan Posisi Keuangan


31 Desember 2020
(dalam 000 Rupiah)
PT Permata PT Samara
Nilai
Nilai Tercatat Nilai Wajar Nilai Tercatat
Wajar
Kas 480.000 480.000 40.000 40.000
Piutang Usaha 280.000 280.000 70.000 70.000
Persediaan 340.000 300.000 60.000 100.000
Tanah 160.000 200.000 80.000 120.000
Bangunan dan Mesin 760.000 600.000 620.000 300.000
Akumulasi Penyusutan (380.000) (400.0000)
Total Aset 1.640.000 1.860.000 470.000 630.000
Utang Usaha 170.000 170.000 110.000 110.000
Utang Wesel 300.000 310.000 240.000 240.000
20

Saham Biasa
Nominal Rp 20.000 400.000 36.000
Nominal Rp 12.000
Tambahan Modal Disetor 320.000 20.000
Saldo Laba 450.000 64.000
Total liabilitas dan Ekuitas 1.640.000 470.000

PT Mandiri mengahlihkan imbalan senilai Rp.1.800.000.000,- untuk mengakuisisi aset

neto PT Permata dan PT Samara. PT Mandiri mengeluarkan Rp.40.000.000,- untuk

biaya legal. Atas akuisisi tersebut , maka goodwill yang terjadi dapat di hitung sbb :

Imbalan yang dialihkan Rp 1.800.000.000


Kepentingan yg dimiliki sebelumnya -
Kepentingan Non pengendali -
Jumlah Rp 1.800.000.000
Aset bersih teridentifikasi Rp 1.660.000.000
Goodwill Rp 140.000.000
Aset bersih teridentifikasi dihitung dari nilai wajar aset dikurangi liabilitas atas

kedua entiitas (Rp.1.380.000.000,- + Rp.280.000.000,-) tidak ada kepentingan yg

dimiliki sebelumnya karena PT Mandiri tidak mengakuisisi secara bertahap, demikian

juga dengan nilai kepentingan non pengendali karena akuisisi dilakukan atas seluruh

aset bersih PT Permata dan PT Samara. Jurnal yang dicatat ileh PT Mandiri :

31 Desember 2020
Beban 40.000.000
Kas 40.000.000
Mencatat biaya akuisisi

31 Desember 2020
Kas 520.000.000
Piutang Usaha 350.000.000
Persediaan 400.000.000
Tanah 320.000.000
21

Bangunan dan Mesin 900.000.00


Goodwill 140.000.000
Utang Usaha 280.000.000
Utang Wesel 550.000.000
Kas ( Imbalan yang dialihkan ) 1.800.000.00
Mencatat akuisisi aset bersih

Atas akuisisi ini, PT Permata dan PT Samara sebagai entitas yang di bubarkan akan

menghapus bukukan seluruh aset dan liabilitas yang dimiliki dan menghentikan

operasinya.

F. PEMBELIAN DISKON

Pembelian pada nilai imbalan yang lebih rendah daripada nilai wajar aset teridentifikasi

yang diperoleh dan liabilitas yang diambil alih, kondisi ini disebut pembelian dengan

diskon, yaitu suatu kombinasi bisnis yang mana jumlah nilai wajar aset teridentifikasi

yang dipeoleh dan liabilitas yang diambil alih melebihi nilai agregat ( imbalan yang

dialihkan+kepentingan ekuitas yang sebelumnya dimiikioleh pihak pengakuisisi +

kepentingan non pengendali pada pihak yang diakuisisi). Selisih tersebut diakui oleh

pihak pengakuisisi sebagai keuntungan dalam laporan laba rugi pada tanggal akuisisi.

Keuntungan tersebut diatribusikan kepada pihak pengakuisisi.

Contoh 1.5 Merger: Akuisisi Aset Neto – Pembelian Diskon

Merujuk pada contoh 1.1, PT Permata mengalihkan imbalan senilai Rp 250.000.000

untuk mengakuisisi aset neto PT Samara. PT Permata mengeluarkan Rp 20.000.000

untuk biaya legal. Atas akuisisi tersebut, maka googdwill yang terjadi dapat dihitung

sebagai berikut :

Imbalan yang dialihkan Rp 250.000.000


22

Kepentingan yang Dimiliki Sebelumnya -


Kepentingan Nonpengendali -
Jumlah Rp 250.000.000
Aset bersih Teridentifikasi Rp 280.000.000
Pembelian Diskon Rp 30.000.000
Pada contoh ini, akuisisi imbalan yang dialihkan bernilai lebih rendah dari pada nilai
wajar aset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil alih. Berikut jurnal
yang dicatat oleh PT.Permata

31 Desember 2020
Beban 20.000.000
Kas 20.000.000
Mencatat biaya akuisisi
31 Desember 2020
Kas 40.000.000
Piutang Usaha 70.000.000
Persediaan 100.000.000
Tanah 120.000.000
Bangunan dan mesin 300.000.000
Utang Usaha 110.000.000
Utang wesel 240.000.000
Kas (imbalan yang dialihkan) 250.000.000
Keuntungan Pembelian Diskon 30.000.000
Mencatat akuisisi aset bersih

Atas akuisisi ini, selisih pembelian diskon diakui sebagai keuntungan dalam

laporan laba rugi pada periode akuisisi.

G. Akuisisi Bertahap

Akuisisi bertahap terjadi ketika proses akuisisi entitas tidak dilakukan sekaligus

tetapi sebelumnya entitas pengakuisisi memiliki kepemilikan pada entitas yang

diakuisisi. Misalnya Entitas A saat ini memiliki 30% kepemilikan di Entitas B,


23

kemudian Entitas A menambah kepemilikannya sebesar 25%, sehingga Entitas A total

memiliki 55% kepemilikan Entitas B. Jika dengan 55% Entitas A memperoleh

pengendalian maka proses pembelian 25% saham tersebut merupakan bentuk akuisisi

bertahap. Transaksi kombinasi bisnis akan diterapkan saat pembelian tambahan 25%

saham Entitas B.

Seperti yang digambarkan pada ilustrasi pembuka, Bank Mandiri melakukan

akuisisi secara bertahap dari 60% kemudian di tambah 20% menjadi 80%. Pada akuisisi

bertahap ini, pengendalian sudah diperoleh oleh Bank Mandiri sejak akuisisi pertama,

sehingga akuisisi tambahan tidak mengubah substansi pengendalian yang dimiliki oleh

Bank Mandiri. Pembahasan lebih rinci atas akuisisi bertahap dapat dilihat pada Bab 8.

H. Kombinasi Bisnis Tanpa Pengalihan Imbalan

Ketika investor memiliki investasi pada saham entitas lain yang awalnya tidak memiliki

pengendalian namun pengendalian dapat diperoleh tanpa adanya pengalihan imbalan.

Hal ini dapat terjadi diantaranya karena

1. Pihak yang diakuisisi membeli kembali sahamnya dari pihak lain sehingga pihak

pengakuisisi memperoleh pengendalian. Hal ini disebabkan jumlah lembar saham

yang dimiliki pengakuisisi tetap namun jumlah lembar saham beredar berkurang

sehingga proporsi kepemilikan pihak pengakuisisi meningkat.

2. Hilangnya hak veto yang sebelumnya menghalangi pengakuisisi untuk

mengendalikan. Hal ini terjadi ketika pengakuisisi memiliki hak suara

mayoritas,namun tidak memiliki pengendalian karena ada investor lain yang


24

memiliki hak veto. Ketika hak veto investor lain tersebut hilang maka pihak

pengakuisisi akan memperoleh pengendalian dengan sendirinya

3. Pengakuisisi dan yang diakuisisi sepakat untuk mengombinasikan bisnisnya dengan

kontrak semata.

1.4. PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN KOMBINASI BISNIS

A. Penyajian

Pada bagian sebelumnya telah dibahas bahwa akuisisi terdiri dari 2 jenis yaitu

akuisisi aset bersih dan akuisisi saham. Pada akuisisi aset bersih (merger dan

konsolidasi), seluruh aset teridentifikasi dan liabilitas pihak yang diakuisisi langsung

diakui secara individual pada tanggal akuisisi oleh pihak pengakuisisi pada nilai

wajarnya. Dengan demikian,aset dan liabilitas pihak yang diakuisisi tersebut,termasuk

goodwill yang timbul akan digabungkan dengan aset dan liabilitas pihak pengakuisisi

dan disajikan pada laporan keuangan pihak pengakuisisi. Jadi, kombinasi bisnis dan

kombinasi aset dan liabilitas secara akuntansi sudah langsung terjadi sejak awal akuisisi

sehingga tidak diperlukan prosedur konsolidasi laporan keuangan lebih lanjut

dikemudian hari.

Sedangkan pada akuisisi saham, seluruh aset teridentifikasi dan liabilitas pihak

yang diakuisisi tidak langsung diakui secara individual pada tanggal akuisisi oleh pihak

pengakuisisi. Pihak pengakuisisi hanya mengakui saldo investasi sebagai representasi

atas aset dan liabilitas tersebut. Termasuk goodwill yang timbul saat akuisisi. Pada akhir

periode pelaporan, jika memiliki pengendalian, pihak pengakuisisi akan

mengkonsolidasikan laporan keuangannya dengan pihak yang diakuisisi sehingga aset


25

dan liabilitas kedua phak akan disajikan pada laporan keuangan konsolidasian. Jadi,

kombinasi bisnis serta kombinasi aset dan liabilitas secara akuntansi tidak terjadi

bersamaan sejak awal akuisisi sehingga diperlukan prosedur konsolidasi laporan

keuangan secara reguler di kemudian hari. Prosedur konsolidasi ini yang akan dibahas

pada bab-bab selanjutnya

B. Pengungkapan

Berdasarkan PSAK 22, pihak pengakuisisi mengungkapkan informasi yang

memungkinkan pengguna laporan keuangan agar dapat mengevaluasi sifat dan dampak

keuangan dari kombinasi bisnis yang terjadi, baik selama periode pelaporan berjalan

ataupun setelah akhir periode pelaporan tetapi sebelum tanggal penyelesaian laporan

keuangan.

Pihak pengakuisisi juga mengungkapkan informasi yang memungkinkan

pengguna laporan keuangan dapat mengevaluasi dampak keuangan dari penyesuaian

yang diakui pada periode pelaporan berjalan yang berhubungan dengan kombinasi

bisnis yang terjadi pada periode tersebut atau periode pelaporan sebelumnya.

1.5. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

Ketika sebuah entitas melakukan transaksi kombinasi bisnis, laporan keuangan

entitas tersebut akan berbeda dibandingkan dengan laporan keuangan entitas periode

sebelumnya. Jika kombinasi bisnis tersebut dilakukan dengan melakukan akuisisi entitas

lain dengan ukuran yang signifikan maka akan terjadi perubahan material atas

komponen laporan keuangan.


26

Jika pembaca laporan keuangan ingin membandingkan laporan keuangan dari

periode sebelumnya, padahal entitas tersebut melakukan aksi korporasi kombinasi

usaha, maka analisis harus dilakukan dengan hati-hati. Analisis biasanya akan

memberikan perhatian besar apakah kinerja usaha sebelum dan sesudah dilakukan

kombinasi mengalami perubaham atau tetap sama.

Anda mungkin juga menyukai