Anda di halaman 1dari 10

ELEMEN DAN STRUKTUR

TEORI AKUNTANSI

Oleh: Kelompok II
Akuntansi VI-A
Ahmad Almuhajir
Ahmad Fikri
Dwi Nur Handayani
Fitriani Efendy
Khairil Umasangaji
Nurjain Fara
U N IVE R S ITAS
2015

KHAIRUN
2016

DAFTAR

ISI

1.1 PEMIKIRAN MENGENAI TEORI .............................................................................. 3


1.1.1 Jenis Struktur Teoretis ........................................................................................... 3
1.1.2 Fungsi Dan Struktur Teori ..................................................................................... 4
1.1.3 Evaluasi Teori ....................................................................................................... 5
1.1.4 Teori Umum Versus Teori Menengah Tentang Akuntansi .................................... 6
1.2 PEMIKIRAN MENGENAI KONSEP .......................................................................... 6
1.2.1 Hakikat Dan Pentingnya Konsep .......................................................................... 6
1.2.2 Validitas Konsep ................................................................................................... 6
1.3 MENANGANI HIPOTESIS .......................................................................................... 7
1.3.1 Dari Dalil Ke Hipotesis ......................................................................................... 7
1.3.2 Konfirmasi Atas Hipotesis .................................................................................... 7
1.3.3 Hakikat Dari Penjelasan ........................................................................................ 8
1.3.4 Hakikat Dari Prediksi ............................................................................................ 8
1.4 KONTEKS PENEMUAN .............................................................................................. 8
1.5 KESIMPULAN .............................................................................................................. 9
DAF TAR

P U S T A K A ............................................................................................ 10

1.1 PEMIKIRAN MENGENAI TEORI


1.1.1 Jenis Struktur Teoretis
Menurut Mario Bunge dalam ilmu lanjutan metascience kontemporer, hokum atau
rumusan hokum menunjuk kepada suatu jenis hipotesis tertentu, yaitu non-tunggal,
non-terisolasi, mengacu kepada suatu pola, serta membenarkan. Dan teori menunjuk
kepada suatu sistem hipotesis, dimana rumusan hokum terlihat jelas di antaranya,
sedemikian sehingga inti dari teori adalah suatu sistem dari rumusan hokum.
Penggambaran sementara untuk meminimalkan kesimpulan: Sekumpulan hipotesis ilmiah
adalah suatu teori ilmiah jika dan hanya jika ia mengacu kepada suatu permasalahan
faktual tertentu dan setiap bagian dari kumpulan tersebut adalah suatu asumsi awal
(aksioma, asumsi tambahan, atau datum) atau suatu kensekuensi logis dari satu atau lebih
asumsi-asumsi awal.
Unsur-unsur yang terkandung dalam teori adalah konsep, dalil, dan hipotesis yang
saling berhubungan dalam suatu struktur sistematis yang memungkinkan diberikannya
penjelasan dan prediksi. Hubungan yang sistematis dari hipotesis yang saling
berhubungan ini diperoleh melalui formalisasi suatu teori, yaitu, dengan menggunakan
sebuah sistem bahasa formal yang telah diaksiomasi dan diartikan dengan tepat.
Aksiomasi itu sendiri terdiri atas aturan-aturan transformasi yang mengindikasikan
bagaimana
pernyataan-pernyataan
dikombinasikan
untuk
mendeduksi
pernyataan-pernyataan lain dalam teori ini.
Perbedaan antara bahasa formal dengan bahasa asli menurut Shelby Hunt :
Sistem bahasa formal berbeda dari bahasa asli di mana mereka mengidentifikasikan
semua unsure-unsur primitif dan mengembangkan suatu kamus yang lengkap yang
menunjukkan bagaimana semua istilah-istilah nonprimitif dihasilkan dari unsure-unsur
primitif tadi. Tingkatan formalisasi dari suatu teori menghasilkan enam jenis utama
struktur teoretis:
1. Teori Deduktif Lengkap ( Deductively Complete theories) memiliki sebuah struktur
formal yang lengkap dengan aksioma-aksioma yang telah dijelaskan secara penuh
dan seluruh langkah-langkah dalam perluasan deduktifnya dinyatakan dengan
lengkap.
2. Teori Hierarki (Hierarchical Theories) adalah teori-teori di mana hukum-hukum
komponennya disajikan sebagai deduksi-deduksi dari satu kumpulan kecil
prinsip-prinsip dasar.
3. Prapengandaian
Sistematis (Systematic
presuppositions)
meliputi
formulasi-formulasi yang mengandaikan sebelumnya suatu isi dari teori yang
lengkap atau lengkap sebagian.

4.

Teori Kuasi-Deduktif (Quasi-Deductive Theories) adalah teori dengan deduktif


kuasi (seolah-olah) karena menggunakan logika induktif, penggunaan proses
deduktif yang tidak lengkap, atau mengandalkan pada primitive-primitif relatif.

5.

Percobaan-Percobaan Teoretis (Theoretical Attempts) adalah sistem-sistem yang


dapat tanpa modifikasi yang signifikan pada konsep atau manipulasi, dapat dibuat
paling tidak sebagian menjadi sebuah struktur formal atau sistem verbal yang bahkan
sebagian daripadanya tidak dapat diformalisasi tanpa modifikasi yang substansial
atau konsep-konsep yang digunakan dan klarifikasi dari hubungan deduktif yang
diusulkan.

6.

Teori Yang Saling Berhubungan (Concatenated Theories) adalah teori yang


hukum-hukum komponennya bekerja dalam jaringan hubungan sehingga membentuk
suatu konfigurasi atau pola yang dapat diidentifikasi.

1.1.2 Fungsi Dan Struktur Teori


Teori dapat diidentifikasikan melalui struktur dan fungsi yang dijalankannya. Baik
struktur dan fungsidari suatu teori akan membantu memenuhi kebutuhan dari disiplin
tertentu.
Klasifikasi fungsi menurut John Harvard dan Sheth Jagdish:
1. Fungsi Deskriptif (Descriptive Function) mencakup penggunaan gagasan atau
konsep dan hubungan yang mereka miliki untuk memberikan penjelasan terbaik atas
suatu fenomena dan kekuatan-kekuatan yang mendasarinya.
2. Fungsi Pembatasan (Delimiting Function) mencakup pemilihan suatu kumpulan
peristiwa favorit yang harus dijelaskan dan memberikan suatu arti atas abstraksi yang
diformulasikan dari tahapan deskriptif tersebut.
3. Fungsi Generatif (Generative Function) adalah kemampuan untuk menghasilkan
hipotesis yang dapat diuji, yang merupakan tujuan utama dari suatu teori, atau untuk
memberikan prasangka, pemikiran, dan ide-ide yang menjadi dasar pengembangan
suatu hipotesis.
4. Fungsi Integratif (Integrative Function) adalah kemampuan untuk menyajikan
secara koheren dan konsisten, integrasi dan berbagai konsep dan hubungan dalam
suatu teori.
5. Tingkat Abstrak (Level Of Abstraction) meliputi penyederhanaan dan generalisasi
konsep dan hubungan untuk menghilangkan fitur-fitur yang kurang relevan dalam
menjelaskan suatu fenomena.
Permasalahan mengenai realism versus idealism mencerminkan dilema yang
dihadapi oleh para peneliti dalam mengambil posisi idealis atau realistis". Para realis
berpikir bahwa dunia telah memberikan mereka satu struktur yang harus mereka temukan.
Sedangkan para idealis meyakini bahwa tidak terdapat dunia realitas eksternal dan bahwa
riset yang dilakukan adalah untuk menciptakan struktur dan bukan menemukannya serta
para idealis berpikir bahwa kehidupan memiliki keunggulan dan kelemahannya sendiri.
4

Permasalahan mengenai objektivitas versus subjektivitas mencerminkan dilema


yang dihadapi oleh para peneliti dalam memandang suatu konsep dan usulan secara
objektif, yaitu dengan memberikan suatu arti yang umum, atau secara subjektif, yaitu
memberikan mereka suatu arti pribadi yang unik. Objektivitas pada umumnya terjamin
oleh penyedian data yang tergantung kepada pengukuran dalam arti fisik.
Permasalahan mengenai introspeksi versus ekstropeksi mencerminkan dilema yang
dihadapi oleh peneliti berkenaan dengan apakah memformulasikan teori secara
introspeksi, yaitu dari sudut pandang objek yang menjadi studi, atau secara ekstropeksi,
yaitu dari sudut pandang peneliti sebagai seorang pengamat.
Tingkat formalitas muncul dari adanya kebutuhan dalam situasi tertentu untuk
memberikan suatu teori formal secara khusus dan seragam mengintegrasikan seluruh
aspek-aspek teori yang relevan.

1.1.3 Evaluasi Teori


Suatu teori dievaluasi untuk membuktikan kecukupan dari permasalahan yang
dikemukakannya. S.C. Dodd memilih 24 kriteria evaluasi yang paling relevan yang
disusun dari yang paling penting:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

Dapat diverivikasi
Dapat diprediksi
Konsisten
Andal
Akurat
Umum
Utilitas
Penting
Multi penerapan
Memiliki satu arti
Dapat dikendalikan
Dapat distandarkan
Sinergi
Kehematan

15. Kesederhanaan
16. Stabilitas
17. Keseringan
18. Kemampuan untuk diterjemahkan
19. Kelangsungan
20. Ketahanan
21. Pengenalan
22. Kepopuleran
23. Kemanjuran
24. Densitas

Shelby Hunt mengklasifikasikan sebagian besar struktur yang mempunyai pokok isi
sebagai suatu teori di bawah skema berikut ini: teoretis, definisional, klasifikasional, atau
analitis konseptual.

Bunge menyajikan skema komprehensif yang terdiri atas 20 kriteria dalam evaluasi
teori yang dikelompokkan menjadi: kriteria formal, kriteria semantik, kriteria
epistemologi, kriteria metodologi, kriteria metafisika.

1.1.4 Teori Umum Versus Teori Menengah Tentang Akuntansi


Suatu teori didefinisikan sebagai suatu gagasan (konsep), definisi, dan usulan yang
saling bergantung satu sama lain, yang menyajikan suatu pandangan yang sistematis dari
suatu fenomena.
Istilah teori menengah telah diperkenalkan dan didefinisikan oleh Robert Merton
sebagai teori yang berada di antara hipotesis-hipotesis minor namun sangat banyak
dikembangkan selama riset dari hari ke hari dan usaha-usaha sistematis yang lengkap
untuk mengembangkan suatu teoru yang menyatukan. Teori akuntansi menengah
diakibatkan oleh adanya perbedaan-perbedaan yang terjadi dalam cara para peneliti
mengartikan baik pengguna dari data akuntansi maupun lingkungan di mana para
pengguna dan pembuat data akuntansi seharusnya bertingkah laku.

1.2 PEMIKIRAN MENGENAI KONSEP


1.2.1 Hakikat Dan Pentingnya Konsep
Konsep secara fundamental adalah sesuatu yang penting, baik dalam akuntansi
maupun dalam ilmu-ilmu yang lain. Konsep adalah unit-unit utama dari suatu teori, dan
pembuatan teori yang baik mengandung artian pembentukan konsep yang baik.
Konsep teoretis adalah konsep yang memainkan peranan khusus dan terkandung
dalam suatu teori tertentu.
Konsep disposisi mengacu kepada suatu kecenderungan untuk menunjukkan
reaksi-reaksi yang spesifik menurut kondisi-kondisi tertentu yang dapat ditetapkan.

1.2.2 Validitas Konsep


Validasi dari suatu konsep pada kenyataannya penting untuk penerimaannya sebagai
suatu konsep yang bermanfaat yang dapat dimasukkan ke dalam suatu teori tertentu.
Jenis-jenis validitas konsep yang terdapat dalam literature-literatur menurut Zaltman
dan rekan-rekannya:
1.

Validitas Obsevasional

2.

Validitas isi

3.

Validitas yang berhubungan dengan kriteria validitas prediktif,


konkuren.

dan validitas

4.

Validitas gagasan: validitas konvergen, validitas diskriminan, validitas nomologi

5.

Validitas sistematik

6.

Validitas semantik

7.

Validitas pengendalian

1.3 MENANGANI HIPOTESIS


1.3.1 Dari Dalil Ke Hipotesis
Dalil dalam suatu teori menetapkan hubungan antara konsep-konsep dalam teori
tersebut. Ditunjukkan oleh sebuah kalimat. Secara umum ciri-cirinya adalah angka dan
tingkat predikat dan tingkat dari keumuman.
Dalil dapat menjadi hipotesis jika mereka mengacu kepada fakta-fakta yang tidak
berpengalam dan pada waktu yang bersamaan dapat diperbarui berdasarkan atas
pengetahuan yang baru diperoleh.
Suatu hipotesis, oleh karenanya, adalah dalil mengenai suatu hubungan yang
kebenaran atau kesalahannya masih harus ditentukan oleh suatu ujian empiris.

1.3.2 Konfirmasi Atas Hipotesis


Akuntansi memiliki subjek masalah yang jelas dan mencakup keseragaman dan
keteraturan yang menjadi dasar dan kondusif bagi hubungan empiris, generalisasi
otoritatif, konsep-konsep, prinseip, hukum, dan teori.
Konfirmasi adalah sampai sejauh mana suatu hipotesis mampu menunjukkan
kebenaran secara empiris, yaitu menggambarkan dunia nyata dengan akurat.
Pembuktian kesalahan adalah sampai sejauh mana suatu hipotesis mampu
menunjukkan bahwa ia secara empiris tidak benar, yaitu gagal untuk menggambarkan
dunia nyata dengan akurat.
Hipotesis
yang
semata-mata
dapat
dikonfirmasikan
dating
dari
pernyataan-pernyataan eksistensial, yaitu pernyataan yang mengajukan eksistensi dari
beberapa fenomena.
Hipotesis yang semata-mata dapat disanggah dating dari hukum-hukum universal,
yaitu pernyataan-pernyataan yang dapat mengambil bentuk dari persyaratan-persyaratan
generalisasi yang universal.
7

1.3.3 Hakikat Dari Penjelasan


Penjelasan adalah langkah vital dari seluruh jenis pertanyaan ilmiah. Ernest Nagel
menyatakan bahwa tujuan khusus dari suatu usaha ilmiah adalah untuk memberikan
penjelasan yang sistematis dan didukung secara bertanggung jawab.

Syarat-syarat model-model penjelasan :


1. Persyaratan akan relevansi penjelasan berarti bahwa model penjelasan harus
bagaimanapun caranya menunjukkan bahwa fenomena yang akan dijelaskan adalah
telah diekspektasikan mengingat kondisi-kondisi yang ada.
2. Persyaratan akan kemampuan untuk diuji berarti bahwa penjelasan ilmiah harus
dapat diuji secara empiris.
Model fungsional atau teleology-penjelasan menjawab pertanyaan mengapa atas
suatu fenomena dengan mengacu kepada fungsi-fungsi tertentu dari fenomena tersebut.
Model genetik-penjelasan menjawab pertanyaan mengapa atas suatu fenomena
dengan mengacu kepada suatu kondisi sebelumnya atau suatu urutan dari kondisi-kondisi
sebelumnya.
Model pola menjawab pertanyaan mengapa dengan mencocokkan suatu fenomena
ke dalam pola yang diketahui.
Model peristiwa-peristiwa individual menjelaskan pertanyaan mengapa dengan
mengacu kepada penjelasan-penjelasan I dividual sebagai penjelasnya.
Model empiris logis menjawab pertanyaan mengapa dengan tidak mengacu kepada
peristiwa-peristiwa individual namun kepada generalisasi empiris yang menggolongkan
dan secara induktif menggeneralisasi temuan-temuan yang ada.

1.3.4 Hakikat Dari Prediksi


Prediksi dapat dilakukan dengan teknik-teknik ekstrapolasi, yang memprediksi suatu
variabel atas dasar dari variabel itu sendiri, atau teknik-teknik asosiatif, yang
memprediksi suatu variabel atas dasar dari variabel (-variabel) lain. Kriteria yang dikenal
dalam evaluasi suatu prediksi antara lain adalah kemampuan untuk dapat dikonfirmasi
atau disangkal, ruang lingkup, presisi, akurasi, dan kekuatan.

1.4 KONTEKS PENEMUAN


Mimpi mungkin adalah salah satu prosedur penemuan yang memiliki peranan
penting dalam penemuan ilmiah.

Pendekatan deduktif adalah prosedur penemuan yang lainnya. Pendekatan deduktif


terhadap penyusunan suatu teori apa pun dimulai dengan dalil-dalil dasar dan dilanjutkan
untuk menghasilkan kesimpulan logis atas subjek yang dipermasalahkan.
Langkah-langkah untuk menghasilkan suatu pendekatan deduktif adalah :
1.
2.
3.
4.

Menyatakan tujuan dari laporan-laporan keuangan


Memilih dalil-dalil akuntansi
Menghasilkan prinsip-prinsip akuntansi
Mengembangkan teknik-teknik akuntansi

Pendekatan induktif juga merupakan prosedur penemuan. Pendekatan induktif bagi


penyusunan suatu teori dimulai dengan observasi-observasi serta pengukuran, dan
selanjtnya bergerak ke arah generalisasi kesimpulan. Empat tahapan pendekatan induktif
atas teori :
1.
2.
3.
4.

Mencatat seluruh observasi yang dilakukan


Menganalisis dan mengklasifikasikan observasi-observasi ini untuk mendeteksi
adanya hubungan yang terus berulang
Secara induktif menghasilkan generalisasi dan prinsip-prinsip akuntansi dari
observasi-observasi yang menggambarkan hubungan yang terus berulang
Menguji generalisasi tersebut

1.5 KESIMPULAN
Kesimpulan dari materi ini adalah bahwa riset akuntansi seharusnya adalah untuk
mengembangkan suatu metodologi pemikiran yang kuat baik dalam penyusunan teori
maupun pelaksanaan riset dasar dan terapan. Konsep-konsep dari filosofi keilmuan dan
metateori akan terbukti sangat membantu sebagai alat dan sarana dalam metodologi
pemikiran seperti itu.

DAFTAR

PUSTAKA

Hunt, Shelby D., The Morphology of Theory and the General Theory of Marketing,
Journal of Marketing (35 April 1971), h 6568.
Devine, Carl Thomas, Research Methodology and Accounting Theory Formation,
Accounting Review (Juli 1960), h 387399.

10

Anda mungkin juga menyukai