Anda di halaman 1dari 17

Tugas Teori Akuntansi (AKT464)

KERANGKA ACUAN KONSEPTUAL


(KERANGKA UMUM DAN KERANGKA SPESIFIK)

Dosen Pengampu:
Dr. Mukhzarudfa, S.E., M.Si.

Oleh:
Kelompok I
Mu’ammar Fauzan C1C017014
Gayandwip Nopaniriah C1C017038
Dinda Aulia C1C017050
Agustina Shinta Dewi C1C017062

Kelas R-010

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVESITAS JAMBI
2020
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...........................................................................................


DAFTAR ISI........................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan .......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3
2.1 Hakikat Kerangka Konseptual ..................................................................3
2.2 Masalah-Masalah dalam Kerangka Konseptual ........................................4
2.1.1 Masalah 1 ...................................................................................... 4
2.1.2 Masalah 2–7 ..................................................................................5
2.1.3 Masalah 8 ...................................................................................... 5
2.1.4 Masalah 9 ...................................................................................... 6
2.3 Perkembangan dari Sebuah Kerangka Konseptual ...................................6
2.4 Konsep-Konsep Fundamental ...................................................................9
2.4.1 Karakteristik Kualitatif dari Informasi Akuntansi ........................ 9
2.4.2 Elemen-Elemen Dasar Laporan Keuangan ...................................9
2.5 Pengakuan dan Pengukuran ......................................................................11
2.5.1 Pengakuan ..................................................................................... 11
2.5.2 Pengukuran ...................................................................................12
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 14
3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 14
3.2 Saran .........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 15

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Booth (2008: 310) mengungkapkan definisi kerangka konseptual
merupakan sistem yang berhubungan dengan tujuan dan konsep yang melandasi
akuntansi yang bisa menurunkan standar-standar yang konsisten dalam
menggambarkan sifat, fungsi, dan keterbatasan akuntansi keuangan dan
pelaporannya. Kerangka konseptual ini disusun dengan tujuan sebagai kerangka
kerja yang akan dijadikan dasar untuk pembentukan standar dan aturan akuntansi
yang koheren, sebagai referensi dasar teori akuntansi untuk menyelesaikan
masalah-masalah praktik pelaporan keuangan yang muncul, menjadi alternative
referensi dalam memutuskan masalah akuntansi yang belum ditentukan dalam
standar akuntansi (perusahaan), dasar pemeriksaan dan pemberian opini mengenai
kewajaran penyajian dan kesesuaian laporan keuangan dengan prinsip akuntansi
berlaku umum (auditor), dan dasar penilaian kinerja perusahaan. Kerangka
konseptual, setiap pekerjaan tidak akan mengarah pada standar akuntansi yang
konsisten dan mau tidak mau kerangka kerja konseptual akan kurang kredibilitas
selama tidak konsisten dengan undang-undang dan mampu mengikuri secara
internasional. Praktik akuntansi yang selalu dihadapi dengan perubahan
lingkungan dunia usaha sangat memerlukan sebuah landasan teori untuk
beradaptasi. Akuntan secara terus menerus dan mau tidak mau dihadapkan dengan
situasi yang baru, kemajuan teknologi, dan inovasi bisnis yang tentu saja semua
ini akan menimbulkan masalah pelaporan dan akuntansi yang baru pula. Masalah-
masalah ini harus dapat ditangani dengan cara yang lebih konsisten dan
terorganisir secara lebih baik.
Kerangka kerja konseptual memainkan peran yang sangat penting
terutama di dalam pengembangan sebuah standar akuntansi yang baru dan revisi
atas standar akuntansi yang telah diberlakukan sebelumnya. Ketika akuntan harus
berhadapan dengan masalah baru yang belum ada standar akuntansinya, maka
kerangka kerja konseptual ini diharapkan dapat memberikan sebuah acuan

1
2

(referensi) untuk menganalisa dan memecahkan masalah-masalah akuntansi yang


terkini tersebut. Kerangka kerja konseptual memang tidak akan dapat
memecahkan seluruh masalah akuntansi, tetapi jika digunakan secara konsisten
maka kerangka kerja ini seharusnya dapat membantu memperbaiki pelaporan
keuangan, konsep dasar yang saling berkaitan dan diharapkan dapat menghasilkan
standar-standar yang konsisten, dan memberikan pedoman tentang jenis, fungsi,
keterbatasan akuntansi, dan pelaporan keuangan. Apabila dalam praktik bisnis
terdapat perbedaan antara kerangka konseptual dan standar akuntansi, maka pihak
terkait harus mendahulukan ketentuan yang tercantum dalam standar akuntansi
(Badury, 2008).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka penyusun merumuskan masalah
pada makalah ini sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan kerangka acuan konseptual akuntansi keuangan?
2. Bagaimana kerangka konseptual akuntansi keuangan baik secara umum
maupun secara spesifik?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan makalah ini adalah sebagai
berikut.
1. Untuk mengetahui definisi dari kerangka konseptual akuntansi keuangan.
2. Untuk mengetahui kerangka konseptual yang bersifat umum dan spesifik
dalam akuntansi keuangan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Kerangka Konseptual


Belkaoui (2011) mendefinisikan kerangka konseptual adalah sebuah
konstitusi, sebuah sistem koheren dari tujuan dan asas yang saling berhubungan
yang dapat mengarah kepada standar yang konsisten dan menentukan sifat, fungsi,
dan batasan dari akuntansi keuangan dan laporan keuangan.
Selanjutnya, menurut Hery (2013) kerangka kerja konseptual merupakan
sebuah sistem yang memberikan dasar/landasan yang konsisten dan memadai bagi
para penyusun standar akuntansi, penyusun laporan keuangan, pengguna laporan
keuangan, dan pihak-pihak lainnya yang turut terlibat dalam proses pelaporan
keuangan dengan tujuan untuk membantu profesi akuntansi dalam memahami
praktik-praktik akuntansi di masa yang akan datang.
Banyak pihak meyakini bahwa kontribusi nyata FASB sangat bergantung
pada kualitas dan utilitas dari kerangka kerja konseptual. Kerangka kerja
konseptual yang bermutu ini akan memungkinkan FASB untuk menerbitkan
standar-standar yang lebih berguna, dapat diterapkan, dan konsisten dari waktu ke
waktu. Kerangka konseptual akan meningkatkan pemahaman dan keyakinan
pemakai laporan keuangan atas pelaporan keuangan, dan akan meningkatkan
komparabilitas antar laporan keuangan perusahaan (Belkaoui, 2011). Model
kerangka konseptual merupakan hasil suatu perekayasaan. Salah satu modelnya
adalah kerangka konseptual yang dikembangkan oleh FASB pada tahun 1976
yang menjadi dasar bagi penetapan standar akuntansi dan pemecahan atas masalah
kontroversi pelaporan keuangan yang diwujudkan dalam seperangkat pernyataan
resmi yang disebut Statements of Financial Accounting Concepts (SFAC) (Hery,
2013).
Karenanya, kerangka konseptual dimaksudkan untuk bertindak sebagai
suatu konstitusi dalam proses penetapan standar. Tujuannya adalah untuk
memberikan pedoman dalam penyelesaian perselisihan yang timbul selama proses
penetapan standar dengan cara mempersempit pertanyaan menjadi apakah standar

3
4

yang spesifik tersebut telah sesuai dengan kerangka konseptualnya. Bahkan FASB
telah menunjukkan 4 (empat) keuntungan spesifik yang dapat diperoleh dari
kerangka konseptual, yaitu kerangka konseptual ketika telah seslsai dibuat akan
(Belkaoui, 2011):
1. Memandu FASB dalam membuat standar akuntansi;
2. Menjadi kerangka acuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan akuntansi
yang tidak memiliki standar resmi yang spesifik;
3. Menentukan batasan pertimbangan dalam membuat laporan keuangan;
4. Meningkatkan komparabilitas dengan menurunkan jumlah metode akuntansi
alternatif yang tersedia.

2.2 Masalah-Masalah dalam Kerangka Konseptual


FASB telah mencoba untuk menunjukkan masalah-masalah konseptual
terpenting yang berkaitan dengan penetapan standar yang berjumlah 9 (Sembilan)
masalah, yaitu sebagai berikut (Belkaoui, 2011).
2.2.1 Masalah 1 : Pandangan Mengenai Laba Atau Penghasilan
Mana yang Harus Digunakan?
Masalah 1 adalah masalah mengenai laba atau penghasilan. Ada 3
(tiga) pandangan berbeda yang diidentifikasikan dalam penentuan laba
atau penghasilan (earnings), yaitu:
1. Pandangan aktiva/kewajiban, yang berpendapat bahwa pendapatan dan
beban hanya berasal dari perubahan dalam aktiva dan kewajiban.
Pendapatan adalah peningkatan aktiva & penurunan kewajiban; beban
adalah penurunan aktiva & peningkatan kewajiban.
2. Pandangan pendapatan/beban, yang berpendapat bahwa adanya
pendapatan dan beban dihasilkan oleh adanya kebutuhan akan
penandingan yang tepat (proper matching). Laba pada dasarnya
hanyalah selisih antara pendapatan di satu periode dengan beban yang
terjadi untuk memperoleh pendapatan tersebut.
3. Pandangan nonartikulasi, yang didasarkan atas adanya kepercayaan
bahwa artikulasi akan diikuti oleh redundansi (pencatatan yang
5

berlebihan). Menurut pandangan ini, definisi dari aktiva dan kewajiban


dapat menjadi suatu hal yang sangat penting dalam penyajian posisi
keuangan dan bahwa definisi dari pendapatan dan beban dapat
mendominasi pengukuran penghasilan.

2.2.2 Masalah 2–7 : Definisi


Masalah 2–7 adalah masalah mengenai definisi dari setiap elemen
laporan keuangan dapat diberikan oleh pandangan aktiva/kewajiban
maupun pandangan pendapatan/beban.
Menurut pandangan aktiva/kewajiban, aktiva adalah sumber daya
ekonomi dari sebuah perusahaan yang mencerminkan laba di masa depan
yang diharapkan menimbulkan arus kas masuk bersih secara langsung
maupun tidak langsung. Sedangkan kewajiban adalah keharusan
perusahaan untuk mentransfer sumber daya ekonomi kepada entitas lain di
masa depan.
Menurut pandangan pendapatan/beban, aktiva tidak hanya meliputi
aktiva yang didefinisikan oleh sudut pandang aktiva/kewajiban, tetapi juga
hal-hal yang tidak mencerminkan sumber daya ekonomi namun diperlukan
untuk penandingan yang benar dan penentuan laba. Sedangkan kewajiban
terdiri dari kredit-kredit yang ditangguhkan dan cadangan tertentu yang
tidak mencerminkan kewajiban untuk mentransfer sumber daya ekonomi
namun dibutuhkan untuk prinsip penandingan yang benar dan penentuan
laba.

2.2.3 Masalah 8 : Konsep Pemeliharaan Modal Atau Pengembalian


Biaya Mana yang Harus Digunakan?
Masalah 8 adalah masalah mengenai konsep pemeliharaan modal
yang memungkinkan kita membuat pembedaan antara pengembalian
modal atau penghasilan dengan pengembalian modal atau pengembalian
biaya. Terdapat dua konsep pemeliharaan modal: konsep modal keuangan
dan konsep modal fisik. Kedua konsep tersebut menggunakan pengukuran
6

dalam satuan uang atau satuan daya beli umum yang sama, yang
mengakibatkan munculnya 4 (empat) kemungkinan konsep pemeliharaan
modal, yaitu:
1. Modal keuangan yang diukur dalam satuan uang;
2. Modal keuangan yang diukur menurut unit daya beli umum yang
sama;
3. Modal fisik yang diukur menurut unit uang;
4. Modal fisik yang diukur menurut unit daya beli umum yang sama;

2.2.4 Masalah 9 : Metode Pengukuran Mana yang Harus


Digunakan?
Masalah 9 adalah masalah mengenai metode pengukuran yang
harus digunakan dan berkaitan dengan penentuan baik dari unit
pengukuran maupun atribut yang hendak diukur. Sepanjang kepentingan
dari unit pengukuran, pilihannya adalah antara jumlah dolar aktual dan
dolar yang telah disesuaikan dengan daya beli umum. Sedangkan
sepanjang kepentinga dari atribut tertentu yang hendak diukur, ada 5
(lima) pilihan yang tersedia:
1. Metode biaya historis;
2. Biaya saat ini;
3. Nilai jual saat ini;
4. Nilai jual yang diharapkan; dan
5. Nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan.

2.3 Perkembangan dari Sebuah Kerangka Konseptual


Gambar berikut menggambarkan ruang lingkup keseluruhan dari kerangka
konseptual dan mencantumkan dokumen-dokumen yang berhubungan dan
diterbitkan sampai dengan tahun 1982 oleh FASB (Belkaoui, 2011).
7

Tujuan
SFAC No.
1 dan 4

Karakteristik
Elemen- kualitatif
elemen SFAC No. 3
SFAC No. 2 dan 6

Laporan
Kriteria Keuangan Pengakuan
Pengukuran versus SFAC No. 33
SFAC No. 5 Pelaporan (Percobaan)
Keuangan

Pelaporan Pelaporan Pelaporan


Penghasilan Arus Dana Posisi
SFAC No. 6 dan Likuiditas Keuangan

Pada tingkat pertama, tujuan menunjukkan sasaran dan maksud dari


akuntansi yang digambarkan dengan SFAC No. 1 dan No. 4. Di tingkat kedua,
hal-hal yang fundamental meliputi karakteristik kualitatif dari informasi akuntansi
(SFAC No. 2) dan definisi dari elemen-elemen dalam laporan keuangan (SFAC
No. 3). Pada tingkat ketiga, pedoman operasional yang pergunakan oleh akuntan
dalam menentukan dan menerapkan standar akuntansi meliputi kriteria pengakuan
(Statement of Financial Accounting Standards No. 33), laporan keuangan versus
pelaporan keuangan dan pengukuran (SFAC No. 5). Terakhir, di tingkat keempat,
8

mekanisme penyajian yang digunakan oleh akuntansi untuk menyampaikan


informasi akuntansi meliputi pelaporan penghasilan (SFAC No. 6), pelaporan arus
dana dan likuiditas, dan pelaporan posisi keuangan.
Singkatnya, sejak FASB mempublikasikan kerangka kerja konseptual,
FASB telah menerbitkan 7 SFAC yang berhubungan dengan pelaporan keuangan,
yaitu (Hery, 2013):
1. SFAC No. 1 : “Objectives of Financial Reporting by Business Enterprises”
yang menjelaskan tujuan pelaporan keuangan pada perusahaan bisnis.
2. SFAC No. 2 : “Qualitative Characteristics of Accounting Information” yang
mejelaskan karakteristik informasi akuntansi yang berkualitas (berguna).
3. SFAC No. 3 : “Elements of Financial Statements of Business Enterprises”
yang memberikan definisi atas pos-pos (unsur-unsur) yang terdapat dalam
laporan keuangan.
4. SFAC No. 4 : “Objectives of Financial Reporting by Non-Business
Organizations” yang menjelaskan tujuan pelaporan keuangan pada organisasi
non-bisnis.
5. SFAC No. 5 : “Recognition and Measurement in Financial Statements of
Business Enterprises” yang menetapkan kriteria pengakuan, atribut
pengukuran, dan prinsip pelaporan (pengungkapan).
6. SFAC No. 6 : “Elements of Financial Statements”, yang menggantikan SFAC
No. 3 (dalam rangka memperluas ruang lingkup SFAC No. 3) dengan
memasukkan juga organisasi nir laba, di samping perusahaan bisnis
(organisasi laba).
7. SFAC No. 7 : “Using Cash Flow Informastion and Present Value in
Accounting Measurements”, yang memberikan kerangka acuan mengenai
penggunaan informasi arus kas dan nilai sekarang sebagai dasar pengukuran
akuntansi.
9

2.4 Konsep-Konsep Fundamental


Belkaoui (2011) mengungkapkan konsep-konsep fundamental meliputi
karakteristik kualitatif dari informasi akuntansi maupun definisi dari elemen-
elemen laporan keuangan.
2.4.1 Karakteristik Kualitatif dari Informasi Akuntansi
Karakteristik mungkin dapat dilihat sebagai hierarki. Kegunaan
dari pengambilan keputusan disajikan sebagai kualias informasional
terpenting. Relevansi dan keandalan sebagai dua kualitas utama, dengan
elemen-elemennya yang berhubungan.
Relevansi (relevance) didefinisikan secara bebas sebagai berikut:
“Agar informasi dapat memenuhi standar relevansi, informasi
harus ditujukan atau diasosiasikan secara bermanfaat dengan
tindakan yang telah dirancang untuk memfasilitasinya atau hasil
yang ingin diperolehnya.”
Oleh karenanya relevansi mengacu pada kemampuan informasi
untuk memengaruhi keputusan manajer dengan mengubah atau
menginformasikan ekspektasi mereka atas hasil atau konsekuensi dair
tindakan atau peristiwa.
Keandalan (reliability) diartikan sebagai “kualitas yang
memungkinkan pengguna data agar dengan yakin mengandalkannya
sebagai pencerminan dari apa yang dimaksud untuk disajikan.” Jadi,
keandalan dari informasi akan tergantung pada tingkat ketepatan
penyajiannya atas suatu peristiwa.

2.4.2 Elemen-Elemen Dasar Laporan Keuangan


SFAC No. 3 mendefinisikan 10 (sepuluh) elemen yang saling
berkaitan yang secara langsung berhubungan dengan pengukuran kinerja
dan status dari perusahaan. Elemen-elemen tersebut didefinisikan sebagai
berikut:
10

1. Aktiva: kemungkinan manfaat ekonomi di masa depan yang diperoleh


atau dikendalikan oleh suatu entitas tertentu sebagai akibat dari
transaksi atau peristiwa di masa lalu.
2. Kewajiban: kemungkinan pengorbanan manfaat ekonomi di masa
depan yang timbul dari urang saat ini suatu entitas untuk mengalihkan
aktiva atau memberikan jasa kepada entitas lain di masa depan sebagai
akibat dari transaksi atau peristiwa di masa lalu.
3. Ekuitas: kepentingan residual dari aktiva suatu entitas yang tersisa
setelah mengurangi dengan kewajibannya. Dalam perusahaan bisnis,
ekuitas ini adalah saham kepemilikan.
4. Investasi oleh pemilik: peningkatan aktiva bersih dari perusahaan yang
diakibatkan dari pengalihan sesuati yang bernilai kepada perusahaa
dari entitas lain untuk mendapatkan atau meningkatkan kepemilikan
(atau ekuitas) dari perusahaan.
5. Distribusi kepada pemilik: penurunan aktiva bersih dari perusahaan
yang diakibatkan oleh pengalihan aktiva, pemberian jasa, atau
timbulnya kewajiban oleh perusahaan kepada pemilik. Distribusi
kepada pemilik menurunkan kepemilikan (atau ekuitas) dalam
perusahaan.
6. Laba komprehensif: perubahan ekuitas (aktiva bersih) perusahaan
selama periode tertentu yang diakibatkan dari transaksi dan peristiwa
serta kejadian-kejadian lain dari sumber nonpemilik.
7. Pendapatan: arus masuk atau peningkatan lain dari aktiva sebuah
entitas atau pelunasan kewajiban sebuah entitas (atau kombinasi dari
keduanya) selama 1 periode tertentu yang dihasilkan oleh
penyampaian atau produksi barang, pemberian jasa, atau pelaksanaan
aktivitas lain yang menjadi bagian dari operasi-operasi pusat atau
utama entitas yang sedang berjalan.
8. Beban: arus keluar atau penggunaan lain dari aktiva sebuah entitas atau
timbulnya kewajiban sebuah entitas (atau kombinasi dari keduanya)
selama 1 periode tertentu yang dihasilkan oleh penyampaian atau
11

produksi barang, pemberian jasa, atau pelaksanaan aktivitas lain yang


menjadi bagian dari operasi-operasi pusat atau utama entitas yang
sedang berjalan.
9. Keuntungan: peningkatan ekuitas (aktiva bersih) yang berasal dari
transaksi entitas yang insidental atau sampingan dan dari semua
transaksi dan peristiwa serta kejadian lainnya yang memengaruhi
entitas selama peiode tertentu kecuali yang timbul dari pendapatan
atau investasi pemilik.
10. Kerugian: penurunan ekuitas (aktiva bersih) dari transaksi entitas yang
insidental atau sampingan dan dari semua transaksi dan peristiwa serta
kejadian lainnya yang memengaruhi entitas selama peiode tertentu
kecuali yang timbul dari beban atau distribusi kepada pemilik.

2.5 Pengakuan dan Pengukuran


Agar seperangkat penuh statemen keuangan memuat informasi sistematik,
suatu pos harus diukur untuk menentukan besar kecilnya. Agar secara teknis
penyusunan laporan keuangan dapat dilakukan dengan mudah, diperlukan sarana
untuk mencatat hasil pengukuran. Oleh karena itu, pos-pos yang harus disajikan
dalam laporan keuangan menjadi basis untuk menamai akun-akun dalam buku
besar. Bila suatu pengukuran dicatat dalam sistem pembukuan, berarti informasi
tersebut dengan sendirinya akan disajikan dalam statemen keuangan. Berikut ini
adalah pembahasan mengenai pengakuan dan pengukuran yang diungkapkan oleh
Suwardjono (2014).
2.5.1 Pengakuan
Secara konseptual, pengakuan adalah penyajian suatu informasi
melalui statemen keuangan sebagai ciri sentral pelaporan keuangan.
Secara teknis, pengakuan berarti pencatatan secara resmi (penjurnalan)
suatu kuantitas (jumlah rupiah) hasil pengukuran ke dalam sistem
akuntansi sehingga jumlah rupiah tersebut akan mempengaruhi suatu pos
dan terefleksi dalam statemen keuangan.
12

Kerangka konseptual harus menetapkan kriteria pengakuan umum


(fundamental) untuk dijadikan dasar bagi penyusun standar untuk
menentukan teknik atau prosedur pengakuan dalam bentuk standar
akuntansi. FASB menetapkan 4 (empat) kriteria pengakuan fundamental
(konseptual) sebagai berikut:
1. Definisi (definitions)–Suatu pos harus memenuhi definisi elemen
statemen keuangan.
2. Keterukuran (measurability)–Suatu pos harus mempunyai atribut yang
berpaut dengan keputusan dan dapat diukur dengan tingkat
keterandalam yang cukup.
3. Keterpautan (relevance)–Informasi yang dikandung suatu pos
mempunyai daya untuk membuat perbedaan dalam keputusan
pemakai.
4. Keterandalan (reliability)–Informasi yang dikandung suatu pos secara
tepat menyimbolkan fenomena, teruji (terverifikasi), dan netral.
Keempat kriteria di atas harus dipertimbangkan dalam konteks
karakteristik kualitatif informasi yaitu memenuhi batas atas (benefit > kos)
dan batas bawah (materialitas). Karena pengakuan sangat penting dalam
penentuan laba, pos-pos yang biasanya dikenai kriteria pengakuan adalah
pos-pos pembentuk statemen laba-rugi dan laba komprehensif terutama
pendapatan dan untung serta biaya dan rugi.

2.5.2 Pengukuran
Pengukuran (measurement) adalah penentuan besarnya unit
pengukur (jumlah rupiah) yang akan dilekatkan pada suatu objek (elemen
atau pos) yang terlibat dalam suatu transaksi, kejadian, atau keadaan untuk
merepresentasi makna atau atribut (attribute) objek tersebut. Atribut
pengukuran (measurement attributes) suatu elemen/pos adalah dasar
pengukuran (jumlah rupiah) yang harus dilekatkan pada suatu elemen/pos
untuk merepresentasi secara tepat atribut yang ingin diungkapkan dari
elemen/pos tersebut dalam pelaporan keuangan.
13

FASB mengidentifikasi atribut pengukuran yang sekarang


diterapkan dan masih dapat dilanjutkan penggunaannya, yaitu:
1. Biaya historis atau perolehan kas historis (historical cost atau
proceeds);
2. Biaya sekarang (current cost);
3. Nilai pasar sekarang (current market value);
4. Nilai bersih yang dapat direalisasikan (net realizable/settlement value);
5. Nilai arus kas masa depan saat ini atau diskonto (present or discounted
value of future cash flows).
Pengukuran suatu pos sering disebut dengan penilaian (valuation)
sedangkan istilah pengukuran sering dibatasi penggunaannya untuk
menentukan jumlah rupiah pada saat pemrolehan atau terjadinya suatu
objek. Pengukuran atau penilaian merupakan bagian penting dalam
kerangka konseptual karena keterukuran (measurability) merupakan salah
satu kriteria untuk menyajikan suatu pos melalui statemen keuangan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kerangka konseptual adalah sebuah konstitusi, sebuah sistem koheren dari
tujuan dan asas yang saling berhubungan yang dapat mengarah kepada standar
yang konsisten dan menentukan sifat, fungsi, dan batasan dari akuntansi keuangan
dan laporan keuangan. Dalam hal ini, kerangka konseptual dimaksudkan untuk
bertindak sebagai suatu konstitusi dalam proses penetapan standar. Tujuannya
adalah untuk memberikan pedoman dalam penyelesaian perselisihan yang timbul
selama proses penetapan standar dengan cara mempersempit pertanyaan menjadi
apakah standar yang spesifik tersebut telah sesuai dengan kerangka
konseptualnya.
FASB telah mencoba untuk menunjukkan masalah-masalah konseptual
terpenting yang berkaitang dengan penetapan standar yang berjumlah 9
(sembilan) masalah. Dalam perkembangannya menuju arah kerangka konseptual
terjadi berbagai masalah dalam kerangka konseptual di antaranya pandangan
mengenai laba atau penghasilan mana yang harus digunakan, masalah
pendefinisian, konsep pemeliharaan modal atau pengembangan, dan metode
pengukuran mana yang harus digunakan.

3.2 Saran
Kerangka konseptual dan pelaporan keuangan merupakan hal yang sangat
penting untuk dipelajari dalam memahami teori akuntansi. Oleh karena itu,
marilah kita tingkatkan pengetahuan dan pemahaman kita agar mampu
mengaplikasikan teori akuntansi dalam kehidupan kerja nantinya.

14
DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Hery. (2013). Teori Akuntansi: Suatu Pengantar. Jakarta: Lembaga Penerbit


Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Riahi, A., & Belkaoui. (2011). Accounting Theory (5th ed.). (Krista, Ed., A. A.
Yulianto, & R. Dermauli, Trans.) Jakarta: Salemba Empat.

Suwardjono. (2014). Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan.


Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA.

JURNAL
Badury. (2008). Implications for the Conceptual Framework Arising From
Accounting for Financial Instruments. ABACUS Journal Accountung
Foundation, III, 388.

Booth. (2008). The Conceptual Framework as a Coherent System for the


Development of Accounting Standards. ABACUS Journal Accounting
Foundation, III, 310.

15

Anda mungkin juga menyukai