Anda di halaman 1dari 14

BASIS AKUNTANSI AKRUAL DAN PENERAPAN DALAM

AKUNTANSI PEMERINTAH

NITTA SESTRA AFDYA


NPM: 144060006240
KELAS VIII - B AKUNTANSI KURIKULUM KHUSUS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Seminar Akuntansi Pemerintahan

PROGRAM DIPLOMA IV AKUNTANSI KURIKULUM KHUSUS

BASIS AKUNTANSI AKRUAL DAN PENERAPAN DALAM


AKUNTANSI PEMERINTAH
NITTA SESTRA AFDYA - 144060006240
Mahasiswa Program Diploma IV Akuntansi Kurikulum Khusus - Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
Abstrak - Penerapan akuntansi berbasis akrual pada pelaporan keuangan Pemerintah akan dilakukan
secara menyeluruh di Indonesia, baik oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah, per awal tahun
2015 ini. Penerapan basis ini sendiri adalah telah direncanakan sejak disahkannya Undang-undang
Keuangan Negara dan diperjelas dengan adanya Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010. Penerapan
basis akuntansi ini bukanlah tanpa pertimbangan kuat. Sebagai salah satu negara bagian dunia, Indonesia
sudah sewajarnya memberikan pelaporan keuangan pemerintah yang akuntabel dan sesuai kebutuhan
seluruh dunia. Akuntansi berbasis akrual adalah salah satu jawabannya. Basis akuntansi ini dipilih demi
menyediakan pelaporan yang andal di dalam negeri maupun di luar negeri. Terutama sebagai negara
anggota IMF, pelaporan berbasis akrual ini akan memberikan keuntungan lainnya, yaitu memberikan
informasi akurat tentang perekonomian kita untuk disajikan dalam GFS.
Kata Kunci: akrual, basis akrual, PSAP, basis akuntansi, laporan keuangan pemerintah
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia, per 1 Januari 2015, akan menerapkan sistem akuntansi berbasis akrual pada

pelaporan keuangan Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah. Penerapan basis akuntansi ini

diterapkan sebagai bentuk pelaksanaan amanat Undang-undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun

2003. Penerapan basis akrual sendiri sudah mulai diterapkan beberapa tahun yang lalu dalam laporan

keuangan Pemerintah Pusat. Akan tetapi, pelaksanaan oleh Pemerintah Daerah sendiri baru akan
diwajibkan per awal tahun ini, 2015.

Penerapan basis akrual bukanlah hal yang baru dalam akuntansi keuangan yang dilakukan oleh

sektor swasta. Sudah sejak lama pelaporan keuangan untuk organisasi yang berorientasikan pada profit

menerapkan basis akuntansi ini. Tidak demikian halnya dengan sektor publik, Pemerintah. Sedikit demi
sedikit, Pemerintah masih sedang mengupayakan penerapan basis ini di setiap level Pemerintahan di

Indonesia. Tujuannya tidak lain demi menghasilkan pelaporan keuangan yang andal, dengan standar yang

dipahami umum, sehingga dapat diintegrasikan dengan informasi lainnya untuk diolah menjadi GFS atau
Government Financial Statistics.

Basis akrual bukan satu-satunya basis akuntansi yang ada. Basis akuntansi lainnya juga sering

kita manfaatkan, yaitu basis kas. Selain basis kas, ada pula modified accrual basis of accounting dan

modified cash basis of accounting. Dikarenakan banyaknya basis akuntansi yang tersedia, Penulis akan
tertarik untuk membahas basis akrual dalam makalah ini. Hal ini juga mengingat bahwa untuk memahami
basis akuntansi ini, kita harus memahami pula maksud dan tujuan dari penerapannya.
Seminar Akuntansi Pemerintah - Nitta Sestra Afdya

Page 1

B. RUMUSAN MASALAH
1.
2.
3.

Yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah:

Apakah basis akuntansi akrual itu? Apakah yang membedakannya dengan basis akuntansi
lainnya?

Mengapa basis akuntansi akrual diterapkan tidak hanya di akuntansi keuangan tapi juga pada
akuntansi Pemerintah?

Tantangan apa saja yang dihadapi Indonesia dalam penerapan basis akuntansi akrual?

II. LANDASAN TEORI


A. DEFINISI AKUNTANSI
Akuntansi dapat didefinisikan sebagai pengukuran, penjabaran, atau pemberian kepastian mengenai

informasi yang akan membantu manajer, investor, otoritas pajak dan pembuat keputusan lain untuk

membuat alokasi sumber daya keputusan di dalam perusahaan, organisasi, dan lembaga pemerintah.
Akuntansi bertujuan untuk menyiapkan suatu laporan keuangan yang akurat agar dapat dimanfaatkan
oleh para manajer, pengambil kebijakan, dan pihak berkepentingan lainnya.
B. JENIS-JENIS BASIS AKUNTANSI

Basis akuntansi merupakan prinsip-prinsip yang menentukan kapan pengaruh atas transaksi atau

kejadian harus diakui untuk tujuan pelaporan keuangan. Basis akuntansi ini berhubungan dengan waktu
kapan pengukuran dilakukan.

Basis akuntansi pada umumnya ada dua yaitu basis kas dan basis akrual. Selain kedua basis

akuntansi tersebut terdapat banyak variasi atau modifikasi dari keduanya, yaitu modifikasi dari akuntansi
berbasis kas dan modifikasi dari akuntansi berbasis akrual. Sehingga, dapat dikatakan bahwa basis
akuntansi ada 4 macam, yaitu:

1) Akuntansi berbasis kas (cash basis of accounting)


Dalam akuntansi berbasis kas, transaksi ekonomi dan kejadian lain diakui ketika kas diterima

atau dibayarkan. Basis kas ini dapat mengukur kinerja keuangan organisasi yaitu untuk mengetahui
perbedaan antara penerimaan dan pengeluaran dalam suatu periode. Basis kas menyediakan
informasi mengenai sumber dana yang dihasilkan selama satu periode, penggunaan dana dan saldo
dana pada tanggal pelaporan.

Akuntansi berbasis kas ini tentu mempunyai kelebihan dan keterbatasan. Kelebihan-kelebihan

akuntansi berbasis kas adalah laporan keuangan berbasis kas memperlihatkan sumber, alokasi dan

penggunaan sumber-sumber dana, mudah untuk dimengerti dan dijelaskan, pembuat laporan
keuangan tidak membutuhkan pengetahuan yang mendetail tentang akuntansi, dan tidak

memerlukan pertimbangan ketika menentukan jumlah arus kas dalam suatu periode. Sementara itu,

keterbatasan akuntansi berbasis kas adalah hanya memfokuskan pada arus kas dalam periode
pelaporan berjalan, dan mengabaikan arus sumber daya lain yang mungkin berpengaruh pada

Seminar Akuntansi Pemerintah - Nitta Sestra Afdya

Page 2

kemampuan organisasi untuk saat sekarang dan saat mendatang, laporan posisi keuangan (neraca)
tidak dapat disajikan, karena tidak terdapat pencatatan secara double entry dan evaluasi kinerja.

2) Modifikasi dari akuntansi berbasis kas (modified cash basis of accounting)

Basis akuntansi ini pada dasarnya sama dengan akuntansi berbasis kas, namun dalam basis ini

pembukuan untuk periode tahun berjalan masih ditambah dengan waktu atau periode tertentu

(specific period) misalnya 1 atau 2 bulan setelah periode berjalan (leaves the books open).
Penerimaan dan pengeluaran kas yang terjadi selama periode tertentu tetapi diakibatkan oleh

periode pelaporan sebelumnya akan diakui sebagai penerimaan dan pengeluaran atas periode

pelaporan yang lalu (periode sebelumnya). Arus kas pada awal periode pelaporan yang
diperhitungkan dalam periode pelaporan tahun lalu dikurangkan dari periode pelaporan berjalan.

Laporan keuangan dalam basis ini juga memerlukan pengungkapan tambahan atas item-item

tertentu yang biasanya diakui dalam basis akuntansi akrual. Pengungkapan tersebut harus sesuai

dengan standar akuntansi. Sebagai tambahan atas item-item yang diungkapkan dalam basis kas, ada

beberapa pengungkapan yang terpisah atas saldo near-cash yang diperlihatkan dengan piutangpiutang yang akan diterima dan utang-utang yang akan dibayar selama periode tertentu dan
financial assets and liabilities.

3) Akuntansi berbasis akrual (accrual basis of accounting)


Akuntansi berbasis akrual berarti suatu basis akuntansi di mana transaksi ekonomi dan

peristiwa-peristiwa lain diakui dan dicatat dalam catatan akuntansi dan dilaporkan dalam periode

laporan keuangan pada saat terjadinya transaksi tersebut, bukan pada saat kas atau ekuivalen kas
diterima atau dibayarkan.

Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh atas penerapan basis akrual, baik bagi pengguna

laporan (user) maupun bagi organisasi sebagai penyedia laporan keuangan. Manfaat tersebut antara
lain:

a.

Dapat menyajikan laporan posisi keuangan organisasi dan perubahannya;

c.

Memperlihatkan bagaimana organisasi mendanai aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan

b.
d.

Memperlihatkan akuntabilitas organisasi atas penggunaan seluruh sumber daya;


kasnya; dan

Memungkinkan pengguna untuk mengevaluasi kemampuan organisasi dalam medanai


aktivitasnya dan dalam memenuhi kewajiban dan komitmennya.

Secara rinci pengakuan atas item-item yang ada dalam Laporan Posisi Keuangan atau Neraca dengan
penerapan basis akrual adalah:
1.

Aktiva tetap, untuk dapat diakui sebagai aset tetap, suatu aset harus berwujud dan

memenuhi kriteria mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan, biaya
perolehan aset dapat diukur secara andal, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi

2.

normal entitas, dan diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.

Kewajiban, suatu kewajiban yang diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber

daya ekonomi akan dilakukan atau telah dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada

Seminar Akuntansi Pemerintah - Nitta Sestra Afdya

Page 3

sampai saat ini, dan perubahan atas kewajiban tersebut mempunyai nilai penyelesaian yang
dapat diukur dengan andal.

4) Modifikasi dari akuntansi berbasis akrual (modified accrual basis of accounting)


Basis akuntansi ini meliputi pengakuan beberapa aktiva, namun tidak seluruhnya, seperti aktiva
fisik, dan pengakuan beberapa kewajiban, namun tidak seluruhnya, seperti utang pensiun. Contoh

bervariasinya (modifikasi) dari akuntansi akrual, dapat ditemukan dalam praktik sebagai berikut
ini:

a.
b.
c.

d.

Pengakuan seluruh aktiva, kecuali aktiva yang diakui sebagai beban (expense) pada waktu
pengakuisisian. Perlakuan ini diadopsi karena praktek yang sulit dan biaya yang besar untuk
mengidentifikasi atau menilai aktiva-aktiva tersebut.

Pengakuan hampir seluruh aktiva dan kewajiban menurut basis akrual, namun pengakuan
pendapatan berdasar pada basis kas atau modifikasi dari basis kas

Pengakuan hanya untuk aktiva dan kewajiban finansial jangka pendek

Pengakuan seluruh kewajiban dengan pengecualian kewajiban tertentu seperti utang pensiun.

Akan tetapi, pembagian basis pencatatan (akuntansi) di atas bukan sesuatu yang mutlak. Dalam
Government Financial Statistic (GFS) yang diterbitkan oleh IMF menyatakan bahwa basis pencatatan

(akuntansi) dibagi menjadi 4 macam, yaitu accrual basis, due-for-payment basis, commitments basis, dan
cash basis.

III. PEMBAHASAN
A. BASIS AKUNTANSI KAS DAN AKRUAL
Sebagaimana yang diuraikan pada Landasan Teori, pada dasarnya basis akuntansi terdiri atas

basis kas dan akrual. Kedua basis tersebut juga telah diterapkan di akuntansi Pemerintah Indonesia.
Sebagaimana sistem pada umumnya, basis akuntansi baik kas maupun akrual memiliki keunggulan dan
kelemahan masing-masing.

Keunggulan akuntansi berbasis kas menurut Ritonga adalah bahwa laporan keuangan berbasis

kas memperlihatkan sumber dana, alokasi dan penggunaan sumber-sumber kas, mudah untuk dimengerti
dan dijelaskan, pembuat laporan keuangan tidak membutuhkan pengetahuan yang mendetail tentang

akuntansi, dan tidak memerlukan pertimbangan ketika menentukan jumlah arus kas dalam suatu
periode. Sementara itu kelemahan akuntansi berbasis kas menurut Hoesada (2010) adalah:

Tidak mampu menyajikan jumlah sumber daya yang digunakan;

komitmen masa depan, penjaminan oleh pemerintah, atau kewajiban kontinjen;

tetap

Tidak mampu memperhitungkan atau mempertimbangkan kewajiban keuangan, hutang,


Terfokus secara sempit pada pembayaran kas, tidak peduli akan kondisi dan daya layan aset
Tak ada kewajiban matching pendapatan vs beban

Seminar Akuntansi Pemerintah - Nitta Sestra Afdya

Page 4

Terbatasnya informasi aset dan kewajiban dalam neraca

Akuntansi berbasis kas merupakan landasan berpijak yang buruk untuk membangun kebijakan
fiskal yang solid.

Dikarenakan kelemahan tersebut, maka sangat disarankan untuk dilakukan perubahan penerapan

akuntansi organisasi, termasuk pemerintah, dari basis kas menjadi berbasis akrual. Dalam Study No. 14
yang diterbitkan oleh International Public Sector Accounting Standards Board (IPSASB-2011), mengatakan

bahwa informasi yang disajikan pada akuntansi berbasis akrual dalam pelaporan keuangan
memungkinkan pengguna untuk:

menilai akuntabilitas untuk pengelolaan seluruh sumber daya entitas serta penyebaran sumber
daya tersebut;

menilai kinerja, posisi keuangan dan arus kas dari suatu entitas; dan

pengambilan keputusan mengenai penyediaan sumber daya, atau melakukan bisnis dengan suatu
entitas.

Selanjutnya, pada level yang lebih detil dalam Study No. 4 tersebut mengatakan bahwa pelaporan dengan
basis akrual akan dapat:

menunjukkan bagaimana pemerintah membiayai aktivitas-aktivitasnya dan memenuhi


kebutuhan dananya;

memungkinkan pengguna laporan untuk mengevaluasi kemampuan pemerintah saat ini untuk

membiayai aktivitas-aktivitasnya dan untuk memenuhi kewajiban-kewajian dan komitmenkomitmennya;

menunjukkan posisi keuangan pemerintah dan perubahan posisi keuangannya;

sumber daya yang dikelolanya; dan

memberikan kesempatan pada pemerintah untuk menunjukkan keberhasilan pengelolaan


bermanfaat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi dan efektifivitas
penggunaan sumber daya.

B. BASIS AKRUAL DALAM AKUNTANSI PEMERINTAH DI NEGARA LAIN


Indonesia bukan negara pertama yang berusaha menerapkan basis akrual dalam pelaporan

keuangan pemerintah. Sebagaimana yang terlihat pada tabel di bawah ini, Selandia Baru dan Australia
telah menerapkan basis akrual sejak 24 dan 15 tahun yang lalu. Berikutnya dilakukan oleh Inggris Raya
atau United Kingdom pada tahun anggaran 2001-2002.

Implementasi Accrual-Based Budgeting

Negara
Selandia Baru
Australia

Tahun
Implementasi
1991
2000

Seminar Akuntansi Pemerintah - Nitta Sestra Afdya

Kerangka Reformasi
Anggaran/ Keuangan
Pemerintah
State Sector Act 1988 dan
Public Finance Act 1989
The Accrual Outputs and
Outcomes Framework

Page 5

United Kingdom
United States
Belanda
Indonesia

2001

Belum
Belum

*mulai 1 Januari 2015*

Resource Accounting and


Budgeting
the Presidents
Management Agenda
Van Beleidsbergroting Tot
Beleidsverantwoording
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun
2010

Pada awalnya, negara-negara tersebut menerapkan basis akrual dengan mengadopsi IFRS atau

International Financial Reporting Standards, suatu standar akuntansi keuangan. IFRS tersebut hanya

dijadikan acuan dan aturan akuntansi yang ada di dalamnya diadopsi sesuai kondisi tiap negara. Setelah
beberapa tahun mengadopsi, negara-negara tersebut mulai menerapkan IFRS secara menyeluruh untuk
akuntansi sektor Pemerintah dengan tetap menyesuaikan dengan kebutuhan masing-masing.
C. BASIS AKUNTANSI DALAM AKUNTANSI PEMERINTAH INDONESIA
Dalam akuntansi Pemerintah Pusat yang hingga 2014 diterapkan sejak penyusunan Laporan

Keuangan Pemerintah Pusat tahun 2004, Pemerintah menggunakan basis akuntansi kas menuju akrual
(Cash Towards Accrual - CTA). Basis ini pada dasarnya adalah basis kas dengan penerapan akrual pada
akhir periode pelaporan. Dengan basis kas menuju akrual, pendapatan diakui pada saat kas diterima ke
Kas Negara dan belanja diakui pada saat kas dikeluarkan dari Kas Negara. Basis kas untuk pendapatan

dan belanja tersebut akan menghasilkan penyusunan Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dan Laporan
Arus Kas (LAK), sedangkan dengan adanya jurnal korolari, pencatatan akrual pada akhir periode akan
menghasilkan Neraca.

Dengan penyusunan laporan keuangan dengan akuntansi berbasis CTA, Pemerintah Pusat pada

saat itu sudah dapat menyediakan laporan keuangan sebagaimana diamanatkan Undang-undang,
Kementerian/Lembaga juga telah dapat mengimplementasikan relatif cukup baik dan telah cukup baik

menyediakan informasi akrual walaupun secara periodik dan dengan usaha-usaha tambahan yang tidak

berdasarkan sistem. Namun, ada beberapa hal yang belum bisa dipenuhi dengan akuntansi CTA, beberapa
di antaranya yaitu:

1) Hal pertama adalah laporan keuangan berbasis kas menuju akrual belum memperlihatkan
kinerja pemerintah secara keseluruhan, saat ini hanya fokus pada sumber daya keuangan

berupa kas (financial assets). Laporan keuangan juga tidak menggambarkan beban keuangan
yang sesungguhnya, karena beban yang diakrualkan (misalnya beban penyusutan, beban
penyisihan piutang tak tertagih, dan beban yang terutang lainnya) tidak diinformasikan dalam

Laporan Realisasi Anggaran maupun laporan lainnya, hanya memberikan gambaran parsial
bukan menyeluruh tentang keuangan negara sesuai maksud UU 17 Tahun 2003.

2) Laporan keuangan berbasis CTA juga kurang memberikan rekam jejak atas perubahan
nilai ekuitas pemerintah, karena setiap transaksi terkait aset dan kewajiban akan langsung
membebani ekuitas. Dengan demikian informasi akrual hanya dapat disajikan secara periodik

yaitu pada saat pelaporan (semester dan tahunan). Bila sewaktu-waktu dibutuhkan informasi

hak dan kewajiban maka diperlukan usaha-usaha tambahan yang tidak berdasarkan sistem (by
system).

Seminar Akuntansi Pemerintah - Nitta Sestra Afdya

Page 6

Perubahan basis akuntansi dari kas menuju akrual menjadi akrual membawa dampak terhadap

perubahan tahapan pencatatan dan jenis laporan keuangan yang dihasilkan. Seiring dengan penerapan

basis akrual untuk pelaporan keuangan, penyusunan anggaran tetap dilakukan dengan menggunakan
basis kas.

Hal ini berarti proses pelaporan penganggaran akan menghasilkan laporan realisasi anggaran

yang tetap mengunakan basis kas, sedangkan untuk pelaporan keuangan lainnya akan menggunakan

basis akrual. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan, laporan keuangan akan terdiri dari laporan realisasi anggaran, laporan perubahan saldo
anggaran lebih, neraca, laporan operasional, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, dan catatan

atas laporan keuangan, sehingga terdapat penambahan tiga laporan keuangan, yaitu laporan operasional,
laporan perubahan ekuitas, dan laporan perubahan saldo anggaran lebih.

D. ALASAN PENERAPAN BASIS AKRUAL PADA AKUNTANSI PEMERINTAH INDONESIA


(1) Pelaksanaan Undang-undang Keuangan Negara
Berdasarkan Undang-undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang

No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Pemerintah pun diharuskan menerapkan akuntansi

berbasis akrual. Pasal 12 dan 13 Undang-undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,
menyatakan bahwa pendapatan dan belanja dalam APBN dicatat mengunakan basis akrual. Hal ini
didasarkan atas pertimbangan bahwa basis akrual dapat memberikan informasi keuangan yang lebih

lengkap daripada basis lainnya, terutama untuk informasi piutang dan utang pemerintah. Selain itu,
laporan keuangan berbasis akrual juga menyediakan informasi mengenai kegiatan operasional
pemerintah, evaluasi efisiensi dan efektivitas serta ketaatan terhadap peraturan.

Untuk memfasilitasi pelaksanaan penerapan basis tersebut di Indonesia, disusunlah Standar

Akuntansi Pemerintah (SAP) yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.

Peraturan Pemerintah tersebut sendiri merupakan perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 24 tahun
2005. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 sendiri terdiri dari tiga lampiran utama, yaitu :

Lampiran I : Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual

Lampiran II : Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Kas Menuju Akrual

Lampiran III : Proses Penyusunan Standar Akuntansi Pemerintah berbasis Akrual

(2) Basis Akrual sebagai Basis Akuntansi Paling Andal dalam Pelaporan Keuangan
Sebagaimana yang telah dipaparkan dalam Landasan Teori mengenai basis akuntansi, salah satu

alasan penerapan basis akrual ini karena saat pencatatan (recording) sesuai dengan saat terjadinya arus
sumber daya. Sehingga, basis akrual ini menyediakan estimasi yang tepat atas pengaruh kebijakan

pemerintah terhadap perekonomian secara makro. Selain itu, basis akrual menyediakan informasi yang

paling komprehensif karena seluruh arus sumber daya dicatat, termasuk transaksi internal, in-kind
transaction, dan arus ekonomi lainnya.

Dianggap sebagai basis akuntansi yang paling andal, berikut sejumlah pertimbangan kelebihan

basis ini dibandingkan basis akuntansi lainnya, yaitu:


Seminar Akuntansi Pemerintah - Nitta Sestra Afdya

Page 7

(1) Akuntansi berbasis kas tidak menghasilkan informasi yang cukup misal transaksi non kas untuk

pengambilan keputusan ekonomi misalnya informasi tentang hutang dan piutang, sehingga
penggunaan basis akrual sangat disarankan;

(2) Akuntansi berbasis akrual menyediakan informasi yang tepat untuk menggambarkan biaya
operasi yang sebenarnya (full costs of operation);

(3) Akuntansi berbasis akrual dapat menghasilkan informasi yang dapat diandalkan dalam informasi
asset dan kewajiban;

(4) Akuntansi berbasis akrual yang menghasilkan informasi keuangan yang komprehensif, misalnya
penghapusan hutang yang tidak ada pengaruhnya di laporan berbasis kas;

(5) Pengamanan aset khususnya terkait belanja dibayar dimuka dapat lebih efektif dengan
menggunakan basis akrual. Hal ini dikarenakan tidak semua pengeluaran menjadi beban tahun
berjalan melainkan dicatat sebagai aset untuk periode tahun anggaran berikutnya sehingga dapat

mengantisipasi kemungkinan pembayaran ganda atas beban dimaksud di tahun anggaran yang
akan datang.

Secara umum, terdapat banyak manfaat yang bisa diperoleh Pemerintah dan stakeholders dalam

penerapan basis akuntansi akrual dibandingkan basis akuntansi lainnya. Beberapa manfaat yang
diperoleh dari pemanfaatan basis akuntansi paling andal tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut:

MANFAAT PENERAPAN BASIS AKRUAL DALAM AKUNTANSI PEMERINTAH


(1) Adanya alur logis antara penambahan/pengurangan ekuitas dari Pendapatan dan Beban ( yang
disajikan dalam Laporan Operasional) dengan penyajian ekuitas di Neraca;
(2) Penilaian kinerja dari perhitungan penggunaan sumber daya (aset) maupun pencapaian target
pendapatan dapat dihitung lebih akurat;
(3) Gambaran yang utuh atas posisi keuangan pemerintah;
(4) Informasi yang sebenarnya kewajiban pemerintah;
(5) Lebih familiar pada lebih banyak orang dan lebih komprehensif dalam penyajian informasinya;
(6) Standar yang dapat diterima umum;
(7) Memperkuat pengelolaan dan pengembangan anggaran, khususnya melalui pengakuan dan
pengendalian asset dan kewajiban pemerintah; dan
(8) Sesuai Statistik Keuangan Pemerintah (GFS) yang dipraktekkan secara internasional
Selain penjelasan dari sisi manfaat yang diperoleh, berikut ini adalah keunggulan yang didapatkan atas
penerapan basis akrual jika dibandingkan dengan penerapan basis sebelumnya, CTA.

KEUNGGULAN ATAS PENERAPAN BASIS AKRUAL DIBANDINGKAN BASIS KAS MENUJU AKRUAL

a) Menghasilkan laporan keuangan yang lebih baik untuk tujuan pengambilan keputusan karena
pengalokasian sumber daya dilakukan secara relevan.
b) Penilaian atas kinerja pemerintah dapat dilakukan secara lebih akurat dalam satu tahun pelaporan.
c) Dapat menyajikan nilai aset, kewajiban dan ekuitas yang lebih baik.
d) Pengukuran biaya/beban dari suatu program/kegiatan dapat dilakukan dengan lebih baik.
e) Sesuai dengan amanat Undang Undang No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
f) Sesuai dengan international best practices, termasuk untuk kebutuhan penyusunan Government
Finance Statistics yang berbasis akrual.
g) Menyelaraskan/meratakan belanja modal dengan adanya akuntansi penyusutan.
Seminar Akuntansi Pemerintah - Nitta Sestra Afdya

Page 8

h) Mewaspadai risiko default atas hutang yang akan jatuh tempo dan memungkinkan dilakukannya
perundingan dan penjadwalan utang yang mungkin tak mampu dibayar tanpa perlu tergesa-gesa.
i) Memberi gambaran keuangan lebih menyeluruh tentang keuangan negara dari sekadar gambaran
kas.
j) Mengubah perilaku keuangan para penggunanya menjadi lebih transparan dan akuntabel.
(3) Kebutuhan Penyajian Government Finance Statistics
Government Finance Statistics atau GFS adalah data statistik keuangan pemerintah yang

dikumpulkan dari aktivitas/akuntansi transaksi-transaksi keuangan pemerintah, disajikan dalam format

sejalan dengan standar statistik internasional, dengan tujuan untuk digunakan dalam analisis kebijakan
fiskal dan ekonomi makro lainnya.

Penerapan GFS di Indonesia, selain tidak terlepas dari peran Indonesia sebagai negara anggota

IMF, juga dikarenakan adanya amanat Undang-undang (UU) Perbendaharaan Negara. Dalam UU Nomor 1
Tahun 2004 tersebu, diatur bahwa laporan keuangan pemerintah perlu disampaikan secara tepat waktu
yang disusun menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Selain itu, peraturan tersebut juga

mengamanatkan agar laporan keuangan pemerintah dapat menghasilkan statistik keuangan yang
mengacu kepada manual Statistik Keuangan Pemerintah (Government Finance Statistics) sehingga dapat

memenuhi kebutuhan analisis kebijakan dan kondisi fiskal, pengelolaan dan analisis perbandingan antar
negara (cross country studies).

Para analis keuangan sudah sejak lama menggunakan GFS untuk menganalisis beberapa hal

dalam sektor publik, antara lain, yaitu:


a.

analisis sektor publik dan sumbangannya terhadap perekonomian seperti permintaan,


investasi dan tabungan agregat;

b. analisis pengaruh kebijakan fiskal terhadap ekonomi, termasuk sumber daya yang
c.

digunakan, beban pajak, kondisi keuangan, dan utang nasional; dan

analisis efektivitas pengeluaran terhadap pengentasan kemiskinan dan kesinambungan


kebijakan fiskal.

Pelaporan dan analisis terkait standar yang diharapkan untuk GFS, tentu saja didasarkan pada

pelaporan keuangan Pemerintah dengan basis paling andal. Dikarenakan sistem pencatatan yang andal,

akuntansi berbasis akrual ini banyak dipakai oleh institusi sektor non publik dan lembaga lain yang

bertujuan mencari keuntungan. Salah satu yang memanfaatkan basis ini adalah IMF (International
Monetary Fund). IMF sebagai lembaga kreditur menyusun Government Finance Statistics (GFS) yang di
dalamnya menyarankan kepada negara-negara debiturnya untuk menerapkan akuntansi berbasis akrual
dalam pembuatan laporan keuangan. Dalam hal ini, Indonesia, sebagai salah satu negara yang anggota

dan pernah menjadi debitur IMF, wajib menyediakan GFS berdasarkan pelaporan keuangan dengan
akuntansi berbasis akrual.

Seminar Akuntansi Pemerintah - Nitta Sestra Afdya

Page 9

E. TANTANGAN PENERAPAN BASIS AKRUAL DALAM AKUNTANSI PEMERINTAH DI INDONESIA


Keberhasilan perubahan akuntansi pemerintahan sehingga dapat menghasilkan laporan keuangan yang

lebih transparan dan lebih akuntabel memerlukan upaya dan kerja sama dari berbagai pihak. Jika

penerapan akuntansi berbasis kas menuju akrual saja masih banyak menghadapi hambatan, lebih-lebih
lagi jika pemerintah akan menerapkan akuntansi berbasis akrual. Beberapa tantangan dalam
implementasi akuntansi pemerintahan berbasis akrual adalah:
1. Komitmen dari Pimpinan serta Dukungan Politik

Suatu perubahan akan tetap menjadi wacana jika tidak ada komitmen dari Pimpinan. Komitmen

Pimpinan, khususnya eksekutif, sangat diharapkan demi terselenggaranya sistem akuntansi


berbasis akrual ini. Selain itu, dukungan politik dari lembaga legislatif juga diharapkan sejalan

dengan pimpinan. Karena bagaimanapun dukungan politik adalah salah satu alat dalam menerapkan
sistem dengan baik di negara demokrasi.

Untuk keberhasilan penerapan SAP berbasis akrual, komunikasi Kementerian Dalam Negeri atau

Kemendagri dengan Kementerian Keuangan atau Kemenkeu juga terus dilakukan. Demikian pula

komunikasi Pemerintah dengan Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) intensif dilakukan
agar penerapan SAP berbasis akrual di daerah bisa tepat waktu. Pada organisasi vertikal di
Pemerintah Daerah, telah disiapkan pula Susunan Organisasi dan Tata Kerja Satuan Kerja

Peranngkat Daerah (SOTK SKPD) dan Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) di setiap daerah.
Dengan adanya SOTK SKPD dan PPKD tersebut, SAP berbasis akrual diharapkan sudah masuk dalam
sistem tatalaksana.

2. Implementasi Sistem Pengendalian Internal


Pembangunan dan implementasi sistem pengendalian intern yang efektif diperlukan untuk

memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif

dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap

peraturan perundang-undangan. Hal tersebut telah diamanatkan oleh Undang-Undang No 1 tahun


2004 yang menyatakan Dalam rangka meningkatkan kinerja, transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan negara, Presiden selaku Kepala Pemerintah mengatur dan menyelenggarakan

Sistem Pengendalian Intern di lingkungan pemerintah secara menyeluruh. SPI ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah. Untuk melaksanakan hal tersebut Pemerintah telah menerbitkan Peraturan

Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengedalian Internal Pemerintah (SPIP). Untuk itu
diperlukan sosialisasi dan upaya implementasi yang melibatkan seluruh tingkatan dalam instansi

pemerintah agar SPIP tersebut dapat menjadi bagian yang menyatu dengan operasional pada
seluruh unit kerja pemerintahan.

3. Tersedianya SDM yang Kompeten


Laporan keuangan diwajibkan untuk disusun secara tertib dan disampaikan masing-masing oleh
pemerintah pusat dan daerah kepada BPK selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah tahun

anggaran berakhir. Selanjutnya, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran


Seminar Akuntansi Pemerintah - Nitta Sestra Afdya

Page 10

berakhir, laporan keuangan yang telah diperiksa oleh BPK tadi diserahkan oleh Pemerintah Pusat

kepada DPR dan oleh Pemerintah Daerah kepada DPRD. Penyiapan dan penyusunan laporan
keuangan

tersebut

memerlukan

SDM

yang

menguasai

akuntansi

pemerintahan.

Pada saat ini kebutuhan tersebut sangat terasa, apalagi menjelang penerapan akuntansi
pemerintahan berbasis akrual. Untuk itu, pemerintah pusat dan daerah perlu secara serius

menyusun perencanaan SDM di bidang akuntansi pemerintahan. Termasuk di dalamnya

memberikan sistem insentif dan remunerasi yang memadai untuk mencegah timbulnya praktik KKN
oleh SDM yang terkait dengan akuntansi pemerintahan. Di samping itu, peran dari perguruan tinggi

dan organisasi profesi tidak kalah pentingnya untuk memenuhi kebutuhan akan SDM yang
kompeten di bidang akuntansi pemerintahan.

Sejak dua tahun yang lalu, Kemendagri telah melakukan upaya seperti capacity building untuk SDM,

baik di internal Kemendagri maupun di Pemerintah Daerah. Pada 2014, juga telah diupayakan uji
coba penerapan SAP berbasis akrual di beberapa daerah. Dengan adanya program uji coba dan
pelatihan SDM, dapat dilakukan antisipasi permasalahan yang mungkin muncul pada saat
penerapan tahun 2015.

4. Resistensi Terhadap Perubahan


Sebagaimana layaknya pada tiap perubahan, akan selalu ada pihak internal enggan berubah

karena terbiasa dengan sistem yang lama. Untuk itu, perlu disusun berbagai kebijakan dan

sosialisasi intensif agar penerapan akuntansi pemerintahan berbasis akrual dapat lebih cepat
diterima dan dipraktikkan.

Kondisi yang juga perlu diperhatikan pada penerapan SAP berbasis akrual diterapkan pada 2015

adalah terkait dengan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) 2012 yang diaudit BPK. Hal ini

dikarenakan, berdasarkan situs resmi Kementerian Dalam Negeri, hanya sekitar 16 provinsi dan 115
kab/kota yang mendapatkan opini WTP atau Wajar Tanpa Pengecualian, dengan sistem akuntansi

yang diterapkan saat ini. Tentu patut diantisipasi, jangan sampai tak satupun LKPD dari 539 daerah
provinsi dan kab/kota di Indonesia tidak memperoleh WTP setelah basis akrual diterapkan. Ini bisa
menjadi satu kemunduran terkait dengan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah.

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa setiap daerah memiliki tingkat pemahaman yang

sangat beragam terkait dengan sistem akuuntansi yang selama ini diterapkan. Kompleksitas
akuntansi berbasis akrual memang jauh di atas CTA. Akan tetapi, bukan berarti perubahan tersebut

harus ditiadakan. Resistensi terhadap perubahan harus dicegah. Karena bagaimanapun, demi
terlaksananya suatu sistem, seluruh sumber daya yang terlibat haruslah terbuka terhadap
perubahan dan menerima perubahan tersebut dengan segala kompleksitasnya.

5. Sistem Akuntansi dan IT Based System

Melihat kompleksitas implementasi akuntansi berbasis akrual, dapat dipastikan bahwa

penerapan akuntansi berbasis akrual di lingkungan pemerintahan memerlukan sistem akuntansi

dan IT based system yang lebih rumit. Terkait dengan kelengkapan teknologi informasi ini, pemda
Seminar Akuntansi Pemerintah - Nitta Sestra Afdya

Page 11

telah mengupayakan upgrading dari sistem yang telah ada agar kecepatan bisa maksimal. Sistem IT
ini juga telah menjadi salah satu prioritas Kementerian Dalam Negeri untuk mewujudkan penerapan
SAP berbasis akrual pada tahun 2015.

Salah satu strategi terkait IT based system pada implementasi akuntansi berbasis akrual pada

tahun 2015 adalah menerapkan akuntansi berbasis akrual dengan menggunakan aplikasi SPAN
dan/atau SAKTI. Pada masa transisi, model paralel akan ditetapkan di mana akan dijalankan sistem
lama yang dibarengi dengan implementasi sistem yang baru dengan menggunakan SPAN dan/atau
SAKTI.

IV. SIMPULAN DAN SARAN


A. SIMPULAN
Pada dasarnya, basis akuntansi terdiri atas basis kas dan basis akrual. Keduanya, dalam perjalanan

waktu, berkembang lagi sehingga dikenal pula basis kas modifikasi dan basis akrual modifikasi. Keempat

basis tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Akan tetapi, satu basis akuntansi

memiliki keunggulan yang cukup signifikan dibandingkan yang lainnya, basis akrual. Salah satu yang
dijanjikan dari penerapan basis akuntansi ini adalah pencatatan yang sesuai dengan saat terjadinya arus
sumber daya.

Penerapan akuntansi berbasis akrual bukan hal yang baru pada sektor swasta. Kebutuhan pelaporan

keuangan dalam kondisi paling aktual dan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya telah memungkinkan

perkembangan basis akuntansi tersebut selama beberapa dekade. Sektor publik, khususnya Pemerintah
Indonesia, menyadari manfaat yang dapat diperoleh dengan melakukan pencatatan berbasis akrual.

Dikarenakan mencatat sesuai dengan saat terjadinya arus sumber daya, basis akuntansi ini dapat
membantu menyediakan estimasi yang tepat atas pengaruh kebijakan pemerintah terhadap

perekonomian secara makro. Selain itu, sebagai bagian dari masyarakat dunia dan anggota dari IMF,

Indonesia dihadapkan pada kewajiban pelaporan keuangan berbasis akrual untuk penyajian Government
Financial Statistics.

Tantangan yang dimiliki Pemerintah tidak sedikit. Yang paling mendasar adalah komitmen

Pemerintah berikut dukungan politik atas pelaksanaannya, sistem pengendalian internal, SDM, sistem
akuntansi dan IT, serta adanya kemungkinan resistensi terhadap perubahan.
B. SARAN

Penerapan akuntansi berbasis akrual di pemerintahan tidak semudah dengan yang dilakukan di

sektor swasta. Hal ini dikarenakan akuntansi pemerintah meliputi pemerintah daerah yang tersebar di

seluruh Indonesia dengan keterbatasan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, diharapkan Pemerintah
dapat menjaga komitmen yang disetujui sebelumnya, pelatihan intensif terkait akuntansi dan sistem IT di
daerah, dan asistensi dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah selama jangka waktu tertentu

dan melakukan kontrol atasnya. Selain itu, Pemerintah Pusat yang berganti tiap periode seharusnya tetap
Seminar Akuntansi Pemerintah - Nitta Sestra Afdya

Page 12

menjaga program kerja terkait penerapan basis akrual di daerah dan menjadikannya salah satu program
kerja prioritas.

Selain itu, untuk menguji bagaimana implementasi basis akuntansi ini dalam laporan keuangan

konsolidasi, Pemerintah dapat melihat laporan GFS Indonesia. Dengan mempelajari laporan GFS dan

membandingkannya dengan data dari pihak ketiga yang diyakini akurasinya, Pemerintah bisa
memperkirakan sejauh apa basis akrual dapat diterapkan. Dengan baiknya penerapan basis akrual,

Pemerintah dapat memanfaatkan GFS yang didasarkan pada laporan keuangan Pemerintah dengan
keyakinan yang tinggi.

V. DAFTAR REFERENSI
[1] http://keuanganlsm.com/jenis-jenis-sistem-akuntansi/- diakses 3 Mei 2015
[2] http://id.wikipedia.org/wiki/Akuntansi - diakses 3 Mei 2015

[3] http://keuanganlsm.com/objektif-dari-laporan-keuangan/ - diakses 3 Mei 2015

[4] http://www.kemendagri.go.id/article/2014/02/19/mewujudkan-standar-akuntansi-pemerintahberbasis-akrual - diakses 3 Mei 2015

[5] http://kaseiur.blogspot.com/2013/06/tantangan-penerapan-akuntansi-berbasis.html - diakses 3 Mei


2015

[6] http://kppnternate.net/artikel/menyongsong-penerapan-akuntansi-pemerintahan-berbasis-akrual diakses 3 Mei

[7] http://helpdeskapk.wikiapbn.org/artikel/strategi-penerapan-basis-akrual/ - diakses 5 Mei 2013


[8] https://milamashuri.wordpress.com/seminar-akuntansi/implementasi-standar-akuntansipemerintahan-sap-berbasis-akrual/ - diakses 5 Mei 2015

Seminar Akuntansi Pemerintah - Nitta Sestra Afdya

Page 13

Anda mungkin juga menyukai