Anda di halaman 1dari 8

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN


SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA
TANGERANG

RESUME
PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (PSAK) 24 DAN 46
SERTA PENERAPAN DALAM LAPORAN KEUANGAN PT YANAPRIMA
HASTAPERSADA (YPAS) Tbk

Diajukan oleh:
NITTA SESTRA AFDYA
NPM/No Absen: 144060006240 / 17
Kelas: XI-B

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis Laporan Keuangan


PROGRAM DIPLOMA IV AKUNTANSI KURIKULUM KHUSUS
NOVEMBER 2015
RESUME

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (PSAK) 24 DAN 46


SERTA PENERAPAN DALAM LAPORAN KEUANGAN PT YANAPRIMA
HASTAPERSADA (YPAS) Tbk
I.

PENDAHULUAN
Penyataan Standar Akuntansi Keuangan atau PSAK adalah standar yang
digunakan untuk pelaporan keuangan di Indonesia. Salah satu standar yang
disusun oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan pada Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI) ini sendiri digunakan sebagai pedoman bagi para akuntan untuk membuat
laporan keuangan. Dengan kata lain, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) adalah buku petunjuk bagi pelaku akuntansi yang berisi pedoman tentang
segala hal yang ada hubungannya dengan akuntansi.
Akuntansi adalah ilmu yang masih berkembang. Hal ini terlihat dari
bagaimana beragam teori terkait masih dikembangkan untuk memenuhi
kebutuhan pelaku akuntansi di dunia. Sehingga, tidak mengherankan bila PSAK
yang berlaku hingga saat ini lebih bersifat penafsiran dan penalaran teori-teori
yang berlaku dalam hal praktik penyusunan laporan keuangan dan disesuaikan
pada kondisi yang ada.
Hal inilah yang menyebabkan PSAK masih mengalami sejumlah perubahan
dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut diharapkan mampu memfasilitasi
kebutuhan informasi yang seharusnya tersaji dalam laporan keuangan.

II.

PEMBAHASAN

a) PSAK 24 TENTANG IMBALAN KERJA


Imbalan kerja (employee benefits) adalah seluruh bentuk imbalan yang
diberikan suatu entitas dalam pertukaran atas jasa yang diberikan oleh pekerja
atau untuk pemutusan kontrak kerja. Terkait hak tenaga kerja tersebut, Dewan
Standar Akuntansi Keuangan pada Ikatan Akuntan Indonesia turut menyusun
standar terkait dalam PSAK 24.
PSAK 24 tentang Imbalan Kerja (dengan revisi terakhir pada 2010) ini
sendiri didasarkan pada Undang-undang Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003.
Undang-undang ini mengatur secara umum mengenai tatacara pemberian
imbalan-imbalan di perusahaan, mulai dari imbalan istirahat panjang sampai
dengan imbalan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Imbalan tersebut harus
diberikan perusahaan kepada karyawan ketika karyawan sudah berhenti bekerja.
Selanjutnya, detil terkait imbalan kerja dapat diatur lebih terinci di Peraturan
Perusaaan (PP) atau di Perjanjian Kerja Bersama (PKB) antara Perusahaan dan
Serikat Pekerja.
Berlakunya Undang-undang Ketenagakerjaan ini, memunculkan tanggung
jawab berupa terbebaninya perusahaan dengan jumlah pembayaran pesangon
yang tinggi, terutama perusahaan yang memiliki jumlah karyawan ribuan orang.
Untuk mengantisipasi kemungkinan terganggunya cash flow, PSAK 24
mengharuskan perusahaan untuk membukukan pencadangan atas kewajiban
pembayaran pesangon/imbalan kerja dalam laporan keuangannya. Pernyataan
ini mengharuskan pemberi kerja (entitas) untuk mengakui:

Page | 1

Liabilitas, jika pekerja telah memberikan jasanya dan berhak memperoleh


imbalan kerja yang akan dibayarkan di masa depan; dan

Beban, jika entitas menikmati manfaat ekonomis yang dihasilkan dari jasa
yang diberikan oleh pekerja yang berhak memperoleh imbalan kerja.

Jika dilihat dari jenis imbalan kerja yang termasuk kedalam definisi imbalan kerja
di PSAK-24 adalah sebagai berikut:
1. Imbalan Kerja Jangka Pendek: Yaitu imbalan kerja yang jatuh temponya
kurang dari 12 bulan. Contoh dari Imbalan Kerja Jangka Pendek ini adalah;
Gaji, iuran Jaminan Sosial, cuti tahunan, cuti sakit, bagi laba dan bonus
(jika terutang dalam waktu 12 bulan pada periode akhir pelaporan), dan
imbalan yang tidak berbentuk uang (imbalan kesehatan, rumah, mobil,
barang dan jasa yang diberikan secara cuma-cuma atau memalui subsidi).
2. Imbalan Pasca Kerja: Yaitu imbalan kerja yang diterima pekerja setelah
pekerja sudah tidak aktif lagi bekerja. Contoh dari Imbalan Pasca Kerja ini
adalah : Imbalan Pensiun, Imbalan asuransi jiwa pasca kerja, imbalan
kesehatan pasca kerja. Jika dikaitkan dengan penjelasan diawal tulisan ini,
imbalan pasca kerja yang tercantum di perundangan ketenagakerjaan
adalah; Imbalan Pensiun, Meninggal Dunia, Disability/cacat/medical unfit
dan mengundurkan diri.
3. Imbalan Kerja Jangka Panjang: Yaitu imbalan kerja yang jatuh
temponya lebih dari 12 bulan. Contoh dari Imbalan Jangka Panjang ini
adalah: Cuti besar/cuti panjang, penghargaan masa kerja (jubilee) berupa
sejumlah uang atau berupa pin/cincin terbuat dari emas dan lain-lain.
4. Imbalan Pemutusan Kontrak Kerja (PKK): Yaitu imbalan kerja yang
diberikan karena perusahan berkomitmen untuk: (1) Memberhentikan
seorang atau lebih pekerja sebelum mencapai usia pensiun normal, atau
(2) Menawarkan pesangon PHK untuk pekerja yang menerima penawaran
pengunduran diri secara sukarela (golden shake hand). Imbalan ini
dimasukan kedalam pernyataan PSAK-24, jika dan hanya jika perusahaan
sudah memiliki rencana secara jelas dan detail untuk melakukan PKK dan
kecil kemungkinan untuk membatalkannya.
Imbalan-imbalan Pasca Kerja tersebut secara akuntansi harus di cadangkan dari
saat ini, karena imbalan-imbalan pasca kerja tersebut termasuk ke dalam salah
satu konsep akutansi yaitu accrual basis. Ada 4 (empat) imbalan pasca kerja
yang dihitung untuk di cadangkan dalam PSAK-24, yaitu:
1. Imbalan Pasca Kerja Karena Karyawan Pensiun;
2. Imbalan Pasca Kerja Karena Karyawan Sakit Berkepanjangan/Cacat;
3. Imbalan Pasca Kerja Karena Karyawan Meninggal Dunia;
4. Imbalan Pasca Kerja Karena Karyawan Mengundurkan Diri.
Keempat imbalan kerja di atas harus dihitung oleh perusahaan, karena keempat
imbalan kerja tersebut termasuk dalam prinsip akutansi imbalan kerja yaitu on
Page | 2

going concern (berkelanjutan). Alasan kenapa perusahaan harus menerapkan


PSAK-24 adalah:
1. Adanya prinsip akutansi accrual basic. Penerapan PSAK-24 pada
perusahaan adalah sesuai prinsip akutansi accrual basic, yaitu perusahaan
harus mempersiapkan (mencadangkan/mengakui) utang (liability), untuk
imbalan yang akan jatuh tempo nanti.
2. Tidak ada kewajiban yang tersembunyi. Artinya jika didalam laporan
keuangan tidak ada account untuk imbalan pasca kerja (melalui PSAK 24),
maka secara tidak langsung perusahaan sebenarnya menyembunyikan
kewajiban untuk imbalan pasca kerja.
3. Berkaitan dengan arus kas, jika ada karyawan yang keluar karena pensiun
dan perusahaan memberikan manfaat pesangon pensiun kepada
karyawan tersebut, maka pada periode berjalan perusahaan harus
mengeluarkan sejumlah uang yang mengurangi laba perusahaan. Jika dari
awal perusahaan sudah mencadangkan imbalan pensiun ini (imbalan
pasca kerja), maka imbalan pensiun yang dibayarkan tersebut tidak akan
secara langsung mengurangi laba, akan tetapi akan mengurangi
pencadangan/accrual/kewajiban atas imbalan pasca kerja yang telah di
catatkan perusahaan di laporan keuangan.
b) PENERAPAN PSAK 24 OLEH PT YANAPRIMA HASTAPERSADA Tbk
Dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) PT YPAS Tbk Tahun 2014, dinyatakan
bahwa:
Perusahaan mengakui liabilitas imbalan kerja jangka pendek ketika jasa diberikan
oleh karyawan dan imbalan atas jasa tersebut akan dibayarkan dalam waktu dua
belas bulan setelah jasa tersebut diberikan.
Imbalan Pascakerja
Perusahaan memberikan imbalan pascakerja kepada karyawan sesuai dengan
ketentuan dari undang-undang ketenagakerjaan No. 13/2003 tanggal 25 Maret 2003.
Penyisihan atas imbalan pascakerja dihitung dengan menggunakan metode
penilaian aktuarial projected-unit-credit.
Penyisihan biaya jasa kini dibebankan langsung pada operasi tahun berjalan.
Keuntungan atau kerugian aktuarial diakui sebagai penghasilan atau beban apabila
akumulasi keuntungan dan kerugian aktuarial yang belum diakui pada akhir periode
pelaporan sebelumnya melebihi 10% dari nilai kini liabilitas imbalan pasti.
Keuntungan atau kerugian yang melebihi batas 10% ini diamortisasi selama sisa
masa kerja rata-rata karyawan dengan metode garis lurus. Selanjutnya, biaya jasa
masa lalu yang timbul dari pengenalan program imbalan pasti atau perubahan dari
liabilitas imbalan pada program imbalan pasti yang telah ada, ditangguhkan dan
diamortisasi sampai dengan periode dimana imbalan tersebut telah menjadi hak
karyawan.

Page | 3

c) PSAK 46
Permasalahan pajak, khususnya Pajak Penghasilan juga menjadi fokus
utama IAI. Hal ini dikarenakan terdapat perbedaan peraturan perpajakan dengan
pernyataan standar keuangan akuntansi. Perbedaan tersebut dapat berupa
Perbedaan Sementara (temporary different) maupun Perbedaan Tetap
(permanent different). Perbedaan Tetap tidak boleh dimasukkan ke dalam
laporan laba rugi karena berdasarkan aturan perpajakan bukan merupakan
penghasilan. Sedangkan, Perbedaan Sementara boleh diakui sehingga harus
dilakukan rekonsiliasi fiskal untuk mengetahui laba fiskal perusahan.
PSAK 46 ditujukan untuk mengatur akuntansi pajak penghasilan dalam
mempertanggungjawabkan konsekuensi pajak pada periode berjalan dan
mendatang, yaitu pemulihan (penyelesaian) jumlah tercatat aset (liabilitas) di
masa depan yang diakui pada laporan posisi keuangan entitas. Transaksitransaksi lain pada periode kini yang diakui pada laporan keuangan entitas.
Pernyataan ini juga mengatur aset pajak tangguhan yang berasal dari rugi yang
dapat dikompensasi ke tahun berikut. PSAK 46 diterapkan untuk akuntansi pajak
penghasilan, termasuk semua pajak luar negeri yang didasarkan pada laba kena
pajak. Pajak penghasilan termasuk pemotongan pajak yang terutang oleh entitas
anak, entitas asosiasi atau ventura bersama atas distribusi kepada entitas
pelapor. Akuntansi pajak penghasilan dalam standar ini menggunakan dasar
akrual, yang mengharuskan untuk diakuinya pajak penghasilan yang kurang
dibayar atau terutang dan pajak yang lebih bayar dalam tahun berjalan.
Secara ringkas, PSAK 46 mengatur perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan
dalam:
Mempertanggungjawabkan konsekuensi pajak pada periode berjalan dan
periode mendatang untuk hal-hal sebagai berikut: (a) Pemulihan nilai
tercatat aktiva dan pelunasan nilai tercatat kewajiban yang disajikan di
dalam neraca, (b) Transaksi atau kejadian lain dalam periode berjalan
yang diakui dan disajikan didalam laporan komersial perusahaan.

Pengakuan aktiva pajak tangguhan yang berasal dari sisa kerugian yang
belum dikompesasikan, penyajian pajak penghasilan di dalam laporan
keuangan komersial dan pengungkapan informasi yang berhubungan
dengan pajak penghasilan Prinsip Dasar Akunansi Pajak Penghasilan.

Dasar pengenaan pajak aset adalah jumlah yang dapat dikurangkan.


Dasar pengenaan pajak liabilitas adalah jumlah tercatat liabilitas dikurangi
dengan setiap jumlah yang dapat dikurangkan untuk tujuan pajak berkenaan
denganliabilitas tersebut pada periode masa depan. Dalam laporan keuangan
Page | 4

konsolidasi, perbedaan temporer ditentukan dengan membandingkan nilai


tercatat aset liabilitas pada laporan keuangan konsolidasi.
Entitas menentukan dasar pengenaan pajak merujuk pada Surat
Pemberitahuan (SPT) masing-masing entitas, jika entitas tidak diizinkan oleh
peraturan yang berlaku untuk membuat SPT konsolidasi. Jumlah pajak yang telah
dibayar untuk periode sebelumnya melebihi jumlah pajak yang terutang, maka
selisihnya diakui sebagai aset.
Semua perbedaan temporer kena pajak diakui sebagai Liabilitas Pajak
Tangguhan, kecuali jika timbul perbedaan temporer kena pajak berasal dari
pengakuan awal goodwill atau pada saat pengakuan awal aset atau liabilitas dari
suatu transaksi yang bukan transaksi kombinasi bisnis dan tidak mempengaruhi
laba akuntansi dan laba kena pajak. Pajak kini dan pajak tangguhan diakui
sebagai penghasilan atau beban pada laporan laba rugi, kecuali bila penghasilan
berasal dari kombinasi bisnis dan transaski yang diakui periode yang sama atau
berbeda di luar laporan laba rugi.
Jumlah tambahan pokok dan denda pajak yang ditetapkan dengan Surat
Ketetapan Pajak (SKP) harus dibebankan sebagai pendapatan atau beban lainlain pada Laporan Laba Rugi periode berjalan, kecuali apabila diajukan keberatan
dan atau banding. Jumlah tambahan pokok pajak dan denda yang ditetapkan
dengan SKP ditangguhkan pembebanannya sepanjang memenuhi kriteria
pengakuan aset. Apabila terdapat kesalahan maka perlakuan akuntansinya
mengacu pada PSAK 25. Jumlah tambahan pokok dan denda pajak yang
ditetapkan dengan Surat Ketetapan Pajak (SKP) harus dibebankan sebagai
pendapatan atau beban lain-lain pada Laporan Laba Rugi periode berjalan,
kecuali apabila diajukan keberatan dan atau banding.
d) PENERAPAN PSAK 46 OLEH PT YANAPRIMA HASTAPERSADA Tbk
Dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) PT YPAS Tbk Tahun 2014,
dinyatakan bahwa:
PAJAK KINI
Aset atau liabilitas pajak penghasilan kini yang berasal dari periode berjalan dan
periode lalu dicatat sebesar jumlah ekspektasi direstitusi dari atau dibayarkan kepada
kantor pajak yang besarnya ditentukan berdasarkan tarif pajak dan peraturan
perpajakan yang berlaku atau secara substantif telah berlaku.
Pajak penghasilan kini terkait dengan transaksi yang dibebankan atau dikreditkan ke
ekuitas diakui pada ekuitas. Manajemen secara periodik mengevaluasi posisi yang
diambil Perusahaan sehubungan dengan situasi dimana interpretasi diperlukan untuk
peraturan perpajakan yang terkait dan menetapkan provisi jika diperlukan.
PAJAK TANGGUHAN
Pajak tangguhan diakui menggunakan metode liabilitas atas perbedaan temporer
antara dasar pengenaan pajak aset dan liabilitas dan nilai tercatatnya dalam laporan
keuangan pada akhir periode pelaporan. Liabilitas pajak tangguhan diakui untuk
setiap perbedaan temporer kena pajak.
Aset pajak tangguhan diakui untuk semua perbedaan temporer yang dapat
dikurangkan dan rugi fiskal belum dikompensasi, sejauh terdapat kemungkinan besar

Page | 5

bahwa laba kena pajak akan tersedia untuk dimanfaatkan dengan perbedaan
temporer yang dapat dikurangkan dan rugi fiskal belum dikompensasi.
Nilai tercatat dari aset pajak tangguhan ditelaah pada setiap akhir periode pelaporan
dan diturunkan ketika tidak lagi terdapat kemungkinan bahwa akan terdapat laba
kena pajak yang memungkinkan semua atau sebagian dari aset pajak tangguhan
tersebut untuk direalisasi. Penelaahan dilakukan pada setiap akhir periode pelaporan
atas aset pajak tangguhan yang tidak diakui sebelumnya dan aset pajak tangguhan
tersebut diakui sepanjang kemungkinan besar laba kena pajak mendatang akan
tersedia sehingga aset pajak tangguhan tersebut dipulihkan.
Pajak tangguhan yang terkait dengan pos-pos yang diakui diluar laba rugi. Pos pajak
tangguhan diakui terkait dengan transaksi yang mendasarinya baik dalam
pendapatan komprehensif lain atau langsung ke ekuitas.
Aset dan liabilitas pajak tangguhan saling hapus ketika terdapat hak yang dapat
dipaksakan secara hukum untuk melakukan saling hapus aset pajak kini terhadap
liabilitas pajak kini dan pajak tangguhan tersebut terkait dengan entitas kena pajak
yang sama dan otoritas perpajakan yang sama.
ASET PAJAK TANGGUHAN - BERSIH
Pajak tangguhan yang berasal dari pengaruh beda temporer yang signifikan antara
pelaporan komersial dan pajak adalah sebagai berikut:

Page | 6

III.
[1]

DAFTAR REFERENSI
http://keuanganlsm.com/psak-24-mengenai-imbalan-

kerja/#sthash.znrQKgZJ.dpuf
[2]http://keuanganlsm.com/mengenai-psak-46-tentang-pajak
penangguhan/#sthash.8tNkt88o.dpuf

Page | 7

Anda mungkin juga menyukai