Anda di halaman 1dari 29

AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II Dosen : Muhammad Laras, SE, Ak, MM MODUL 6.

PENGAKUAN PENDAPATAN

T PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Muhammad Laras, SE.AK.MM

AKUNTANSI KEUANGAN MENGAH II

PENGAKUAN PENDAPATAN
Kapan pendapatan harus diakui merupakan pertanyaan yang rumit. Dalam beberapa kasus, banyaknya metode untuk memasarkan produk dan jas telah membuat pengembangan pedoman yang bisa diterapkan pada segala situae menjadi sukar dilakukan. Tujuan pembahasan ini adalah memberikanda pedoman umum yang akan digunakan dalam sebagian besar transaksi bisnis. Isi dan susunan pembahasan adalah sebagai berikut: A. Lingkungan Saat Ini
-

Pedoman untuk pengakuan pendapatan Penyimpangan dari dasar penjuatan Penjualan dengan perjanjian beli kembali Penjualan dengan hak retur Trade loading dan channel stuffing Metode persentase penyelesaian Metode kontrak selesai Kerugian kontrak jangka panjang Pengungkapan Berdasarkan penyelesaian produksi Metode penjualan cicilan Metode pemulihan biaya Metode simpanan (deposit) Waralaba Konsinyasi

B. Pengakuan Pendapatan pada Saat Penjualan


-

C. Pengakuan Pendapatan Sebelum Penyerahan


-

D. Pengakuan Pendapatan Sesudah Penyerahan


-

E. Pengakuan Pendapatan untuk Transaksi Khusus


-

LINGKUNGAN SAAT INI Masalah waktu yang tepat untuk mengakui pendapatan telah mendapa perhatian besar selama beberapa tahun terakhir. Serangkaian kasus yang dipu-blikasikan secara luas mengenai perusahaan yang mengakui pendapatan secara prematur telah mengakibatkan SEC semakin meningkatkan pengawasannya dalam hal ini. Dalam beberapa kasus, penyesuaian yang signifikan haruj dilakukan atas laporan keuangan yang telah diterbitkan sebelumnya. Sepert dikemukakan oleh Lynn Turner, akuntan kepala SEC, "Apabila akuntan
Muhammad Laras, SE.AK.MM AKUNTANSI KEUANGAN MENGAH II

T PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

melanggar batas-batas pelaporan yang sah, maka Komisi akan mengambi' tindakan yang diperlukan untuk memastikan kelayakan serta integritas yang diperlukan investor dan menjadi pedomannya setiap hari". Pengakuan pendapatan yang tidak tepat dapat terjadi dalam semua industri. Produk yang terjual kepada distributor untuk dijual kembali dapat menimbulkan risiko yang berbeda dibandingkan produk atau jasa yang dijual langsung kepada pelanggan. Penjualan dalam industri berteknologi tinggi di mana keusangan produk yang cepat merupakan masalah yang penting, dapat menimbulkan risiko yang berbeda dibandingkan penjualan persediaan dengan umur yang lebih panjang, seperti peralatan pertanian atau konstruksi, mobil, truk, dan perabotan. Cerita pembuka yang telah disajikan sebelumnya menunjukkan kesulitan yang sering dihadapi berkaitan dengan pengakuan pendapatan dalam industri baru. Sebagaimana ditunjukkan, sejumlah perusahaan dot-com telah mengubah dirinya menjadi pos perdagangan maya, yang saling mempertukarkan ruang iklan satu sama lain. Dalam situasi ini, jumlah pendapatan dan beban yang sama akan dilaporkan, sehingga tidak ada pengaruhnya terhadap arus kas dan laba bersih. Akan tetapi, saham perusahaan Internet sering diperdagangkan pada kelipatan pendapatan, bukan kelipatan laba, dan karenanya pelaporan jumlah pendapatan yang lebih tinggi dapat mempengaruhi penilaian saham. Selain itu, SEC juga menyatakan rasa keprihatinannya bahwa perusahaan dotcom telah meningkatkan pendapatan mereka dengan menyertakan penjualan produk dalam pendapatannya, sekalipun mereka hanya bertindak sebagai distributor (perantara) atas nama perusahaan lain. Dengan kata lain, perusahaan dot-corn seharusnya hanya melaporkan honor atau fee distribusi (perantara) untuk menjual produk perusahaan lain. Pedoman untuk Pengakuan Pendapatan Secara umum, pedoman untuk pengakuan pendapatan cukup luas. Selain itu, industri tertentu juga mempunyai pedoman yang sangat spesifik yang memberi pandangan tambahan mengenai kapan pendapatan harus diakui. Prinsip pengakuan pendapatan (revenue recognition principle) menetapkan bahwa pendapatan diakui pada saat : (1) direalisasi atau dapat direalisasi, dan (2) dihasilkan. Pendapatan adalah arus masuk aktiva dan/atau penyelesaian kewajiban akibat penyerahan atau produksi barang, pemberian jasa, atau kegiatan menghasilkan laba lainnya yang membentuk operasi utama atau inti perusahaan yang berkelanjutan selama suatu periode. Pendapatan dapat direalisasi apabila barang dan jasa ditukar dengan kas atau klaim atas kas (piutang). Pendapatan dapat direalisasi apabila aktiva yang diterima dalam pertukaran
Muhammad Laras, SE.AK.MM AKUNTANSI KEUANGAN MENGAH II

T PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

segera dapat dikonversi menjadi kas atau klaim atas kas dengan jumlah yang diketahui. Pendapatan apabila entitas bersangkutan pada hakikatnya telah menyelesaikan apa yang seharusnya dilakukan untuk mendapat hak atas manfaat yang dimiliki oleh pendapatan itu, yakni, apabila proses menghasilkan laba telah selesai atau sebenarnya telah selesai. Empat transaksi pendapatan telah diakui sesuai dengan prinsip ini: 1. Pendapatan dari penjualan produk diakui pada tanggal penjualan, yang biasanya diinterpretasikan sebagai tanggal penyerahan kepada pelanggan. 2. Pendapatan dari pemberian jasa diakui ketika jasa-jasa itu telah dilaksanakan dan dapat ditagih. 3. Pendapatan dari mengizinkan pihak lain untuk menggunakan aktiva perusahaan, seperti bunga, sgwa, dan royalti, diakui sesuai dengan berlalunya waktu atau ketika aktiva itu digunakan. 4. Pendapatan dari pelepasan aktiva selain produk diakui pada tanggal penjualan. Pernyataan terdahulu menguraikan sifat konseptual dari pendapatan dan merupakan dasar akuntansi untuk transaksi pendapatan. Namun, dalam praktik, sering terjadi penyimpangan dari prinsip pengakuan pendapatan ini (metode akrual penuh). Pendapatan adakalanya diakui pada saat-saat lain dalam proses menghasilkan laba, yang sebagian besar diakibatkan oleh beragamnya transaksi pendapatan. Penyimpangan dari Dasar Penjualan Suatu studi yang dilakukan FASB menemukan beberapa alasan umum untuk menyimpang dari dasar penjualan. Salah satu alasannya adalah keinginan untuk mengakui lebih awal (recognize earlier) dalam proses menghasilkan laba, dan bukan pada saat penjualan jika terdapat tingkat kepastian yang tinggi mengenai jumlah pendapatan yang dihasilkan. Alasan yang kedua adalah keinginan untuk menangguhkan pengakuan pendapatan setelah saat penjualan jika tingkat ketidakpastian mengenai jumlah pendapatan ataupun biaya cukup tinggi, atau jika penjualan bukan merupakan penyelesaian yang substansial dari proses menghasilkan laba. Bab ini secara khusus akan membahas dan mengilustrasikan dua dari empat jenis umum transaksi pendapatan yang telah diuraikan sebelumnya, yaitu : (1) penjualan produk, dan (2) pemberian jasa - keduanya adalah transaksi penjualan. Dua jenis transaksi pendapatan lainnya : (3) pendapatan dari mengizinkan pihak lain untuk menggunakan aktiva perusahaan, dan (4) pendapatan dari pelepasan aktiva selain produkakan dibahas dalam beberapa bagian lain buku ini.

T PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Muhammad Laras, SE.AK.MM

AKUNTANSI KEUANGAN MENGAH II

Pembahasan kita mengenai transaksi penjualan produk disusun di seputar topik-topik berikut ini: 1. Pengakuan pendapatan pada saat penjualan (penyerahan). 2. Pengakuan pendapatan sebelum penyerahan. 3. Pengakuan pendapatan sesudah penyerahan. 4. Pengakuan konsinyasi. PENGAKUAN PENDAPATAN PADA SAAT PENJUALAN (PENYERAHAN) Menurut FASB dalam Concepts Statement No. 5, kedua syarat untuk mengakui pendapatan (direalisasi atau dapat direalisasi dan dihasilkan) biasanya terpenuhi pada saat produk atau barang dagang diserahkan atau jasa diberikan kepada pelanggan. Pendapatan dari aktivitas pabrikasi serta penjualan umumnya diakui pada saat penjualan atau point of sale (biasanya berarti penyerahan). Akan tetapi, di sini bisa timbul masalah dalam pelaksanaannya; tiga situasi semacam ini akan dibahas berikut: (1) penjualan dengan perjanjian beli kembali, (2) penjualan dengan hak retur, serta (3) trade loading dan channel stuffing . Penjualan dengan Perjanjian Beli Kembali Jika suatu perusahaan menjual produk dalam satu periode dan setuju untuk membelinya kembali dalam periode akuntansi berikutnya, maka apakah perusahaan itu sudah menjual produk tersebut? Seperti ditunjukkan dalam Bab 8 (Jilid I), hak milik legal telah berpindah dalam situasi seperti ini, tetapi substansi ekonomi dari transaksi ini adalah bahwa risiko kepemilikan tetap berada pada penjual. Profesi akuntan telah mengambil langkah-langkah untuk membatasi pengakuan pendapatan dalam praktik ini. Jika terdapat perjanjian beli kembali dengan harga tertentu dan harga ini dapat menutup semua biaya persediaan ditambah biaya kepemilikan yang terkait, maka persediaan dan kewajiban yang terkait itu tetap ada dalam pembukuan penjual. Dengan kata lain, tidak terjadi penjualan. Penjualan dengan Hak Retur Apakah itu melibatkan penjualan tunai atau kredit, suatu masalah khusus akan timbul dengan adanya hak retur dan pengurangan harga. Dalam Bab lain telah disajikan perlakuan akuntansi untuk retur dan pengurangan harga yang normal. Akan tetapi, perusahaan tertentu dapat saja mengalami tingkat retur yang tinggi rasio barang dagang yang dikembalikan terhadap penjualan yang tinggisehingga mereka merasa
Muhammad Laras, SE.AK.MM AKUNTANSI KEUANGAN MENGAH II

pendapatan

untuk

transaksi

penjualan

khususwaralaba

dan

T PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

perlu untuk menunda pelaporan penjualan sampai hak retur secara substansial sudah habis masa berlakunya. Misalnya, dalam industri penerbitan tingkat retur bisa mencapai 25% untuk buku-buku bersampul tebal (hardcover) dan 65% untuk beberapa majalah. Jenis perusahaan lain yang mungkin mengalami tingkat retur yang tinggi adalah agen makanan yang mudah rusak, tengkulak atau distributor yang menjual ke toko-toko eceran, perusahaan rekaman dan kaset, serta beberapa pabrikan mainan dan barang-barang olah raga. Retur dalam industri ini seringkali dilaksanakan melalui hak kontrak atau sebagai praktik yang melibatkan perjanjian "penjualan bergaransi" atau konsinyasi. Tersedia tiga metode pengakuan pendapatan alternatif apabila penjual menanggung risiko kepemilikan yang berkepanjangan karena pengembalian produk, yaitu: (1) tidak mencatat penjualan sampai seluruh hak retur habis masa berlakunya; (2) mencatat penjualan, tetapi mengurangi penjualan dengan estimasi retur di masa depan; dan (3) mencatat penjualan serta memperhitungkan retur pada saat terjadi. FASB menyimpulkan bahwa jika suatu perusahaan menjual produknya tetapi memberikan pembeli hak untuk mengembalikan produk itu, maka pendapatan dari transaksi penjualan ini akan diakui pada saat penjualan hanya jika semua dari enam kondisi berikut terpenuhi: 1. Harga penjual kepada pembeli pada hakikatnya tetap (fixed) atau dapat ditentukan pada tanggal penjualan. 2. Pembeli sudah membayar penjual, atau pembeli berkewajiban untuk membayar penjual, dan kewajiban itu tidak tergantung pada penjualan kembali produk tersebut. 3. Kewajiban pembeli kepada penjual tidak akan berubah apabila terjadi pencurian atau kerusakan atau rusaknya fisik produk. 4. Pembeli yang memperoleh produk untuk dijual kembali memiliki substansi ekonomi yang terpisah dari yang diberikan oleh penjual. 5. Penjual tidak memiliki kewajiban yang signifikan atas kinerja masa depan yang secara langsung menyebabkan penjualan kembali produk itu oleh pembeli. 6. Jumlah retur di masa depan dapat diestimasi secara layak. Bagaimana jika pendapatan tidak dapat diakui pada saat penjualan karena keenam kondisi itu tidak terpenuhi? Dalam hal ini, pendapatan penjualan dan harga pokok penjualan yang tidak diakui pada saat penjualan karena keenam kondisi di atas tidak terpenuhi harus diakui ketika hak retur secara substansial telah habis masa berlakunya, atau apabila keenam kondisi tersebut kemudian dapat dipenuhi (mana yang lebih dahulu terjadi). Pendapatan penjualan dan harga pokok penjualan yang dilaporkan dalam laporan laba-rugi harus dikurangi untuk melaporkan estimasi retur.

T PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Muhammad Laras, SE.AK.MM

AKUNTANSI KEUANGAN MENGAH II

Trade Loading dan Channel Stuffing Beberapa perusahaan mencatat pendapatan pada tanggal penyerahan tanpa membuat penyisihan untuk pembelian kembali ataupun retur yang tak terbatas. Walaupun perusahaan itu kelihatannya mengikuti pengakuan pendapatan pada saat penjualan yang berlaku, namun sebenarnya mereka mengakui pendapatan dan laba sebelum waktunya. Industri rokok domestik A.S. pada suatu waktu melakukan praktik distribusi yang dikenal sebagai "trade loading." Trade loading merupakan praktik yang gila, tidak ekonomis, dan licik; melalui praktik ini pabrikanyang mencoba menunjukkan penjualan, laba, dan pangsa pasar yang sebenarnya tidak mereka milikimembujuk para pedagang besar yang menjadi pelanggan mereka, yang dikenal sebagai 'trade', untuk membeli lebih banyak produk daripada yang dapat mereka jual kembali dengan cepat." Secara keseluruhan, industri rokok ini tampaknya dalam waktu dua tahun telah menetapkan terlalu tinggi laba operasinya sebesar $600 juta karena mengambil laba dari tahun-tahun yang akan datang. Dalam industri perangkat lunak komputer, praktik yang sama disebut sebagai "channel stuffing ." Ketika sebuah produsen perangkat lunak ingin membuat hasil-hasil keuangannya kelihatan bagus, mereka menawarkan diskon atau potongan yang besar kepada para distributornya agar membeli lebih banyak dan mencatat pendapatan ketika perangkat lunak tersebut meninggalkan dermaga. Tentu saja, persediaan distributor akan membengkak dan saluran pemasaran menjadi penuh sesak tetapi laporan keuangan produsen perangkat lunak terlihat baikmeskipun hal itu akan merusak hasil periode mendatang, kecuali jika proses tersebut diulang. Trade loading dan channel stuffing merupakan keputusan serta kebijakan manajemen dan pemasaran yang melambungkan penjualan, menyimpangkan hasil operasi, dan menghias laporan keuangan. Jika digunakan tanpa ketentuan yang tepat untuk retur penjualan, channel stuffing merupakan contoh klasik dari pembukuan hari ini atas pendapatan yang akan datang. Praktik trade loading dan channel stuffing harus dilarang . Para manajer bisnis perlu menyadari adanya bahaya etis dari menyesatkan komunitas keuangan dengan terlibat dalam praktik semacam itu untuk memperbaiki laporan keuangannya. PENGAKUAN PENDAPATAN SEBELUM PENYERAHAN Kebanyakan, pengakuan pada saat penjualan (penyerahan) digunakan karena sebagian besar ketidakpastian mengenai proses menghasilkan laba dan harga pertukaran sudah diketahui. Akan tetapi, dalam situasi tertentu pendapatan diakui sebelum penyelesaian dan penyerahan. Contoh yang paling terkenal adalah akuntansi kontrak konstruksi jangka panjang yang memungkinkan penerapan metode persentase penyelesaian.

T PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Muhammad Laras, SE.AK.MM

AKUNTANSI KEUANGAN MENGAH II

Kontrak jangka panjang seperti kontrak jenis konstruksi, pengembangan pesawat terbang militer dan komersial, sistem pengiriman senjata, serta perangkat keras eksplorasi ruang angkasa, seringkali menetapkan bahwa penjual (kontraktor) dapat menagih pembeli pada selang waktu tertentu, ketika berbagai tahap dari proyek itu telah dicapai. Apabila proyek tersebut terdiri dari unit-unit yang terpisah seperti sekelompok bangunan atau sekian mil jalan raya, maka perpindahan hak milik dan pengajuan tagihan dapat dilakukan pada tahap penyelesaian yang sudah ditetapkan, seperti penyelesaian setiap unit bangunan atau setiap 10 mil jalan. Ketentuan kontrak seperti ini menetapkan penyerahan secara cicilan, dan catatan akuntansi harus melaporkan hal ini dengan mencatat penjualan ketika cicilan "diserahkan." Ada dua metode akuntansi yang sangat berbeda untuk kontrak konstruksi jangka panjang yang diakui oleh profesi akuntansi: 1. Metode Persentase Penyelesaian (percentage of completion method). Pendapatan dan laba kotor diakui setiap periode berdasarkan kemajuan proses konstruksi, yaitu, persentase penyelesaian. Biaya konstruksi ditambah laba kotor yang dihasilkan sampai hari ini diakumulasi dalam sebuah akun persediaan (Konstruksi dalam Proses), dan termin diakumulasi dalam akun kontra persediaan (Tagihan atas Konstruksi dalam Proses). 2. Metode Kontrak Selesai (completed contract method) . Pendapatan dan laba kotor hanya diakui pada saat kontrak diselesaikan. Biaya konstruksi diakumulasi dalam suatu akun persediaan (Konstruksi dalam Proses), dan termin diakumulasi dalam akun kontra persediaan (Tagihan atas Konstruksi dalam Proses). Dasar pemikiran digunakannya akuntansi persentase penyelesaian adalah bahwa dalam kebanyakan kontrak ini pembeli dan penjual mendapat hak yang dapat dipaksakan pemberlakuannya (enforceable right). Pembeli memiliki hak legal untuk mensyaratkan kinerja tertentu atas kontrak; sementara penjual memiliki hak untuk meminta pembayaran sesuai dengan kemajuan proses yang menjadi bukti hak kepemilikan pembeli. Akibatnya, terjadi penjualan yang terus-menerus selama pekerjaan berlangsung, dan pendapatan harus diakui sesuai dengan itu. Profesi akuntan mewajibkan bahwa metode persentase penyelesaian harus digunakan apabila estimasi kemajuan ke arah penyelesaian, pendapatan, serta biaya secara layak dapat dipercaya, dan semua syarat berikut ini terpenuhi: Kontrak itu secara jelas menetapkan hak-hak yang dapat dipaksakan pemberlakuannya mengenai barang atau jasa yang akan diberikan dan diterima oleh pihak yang terlibat dalam kontrak, imbalan yang akan dipertukarkan, serta cara dan syarat penyelesaian. Pembeli dapat diharapkan untuk memenuhi semua kewajiban dalam kontrak. Kontraktor dapat diharapkan untuk melaksanakan kewajiban kontraktual tersebut.
Muhammad Laras, SE.AK.MM AKUNTANSI KEUANGAN MENGAH II

T PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Metode Kontrak Selesai (completed contract method) . harus digunakan hanya : (1) jika suatu entitas terutama mempunyai kontrak jangka pendek, atau (2) jika syarat-syarat untuk menggunakan metode persentase penyelesaian tidak dapat dipenuhi, atau (3) jika terdapat bahaya yang melekat dalam kontrak itu di luar risiko bisnis yang normal dan berulang. Asumsinya adalah bahwa metode persentase penyelesaian merupakan metode yang lebih baik dan metode kontrak selesai hanya akan digunakan jika metode persentase penyelesaian dianggap tidak tepat. Metode Persentase Penyelesaian Metode Persentase Penyelesaian (percentage of completion method) mengakui

pendapatan, biaya, dan laba kotor sesuai dengan tercapainya kemajuan ke arah penyelesaian kontrak jangka panjang. Menunda pengakuan pos-pos ini sampai seluruh kontrak diselesaikan berarti salah menyajikan upaya (biaya) dan pencapaian (pendapatan) dalam periode akuntansi interim. Untuk menerapkan metode persentase penyelesaian, kita harus mempunyai beberapa dasar atau standar untuk mengukur kemajuan ke arah penyelesaian pada tanggal interim tertentu. Mengukur Kemajuan ke arah Penyelesaian Seperti ditulis oleh seorang akuntan praktisi, "Masalah utama yang berkaitan dengan penerapan metode persentase penyelesaian yang tidak dapat di-peragakan dalam contoh adalah kemampuan untuk membuat estimasi yang cukup akurat mengenai penyelesaian dan laba kotor akhir." Berbagai metode telah digunakan dalam praktik untuk menentukan tingkat kemajuan ke arah penyelesaian (extent of progress toward completion) ; di sini yang paling umum adalah: 1. "metode biaya terhadap biaya (cost-to-cost method) 2. Tujuan dalam terjadi, "metode upaya yang diperluas (efforts expended methods)," serta dari istilah jam semua biaya, kerja, dan metode unit, jumlah ton tersebut yang adalah mengukur jumlah tingkat kemajuan yang yang ukuran 3. "metode unit pekerjaan yang dilaksanakan (units of work performed method)." atau nilai tambah. Berbagai ukuran ini lantai (biaya

diproduksi, dan dengan

bangunan sebagai

diselesaikan, terjadi, jam

sebagainya) dibuat

diidentifikasi sesuai

diklasifikasikan upaya

masukan (input) dan keluaran (output). Ukuran masukan atau input measures (biaya yang kerja) yang dicurahkan dalam suatu kontrak. Ukuran keluaran atau output measures (jumlah ton yang diproduksi,
Muhammad Laras, SE.AK.MM AKUNTANSI KEUANGAN MENGAH II

T PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

jumlah lantai bangunan yang diselesaikan, jumlah mil jalan yang diselesaikan) dibuat menurut hasilnya. Kedua ukuran itu tidak dapat diterapkan secara universal pada semua proyek jangka panjang; penerapannya membutuh-kan penyesuaian yang hati-hati sesuai dengan kondisi dan penggunaan pertimbangan. Baik ukuran masukan maupun keluaran memiliki kelemahan tertentu. Ukuran masukan didasarkan atas hubungan yang sudah ditetapkan antara suatu unit masukan dan produktivitas. Jika inefisiensi menyebabkan hubungan produktivitas ini berubah, maka hasilnya adalah pengukuran yang tidak akurat. Masalah lain yang potensial, yang disebut "front-end loading," akan menghasilkan estimasi penyelesaian yang lebih tinggi karena biayabiaya yang signifikan sudah terjadi terlebih dahulu. Beberapa biaya konstruksi tahap awal harus diabaikan jika tidak berkaitan dengan kinerja kontrak, misalnya, biaya bahan yang belum dipasang atau biaya subkontrak yang belum dilaksanakan. Ukuran keluaran (output) dapat menghasilkan ukuran yang tidak akurat jika unit-unit yang digunakan tidak dapat dibandingkan dari segi waktu, upaya, atau biaya untuk menyelesaikannya. Misalnya, penggunaan jumlah lantai bangunan yang sudah diselesaikan bisa menipu; penyelesaian lantai pertama pada bangunan berlantai delapan mungkin membutuhkan lebih dari seperdelapan dari total biaya karena adanya pembuatan substruktur dan fondasi. Salah satu ukuran masukan populer yang digunakan untuk menentukan kemajuan ke arah penyelesaian adalah dasar biaya terhadap biaya (cost-to-cost basis). Menurut dasar biaya terhadap biaya ini, persentase penyelesaian diukur dengan membandingkan biaya yang sudah terjadi sampai tanggal ini dengan estimasi total biaya paling akhir untuk menyelesaikan kontrak itu, seperti yang ditunjukkan dalam rumus berikut: Rumus untuk Persentase Penyelesaian : Biaya yang terjadi sampai tanggal ini Estimasi paling akhir total biaya selesai Rasio persentase biaya yang terjadi terhadap estimasi total biaya diterapkan pada total pendapatan atau estimasi total laba kotor atas kontrak tersebut untuk mendapatkan jumlah pendapatan atau laba kotor yang akan diakui sampai tanggal ini. = Persentase Penyelesaian

T PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Muhammad Laras, SE.AK.MM

AKUNTANSI KEUANGAN MENGAH II

10

Rumus Jumlah Pendapatan Yang Akan Diakui Sampai Tanggal ini : Persentase Penyelesaian Estimasi total pendapatan (atau laba kotor) Pendapatan (atau laba kotor) yang akan diakui sampai tanggal ini

Untuk mengetahui jumlah pendapatan dan laba kotor yang diakui setiap periode, kita harus mengurangkan total pendapatan atau laba kotor yang diakui dalam periode-periode sebelumnya, seperti yang diperlihatkan dalam rumus berikut: Rumus Jumlah Pendapatan Periode Berjalan : Pendapatan (atau laba kotor) yang akan diakui sampai tanggal ini Pendapatan (atau laba kotor) yang diakui dalam periode sebelumnya Pendapatan (atau laba kotor) periode

Karena profesi akuntan secara spesifik merekomendasikan metode biaya terhadap biaya (tanpa menyingkirkan dasar lain untuk mengukur kemajuan ke arah penyelesaian), maka kita akan menggunakan metode itu dalam ilustrasi. Penyajian Laporan KeuanganPersentase Penyelesaian Biasanya bila piutang dari suatu penjualan dicatat, maka akun Persediaan dikurangi. Akan tetapi, dalam kasus ini baik piutang maupun persediaan terus tercatat. Pengurangan saldo akun Penagihan dari Konstruksi dalam Proses akan mencegah persediaan dihitung dua kali (perhitungan ganda). Selama umur kontrak, selisih antara akun Konstruksi dalam Proses dan Penagihan atas Konstruksi dalam Proses dilaporkan di neraca sebagai aktiva lancar bila jumlahnya debet, dan sebagai kewajiban lancar jika jumlahnya kredit. Bila biaya-biaya yang terjadi ditambah laba kotor yang diakui sampai tanggal ini (saldo Konstruksi dalam Proses) melebihi penagihan, maka kelebihan ini dilaporkan sebagai aktiva lancar dengan judul "Biaya dan Pengakuan Laba yang Melebihi Penagihan." Bagian yang belum tertagih atas pendapatan yang diakui sampai tanggal ini dapat dihitung setiap saat dengan mengurangkan pengajuan tagihan sampai tanggal ini dari pendapatan yang diakui sampai tanggal ini, seperti yang digambarkan berikut selama tahun 2001 untuk Hardhat Construction: ILUSTRASI - Perhitungan Harga Kontrak yang Belum Ditagih per 31/12/2001 Pendapatan kontrak yang diakui sampai tanggal ini: $4.500.000 x $1.000.000 =
Muhammad Laras, SE.AK.MM

$1.125.000 11

T PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

AKUNTANSI KEUANGAN MENGAH II

$4.000.000 Penagihan sampai tanggal ini Penagihan yang belum ditagih 900.000 $ 225.000

Bila hasil penagihan melebihi biaya yang terjadi dan laba kotor sampai tanggal ini, maka kelebihan tersebut dilaporkan sebagai kewajiban lancar dengan judul " Penagihan yang Melebihi Biaya dan Pengakuan Laba." Apabila perusahaan mempunyai sejumlah proyek, serta biaya melebihi hasil penagihan atas beberapa kontrak dan hasil penagihan melebihi biaya pada kontrak lainnya, maka kontrak tersebut harus dipisahkan. Sisi aktiva hanya akan mencakup kontrak-kontrak dengan biaya dan laba yang diakui yang melebihi penagihan, sementara sisi kewajiban hanya mencakup kontrak-kontrak dengan penagihan yang melebihi biaya dan laba yang diakui. Pengungkapan volume dolar penagihan dan biaya secara terpisah ini akan lebih baik daripada penyajian ikhtisar selisih bersih. Dengan menggunakan data dari ilustrasi sebelumnya, Hardhat Construction Company akan melaporkan status dan hasil aktivitas konstruksi jangka panjang-nya menurut metode persentase penyelesaiannya seperti pada Ilustrasi 19-12.

Metode Kontrak Selesai


Menurut metode kontrak selesa (completed-contract method), pendapatan dan laba kotor hanya diakui pada saat penjualan, yaitu, pada saat kontrak diselesaikan. Biaya kontrak jangka panjang dalam proses dan penagihan tahun berjalan telah diakumulasi, tetapi tidak ada pembebanan atau pengkreditan interim ke akun laporan laba rugi seperti pendapatan, biaya, dan laba kotor. Keunggulan utama metode kontrak selesai adalah bahwa pendapatan yang dilaporkan didasarkan atas hasil akhir dan bukan atas estimasi pekerjaan yang belum dilaksanakan. Kelemahan utamanya adalah bahwa metode ini tidak mencerminkan kinerja masa berjalan apabila periode kontrak mencakup lebih dari satu periode akuntansi. Meskipun pelaksanaannya mungkin cukup seragam selama periode kontrak tersebut, namun pendapatan baru dilaporkan pada tahun penyelesaian sehingga menimbulkan distorsi laba. Ayat jurnal tahunan (annual entries) untuk mencatat biaya konstruksi, termin, dan hasil penagihan dari pelanggan akan sama dengan yang telah diilustrasikan dalam metode persentase penyelesaian dengan pengecualian pada pengakuan pendapatan dan laba kotor. Untuk proyek jembatan Hardhat Construction Company yang telah diilustrasikan dalam halaman-halaman terdahulu, ayat jurnal berikut ini dibuat pada tahun 2003 menurut metode kontrak selesai untuk mengakui pendapatan dan biaya serta untuk menutup akun persediaan dan penagihan:
Muhammad Laras, SE.AK.MM AKUNTANSI KEUANGAN MENGAH II

T PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

12

Penagihan atas Konstruksi dalam Proses Pendapatan dari Kontrak Jangka Panjang Biaya Konstruksi Konstruksi dalam Proses

4.500.000 4.050.000 4.500.000 4.050.000

Metode kontrak selesai tidak melanggar konsep penandingan karena biaya-biaya juga ditangguhkan sampai kontrak diselesaikan. Kerugian Kontrak Jangka Panjang Dua jenis kerugian dapat timbul pada kontrak jangka panjang:
1. Kerugian Periode Berjalan atas Kontrak yang Menguntungkan . Kondisi ini timbul apabila,

selama konstruksi, terdapat kenaikan yang signifikan dalam estimasi total biaya kontrak tetapi kenaikan tersebut tidak menghilangkan semua laba kontrak. Hanya dalam metode persentase penyelesaian saja, kenaikan estimasi biaya itu membutuhkan penyesuaian periode berjalan sebesar kelebihan laba kotor yang diakui atas proyek itu selama periode sebelumnya. Penyesuaian ini dicatat sebagai kerugian periode berjalan karena merupakan perubahan estimasi akuntansi.
2. Kerugian atas Kontrak yang Tidak Menguntungkan . Estimasi biaya pada akhir

periode berjalan mungkin menunjukkan bahwa kerugian akan terjadi ketika seluruh kontrak berakhir. Baik dalam metode persentase penyelesaian maupun metode kontrak selesai, keseluruhan perkiraan kerugian kontrak harus diakui dalam periode berjalan. Perlakuan yang diuraikan untuk kontrak yang tidak menguntungkan ini kon-sisten dengan kelaziman akuntansi dalam mengantisipasi kerugian yang dapat diduga untuk mencegah lebih saji laba berjalan dan masa depan (konservatisme). Kerugian Periode Berjalan Untuk mengilustrasikan kerugian periode berjalan atas kontrak yang diharapkan akan menguntungkan pada saat penyelesaiannya, asumsikan bahwa pada tanggal 31 Desember 2002, Hardhat Construction Company mengestimasi biaya untuk menyelesaikan kontrak pembuatan jembatan sebesar $1.468.962 dan bukan $1.134.000 (lihat halaman 12). Dengan mengasumsikan semua data lainnya sama seperti sebelumnya, Hardhat akan menghitung persentase penyelesaian dan mengakui kerugian seperti yang ditunjukkan dalam Ilustrasi 19-15. Bandingkan perhitungan ini dengan perhitungan untuk tahun 2002 dalam Ilustrasi 19-6. "Persentase penyelesaian" turun dari 72% menjadi 66 \ % karena adanya kenaikan estimasi biaya masa depan untuk menyelesaikan kontrak tersebut.
Muhammad Laras, SE.AK.MM AKUNTANSI KEUANGAN MENGAH II

T PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

13

Kerugian tahun 2002 sebesar $48.500 itu merupakan penyesuaian kumulatif untuk "kelebihan" laba kotor yang diakui atas kontrak pada tahun 2001. Periode sebelumnya tidak dinyatakan kembali, tetapi salah saji dalam periode terdahulu itu diserap seluruhnya dalam periode berjalan. Dalam ilustrasi ini, penyesuaiannya cukup besar untuk menghasilkan pengakuan kerugian. Hardhat Construction akan mencatat kerugian pada tahun 2002 sebagai berikut: Beban Konstruksi Konstruksi dalam Proses (kerugian) Pendapatan dari Kontrak Jangka Panjang 1.916.000 48.500 1.867.500

Kerugian sebesar $48.500 akan dilaporkan dalam laporan laba-rugi tahun 2002 sebagai selisih antara pendapatan yang dilaporkan sebesar $1.867.500 dan biaya sebesar $1.916.000. Menurut metode kontrak selesai, tidak ada kerugian yang diakui selama pada tahun 2002 karena kontrak itu tetap diharapkan menghasil-kan keuntungan yang akan diakui pada tahun penyelesaiannya. Kerugian atas Kontrak yang Tidak Menguntungkan Dalam menggambarkan akuntansi untuk keseluruhan kerugian atas kontrak jangka panjang, asumsikan bahwa pada tanggal 31 Desember 2002, Hardhat Construction Company mengestimasi biaya untuk menyelesaikan kontrak pembuatan jembatan adalah $1.640.250 dan bukan $1.134.000. Menurut metode persentase penyelesaian, laba kotor sebesar $125.000 diakui pada tahun 2001. Jumlah $125.000 ini harus dihapuskan pada tahun 2002 karena tidak lagi diperkirakan akan direalisasi. Selain itu, total estimasi kerugian sebesar $56.250 juga harus diakui pada tahun 2002 karena kerugian harus diakui segera setelah dapat diestimasi. Karenanya, total kerugian sebesar $181.250 ($125.000 + $56.250) harus diakui pada tahun 2002. Untuk menghitung biaya konstruksi yang dibebankan pada tahun 2002 kita tambahkan total kerugian yang diakui pada tahun 2002 ($125.000 + $56.250) ke pendapatan yang diakui pada tahun 2002. Hardhat Construction akan mencatat pendapatan, beban, dan kerugian kontrak jangka panjang pada tahun 2002 sebagai berikut: Beban Konstruksi Konstruksi dalam Proses (Kerugian) Pendapatan dari Kontrak Jangka Panjang 1.936.250 181.250 1.755.000

T PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Muhammad Laras, SE.AK.MM

AKUNTANSI KEUANGAN MENGAH II

14

Menurut kontrak selesai (completed contract), kerugian kontrak sebesar $56.250 juga diakui pada tahun ketika kerugian itu pertama kali terjadi dengan ayat jurnal berikut pada tahun 2002: Kerugian dari Kontrak Jangka Panjang Konstruksi dalam Proses (Kerugian) 56.250 56.250

Sama seperti saldo akun Penagihan yang tidak boleh melebihi harga kontrak, saldo Konstruksi dalam Proses juga tidak boleh melebihi harga kontrak. Dalam situasi di mana saldo Konstruksi dalam Proses melebihi penagihan, kerugian yang diakui pada neraca dapat dikurangkan dari akumulasi biaya tersebut. Yaitu, baik menurut metode persentase penyelesaian maupun metode kontrak selesai, penyisihan untuk kerugian (kredit) dapat digabungkan dengan Konstruksi dalam Proses, sehingga mengurangi saldo persediaan. Namun, dalam situasi tersebut (seperti terlihat pada ilustrasi tahun 2002 di atas), yaitu ketika penagihan melebihi akumulasi biaya, jumlah estimasi kerugian harus dilaporkan secara terpisah di neraca sebagai kewajiban lancar. Yaitu, baik menurut metode persentase penyelesaian maupun metode kontrak selesai, jumlah kerugian sebesar $56.250, seperti yang diestimasi pada tahun 2002, akan diambil dari akun Konstruksi dalam Proses dan dilaporkan terpisah sebagai kewajiban lancar dengan judul Estimasi Kewajiban dari Kontrak Jangka Panjang. Pengungkapan dalam Laporan Keuangan Selain menyajikan pengungkapan laporan keuangan yang disyaratkan bagi semua perusahaan, kontraktor konstruksi biasanya juga membuat beberapa pengungkapan yang unik. Umumnya pengungkapan tambahan ini dibuat dalam catatan atas laporan keuangan. Misalnya, kontraktor konstruksi harus mengung-kapkan metode pengakuan pendapatan, dasar yang digunakan untuk mengkla-sifikasikan aktiva dan kewajiban sebagai lancar (sifat dan lamanya siklus operasi), dasar untuk mencatat persediaan, pengaruh setiap revisi estimasi, jumlah pekerja-an dalam kontrak yang belum selesai, dan rincian mengenai piutang (yang sudah dan yang belum ditagih, saat jatuh tempo, suku bunga, ketentuan uang panjar, serta konsentrasi risiko kredit perorangan atau kelompok yang signifikan). Dasar Penyelesaian Produksi Dalam kasus-kasus tertentu pendapatan diakui pada saat produksi telah selesai meskipun belum ada penjualan yang dilakukan. Contoh situasi seperti ini menyangkut logam mulia atau produk-produk pertanian dengan harga yang pasti. Menurut clisar penvelesni.ni produksi. pendapatan diakui pada saat logam ditambang atau produk pertanian dipanen
Muhammad Laras, SE.AK.MM AKUNTANSI KEUANGAN MENGAH II

T PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

15

karena harga jualnya dapat dipastikan dengan layak, unit-unitnya dapat dipertukarkan, serta tidak diperlukan biaya yang signifikan dalam mendistribusikan produk itu. Apabila penjualan atau penerimaan kas mendahului produksi dan penyerahan, seperti dalam kasus langganan majalah, maka pendapatan dapat diakui sebagai telah dihasilkan pada saat produksi dan penyerahan. PENGAKUAN PENDAPATAN SETELAH PENYERAHAN Dalam beberapa kasus, hasil penagihan atas harga jual tidak dapat dipastikan secara layak sehingga pengakuan pendapatan akan ditangguhkan. Salah satu dari dua metode berikut ini biasanya dipakai untuk menangguhkan pengakuan pendapatan sampai kas diterima, yaitu, metode penjualan cicilan (installment sales method) atau metode pemulihan biaya (cost recovery method). Dalam beberapa situasi kas diterima sebelum penyerahan atau pengalihan properti dan dicatat sebagai simpanan karena transaksi penjualan itu belum selesai. Cara ini disebut sebagai metode simpanan (deposit method). Metode Akuntansi Penjualan Cicilan Metode Penjualan Cicilan lebih menekankan pada diterimanya hasil penagihan daripada penjualan. Metode ini mengakui laba dalam periode-periode diterimanya hasil penagihan dan bukan dalam periode penjualan. Metode ini juga dibenarkan atas dasar bahwa bila tidak ada pendekatan yang layak untuk mengestimasi tingkat ketertagihan, maka pendapatan tidak boleh diakui sampai kas berhasil ditagih. Ungkapan "penjualan cicilan" biasanya digunakan untuk menggambarkan setiap jenis penjualan yang pembayarannya harus dilakukan dalam cicilan periodik selama periode waktu yang panjang. Cara ini digunakan dalam per-dagangan eceran, di mana semua jenis peralatan dan perabotan pertanian serta rumah tangga dijual atas dasar cicilan. Kadangkadang cara ini juga dipakai dalam industri alat-alat berat; dalam industri ini instalasi mesin dilunasi dalam periode yang panjang. Penerapan metode ini yang lebih mutakhir adalah dalam penjualan pengembangan tanah. Karena pembayaran atas produk atau properti yang dijual itu tersebar selama periode yang relatif panjang, maka risiko kerugian yang disebabkan oleh piutang tak tertagih akan lebih besar dalam transaksi penjualan cicilan daripada dalam penjualan biasa. Akibatnya, berbagai cara digunakan untuk melindungi penjual. Dalam perdagangan, dua cara yang paling umum adalah : (1) penggunaan kontrak penjualan bersyarat yang menetapkan bahwa hak milik atas barang yang dijual belum berpindah ke pembeli sampai semua pembayaran dilakukan, dan

T PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Muhammad Laras, SE.AK.MM

AKUNTANSI KEUANGAN MENGAH II

16

(2) penggunaan wesel yang dijamin oleh hipotik barang bergerak (harta pribadi) atas barang yang dijual. Kedua cara itu memungkinkan penjual untuk "memiliki kembali" barang yang telah dijual bila pembeli gagal membayar (default) pada satu atau lebih pembayaran. Barang yang dimiliki kembali itu kemudian dijual lagi dengan harga berapapun yang dapat mengkompensasi penjual sebesar cicilan yang tidak tertagih dan beban untuk mendapatkan kembali barang tersebut. Menurut metode akuntansi penjualan cicilan, pengakuan laba ditangguhkan sampai periode penagihan kas. Baik pendapatan maupun harga pokok penjualan diakui dalam periode penjualan tetapi laba kotor yang terkait ditangguhkan sampai periode tertagihnya kas. Jadi, bukan penjualan yang ditangguhkan sampai periode penagihan yang diantisipasi di masa datang dan kemudian biaya serta beban yang terkait ditangguhkan, melainkan hanya proporsi laba kotornya yang ditangguhkan, yang setara dengan penangguhan penjualan dan harga pokok penjualan. Beban-beban lainnya, yakni beban penjualan, beban administrasi, dan sebagainya, tidak ditangguhkan. Jadi, teori bahwa biaya dan beban harus dikaitkan dengan penjualan diterapkan dalam transaksi penjualan cicilan melalui angka laba kotor saja, tidak lebih dari itu. Perusahaan yang menggunakan metode akuntansi penjualan cicilan umumnya mencatat beban operasi tanpa memperhatikan fakta bahwa sebagian dari laba kotor tahun berjalan harus ditangguhkan. Praktik ini seringkali dibenarkan dengan alasan bahwa : (1) beban-beban ini tidak mengikuti penjualan sedekat harga pokok penjualan, dan (2) pembagian yang akurat di antara periode-periode begitu sulit sehingga tidak dapat diimbangi oleh manfaat yang diperoleh. Akseptabilitas Metode Penjuaian Cicilan Penggunaan metode cicilan untuk pengakuan pendapatan sangat berfluktuasi. Sampai awal tahun 1960-an metode ini digunakan secara luas dan diterima untuk transaksi penjualan cicilan. Ketika transaksi penjualan cicilan meningkat selama tahun enampuluhan, penerimaan dan penerapan metode cicilan untuk tujuan akuntansi keuangan sebaliknya menurun. Pada tahun 1966 APB menyimpulkan bahwa kecuali dalam situasi khusus, "metode cicilan untuk mengakui pendapatan tidak dapat diterima." Dasar pemikiran dari sikap ini adalah karena metode akuntansi cicilan tidak mengakui penghasilan sampai kas tertagih, sehingga metode ini tidak sesuai dengan konsep akuntansi akrual. Sebaliknya, metode cicilan seringkali dibenarkan dengan alasan bahwa risiko tidak tertagihnya piutang usaha mungkin begitu besar sehingga penjualan itu sendiri bukan merupakan bukti yang cukup agar terjadi pengakuan. Dalam beberapa kasus, alasan ini mungkin sah tetapi tidak dalam sebagian besar kasus. Pendekatan yang umum adalah
Muhammad Laras, SE.AK.MM AKUNTANSI KEUANGAN MENGAH II

T PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

17

bahwa jika penjualan sudah dilakukan, maka penjualan itu harus diakui; jika diperkirakan akan ada piutang yang tak tertagih, maka piutang itu harus dicatat secara terpisah sebagai estimasi piutang tak tertagih. Meskipun beban penagihan, beban pemilikan kembali, dan piutang tak tertagih merupakan bagian yang tak terhindarkan dalam aktivitas penjualan cicilan, namun timbulnya biaya-biaya ini dan kolektibilitas piutang dapat diprediksi secara layak. Kita akan mempelajari topik ini dalam akuntansi keuangan karena metode tersebut dapat diterima dalam kasus-kasus tertentu bila dasar yang layak untuk mengestimasi tingkat kolektibilitas dianggap tidak ada. Di samping itu, kelemahan metode penjualan dalam pengakuan pendapatan menjadi sangat nyata ketika boom waralaba dan pengembangan tanah yang terjadi pada tahun 1960-an dan 1970-an menimbulkan banyak kegagalan serta kekecewaan investor. Penerapan metode penjualan cicilan untuk operasi waralaba dan lisensi mengakibatkan penyalahgunaan yang telah dijelaskan sebagai "front-end loading" (pengakuan pendapatan sebelum waktunya, seperti pada waktu waralaba diberikan atau lisensi diterbitkan dan bukan pada saat dihasilkan atau ketika kas diterima). Banyak usaha pengembangan tanah yang rentan terhadap penyalahgunaan yang sama. Akibatnya, FASB menetapkan bahwa metode akuntansi penjualan cicilan untuk penjualan real estat hanya diterapkan dalam situasi tertentu. Prosedur untuk Menangguhkan Pendapatan dan Harga Pokok Penjuaian Orang bisa dengan mudah menyusun suatu prosedur untuk menangguhkan bagian dari harga jual yang belum ditagih dan bagian yang proporsional dari harga pokok penjualan. Akan tetapi, kita tidak membagi harga jual dan biaya sepanjang periode penagihan, tetapi hanya laba kotor yang ditangguhkan. Prosedur ini mempunyai pengaruh yang persis sama seperti menangguhkan baik penjualan maupun harga pokok penjualan tetapi hanya memerlukan satu akun yang ditangguhkan, dan bukan dua. Langkah-langkah yang digunakan adalah sebagai berikut: Untuk penjualan dalam satu tahun:
1. Selama tahun berjalan, catat baik penjualan maupun harga pokok penjualan dengan cara

yang biasa, dengan menggunakan akun-akun khusus yang akan dijelaskan kemudian, lalu hitung tingkat laba kotor atas transaksi penjualan cicilan.
2. Pada akhir tahun, terapkan tingkat laba kotor itu ke penagihan kas dari penjualan cicilan

tahun berjalan untuk mendapatkan laba kotor yang direalisasi. 3. Laba kotor yang belum direalisasi harus ditangguhkan sampai tahun berikutnya. Untuk penjualan yang dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya:

T PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Muhammad Laras, SE.AK.MM

AKUNTANSI KEUANGAN MENGAH II

18

Tingkat laba kotor atas penjualan setiap tahun harus diterapkan pada penagihan tunai piutang usaha yang timbul dari penjualan tahun berjalan untuk mendapatkan laba kotor yang direalisasi. Dari pembahasan terdahulu mengenai praktik umum yang diikuti dalam menentukan laba atas penjualan cicilan, jelaslah bahwa akun-akun khusus harus digunakan. Akun-akun ini memberikan informasi khusus tertentu yang diperlu-kan dalam menentukan laba kotor yang direalisasi dan yang belum direalisasi pada setiap tahun operasi.

Persyaratan untuk membuat akun khusus ini adalah sebagai berikut:


1. Transaksi penjualan cicilan harus dicatat dalam akun terpisah dari semua penjualan

lainnya.
2. Laba kotor atas penjualan yang dilakukan secara cicilan harus dapat ditentukan. 3. Jumlah kas yang tertagih dari piutang usaha penjualan cicilan harus diketahui, dan

selain itu, jumlah keseluruhan yang tertagih dari penjualan tahun berjalan serta setiap tahun sebelumnya juga harus dapat ditentukan.
4. Penyisihan harus dibuat untuk mengkompensasi ke muka laba kotor yang ditangguhkan

setiap tahunnya. Dalam setiap tahun, beban operasi yang biasa dibebankan ke akun beban dan ditutup ke akun Ikhtisar Laba Rugi seperti dalam prosedur akuntansi yang lazim. Jadi, satu-satunya kekhususan dalam menghitung laba bersih menurut metode penjualan cicilan seperti yang biasa diterapkan adalah penangguhan laba kotor sampai terealisasi melalui penagihan piutang usaha. Masalah Tambahan dalam Akunfansi Penjualan Cicilan Selain perhitungan laba kotor yang direalisasi dan ditangguhkan saat ini, ada masalah lain yang dihadapi dalam akuntansi untuk transaksi penjualan cicilan. Masalah-masalah ini berkaitan dengan: 1. Bunga atas kontrak cicilan. 2. Piutang tak tertagih. 3. Gagal membayar (default) dan pemilikan kembali. Bunga atas Kontrak Cicilan. Karena penagihan piutang cicilan tersebar selama periode yang panjang, maka sudah menjadi kebiasaan untuk membebankan bunga kepada pembeli atas saldo yang belum dibayar. Karena itu, suatu skedul pembayaran yang sama besarnya yang terdiri dari bunga dan pokok pinjaman harus disusun. Setiap pembayaran yang berurutan itu terdiri atas bunga yang jumlahnya semakin kecil dan angsuran pokok pinjaman yang jumlahnya semakin besar, seperti yang diperlihatkan dalam Ilustrasi
Muhammad Laras, SE.AK.MM AKUNTANSI KEUANGAN MENGAH II

T PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

19

19-22. Ilustrasi ini mengasumsikan bahwa aktiva dengan harga perolehan $2.400 dijual seharga $3.000 dengan bunga 8% yang sudah termasuk dalam tiga cicilan sebesar Piutang Tak Tertagih. Masalah piutang ragu-ragu atau piutang usaha yang tidak tertagih agak berbeda bagi perusahaan yang menjual atas dasar cicilan karena adanya aspek kepemilikan kembali yang biasanya dicantumkan dalam perjanjian penjualan. Aspek ini member! perusahaan penjual suatu kesempatan untuk mengganti semua piutang yang tidak tertagih melalui kepemilikan kembali dan penjualan kembali barang yang dimiliki kembali itu. Jika pengalaman perusahaan menunjukkan bahwa kepemilikan kembali tidak, sebagai pegangan, menutup saldo yang tidak tertagih, maka perusahaan sebaiknya mencadangkan kerugian semacam itu melalui pembebanan ke suatu akun beban khusus atas piutang tak tertagih seperti yang dilakukan untuk penjualan kredit lainnya. Gagal Membayar (Default) dan Kepemilikan Kembali. Tergantung pada syarat-syarat kontrak penjualan dan kebijakan bagian kredit, penjual bisa memiliki kembali barang dagang yang telah terjual menurut perjanjian cicilan jika pembeli gagal memenuhi kewajiban pembayaran (default}. Barang dagang yang dimiliki kembali itu mungkin harus diperbaiki sebelum ditawarkan untuk dijual. Barang itu bisa dijual kembali secara tunai atau dengan pembayaran cicilan. Akuntansi untuk pemilikan kembali mengakui bahwa piutang usaha cicilan yang terkait tidak dapat ditagih sehingga harus dihapuskan. Bersama dengan piutang usaha itu, laba kotor yang ditangguhkan yang sudah dihitung harus dipindahkan dari buku besar dengan menggunakan ayat jurnal berikut ini: Barang Dagang yang Dimiliki Kembali (akun persediaan) xx Laba Kotor yang Ditangguhkan Piutang Usaha Cicilan xx xx

Ayat jurnal di atas mengasumsikan bahwa barang dagang yang dimiliki kembali akan dicatat dalam pembukuan tepat sebesar jumlah piutang yang tidak tertagih dikurangi laba kotor yang ditangguhkan yang sudah diperhitung-kan. Asumsi ini bisa saja tepat atau tidak tepat. Kondisi barang dagang yang dimiliki kembali, biaya perbaikannya, serta pasar barang bekas untuk jenis itu semuanya harus dipertimbangkan. Tujuannya haruslah mencantumkan setiap aktiva yang diperoleh dalam pembukuan sebesar nilai wajarnya atau, apabila nilai wajar tidak dapat diketahui, sebesar taksiran nilai wajar yang paling tepat. Jika nilai wajar barang dagang yang dimiliki kembali lebih kecil daripada saldo yang tidak tertagih dikurangi laba kotor yang ditangguhkan, maka "kerugian atas pemilikan kembali" harus dicatat pada tanggal kepemilikan kembali. Sebagian akuntan berpendapat bahwa barang
Muhammad Laras, SE.AK.MM AKUNTANSI KEUANGAN MENGAH II

T PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

20

dagang yang dimiliki kembali harus dicatat sebesar nilai yang memungkinkan perusahaan memperoleh tingkat laba kotor yang biasa atas penjualan kembali. Jika barang tersebut dicatat sebesar taksiran harga belinya, maka tingkat laba kotor yang biasa dapat diperoleh pada saat penjualan akhir, tetapi hal ini merupakan pertimbangan yang kurang penting. Di sini yang lebih penting adalah bahwa aktiva yang diperoleh melalui pemilikan kembali harus dicatat sebesar nilai wajar, sesuai dengan praktik umum pencatatan aktiva sebesar harga akuisisi seperti yang ditunjukkan oleh nilai pasar wajar pada tanggal akuisisi.

Penyajian Transaksi Penjualan Cicilan dalam Laporan Keuangan Jika transaksi penjualan cicilan merupakan bagian yang signifikan dari total penjualan, maka diperlukan pengungkapan penuh atas penjualan cicilan, harga pokok penjualan cicilan, dan semua beban yang dapat dialokasikan ke penjualan cicilan. Akan tetapi, jika transaksi penjualan cicilan bukan merupakan bagian yang signifikan dari total penjualan, maka kita cukup memasukkan laba kotor yang direalisasi dalam laporan laba-rugi sebagai pos khusus sesudah laba kotor atas penjualan. Kejanggalan yang terlihat dalam metode penyajian ini sulit untuk dihindari jika pengungkapan penuh atas transaksi penjualan cicilan harus disajikan dalam laporan laba rugi. Salah satu pemecahannya adalah menyiapkan skedul terpisah yang memperlihatkan transaksi penjualan cicilan dan hanya angka akhirnya yang dicantumkan dalam laporan laba rugi. Biasanya pengklasifikasian piutang usaha cicilan menurut tahun kolek-tibilitas di neraca perlu dilakukan. Namun, ada keraguan mengenai apakah piutang cicilan yang tidak dapat ditagih untuk dua tahun atau lebih harus dimasukkan dalam aktiva lancar. Jika penjualan cicilan merupakan bagian dari operasi yang normal, maka piutang semacam itu dapat dianggap sebagai aktiva lancar karena dapat ditagih selama siklus operasi bisnis. Di pihak lain, piutang atas kontrak cicilan yang berasal dari transaksi yang tidak berkaitan dengan operasi normal harus dilaporkan dalam seksi Aktiva Lainnya jika jatuh tempo lebih dari satu tahun. Barang dagang yang dimiliki kembali merupakan bagian dari persediaan dan harus dimasukkan pada seksi Aktiva Lancar di neraca. Setiap keuntungan atau kerugian atas kepemilikan kembali harus dimasukkan dalam laporan laba-rugi pada seksi Pendapatan dan Keuntungan Lain atau Beban dan Kerugian Lain.

T PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Muhammad Laras, SE.AK.MM

AKUNTANSI KEUANGAN MENGAH II

21

Laba kotor yang ditangguhkan atas penjualan cicilan umumnya diperlakukan sebagai pendapatan diterima di muka dan diklasifikasikan sebagai kewajiban lancar. Secara teoretis, laba kotor yang ditangguhkan terdiri dari tiga unsur: (1) kewajiban pajak penghasilan yang akan dibayar apabila penjualan dilaporkan sebagai pendapatan yang direalisasi (kewajiban lancar); (2) penyisihan untuk beban penagihan, piutang tak tertagih, dan kerugian kepemilikan kembali (pengurangan dari piutang usaha cicilan ); serta (3) laba bersih (laba ditahan, dengan dibatasi oleh ketersediaan dividen). Akan tetapi, karena sulit untuk mengalokasikan laba kotor yang ditangguhkan di antara ketiga unsur ini, maka keseluruhan jumlahnya seringkali dilaporkan sebagai pendapatan diterima di muka. Sebaliknya, FASB dalam SFAC No. 3 menyatakan bahwa "apapun cara yang ditampilkan dalam laporan keuangan, laba kotor yang ditangguhkan dari penjualan cicilan secara konseptual merupakan penilaian aktivayaitu, pengurangan aktiva."30 Pengarang buku ini mendukung posisi FASB tetapi menyadari bahwa sampai standar resmi untuk topik ini dikeluarkan, laporan keuangan mungkin akan terus melaporkan laba kotor yang ditangguhkan sebagai kewajiban lancar. Metode Pemuiihan Biaya Menurut metode pemulihan biaya, tidak ada laba yang diakui sampai pemba-yaran kas oleh pembeli melebihi harga pokok barang dagang yang dijual oleh penjual. Sesudah semua biaya dipulihkan, setiap tambahan kas yang tertagih dimasukkan dalam laba. Laporan laba rugi untuk periode penjualan melaporkan pendapatan penjualan, harga pokok penjualan, dan laba kotor baik jumlah (kalau ada) yang diakui selama periode berjalan maupun jumlah yang ditangguhkan. Laba kotor yang ditangguhkan dikurangkan dari piutang terkaitdikurangi penagihandi neraca. Laporan laba rugi selanjutnya akan melaporkan laba kotor sebagai pos pendapatan terpisah apabila diakui pada saat dihasilkan. APB Opinion No. 10 mengizinkan penjual menggunakan metode pemulihan biaya untuk mempertanggungjawabkan penjualan yang "tidak mempunyai dasar yang layak dalam mengestimasi kolektibilitas." Metode ini diwajibkan menurut FASB Statements No. 45 (waralaba) dan No. 66 (real estat), yaitu bidang-bidang dengan tingkat ketidakpastian yang tinggi berkaitan dengan penagihan piutang. Menurut metode pemulihan biaya, total pendapatan dan harga pokok penjualan dilaporkan dalam periode penjualan sama seperti menurut metode penjualan cicilan. Akan tetapi, tidak seperti metode penjualan cicilan, yang mengakui laba ketika kas tertagih, metode pemulihan biaya mengakui laba hanya apabila penagihan kas melebihi total harga pokok penjualan.

T PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Muhammad Laras, SE.AK.MM

AKUNTANSI KEUANGAN MENGAH II

22

Ayat jurnal untuk mencatat laba kotor yang ditangguhkan atas transaksi ini (setelah penjualan dan harga pokok penjualan dicatat dengan cara yang normal) pada akhir tahun 2001 adalah sebagai berikut: 2001 Penjualan 36.000 Harga Pokok Penjualan 25.000 Laba Kotor yang Ditangguhkan 11.000 (Untuk menutup penjualan dan harga pokok penjualan dan mencatat laba kotor yang ditangguhkan atas penjualan yang dipertanggungjawabkan dengan metode pemulihan biaya) Pada tahun 2002 dan 2003, laba kotor yang ditangguhkan akan menjadi laba kotor yang direalisasi pada saat penagihan kas kumulatif melebihi total harga pokok dengan mencatat ayat jurnal berikut ini:

2002 Laba Kotor yang Ditangguhkan 5.000 Laba Kotor yang Direalisasi 5.000 (Untuk mengakui laba kotor sampai sejauh penagihan kas dalam melebihi harga pokok)

tahun 2002

2003 Laba Kotor yang Ditangguhkan 6.000 Laba Kotor yang Direalisasi 6.000 (Untuk mengakui laba kotor sampai sejauh penagihan kas tahun 2003 melebihi harga pokok) Metode Simpanan (Deposit Method) Dalam beberapa kasus, kas diterima dari pembeli sebelum pengalihan barang atau properti. Di sini tidak terdapat pengalihan risiko dan imbalan kepemilikan yang memadai agar suatu penjualan dapat dicatat. Dalam kasus seperti ini penjual belum melaksanakan kontrak dan tidak memiliki klaim terhadap pembeli. Metode akuntansi untuk transaksi yang belum selesai ini adalah metode Simpanan (Deposit Method) Menurut metode simpanan, penjual melaporkan kas yang diterima dari pembeli sebagai uang tanggungan atas kontrak dan mengklasifikasikannya sebagai kewajiban (simpanan yang dapat dikembalikan atau uang muka pelanggan) di neraca. Penjual terus melaporkan propertinya sebagai aktiva dalam neraca, beserta setiap hutang terkait yang masih ada. Selain itu, penjual juga terus mencatat beban penyusutan sebagai biaya periode untuk properti tersebut. Tidak ada pendapatan atau laba yang harus diakui sampai penjualan selesai.33 Pada saat itu, akun simpanan ditutup dan salah satu metode pengakuan pendapatan yang dibahas dalam bab ini diterapkan pada penjualan itu.

T PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Muhammad Laras, SE.AK.MM

AKUNTANSI KEUANGAN MENGAH II

23

Perbedaan utama antara metode cicilan dan metode pemulihan biaya serta metode simpanan adalah bahwa dalam metode cicilan dan pemulihan biaya penjual diasumsikan telah melaksanakan kontrak, tetapi penagihan kas sangat tidak pasti. Dalam metode simpanan, penjual belum melaksanakan kontrak dan tidak ada klaim yang sah. Metode simpanan menunda mengakui penjualan sampai dapat dipastikan bahwa suatu penjualan telah terjadi untuk tujuan akuntansi. Pengakuan pendapatan ditangguhkan sampai terjadi suatu peristiwa di masa depan. Jika belum ada pengalihan risiko dan imbalan kepemilikan yang mencukupi, sekalipun simpanan telah diterima, maka pengakuan penjualan harus ditunda sampai pengalihan yang memadai terjadi. Dalam pengertian itu, metode simpanan bukanlah suatu metode pengakuan pendapatan seperti metode cicilan dan pemulihan biaya.

PENGAKUAN UNTUK TRANSAKSI PENJUALAN KHUSUS Untuk melengkapi penyajian mengenai pengakuan pendapatan, kami memilih untuk membahas dua jenis transaksi bisnis yang umum tetapi unik yaitu, waralaba (franchise) dan konsinyasi (consignment). WARALABA (FRANCHISEE) Akuntansi untuk penjualan waralaba (franchise) dipilih karena popularitas, kerumitan, dan kemampuan penerapannya pada banyak dasar pengakuan pendapatan yang telah dibahas sebelumnya. Dalam akuntansi untuk penjualan waralaba, akuntan harus menganalisis transaksi itu dan, dengan mempertim-bangkan semua situasi, harus menggunakan pertimbangan dalam memilih serta menerapkan satu atau lebih dasar pengakuan pendapatan dan kemudian, mung-kin, memantau situasinya selama periode waktu yang panjang. Seperti telah ditunjukkan sepanjang bab ini, pendapatan diakui berdasarkar dua kriteria: (1) pada saat direalisasi atau dapat direalisasi (terjadinya pertukarar dengan kas atau klaim atas kas), dan (2) pada saat dihasilkan (penyelesaiar atau penyelesaian yang sebenarnya dari proses menghasilkan laba).

T PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Muhammad Laras, SE.AK.MM

AKUNTANSI KEUANGAN MENGAH II

24

Kriteria in sesuai bagi kebanyakan aktivitas bisnis, tetapi bagi beberapa transaksi penjualar kriteria tersebut sama sekali tidak cukup untuk mendefinisikan kapan pen dapatan hams diakui. Industri waralaba yang tumbuh pesat ini telah menghadap kan akuntan pada masalah dan tantangan khusus. Ada empat jenis perjanjian waralaba yang berkembang: (1) pabrikan pengecer, (2) pabrikan-grosir, (3) sponsor jasa- pengecer, dan (4) grosir-pengecer Kategori waralaba yang paling cepat pertumbuhannya, dan yang menyebabkar akuntansi yang sesuai ditelaah kembali, adalah kategori ketiga, yaitu sponsoi jasa-pengecer (service sponsor-retailer). Perusahaan waralaba memperoleh pendapatannya dari salah satu atai kedua sumber ini: (1) dari penjualan waralaba awal dan aktiva atau jasa terkait dan (2) dari iuran (fee) berkesinambungan yang didasarkan pada pengoperasiar waralaba. Franchisor (pihak yang memberikan hak bisnis dalam waralaba biasanya memberikan kepada franchisee (pihak yang mengoperasikan bisni; waralaba) jasa-jasa berikut ini: Sepanjang tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an praktik yang standar bagi para franchisor adalah mengakui seluruh iuran waralaba pada tanggal penjualan, baik apakah iuran itu diterima saat ini atau harus ditagih sepanjang suatu periode waktu yang panjang. Seringkali, franchisor mencatat seluruh jumlah itu sebagai pendapatan pada tahun penjualan meskipun masih banyak jasa yang harus dilakukan serta ada ketidakpastian menyangkut penagihan keseluruhan iuran.2 Sesungguhnya para franchisor itu menghitung ayam goreng mereka sebelum telur ayamnya menetas. Namun, perjanjian waralaba dapat menetapkan pengembalian pembayaran kepada franchisee jika kondisi-kondisi tertentu tidak terpenuhi, dan laba iuran waralaba dapat menurun secara drastis akibat biaya kewajiban dan jasa yang harus diberikan oleh franchisor di masa depan. Untuk menghambat penyalah-gunaan dalam pengakuan pendapatan yang terjadi saat itu serta untuk men-standardisasi praktik akuntansi dan pelaporan dalam industri waralaba, FASB mengeluarkan Statement No. 45. Iuran Awal Waralaba Iuran awal waralaba (initial franchise fee) merupakan pembayaran untuk membentuk suatu hubungan waralaba dan penyediaan berbagai jasa awal. Iuran awal waralaba dicatat sebagai pendapatan hanya bila dan ketika franchisor "secara substansial melaksanakan" jasa-jasa yang wajib ia laksanakan dan penagihan iuran dapat dipastikan secara layak. Pelaksanaan yang substansial (substantial performance) terjadi bila franchisor tidak lagi memiliki kewajiban untuk mengembalikan kas yang telah diterima atau membebaskan semua wesel yang belum dibayar serta telah melakukan semua jasa awal yang disyaratkan dalam kontrak. Menurut FASB No. 45, "dimulainya operasi oleh franchisee harus dianggap sebagai titik paling awal terjadinya pelaksanaan yang substansial, kecuali dapat diperlihatkan
Muhammad Laras, SE.AK.MM AKUNTANSI KEUANGAN MENGAH II

T PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

25

bahwa pelaksanaan yang substansial atas semua kewajiban, termasuk jasa-jasa yang diberikan secara sukarela, telah terjadi sebelum saat itu."3 llustrasi Ayat Jurnal untuk Iuran Awal Waralaba Untuk mengilustrasikan hal ini, asumsikan bahwa Turn's Pizza, Inc. membe-bankan iuran awal waralaba sebesar $50.000 untuk hak operasi sebagai franchisee Turn's Pizza. Dari jumlah itu, sebesar $10.000 harus dibayar ketika perjanjian ditandatangani dan sisanya dibayar dalam lima pembayaran tahunan masing-masing sebesar $8.000. Sebagai imbalan atas iuran awal waralaba, franchisor akan membantu memilih lokasi, menegosiasikan lease atau membeli lokasi tersebut, mengawasi aktivitas konstruksi, dan memberikan jasa pembukuan. Peringkat kredit franchisee menunjukkan bahwa uang dapat dipinjam dengan bunga 8%. Nilai sekarang anuitas biasa yang terdiri dari lima penerimaan tahunan masingmasing sebesar $8.000 yang didiskontokan pada 8% adalah $31.941,68. Diskonto sebesar $8.058,32 merupakan pendapatan bunga yang diperoleh franchisor sepanjang periode pembayaran. 1. Jika dapat diperkirakan secara wajar bahwa uang muka mungkin dikembalikan dan jika jasa yang substansial masih harus dilakukan oleh Turn's Pizza, Inc. di masa depan, maka ayat jurnalnya adalah: Kas Wesel Tagih 10.000,00 40.000,00 8.058,32 Diskonto Wesel Tagih

luran Waralaba yang Diterima di Muka 41.941,68 2. Jika probabilitas pengembalian iuran awal waralaba itu sangat kecil, jumlah jasa masa depan yang harus diberikan kepada franchisee adalah minimal, ketertagihan wesel dapat dipastikan dengan layak, serta pelaksanaan yang substansial telah terjadi, maka ayat jurnalnya adalah: Kas Wesel Tagih 10.000,00 40.000,00 8.058,32 41.941,68 Diskonto Wesel Tagih Pendapatan dari luran Waralaba

3. Jika uang muka awal tidak dapat dikembalikan, merupakan ukuran yang wajar untuk jasa yang telah diberikan, dengan sejumlah jasa yang signifikan masih harus dilakukan oleh franchisor dalam periode mendatang, dan kolektibilitas wesel dapat dipastikan dengan layak, ayat jurnalnya adalah: Kas Wesel Tagih 10.000,00 40.000,00 8.058,32 10.000,00
AKUNTANSI KEUANGAN MENGAH II

Diskonto Wesel Tagih Pendapatan dari luran Waralaba

T PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Muhammad Laras, SE.AK.MM

26

luran Waralaba Diterima di Muka

31.941,68

4. Jika uang muka awal tidak dapat dikembalikan dan tidak ada jasa masa depan yang disyaratkan bagi franchisor, tetapi penagihan wesel sangat tidak pasti sehingga pengakuan wesel sebagai aktiva tidak dibenarkan, ayat jurnalnya akan menjadi: Kas Pendapatan dari luran Waralaba 10.000 10.000

5. Dengan kondisi yang sama seperti yang disebutkan dalam nomor 4 kecuali bahwa uang mukanya dapat dikembalikan atau jasa yang substansial masih harus dilaksanakan, ayat jurnalnya adalah: Kas luran Waralaba Diterima di Muka 10.000 10.000

Dalam kasus 4 dan 5ketika penagihan wesel sangat tidak pastipenagihan kas mungkin diakui dengan menggunakan metode cicilan atau metode pemulihan biaya

luran Waralaba yang Berkesinambungan luran waralaba yang berkesinambungan (continuing franchise fees) diterima sebagai imbalan atas hak berkesinambungan yang diberikan oleh perjanjian waralaba dan atas penyediaan jasa seperti pelatihan manajemen, iklan dan promosi, bantuan hukum, serta dukungan lainnya. luran yang berkesinambungan harus dilaporkan sebagai pendapatan pada saat dihasilkan dan dapat ditagih dari franchisee, kecuali jika sebagian dari iuran itu dikhususkan untuk tujuan tertentu, seperti penyisihan sejumlah tertentu untuk perawatan bangunan atau iklan lokal. Dalam hal ini, bagian yang ditangguhkan merupakan jumlah yang cukup untuk menutup estimasi biaya yang melebihi iuran waralaba berkesinambungan dan memberikan laba yang layak atas jasa yang berlanjut itu. Pembelian dengan Harga Murah Selain membayar iuran waralaba yang berkesinambungan, franchisee seringkali juga membeli beberapa atau semua peralatan dan perlengkapan mereka dari franchisor. Franchisor akan mempertanggungjawabkan penjualan ini sama seperti penjualan produk lainnya. Namun, kadang-kadang perjanjian waralaba memberikan hak kepada franchisee untuk melakukan pembelian dengan harga murah (bargain purchase) atas peralatan atau perlengkapan setelah iuran awal waralaba dibayarkan. Bila harga murah ini lebih rendah daripada harga jual normal produk yang sama, atau bila harga tersebut tidak memberi franchisor laba yang layak, maka sebagian dari iuran awal waralaba harus ditangguhkan. Bagian yang ditangguhkan dipertanggungjawabkan sebagai penyesuaian harga jual bila franchisee kemudian membeli peralatan atau perlengkapan. Opsi untuk Membeli
Muhammad Laras, SE.AK.MM AKUNTANSI KEUANGAN MENGAH II

T PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

27

Perjanjian waralaba mungkin saja memberi franchisor opsi untuk membeli bisnis franchisee. Sebagai kebijakan manajemen, franchisor mungkin memegang hak untuk membeli outlet waralaba yang menguntungkan, atau membeli outlet yang sedang menghadapi kesulitan keuangan. Jika pada saat opsi diberikan besar kemungkinan franchisor akan membeli outlet tersebut, maka iuran awal waralaba tidak boleh diakui sebagai pendapatan tetapi harus dicatat sebagai kewajiban. Ketika opsi digunakan, kewajiban itu akan mengurangi investasi franchisor dalam outlet itu. Biaya-Biaya Franchisor Akuntansi waralaba juga menyangkut akuntansi yang tepat untuk biaya-biaya franchisor. Tujuannya adalah untuk menandingkan biaya dan pendapatan terkait dengan melaporkannya sebagai komponen laba dalam periode akuntansi yang sama. Franchisor biasanya harus menangguhkan biaya langsung (biasanya biaya inkremental) yang berkaitan dengan penjualan waralaba tertentu yang pendapatannya belum diakui. Akan tetapi, biaya tidak boleh ditangguhkan tanpa mengacu pada pendapatan yang diantisipasi dan kemungkinan realisasinya. Biaya tidak langsung yang bersifat teratur dan berulang seperti beban penjualan dan administrasi yang tetap timbul berapapun tingkat penjualan waralaba harus dibebankan pada saat terjadinya. Pengungkapan oleh Franchisor Pengungkapan semua komitmen dan kewajiban signifikan yang timbul dari perjanjian waralaba, termasuk penjelasan mengenai jasa-jasa yang belum di-laksanakan secara substansial, harus dilakukan. Setiap penyelesaian ketidak-pastian mengenai ketertagihan iuran waralaba harus diungkapkan. luran awal waralaba harus dipisahkan dari pendapatan iuran waralaba lainnya apabila jumlahnya signifikan. Bilamana mungkin, pendapatan dan biaya yang berkaitan dengan outlet yang dimiliki franchisor harus dibedakan terhadap pendapatan dan biaya yang berkaitan dengan outlet yang diwaralabakan. KONSINYASI Dalam beberapa perjanjian, penyerahan barang dari pabrikan (atau pedagang grosir) kepada dealer (atau pengecer) tidak dianggap sebagai pelaksanaan sepenuhnya dan sebagai penjualan karena pabrikan masih memegang hak atas barang tersebut. Metode khusus untuk memasarkan jenis produk tertentu ini memanfaatkan suatu cara yang dikenal sebagai konsinyasi. Menurut perjanjian ini, consignor (pabrikan) mengirimkan barang dagang kepada consignee (dealer), yang bertindak sebagai agen bagi consignor dalam menjual barang dagang itu. Baik consignor maupun consignee berkepentingan

T PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Muhammad Laras, SE.AK.MM

AKUNTANSI KEUANGAN MENGAH II

28

dalam penjualan ituyang pertama untuk mendapatkan laba atau mengembangkan pasar, sementara yang kedua untuk mendapatkan komisi atas penjualan itu. Consignee menerima barang dagang dan setuju untuk dengan cermat menjaga serta menjual barang tersebut. Kas yang diterima dari pelanggan dikirimkan kepada consignor oleh consignee, setelah dikurangi komisi penjualan dan semua beban yang dapat dikenakan. Suatu versi dasar penjualan yang dimodifikasi untuk pengakuan pendapatan digunakan oleh consignor. Yaitu, pendapatan hanya diakui setelah consignor menerima pemberitahuan penjualan dan pengiriman kas dari consignee. Barang dagang itu sepanjang konsinyasi tercatat sebagai persediaan consignor, dan secara terpisah diklasifikasikan sebagai Barang Dagang atas Konsinyasi. Barang tersebut tidak dicatat sebagai aktiva dalam pembukuan consignee. Pada saat barang dagang itu terjual, consignee mempunyai kewajiban sebesar jumlah bersih yang terutang kepada consignor. Consignor secara periodik menerima dari consignee sebuah laporan penjualan (account sales) yang memperlihatkan barang dagang yang diterima, barang dagang yang terjual, beban yang dapat dikenakan pada konsinyasi, serta kas yang dikirimkan. Saat itulah pendapatan diakui oleh consignor. Untuk mengilustrasikan ayat jurnal akuntansi konsinyasi, asumsikan bahwa Nelba Manufacturing Co. mengirimkan barang dagang berharga pokok $36.000 secara konsinyasi kepada Best Value Stores. Nelba membayar $3.750 biaya pengangkutan dan Best Value membayar $2.250 untuk biaya iklan lokal yang dapat ditagihkan kepada Nelba. Pada akhir periode, dua pertiga barang dagang yang dikonsinyasikan telah terjual dengan harga $40.000 tunai. Best Value lalu memberitahukan penjualan itu kepada Nelba, mengambil komisi 10%, serta mengirimkan uang tunai milik Nelba. Dalam perjanjian konsinyasi, pabrikan (consignor) menerima risiko bahwa barang dagang mungkin tidak terjual dan membebaskan dealer (consignee) dari keharusan rnengkomitmenkan sebagian dari modal kerjanya dalam persediaan. Berbagai sistem dan judul akun yang berbeda dipakai untuk mencatat konsinyasi, tetapi semuanya mempunyai tujuan yang sama, yaitu menunda pengakuan pendapatan sampai diketahui bahwa penjualan kepada pihak ketiga sudah terjadi.

T PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Muhammad Laras, SE.AK.MM

AKUNTANSI KEUANGAN MENGAH II

29

Anda mungkin juga menyukai