Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN II

“Penggabungan Usaha”

OLEH:

Kelompok 1

Anugerah Harsudi (A031181001)

Sukma Apriliya (A031181003)

Susti Krisdayanti Anisa L. (A031171325)

DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah menolong hamba-Nya
menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin
kami tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.          
Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui lebih jauh berbagai hal
mengenai materi “Penggabungan Usaha” berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber
yang telah kami temukan dan pahami.
 Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing Akuntansi
Keuangan Lanjutan II yang telah banyak memberikan kami pengarahan agar dapat
menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih
luas kepada pembaca, walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kami
mohon saran dan kritiknya. Terima kasih.

Makassar, 22 Agustus 2020

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
A. Penggabungan Usaha........................................................................................................3
1. Alasan-alasan Penggabungan Usaha..............................................................................3
2. Pertimbangan Mengenai Antitrust.....................................................................................4
B. Bentuk Penggabungan Usaha (Business Combination)................................................4
C. Konsep Akuntansi dari Penggabungan Usaha...............................................................5
1. Latar Belakang Akuntansi Penggabungan Usaha..........................................................6
D. Akuntansi Untuk Kombinasi sebagai Akuisisi..................................................................7
E. Mencatat Nilai Wajar dalam Akuisisi....................................................................................8
F. Ilustrasi dari Akuisisi...............................................................................................................9
G. Kontroversi Goodwill.........................................................................................................11
1. Akuntansi Internasional Untuk Goodwill........................................................................12
2. GAAP Saat Ini untuk Goodwill dan Aset Tak Berwujud Lainnya................................13
3. Mengakui dan Mengukur Kerugian.................................................................................14
4. Amortisasi versus Non-Amortisasi..................................................................................15
H. Persyaratan Pengungkapan............................................................................................16
BAB III PENUTUP...........................................................................................................................17
A. Kesimpulan........................................................................................................................17
B. Saran..................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di zaman sekarang, tidak ada satu pun perusahaan yang telah didirikan oleh para
pemiliknya tidak menghendaki adanya suatu  perkembangan kelak di kemudian hari. Agar
tingkat perkembangan perusahaan itu sesuai dengan yang diharapkan, sudah barang tentu
diperlukan suatu perencanaan yang bersifat konkret. Hal inilah yang melatarbelakangi
perusahaan melakukan penggabungan badan usaha (business combinations).

Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 22 paragraf 08 tahun


1999, penggabungan usaha (business combination) adalah pernyataan dua atau lebih
perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusahaan menyatu
dengan (uniting with) perusahaan lain atau memperoleh kendali (control) atas aktiva dan
operasi perusahaan lain. Sedangkan menurut Hadori Yunus (1981 : 224), penggabungan
badan usaha adalah usaha untuk menggabungkan suatu perusahaan dengan satu atau
lebih perusahaan lain ke dalam satu kesatuan ekonomis. Berdasarkan beberapa definisi di
atas, dapat diambil kesimpulan bahwa penggabungan usaha merupakan usaha
pengembangan atau perluasan perusahaan dengan cara menyatukan perusahaan dengan
satu atau lebih perusahaan lain menjadi satu kesatuan ekonomi.

Tujuan perusahaan-perusahaan melakukan penggabungan badan usaha salah satunya


adalah mengurangi tingkat persaingan di antara perusahaan sejenis serta adanya skala
operasi yang lebih besar akan dapat menghemat berbagai macam biaya yang dihasilkan
dalam proses operasional. Di samping itu penggabungan badan usaha dapat memperkuat
posisi perusahaan di dalam pasar.

Perusahaan menggabungkan sumber-sumber ekonomi yang dimiliki masing-masing


perusahaan yang bergabung. Dan pada saat ini banyak perusahaan mengalami krisis
sehingga perusahaan-perusahaan tersebut melakukan penggabungan badan usaha agar
dapat mempertahankan identitas serta melanjutkan usahanya.

B. Rumusan Masalah
1. Mampu menjelaskan tentang penggabungan usaha
2. Mampu menjelaskan bentuk penggabungan usaha
3. Mampu menjelaskan konsep akuntansi dari penggabungan usaha
4. Mampu menjelaskan akuntansi untuk kombinasi sebagai akuisisi

1
5. Mampu menjelaskan pencatatan nilai wajar dalam akuisisi
6. Mampu menjelaskan ilustrasi dari akuisisi dalam penggabungan usaha
7. Mampu menjelaskan kontroversi goodwill
8. Mampu menjelaskan persyaratan pengungkapan dalam penggabungan usaha

C. Tujuan
1. Mengetahui tentang penggabungan usaha
2. Mengetahui bentuk penggabungan usaha
3. Mengetahui konsep akuntansi dari penggabungan usaha
4. Mengetahui akuntansi untuk kombinasi sebagai akuisisi
5. Mengetahui pencatatan nilai wajar dalam akuisisi
6. Mengetahui ilustrasi dari akuisisi dalam penggabungan usaha
7. Mengetahui kontroversi goodwill
8. Mengetahui persyaratan pengungkapan dalam penggabungan usaha

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Penggabungan Usaha

Tahun 1990-an merupakan suatu masa perkembangan yang tidak biasa dalam kegiatan
merjer dan akuisisi di Amerika dan pasar internasional. Perusahaan secara terus menerus
berusaha keras berusaha keras menghasilkan nilai tambah ekonomis untuk para pemegang
modal mereka. Sehubungan dengan strategi ini, perluasan usaha telah lama dianggap
sebagai sebuah tujuan entitas usaha. Suatu usaha bisa memilih untuk memperluas usaha
baik secara internal maupun eksternal (mengakuisisi perusahaan lain dalam penggabungan
usaha). Fokus dalam Bab ini adalah tentang mengapa perusahaan lebih sering mengambil
opsi perluasan eksternal daripada perluasan internal, dan bagaimana pelaporan keuangan
mencerminkan hasil kegiatan ini.
Secara umum, penggabungan usaha adalah penyatuan entitas-entitas usaha yang
sebelumnya terpisah. Meskipun tujuan utama penggabungan usaha adalah profitabilitas,
penggabungan juga ditujukan untuk memperoleh efisiensi melalui integrasi operasi secara
horizontal atau vertikal atau mendiversifikasikan risiko usaha melalui operasi konglomerasi.

1. Alasan-alasan Penggabungan Usaha

Jika perluasan adalah sasaran utama dari perusahaan, mengapa usaha diperluas
melalui penggabungan dan bukan dengan melakukan konstruksi fasilitas-fasilitas baru?
Beberapa alasan yang mungkin untuk memilih penggabungan usaha sebagai alat
perluasan usaha adalah:

- Manfaat biaya. (Cost advantage). Seringkali lebih murah bagi perusahaan untuk
memperoleh fasilitas yang dibutuhkan melalui penggabungan dibandingkan melalui
pengembangan. Hal ini benar, terutama dalam pada periode inflasi. Pengurangan
biaya riset dan pengembangan merupakan motif utama akuisisi
- Risiko yang lebih rendah. (Lower risk). Membeli lini produk dan pasar yang telah
didirikan biasanya lebih kecil risikonya dibandingkan dengan mengembangkan
produk baru dan pasarnya. Penggabungan usaha kurang beresiko terutama ketika
tujuannya adalah diversifikasi.
- Memperkecil penundaan operasi. (Fewer operaring delay). Fasilitas-fasilitas pabrik
yang diperoleh melalui penggabungan usaha dapat diharapkan segera beroperasi

3
dan memenuhi peraturan yang berhubungan dengan lingkungan dan peraturan
pemerintah yang lainnya. Kecepatan masuk ke pasar sangatlah penting, khususnya
pada industry teknologi. Membangun fasilitas perusahaan yang baru mungkin
menimbulkan sejumlah penundaan dalam pembangunannya karena diperlukannya
persetujuan pemerintah untuk memulai operasi. Penelitian terhadap dampak
lingkungan dapat memakan waktu bulanan atau bahkan tahunan.
- Mencegah pengambilalihan. (Avoidance of takeovers). Beberapa perusahaan
bergabung untuk mencegah pengakuisisian oleh perusahaan lain. karena
perusahaan yang lebih kecil cenderung lebih mudah diambil alih, beberapa diantara
mereka memakai strategi pembeli yang agresif untuk melawan usaha pengambil
alihan oleh perusahaan lain.
- Akuisisi harta tak berwujud. (Acquisition of intangible assets). Penggabungan
usaha melibatkan penggabungan sumber daya tidak berwujud maupun berwujud.
Maka akusisi atas hak paten, hak atas mineral, database pelanggan, atau keahlian
manajemen mungkin menjadi faktor utama yang memotivasi suatu penggabungan
usaha.
- Alasan-alasan lain. Selain untuk perluasan, perusahaan-perusahaan mungkin
memilih penggabungan usaha untuk memperoleh manfaat dari segi pajak
(contohnya tax-loss carryforward) untuk manfaat pajak penghasilan perseorangan
dan pajak atas bangunan, dan alasan-alasan pribadi.

2. Pertimbangan Mengenai Antitrust

UU antirust melarang penggabungan usaha yang bersifat membatasi perdagangan


atau mengurangi kompetisi. Departemen kehakiman AS dan Federal Trade Commision
bertanggung jawab terhadap terlaksananya UU antitrust Federal.

Penafsiran UU antitrust saling berbeda antar badan, antar departemen, dan antar
Negara bagian. Bahkan dalam satu departemen dalam naungan administrasi yang sama
bisa berbeda penafsiran. Penggabungan usaha yang sudah berjalan sewaktu-waktu
dapat diuji ulang oleh FTC. Deregulasi dalam industry perbankan, telekomunikasi, dan
sarana umum telah mengizinkan penggabungan usaha yang sebelumnya dilarang. Pada
tahun 1997, departemen kehakiman dan FTC sepakat untuk menerbitkan panduan untuk
mengevaluasi usulan penggabungan usaha yang memungkinkan perusahaan untuk
menunjukkan bahwa penghematan biaya atau produk yang lebih baik dapat
mengimbangi pengaruh atau kompetisi dari suatu merjer.

4
B. Bentuk Penggabungan Usaha (Business Combination)

Penggabungan usaha adalah istilah umum yang dipakai untuk semua bentuk
penggabungan entitas usaha yang terpisah. Penggabungan seperti ini disebut akuisisi,
ketika suatu perusahaan memperoleh aktiva produktif dari entitas usaha lain dan
mengintegrasikan aktiva-aktiva tersebut kedalam operasionalnya. Penggabungan usaha
juga disebut sebagai akuisisi ketika suatu perusahaan memperoleh pengendalian operasi
atas fasilitas produksi entitas lain dengan memiliki sjumlah besar (mayoritas) saham berhak
suara yang beredar. Perusahaan yang diakusisi tidak perlu dibubarkan, tetapi perusahaan
tersebut tidak memiliki eksistensi lagi.

Istilah merjer dan konsolidasi sering digunakan sebagai sinonim untuk penggabungan
usaha dan akuisisi. Padahal, terdapat perbedaan. Suatu merjer memerlukan pembubaran
semua entitas yang terlibat kecuali satu entitas. Suatu konsolidasi memerlukan pembubaran
semua entitas usaha yang terlibat dan membentuk suatu entitas perusahaan yang baru.

Merjer terjadi ketika sebuah perusahaan mengambil alih semua operasi entitas usaha
lain dan entitas yang diambil alih tersebut dibubarkan. Contohnya, perusahaan A membeli
aktiva perusahaan B secara tunai, dengan aktiva lainnya, atau dengan surat berharga
perusahaan A. penggabungan usaha ini disebut akuisisi. Penggabungan usaha dikatakan
merjer jika perusahaan B dibubarkan. Alternatif lain, perusahaan A membeli saham
perusahaan B dari para pemegang saham perusahaan B secara tunai, dengan aktiva lain,
atau dengan surat berharga perusahaan A. akuisisi ini memungkinkan untuk perushaaan A
untuk mengendalikan operasi atas aktiva-aktiva perusahaan B. akuisisi tidak akan
memungkinkan kepemilikan secara hukum atas aktiva-aktiva bagi perusahaan A kecuali
kalau perusahaan A memperoleh seluruh saham perusahaan B dan memilih untuk
membubarkan perusahaan B.

Konsolidasi terjadi ketika perusahaan baru dibentuk untuk mengambil alih aktiva-aktiva
dan operasi dari dua atau lebih entitas usaha yang akhirnya entitas-entitas tersebut
dibubarkan. Contohnya, perusahaan D , sebuah perusahaan baru dibentuk, memperoleh
aktiva bersih dari perusahaan E dan F dengan mengeluarkan saham secara langsung
kepada perusahaan D dan E. pada kasus ini, perusahaan E dan F mungkin
mendistribusikan saham perusahaan D kepada para pemegang saham mereka dan
perusahaan E dan F dibubarkan (konsolidasi). Pada kedua kasus tersebut, perusahaan D
memperoleh kepemilikan atas aktiva-aktiva perusahaan E dan F.

5
C. Konsep Akuntansi dari Penggabungan Usaha

Penggabungan usaha terjadi jika suatu perusahaan digabungkan dengan satu atau
lebih perusahaan lain dalam satu entitas akuntansi. Entitas tunggal tersebut melanjutkan
perusahaan yang sebelumnya terpisah dan saling independen.

Sebagai catatan, konsep akuntansi untuk penggabungan usaha menekankan pada


entitas tunggal dan independensi perusahaan-perusahaan yang terlibat sebelum terjadinya
penggabungan. Meskipun satu atau lebih perusahaan yang bergabung kehilangan identitas
hukumnya, pembubaran entitas hukum tidak diperlukan dalam konsep akuntansi ini.

Usaha-usaha yang sebelumnya terpisah bersama-sama membentuk suatu entitas ketika


sumber daya dan operasinya berada di bawah pengendalian kelompok manajemen tunggal.
Pengendalian terhadap suatu entitas usaha terbentuk dalam penggabungan usaha dimana:

1) Satu atau lebih perusahaan menjadi anak perusahaan.


2) Satu perusahaan mentransfer aktiva bersihnya kepada perusahaan lain, atau
3) Setiap perusahaan mentransfer aktiva bersihnya kepada sebuah perusahaan baru
yang dibentuk.
Suatu perusahaan menjadi anak perusahaan ketika perusahaan lain memperoleh hak
mayoritas (lebih dari 50 %) atas saham berhak suara yang beredar. Maka, sebuah
penggabungan usaha

1. Latar Belakang Akuntansi Penggabungan Usaha

Akuntansi penggabungan usaha adalah salah satu topik paling penting dan menarik
dalam teori dan praktik akuntansi. Namun, akuntansi penggabungan usaha juga
merupakan salah satu area paling kompleks dan paling banyak menimbulkan kontroversi
dalam pemikiran akuntansi. Penggabungan usaha sangat penting dan menarik karena
melibatkan transaksi keuangan yang luar biasa besarnya, kerajaan bisnis, cerita sukses
dan kekayaan pribadi, eksekuti jenius, dan kegagalan manajemen. Pada dasarnya
penggabungan usaha perlu melibatkan pengambil alihan seluruh perusahaan-
perusahaan.

Secara historis, banyak kontroversi mengenai persyaratan akuntansi untuk


kombinasi bisnis yang melibatkan metode penyatuan kepentingan yang diterima secara
umum di 1950. Meskipun ada kesulitan konseptual dengan metode penyatuan, masalah
mendasar yang muncul adalah pengenalan metode alternatif akuntansi untuk kombinasi
bisnis (penyatuan versus pembelian). Banyak kepentingan keuangan yang terlibat dalam

6
kombinasi bisnis, dan prosedur akuntansi alternatif mungkin tidak netral sehubungan
dengan kepentingan yang berbeda. Artinya, kepentingan keuangan individu dan rencana
akhir penggabungan dapat dipengaruhi oleh metode akuntansi.

Sampai tahun 2001, persyaratan akuntansi untuk kombinasi bisnis mengakui baik
metode penyatuan dan pembelian dari akuntansi untuk kombinasi bisnis. Pada Agustus
1999, FASB mengeluarkan laporan yang mendukung keputusan yang diusulkan untuk
menghilangkan pooling. Alasan utama yang dikutip termasuk yang berikut:

- Pooling memberikan informasi yang kurang relevan bagi pengguna pernyataan.


- Pooling mengabaikan nilai ekonomi yang dipertukarkan dalam transaksi dan
membuat evaluasi kinerja selanjutnya menjadi tidak mungkin.
- Membandingkan perusahaan dengan menggunakan metode alternatif sulit bagi
investor.

D. Akuntansi Untuk Kombinasi sebagai Akuisisi

GAAP mensyaratkan bahwa semua kombinasi bisnis yang dimulai setelah 15


Desember 2008, diperhitungkan sebagai akuisisi. Itu metode akuisisi mengikuti GAAP yang
sama untuk mencatat kombinasi bisnis seperti yang kita ikuti dalam mencatat pembelian
aset lain dan timbulnya kewajiban. Kami mencatat kombinasi tersebut dengan
menggunakan prinsip nilai wajar. Dengan kata lain, kami mengukur biaya yang dikeluarkan
entitas pembelian untuk mengakuisisi perusahaan lain dalam kombinasi bisnis dengan
jumlah kas yang dikeluarkan atau dengan nilai wajar aset lain yang didistribusikan atau
sekuritas yang diterbitkan.

Kami membebankan biaya langsung dari kombinasi bisnis (seperti akuntansi, hukum,
konsultasi, dan biaya pencari) selain biaya untuk pendaftaran atau penerbitan sekuritas
ekuitas. Kami membebankan biaya pendaftaran dan penerbitan sekuritas ekuitas yang
diterbitkan dalam kombinasi terhadap nilai wajar sekuritas yang diterbitkan, biasanya
sebagai pengurangan tambahan modal disetor. Kami membebankan biaya tidak langsung
seperti gaji manajemen, depresiasi, dan sewa dengan metode akuisisi. Kami juga
membebankan biaya tidak langsung yang timbul untuk menutup fasilitas duplikat.

Sebagai ilustrasi, asumsikan bahwa Pop Corporation menerbitkan 100.000 saham dari
$ 10 par saham biasa untuk aset bersih Son Corporation dalam kombinasi bisnis pada
tanggal 1 Juli 2011. Harga pasar dari saham biasa Pop pada tanggal ini adalah $ 16 per

7
saham. Biaya langsung tambahan dari kombinasi bisnis terdiri dari biaya Komisi Sekuritas
dan Bursa (SEC) sebesar $ 5.000, biaya akuntan sehubungan dengan pernyataan
pendaftaran SEC sebesar $ 10.000, biaya untuk mencetak dan menerbitkan sertifikat saham
biasa sebesar $ 25.000, serta biaya penemu dan konsultan biaya $ 80.000.

Pop mencatat penerbitan 100.000 saham dalam pembukuannya sebagai berikut (dalam
ribuan):

Investasi di Son (+ A) 1.600

Saham biasa, $ 10 par (+ SE) 1.000

Tambahan modal disetor (+ SE) 600

Mencatat penerbitan 100.000 lembar saham biasa senilai $ 10 dengan harga pasar $
16 per lembar saham dalam kombinasi bisnis dengan Son Corporation.

Pop mencatat biaya langsung tambahan dari kombinasi bisnis sebagai berikut:

Beban investasi (E, –SE) 80

Tambahan Modal disetor (-SE) 40

Kas (atau aktiva bersih lainnya)(-A) 120

Untuk mencatat biaya langsung tambahan dari penggabungan dengan Son


Corporation: $ 80.000 untuk biaya pencari dan konsultan dan $ 40.000 untuk
pendaftaran dan penerbitan sekuritas ekuitas.

Kami memperlakukan biaya pendaftaran dan penerbitan sebesar $ 40.000 sebagai


pengurangan nilai wajar saham yang diterbitkan dan membebankan biaya ini ke Tambahan
modal disetor. Kami membebankan biaya langsung lainnya dari kombinasi bisnis ($ 80.000).
Total biaya untuk Pop memperoleh Son adalah $ 1.600.000, jumlah yang dimasukkan ke
dalam Investasi di akun Son.

8
Kami mengakumulasikan total biaya yang dikeluarkan untuk membeli perusahaan lain
dalam satu akun investasi, terlepas dari apakah perusahaan gabungan lainnya dibubarkan
atau perusahaan yang bergabung terus beroperasi dalam hubungan induk-anak. Jika kami
membubarkan Son Corporation, kami mencatat aset bersihnya yang dapat diidentifikasi
pada buku Pop pada nilai wajar, dan mencatat kelebihan biaya investasi di atas nilai wajar
aset bersih sebagai niat baik. Dalam hal ini, kami mengalokasikan saldo yang tercatat dalam
akun Investasi di Anak melalui entri di buku Pop. Entri seperti itu mungkin muncul sebagai
berikut:

Piutang (+ A) XXX

Persediaan (+ A) XXX

Aset tetap (+ A) XXX

Goodwill (+ A) XXX

Hutang dagang (+ L) XXX

Wesel bayar (+ L) XXX

Investasi di Son (-A) 1,600

Untuk mencatat alokasi biaya $ 1.600.000 untuk mengakuisisi Son Corporation ke aset
bersih yang dapat diidentifikasi sesuai dengan nilai wajar dan Goodwill.

E. Mencatat Nilai Wajar dalam Akuisisi

Langkah pertama dalam mencatat akuisisi adalah menentukan nilai wajar dari semua
aset berwujud dan tidak berwujud teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas yang
diasumsikan dalam penggabungan. Ini bisa menjadi tugas yang monumental, tetapi banyak
pekerjaan dilakukan sebelum dan selama proses negosiasi untuk merger yang diusulkan.
Perusahaan umumnya menyewa penilai independen dan ahli penilaian untuk menentukan
nilai wajar. GAAP memberikan panduan tentang penentuan nilai wajar. Ada tiga tingkat
keandalan untuk estimasi nilai wajar. Level 1 adalah nilai wajar berdasarkan harga pasar
yang ditetapkan. Level 2 menggunakan nilai sekarang dari estimasi arus kas masa depan,

9
didiskontokan berdasarkan ukuran yang dapat diobservasi seperti suku bunga utama. Level
3 mencakup estimasi turunan internal lainnya. Dalam teks ini, kami akan mengasumsikan
bahwa total nilai wajar sama dengan total nilai pasar, kecuali dinyatakan lain.

Aset yang diperoleh dan liabilitas yang diasumsikan dalam kombinasi bisnis yang timbul
dari kontinjensi harus diakui pada nilai wajar jika nilai wajar dapat diestimasi secara wajar.
Jika nilai wajar aset atau liabilitas tersebut tidak dapat diperkirakan secara wajar, aset atau
liabilitas tersebut harus diakui sesuai dengan pedoman FASB umum untuk akun untuk
kontinjensi, dan perkiraan yang wajar tentang jumlah kerugian. Diharapkan bahwa sebagian
besar kontinjensi litigasi yang diasumsikan dalam akuisisi akan diakui hanya jika
kemungkinan kerugian dan jumlah kerugian dapat diestimasi secara wajar.

F. Ilustrasi dari Akuisisi

Pit Corporation memperoleh aset bersih Sad Company dalam kombinasi yang dilakukan
pada tanggal 27 Desember 2011. Sad Company dibubarkan. Aset dan kewajiban Sad
Company pada tanggal ini, pada nilai buku dan nilai wajarnya, adalah sebagai berikut
(dalam ribuan):

10
Kasus 1: Goodwill

Pit Corporation membayar $ 400.000 tunai dan menerbitkan 50.000 saham Pit Corporation $
10 par saham biasa dengan nilai pasar $ 20 per saham untuk aset bersih Sad Company.
Entri berikut mencatat kombinasi bisnis pada pembukuan Pit Corporation pada 27
Desember 2011.

Investasi pada perusahaan SAD (+A) 1,400

Kas (-A) 400

Saham Biasa , @ $10 (+SE) 500

Tambahan saham disetor (+SE) 500

Untuk mencatat penerbitan 50.000 lembar saham biasa nominal $ 10 ditambah


dengan kas $ 400.000 dalam penggabungan usaha secara pembelian dengan sad.

Kas (+A) 50

Piutang Bersih (+A) 140

Persediaan (+A) 250

Tanah (+A) 100

Bangunan (+A) 500

Peralatan (+A) 350

Hak Paten (+A) 50

Goodwill (+A) 200

Utang Usaha (+L) 60

Wesel Bayar (+L) 135

11
Kewajiban Lain lain (+L) 45

Investasi pada Sad (-A) 1.400

Menetapkan biaya perolehan SAD atas aktiva yang diperoleh yang dapat
diidentifikasi dan kewajiban yang ditanggung atas dasar nilai wajarnya dan
penetapan goodwill.

Kami menetapkan jumlah tersebut ke aset dan kewajiban berdasarkan nilai wajar,
kecuali untuk goodwill. Kami menentukan goodwill dengan mengurangkan $ 1.200.000 nilai
wajar aset bersih teridentifikasi yang diperoleh dari harga pembelian $ 1.400.000 untuk
asset bersih Sad Company.

Kasus 2 : Nilai Wajar Melebihi Biaya Investasi

Pit Corporation menerbitkan 40.000 saham dari $ 10 par biasa saham dengan nilai pasar $
20 per saham, dan juga memberikan 10 persen, wesel bayar lima tahun sebesar $ 200.000
untuk aset bersih Sad Company. Buku Pit mencatat kombinasi bisnis Pit / Sad pada 27
Desember 2011, dengan entri jurnal sebagai berikut:

Investasi di perusahaan SAD (+A) 1.000

Saham biasa $ 10 par (+SE) 400

Tambahan modal disetor (+SE) 400

10% wesel bayar (+L) 200

Untuk mencatat penerbitan 40,000 saham dari $ 10 par saham biasa ditambah $
200,000, 10% catatan dalam kombinasi bisnis dengan Sad Company.

Kas 50

12
Piutang usaha 140

Persediaan 250

Tanah 100

Bangunan 500

Peralatan 350

Paten 50

Utang dagang (+L) 60

Utang wesel (+L) 135

Utang lainnya (+L) 45

Investasi pada SAD company (-A) 1,000

Keuntungan dari pembelian murah (Ga, +SE) 200

Untuk menetapkan biaya Sad Company atas aset teridentifikasi yang diperoleh dan
liabilitas yang diambil alih berdasarkan nilai wajarnya dan untuk mengakui
keuntungan dari pembelian murah.

Kami menetapkan nilai wajar untuk akun aset dan kewajiban individu dalam entri ini
sesuai dengan ketentuan GAAP untuk akuisisi. Nilai wajar $ 1.200.000 dari aset bersih
teridentifikasi yang diperoleh melebihi harga pembelian $ 1.000.000 sebesar $ 200.000, jadi
Pit mengakui keuntungan $ 200.000 dari pembelian murah.

G. Kontroversi Goodwill

GAAP mendefinisikan goodwill sebagai selisih biaya investasi di atas nilai wajar aset
bersih yang diterima. Secara teoritis, ini adalah ukuran nilai sekarang dari proyeksi
pendapatan berlebih perusahaan gabungan di masa depan atas pendapatan normal dari
bisnis serupa. Memperkirakan membutuhkan spekulasi yang cukup besar. Oleh karena itu,

13
jumlah yang umumnya kami kapitalisasi sebagai goodwill adalah bagian dari harga
pembelian yang tersisa setelah semua aset dan liabilitas berwujud dan tidak berwujud
lainnya yang dapat diidentifikasi dinilai. Kesalahan dalam penilaian aset lain akan
mempengaruhi jumlah yang dikapitalisasi sebagai goodwill.

Berdasarkan GAAP saat ini, goodwill tidak diamortisasi. Ada juga kontroversi pajak
penghasilan yang berkaitan dengan goodwill. Dalam beberapa kasus, perusahaan dapat
mengurangi amortisasi goodwill untuk tujuan perpajakan selama periode 15 tahun.
1. Akuntansi Internasional Untuk Goodwill

Perusahaan AS sudah lama mengeluhkan aturan akuntansi untuk amortisasi


goodwill menempatkan mereka pada posisi yang kurang menguntungkan dalam
bersaing dengan perusahaan asing untuk menjadi mitra merger. Beberapa negara,
misalnya, mengizinkan penghapusan segera niat baik untuk ekuitas pemegang saham.
Meskipun neraca perusahaan gabungan mungkin menunjukkan kekayaan bersih negatif,
perusahaan dapat mulai menunjukkan pendapatan dari operasi yang digabungkan
dengan segera. GAAP saat ini mengurangi kerugian kompetitif ini.

Perusahaan di sebagian besar negara industri lainnya secara historis


mengkapitalisasi dan mengamortisasi goodwill yang diperoleh dalam kombinasi bisnis.
Periode amortisasinya bervariasi. Misalnya, sebelum penerapan IFRS, jangka waktu
amortisasi maksimum di Australia dan Swedia adalah 20 tahun; di Jepang, itu 5 tahun.
Beberapa negara mengizinkan pengurangan amortisasi goodwill untuk tujuan
perpajakan, membuat periode amortisasi yang singkat menjadi populer.

Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA) meningkatkan perdagangan


dan investasi antara Kanada, Meksiko, dan Amerika Serikat dan juga meningkatkan
kebutuhan untuk harmonisasi standar akuntansi. Badan pengaturan standar dari tiga
mitra dagang sedang mencari cara untuk mempersempit perbedaan dalam standar
akuntansi. Perusahaan Kanada tidak lagi melakukan amortisasi goodwill. GAAP Kanada
untuk niat baik sekarang konsisten dengan standar AS yang direvisi. Perusahaan
Meksiko melakukan amortisasi barang tak berwujud selama periode manfaat, tidak
melebihi 20 tahun. Goodwill negatif dari kombinasi bisnis perusahaan Meksiko
dilaporkan sebagai komponen ekuitas dan tidak diamortisasi.

IASB adalah penerus Komite Standar Akuntansi Internasional (IASC), sebuah


organisasi sektor swasta yang dibentuk pada tahun 1973 untuk mengembangkan
standar akuntansi internasional dan mempromosikan harmonisasi standar akuntansi di

14
seluruh dunia. Berdasarkan peraturan IASB saat ini, goodwill dan aset tidak berwujud
lainnya yang memiliki umur tidak pasti tidak lagi diamortisasi tetapi diuji untuk penurunan
nilai. Tes penurunan nilai dilakukan setiap tahun, atau lebih sering jika keadaan
menunjukkan adanya kemungkinan penurunan nilai. Perusahaan tidak boleh
mengembalikan kerugian penurunan nilai yang sebelumnya diakui untuk goodwill. Revisi
ini membuat aturan IASB konsisten dengan GAAP A.S. dan Kanada. Meskipun
organisasi akuntansi dari seluruh dunia adalah anggotanya, IASB tidak memiliki
kewenangan untuk meminta kepatuhan. Namun, situasi ini berubah dengan cepat. Uni
Eropa mensyaratkan IFRS dalam pelaporan keuangan semua perusahaan yang
terdaftar mulai tahun 2005. Banyak negara lain yang mengganti, atau
mempertimbangkan untuk mengganti, GAAP mereka sendiri dengan IFRS.

Baik IASB dan FASB bekerja untuk menghilangkan perbedaan akuntansi untuk
kombinasi bisnis di bawah IFRS dan GAAP. Baru-baru ini, FASB merevisi standarnya
untuk pembelian dalam proses penelitian dan pengembangan untuk menyelaraskan
dengan persyaratan IFRS. GAAP mensyaratkan pembelian dalam proses penelitian dan
pengembangan untuk dikapitalisasi sampai tahap penelitian dan pengembangan selesai
atau proyek ditinggalkan. IFRS juga membutuhkan kapitalisasi biaya-biaya ini sebagai
aset yang terpisah dan dapat diidentifikasi. Berdasarkan GAAP, aset ini akan
diklasifikasikan sebagai aset tidak berwujud dengan umur tidak terbatas dan karenanya
tidak akan diamortisasi.
GAAP saat ini untuk kombinasi bisnis adalah hasil dari proyek bersama dengan
IASB. IASB mengeluarkan revisi IFRS 3 pada saat yang sama FASB merevisi standar
kombinasi bisnis. Beberapa perbedaan masih ada. Misalnya, FASB mensyaratkan pihak
pengakuisisi untuk mengukur kepentingan nonpengendali pada pihak yang diakuisisi
pada nilai wajarnya, sedangkan IASB mengizinkan pihak pengakuisisi untuk mencatat
kepentingan nonpengendali, kepentingan baik pada nilai wajar atau bagian proporsional
dari aset bersih teridentifikasi pihak yang diakuisisi.

2. GAAP Saat Ini untuk Goodwill dan Aset Tak Berwujud Lainnya

GAAP secara dramatis mengubah akuntansi goodwill pada tahun 2001. GAAP
mempertahankan perhitungan dasar niat baik, tetapi standar yang direvisi mengurangi
banyak kontroversi sebelumnya.

GAAP saat ini memberikan klarifikasi dan panduan yang lebih rinci tentang kapan
barang tak berwujud yang sebelumnya tidak tercatat harus diakui sebagai aset, yang
dapat memengaruhi jumlah niat baik yang diakui perusahaan.

15
Berdasarkan GAAP saat ini, perusahaan mencatat goodwill tetapi tidak melakukan
amortisasi. Sebaliknya, GAAP mensyaratkan bahwa perusahaan secara berkala menilai
goodwill untuk penurunan nilai. Penurunan nilai terjadi jika nilai tercatat goodwill lebih
besar dari nilai wajarnya. Kami menghitung nilai wajar goodwill dengan cara yang mirip
dengan penghitungan awal pada tanggal akuisisi. Jika penurunan nilai tersebut terjadi,
perusahaan akan menuliskan goodwill ke nilai estimasi baru dan akan mencatat
kerugian yang saling hapus dalam menghitung laba bersih untuk periode tersebut.

Amortisasi goodwill lebih lanjut tidak diizinkan, dan perusahaan tidak boleh menulis
cadangan goodwill untuk membalikkan dampak biaya amortisasi periode sebelumnya.

Perusahaan tidak lagi melakukan amortisasi goodwill atau aset tidak berwujud
lainnya yang memiliki masa manfaat tidak terbatas. Sebaliknya, perusahaan akan
secara berkala meninjau aset ini (setidaknya setiap tahun) dan menyesuaikan
penurunan nilai. GAAP memberikan panduan rinci untuk menentukan dan mengukur
penurunan nilai goodwill dan aset tidak berwujud lainnya.

GAAP juga mendefinisikan entitas pelaporan dalam akuntansi untuk aset tak
berwujud. Berdasarkan aturan sebelumnya, perusahaan memperlakukan entitas yang
diakuisisi sebagai entitas pelaporan yang berdiri sendiri. GAAP sekarang mengakui
bahwa banyak pihak yang diakuisisi diintegrasikan ke dalam operasi pihak pengakuisisi.

GAAP memperlakukan goodwill dan aset tidak berwujud lainnya sebagai aset dari
unit pelaporan bisnis, yang dibahas lebih rinci pada bab selanjutnya tentang pelaporan
segmen. Unit pelaporan adalah komponen bisnis yang menyediakan informasi keuangan
yang dapat dipisahkan dan hasil operasinya ditinjau secara berkala oleh manajemen.

Perusahaan melaporkan aset tidak berwujud, selain yang diperoleh dalam kombinasi
bisnis, berdasarkan nilai wajarnya pada tanggal akuisisi. Perusahaan mengalokasikan
biaya sekelompok aset yang diperoleh (yang dapat mencakup aset berwujud dan tidak
berwujud) ke aset individu berdasarkan nilai wajar relatif dan "tidak akan menimbulkan
niat baik."
GAAP khusus untuk akuntansi untuk aset tidak berwujud yang dikembangkan secara
internal: Biaya pengembangan, pemeliharaan, atau pemulihan aset tidak berwujud yang
tidak dapat diidentifikasi secara khusus, yang memiliki kehidupan yang tidak dapat
ditentukan, atau yang melekat dalam bisnis yang berkelanjutan dan terkait dengan
entitas secara keseluruhan, harus diakui sebagai beban pada saat terjadinya.

16
3. Mengakui dan Mengukur Kerugian

Tes penurunan nilai niat baik adalah proses dua langkah. Perusahaan pertama-tama
membandingkan nilai tercatat (nilai buku) dengan nilai wajar di tingkat unit pelaporan
bisnis. Nilai tercatat termasuk jumlah niat baik. Jika nilai wajar kurang dari jumlah
tercatatnya, maka perusahaan melanjutkan ke langkah kedua, pengukuran rugi
penurunan nilai.

Langkah kedua mensyaratkan perbandingan nilai tercatat goodwill dengan nilai wajar
tersiratnya. Perusahaan harus sekali lagi membuat perbandingan ini di tingkat unit
pelaporan bisnis. Jika nilai tercatat melebihi nilai wajar yang tersirat dari goodwill,
perusahaan harus mengakui rugi penurunan nilai untuk selisihnya. Jumlah kerugian
tidak boleh melebihi jumlah tercatat goodwill. Perusahaan tidak dapat membalikkan
kerugian penurunan nilai yang telah diakui sebelumnya.

Perusahaan harus menentukan nilai wajar tersirat dari goodwill dengan cara yang
sama yang digunakan untuk mencatat goodwill pada tanggal kombinasi bisnis.
Perusahaan mengalokasikan nilai wajar unit pelaporan ke semua aset dan liabilitas yang
dapat diidentifikasi seolah-olah mereka membeli unit tersebut pada tanggal pengukuran.
Nilai wajar berlebih adalah nilai wajar yang tersirat dari goodwill.

Nilai wajar aset dan liabilitas adalah nilai di mana aset dan liabilitas tersebut dapat
dijual, terjadi, atau diselesaikan dalam transaksi wajar saat ini. GAAP menganggap
harga pasar kuotasi sebagai indikator terbaik dari nilai wajar, meskipun ini sering tidak
tersedia. Ketika harga pasar tidak tersedia, perusahaan dapat menentukan nilai wajar
menggunakan harga pasar dari aset dan kewajiban serupa atau teknik penilaian lain
yang umum digunakan. Misalnya, perusahaan dapat menggunakan teknik nilai sekarang
untuk menilai estimasi arus kas atau pendapatan masa depan. Perusahaan juga dapat
menggunakan teknik berdasarkan kelipatan pendapatan atau pendapatan.

Perusahaan harus melakukan uji penurunan nilai goodwill setidaknya setiap tahun.
GAAP memerlukan pengujian penurunan nilai yang lebih sering jika salah satu dari
peristiwa berikut terjadi:

 Perubahan merugikan yang signifikan dalam faktor hukum atau iklim bisnis
 Tindakan atau penilaian yang merugikan oleh regulator
 Persaingan yang tidak terduga
 Hilangnya personel kunci

17
 Ekspektasi yang lebih mungkin daripada tidak bahwa unit pelaporan atau bagian
signifikan dari unit pelaporan akan dijual atau dibuang
 Pengujian untuk pemulihan di bawah Penurunan atau Pembuangan Subbagian
Aset Umur Panjang Subtopik 360-10 dari grup aset signifikan dalam unit
pelaporan
 Pengakuan kerugian penurunan nilai goodwill dalam laporan keuangan anak
perusahaan yang merupakan komponen unit pelaporan
Pengujian penurunan nilai goodwill bersifat kompleks dan mungkin memiliki dampak
yang signifikan terhadap laporan keuangan. Seluruh industri telah bermunculan untuk
membantu perusahaan dalam membuat penilaian niat baik.

4. Amortisasi versus Non-Amortisasi

Perusahaan harus mengamortisasi barang tak berwujud dengan masa manfaat yang
pasti selama umur tersebut. GAAP mendefinisikan masa manfaat sebagai taksiran masa
manfaat bagi entitas pelapor. Metode amortisasi harus mencerminkan pola konsumsi
yang diharapkan dari manfaat ekonomi yang tidak berwujud. Jika perusahaan tidak
dapat menentukan suatu pola, maka mereka harus menggunakan amortisasi garis lurus.

Jika benda tak berwujud dengan umur tak terbatas di kemudian hari memiliki masa
hidup yang dapat diperkirakan, maka benda tersebut harus diamortisasi pada saat itu.
Perusahaan harus secara berkala meninjau barang tak berwujud yang tidak diamortisasi
untuk kemungkinan kerugian penurunan nilai.

H. Persyaratan Pengungkapan

GAAP membutuhkan pengungkapan yang signifikan tentang kombinasi bisnis. PSAK


FASB 141 mensyaratkan pengungkapan spesifik yang dikategorikan berdasarkan: (1)
pengungkapan untuk periode pelaporan yang mencakup kombinasi bisnis, (2)
pengungkapan ketika kombinasi bisnis terjadi setelah periode pelaporan berakhir, tetapi
sebelum penerbitan laporan keuangan, (3) pengungkapan tentang jumlah sementara yang
terkait dengan kombinasi bisnis dan (4) pengungkapan tentang penyesuaian yang terkait
dengan kombinasi bisnis.

Informasi spesifik yang harus diungkapkan dalam laporan keuangan untuk periode
terjadinya kombinasi bisnis dapat dikategorikan sebagai berikut:

18
- Informasi umum tentang kombinasi bisnis seperti nama perusahaan yang diakuisisi,
deskripsi perusahaan yang diakuisisi, tanggal akuisisi, porsi dari hak suara
perusahaan yang diakuisisi yang diakuisisi, alasan akuisisi oleh pihak pengakuisisi,
dan cara pihak pengakuisisi memperoleh pengendalian atas pihak yang diakuisisi;
- Informasi tentang goddwill atau keuntungan dari pembelian murah yang dihasilkan
dari kombinasi bisnis;
- Sifat, persyaratan, dan nilai wajar imbalan yang dialihkan dalam kombinasi bisnis;
- Rincian tentang aset tertentu yang diperoleh, kewajiban yang diambil alih dan setiap
kepentingan nonpengendali yang diakui sehubungan dengan kombinasi bisnis;
- Pengurangan penyisihan penilaian aset pajak tangguhan yang sudah ada
sebelumnya dari perusahaan pengakuisisi karena kombinasi bisnis;
- Informasi tentang transaksi dengan pihak yang diakuisisi dicatat secara terpisah dari
kombinasi bisnis;
- Detail tentang akuisisi bertahap;
- Jika pihak pengakuisisi adalah perusahaan publik, diperlukan pengungkapan
tambahan

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara umum, penggabungan usaha adalah penyatuan entitas-entitas usaha yang


sebelumnya terpisah. Meskipun tujuan utama penggabungan usaha adalah profitabilitas,
penggabungan juga ditujukan untuk memperoleh efisiensi melalui integrasi operasi
secara horizontal atau vertikal atau mendiversifikasikan risiko usaha melalui operasi

19
konglomerasi. Beberapa alasan yang mungkin untuk memilih penggabungan usaha
sebagai alat perluasan usaha adalah manfaat biaya, risiko lebih rendah, memperkecil
keterlambatan operasi, menghindari pengambilalihan, akuisisi aktiva tak berwujud, dan
alasan-alasan lain.
Kombinasi bisnis terjadi ketika dua atau lebih bisnis terpisah bergabung menjadi satu
entitas akuntansi. Semua kombinasi yang dimulai setelah 15 Desember 2008, harus
diperhitungkan sebagai akuisisi. Akuntansi akuisisi mensyaratkan pencatatan aset yang
diperoleh dan liabilitas yang diasumsikan pada nilai wajarnya pada tanggal
penggabungan.

B. Saran

Ilustrasi dalam bab ini adalah untuk kombinasi bisnis di mana hanya ada satu entitas
yang bertahan. Saran kami dari kelompok 1 adalah pelajari dengan tekun bab
Penggabungan Usaha ini, karena pada Bab-bab selanjutnya akan membahas hal-hal
yang mencakup akuntansi untuk operasi induk-anak perusahaan di mana lebih dari satu
perusahaan gabungan tetap ada sebagai badan hukum yang terpisah.

20
DAFTAR PUSTAKA

Beams, Floyd A., Joseph H. Anthony, Bruce Bettinghaus and Kenneth A. Smith. 2012.
Advance Accounting, Eleventh Edition. Pearson Education, Inc., Upper Saddle
River, New Jersey.

21

Anda mungkin juga menyukai