Anda di halaman 1dari 10

AUDIT PAJAK / RUANGAN: D4 / KELAS: B

STUDI KASUS PEMERIKSAAN PAJAK


TUGAS ANALISIS

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Audit Pajak


DAHRIYAR DAUD, S.E, M.AK.

Disusun Oleh :

DITYA EKA YURI MILZAM SYAH CHAIRUL


2017 31 019 2015 30 226

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MAKASSAR
STIEM BONGAYA
2017/2018
POINT (1) :
STUDI KASUS PEMERIKSAAN PAJAK

PT. Tantri Wijaya adalah wajib pajak yang terdaftar pada KPP Pratama Pondok
Aren. Perusahaan bergerak di bidang perdagangan besar alat-alat olah raga
termasuk berbagai aksesoris yang terkait dengan dunia sport. Perusahaan
mendapatkan seluruh inventory/persediaan barang dagangan dari pabrikan yang
berlokasi di Kawasan Industri Jababeka. Penjualannya dilakukan untuk pasar lokal
dan sebagian diekspor ke Filipina. Untuk menampung persediaan barang dagangan
perusahaan menyewa gudang dari PT Sewa Jaya di daerah Bintaro. Pemilik
perusahaan adalah Markonah Rustini, S.E, MBA, CA yang juga menjabat sebagai
Direktur Perusahaan. Selain penghasilan dari perdagangan alat-alat olahraga,
perusahaan juga menerima penghasilan berupa: (1) penghasilan bunga deposito
dan (2) penghasilan sewa gudang kepada perseorangan.
Selama ini laporan keuangan perusahaan tidak pernah diaudit oleh Kantor
Akuntan Publik mengingat perusahaan dijalankan sendiri oleh pemiliknya. Namun
karena keterbatasan kemampuan sumber daya, untuk masalah perpajakan
perusahaan mempercayakan penanganannya kepada Kantor Konsultan Pajak
Wicaksono dan Wardana.
Pada tanggal 30 April 2016, perusahaan menyampaikan SPT Tahunan PPh
Tahun 2015 dengan ikhtisar sebagai berikut:
Keterangan Nilai (Rupiah Penuh)
Penjualan Ekspor 20.000.000.000,00
Penjualan Lokal 40.000.000.000,00
Total Penjualan 60.000.000.000,00
Harga Pokok Penjualan (30 000.000.000,00
Laba Kotor 30. 000.000.000,00
Biaya Usaha 20.000.000.000,00
Laba Usaha 10. 000.000.000,00
Pendapatan Luar Usaha (Deposito) 2. 000.000.000,00
Biaya Luar Usaha (1.000.000.000,00)
Pendapatan Bersih Luar Usaha 1.000.000.000,00
Laba Bersih Sebelum Pajak 11.000.000.000,00
Koreksi Fiskal
Penghasilan Dikarenakan PPh Final (1.000.000.000,00)
Koreksi Positif 3.000.000.000,00
Koreksi Negatif (1.000.000.000,00)
Total Koreksi Fiskal 1.000.000.000,00
Penghasilan Neto Fiskal 12.000.000.000,00
Kompensasi Kerugian Fiskal (2.000.000.000,00)
Penghasilan Kena Pajak 10.000.000.000,00
PPh Terhutang 2.500.000.000,00
Kredit Pajak
PPh Pasal 22 Impor (500.000.000,00)
PPh Pasal 23 Jasa (200.000.000,00)
PPh Pasal 23 Sewa (300.000.000,00)
PPh Pasal 25 (1.000.000.000,00)
Total Kredit Pajak (2.000.000.000,00)
PPh Kurang Bayar 500.000.000,00

Adapun ikhtisar data SPT Masa PPh 21/26 perusahaan adalah sebagai berikut:
PT. Tantri Wijaya PT. Tantri Wijaya
Objek terkait Pegawai Tetap 1.000.000.000,00
Objek terkait Pegawai Tidak Tetap 1.000.000.000,00
Objek terkait Tenaga Ahli 500.000.000,00
Objek terkait Ekspatriat 500.000.000,00
Total Objek PPh Pasal 21/26 3.000.000.000,00
PPh Pasal 21/26 Terhutang 300.000.000,00
Pembayaran PPh 21/26 300.000.000,00

Adapun Ikhtisar SPT Masa PPN dan PPnBM perusahaan adalah sebagai berikut:
Keterangan Nilai (dalam Rupiah penuh)
Penyerahan Ke Luar Daerah Pabean 40.000.000.000,00
Penyerahan yang PPN-nya harus 10.000.000.000,00
dipungut sendiri
Penyerahan yang PPN-nya dipungut 10.000.000.000,00
oleh Pemungut
Penyerahan yang PPN-nya tidak -
dipungut
Penyerahan yang PPN-nya -
dibebaskan
Pajak Keluaran yang diperhitungkan 1.000.000.000,00
Pajak Masukan:
Pajak Masukan Impor (200.000.000,00)
Pajak Masukan Dalam Negeri (500.000.000,00)
Total Pajak Masukan yang dapat (700.000.000,00)
dikreditkan
PPN Kurang Bayar 300.000.000,00

Perusahaan tidak pernah melaporkan SPT Masa PPh Pasal 23/26 dan SPT
Masa PPh Pasal 4 ayat (2)
Pada suatu hari perusahaan kedatangan beberapan orang yang mengaku
sebagai tim pemeriksa pajak dari KPP Pratama Pondok Aren dan menginginkan
untuk bertemu dengan direktur perusahaan. Orang-orang tersebut mengaku hendak
melakukan pemeriksaan pajak kepada perusahaan.

1. Apa yang dapat dilakukan oleh perusahaan menghadapi orang-orang yang


mengaku sebagai petugas pajak tersebut ?
Perusahaan menyadari bahwa perusahaan belum menjalankan seluruh
kewajiban perpajakannya dengan benar. Akibatnya, jika saat ini dilakukan
pemeriksaan pajak, kemungkinan besar perusahaan akan dikenal Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) dan juga Surat Tagihan Pajak (STP)
untuk beberapa jenis pajak oleh Direktoran Jenderal Pajak dalam jumlah
nominal yang cukup besar.
2. Jika kemudian tim pemeriksa pajak meminta perusahaan menyediakan buku
catatan dan dokumen perusahaan dalam rangka menjalankan pemeriksaan
pajak, maka apa yang dapat dilakukan oleh perusahaan dalam menghadapi
hal itu. Apakah akan menolak permintaan tim pemeriksa pajak dalam rangka
melindungi perusahaan dari pengenaan SKPKB/STP? Atau akan mengijinkan
mereka untuk meminjam buku, catatan dan dokumen perusahaan dengan
konsekuensi akan dikenai SKPKB/STP dalam jumlah yang besar ? Apa
argument yang melandasi pilihan sikap perusahaan tersebut ?
3. Dalam posisi sebagai Pemeriksa Pajak, pengujian apa saja yang akan
dilakukan untuk menguji kebenaran pemenuhan kewajiban perpajakan PPh
Badan, PPN dan PPnBM, PPh Pasal 21/26, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal
4 ayat (2) ?

Beberapa saat kemudian, ada Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaaan (SPHP)


yang disertai daftar temuan dari KPP. Dalam SPHP dimaksud Tim Pemeriksa Pajak
mengajukan berbagai koreksi atas pemenuhan kewajiban perpajakan perusahaan
sebagai berikut:
Jenis Akun yang Dikoreksi Nilai Koreksi Alasan
Pajak (dalam Rupiah
penuh)
PPh Penghasilan 300.000.000,00 Terdapat transaksi
Badan ekspor yang belum diakui
sebagai penghasilan
Harga Pokok Penjualan 200.000.000,00 Perhitungan nilai
persediaan akhir
menggunakan metode
LIFO
Biaya Kesejahteraan 150.000.000,00 Pengadaan seragam
pegawai senilai
Rp100.000.000,00 dan
seragam satpam senilai
Rp50.000.000,00
Biaya Pulsa Handphone 100.000.000,00 Tidak terkait dengan
kegiatan usaha sehingga
dikoreksi seluruhnya
Kredit Pajak PPh 22 500.000.000,00 Tidak terdapat data
Impor pembayaran PPh 22
Impor
Kredit Pajak PPh 23 300.000.000,00 Tidak terdapat data Bukti
Sewa Potong PPh Pasal 23
sewa
Kredit Pajak PPh Pasal 200.000.000,00 Perusahaan tidak
23 Jasa memiliki penghasilan
yang berasal dari
kegiatan jasa
PPN dan Penyerahan Dalam 30.000.000.000,00 Ekualasi dengan SPT
PPnBM Negeri Tahunan PPh
Pajak Masukan Impor 200.000.000,00 Tidak ada data
pembayaran PPN Impor
Objek PPnBM 40.000.000.000,00 Belum dipungut PPnBM
PPh PPh Ekspatriat 50.000.000,00 Tarif Pasal 26 sebesar
21/26 20% menggantikan tariff
tax treaty oleh Wajib
Pajak
PPh Sewa Tanah Bangunan 1.000.000.000,00 PPh 4 ayat (2) belum
Pasal 4 dipotong oleh penyewa
ayat (2)

4. Langkah apa yang dapat dilakukan perusahaan terkait dengan SPHP yang
disampaikan oleh TIM Pemeriksa Pajak ?
Beberapa saat kemudian Tim Pemeriksa Pajak mengundang perusahaan
untuk menghadiri pembahasan akhir hasil pemeriksaan.
5. Langkah apa yang dapat dilakukan perusahaan terkait dengan pembahasan
akhir hasil pemeriksaaan ?
Tim Pemeriksa Pajak bersikukuh terhadap koreksi yang dilakukannya.
Sementara perusahaan juga yakin bahwa terdapat beberapa koreksi yang
seharusnya tidak perlu terjadi.
6. Langkah apa yang dapat dilakukan dalam menghadapi perbedaan pendapat
antara Pemeriksa Pajak dengan perusahaan ?
7. Apabila SKPKB untuk seluruh jenis pajak diterbitkan pada tanggal 20 Januari
2017, tentukan jenis sanksi administrasi yang timbul atas penerbitan SKPKB
dimaksud!
8. Sebagai langkah pembinaan ke depan bagi perusahaan, apa yang dapat
diusulkan/sarangkan kepada perusahaan terkait masalah pemenuhan
kewajiban perpajakan perusahaan?
POINT (2) :
Jenis Pemeriksaan = PEMERIKSAAN LAPANGAN

POINT (3) :
Analisis / Argumen =

1. Pertama, apabila memang kemungkinan besar mendapati Surat Ketetapan


Pajak Kurang Bayar (SKPKB) dan juga Surat Tagihan Pajak (STP) untuk
beberapa jenis pajak oleh Direktoran Jenderal Pajak dalam jumlah nominal
yang cukup besar. Jangan Menghindar, Menghindar ketika didatangi petugas
pajak sama saja memperlama proses pemeriksaan, apalagi jika WP
melakukan penghindaran, tetap saja masih berlangsung bila
direktur/pimpinan/pemilik tidak hadir, karena yang diperiksa adalah badan
(perusahaan) bukan diri pribadi. Jika Dirjen Pajak yang meminta pemeriksaan
maka tidak akan adalagi alasan untuk menghindar.
Kedua, Memahami Hak Perusahaan seperti : meminta kepada pemeriksa
pajak untuk memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa, meminta tindasan
Surat Pemeriksaan Pajak, Menolak untuk diperiksa (apabila pemeriksa tidak
menunjukkan identitas), menanyakan latar belakang dan tujuan pemeriksaan
dan meminta tanda bukti pinjaman (apabila pemeriksa ingin memeriksa lebih
teliti di kantor mereka)
dan, Ketiga. Mengupayakan untuk bersikap professional dan tidak panik
dalam menghadapi saat pemeriksaan pajak.

2. Dalam hal ini kita harus melihat kondisi dari Jenis Pemeriksaan Pajak apa
yang diberikan. Apakah termasuk Pemeriksaan Lapangan ataukah
Pemeriksaan Kantor. Jika jenis pemeriksaan Lapangan berarti WP melakukan
kewajiban perpajakan secara benar dan jujur yakni dalam memperlihatkan
buku atau dokumen yang menjadi dasar pembukuan dan dokumen lain yang
berhubungan dengan penghasilan, kegiatan usaha, pekerja bebas WP, atau
Objek yang terutang pajak. Apabila kita menolak maka kita akan mendapati
PENYEGELAN dari pemeriksa pajak sesuai dari Perarturan DirjenPajak
tetang Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan Pasal 7 tahun 2001
3. Sebagai Pemeriksa Pajak, pengujian yang dilakukan diatur sesuai dengan
Perarturan Dirjen Pajak tentang Standar Pemeriksaaan yang dijelaskan dari
pasal 1-13 tahun 2013.
Mengenai pengujian terhadap PPh Badan, PPN dan PPnBM, PPh Pasal
21/26, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2), diperlukannya
pemeriksaan secara spesifik mengenai pengisian yang telah diberikan oleh
WP PT. Tantri Wijaya, Laporan berikut yakni :
1. SPT Tahunan PPh tahun 2015
2. Masa PPh 21/26
3. SPT Masa PPN dan PPnBM
4. Masa PPh Pasal 23/26 (TIDAK ADA), dan
5. SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) (TIDAK ADA)
Dari Perusahaan tersebut apakah sudah diisi dengan lengkap dan juga
berkas induknya, menghitung kembali perhitungan menurut SPT/WP yang
telah diberikan, selanjutnya bandingkan laporan laba rugi/neraca dengan
peredaran usaha,harga pokok, biaya, PPh dan kredit pajak, perlunya koreksi
fiscal oleh WP, lalu menghitung kembali perhitungan menurut pemeriksaan
dari data SPT WP, beserta tarif PPH yang benar.
Apabila Masa PPh pasal 23/26 dan SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) jika
kedua tersebut tidak adamaka sebaiknya Berkonsultasi dengan Konsutan
Pajak, di Paragraf pertama menyatakan bahwa Pemilik menjalankan
perusahanya diri sendiri, jadi sudah jelas bahwa Pengisian SPT PPh Pasal
23/26 dan SPT PPh Pasal 4 ayat (2) tidak dibuatkan. Padahal SPT tersebut
sangat diwajibkan bagi badan(perusahaan) untuk dibuatkan.
Dan si Pemilik belum juga menghitung berapa Koreksi Fiskal yang
didapatkan padahal itu harus dihitung untuk perhitungan PPh.

4. WP memberikan tanggapan tertulis atas SPHP dan daftar temuan hasil


pemeriksaan berupa:
a. Lembar pernyataan persutujuan hasil pemeriksaan dalam hal WP
menyutujui seluruh hasil Pemeriksaan, atau
b. Surat sanggahan, dalam hal WP tidak menyetujui sebagian atau seluruh
hasil Pemeriksaan.
Tanggapan tertulis harus disampaikan ke pemeriksa pajak secara langsung
atau melalui Faksimili dalam jangka waktu paling lama tujuh (7) hari kerja
sejak tanggal diterimanya SPHP oleh WP dan WP dapat melakukan
perpanjangan jangka waktu penyampaian tanggapan tertulis untuk jangka
waktu paling lama tiga (3) hari terhitung sejak jangka waktu penyampaian
tanggapan paling lama tujuh (7) hari berakhir dengan cara harus
menyampaikan pemberitahuan tertulis sebelum jangka waktu penyampaian
tanggapan berakhir.
Apabila WP tidak menyampaikan tanggapan tertulis atas SPHP, maka
Pemeriksa Pajak membuat berita acara tidak disampaikannya tanggapan
tertulis atas SPHP yang ditandatangai oleh tim Pemeriksa Pajak.
Jadi bisa dilihat, ketika SPHP telah ada dan sampai pada Wajib Pajak.
WP berhak menyampaikan tanggapan setuju atau sanggahan kepada
pemeriksaan pajak dan penyampaiannya berupa tanggapan tertulis dengan
batas waktu tertentu

5. Dalam Pembahasan Akhir hasil Pemeriksaan yang dilakukan antara


pemeriksa pajak dengan Wajib Pajak, ada enam (6) scenario yang
merupakan hasil dari pembahasan tersebut yang nantinya akan bermuara
pada surat ketetapan pajak yang akan diterbitkan. Skenario yang diatur dalam
PMK17/PMK.03/2013 Pasal 44 tersebut.
(Untuk kasus pemeriksaan pajak ini yakni “Tidak Setuju
sebagian/seluruhnya dan Hadir” karena hasil SPHP bagi perusahaan
mengatakan tidak usah menginput hasil koreksi tertentu disebabkan
seharusnya tidak kena pajak penjualan tetapi karena tidak ada
“Pemberitahuan Ekspor Barang” lalu pemerintah mengasumsikan penjualan
dalam negeri, sehingga terhutang PPN. Perusahaan tidak menggunakan PEB
karena menggunakan Jasa Pengiriman Barang dengan via kurir
(DHL/FedEx/UPS/EMS/dan lain-lain).
Jadi, dapat dikatakan, tergantung perusahaan akan memilih skenario
yang dipilih akankah dia menerima undangan tersebut ataukah tidak
menerima undangan dalam artian “tetap melaporkan laporan tanggapan
secara tertulis”
6. Apabila Perusahaan tidak setuju terhadap Tanggapan tertulis yang diberikan /
SPHP pada kasus ini kita bisa bilang dia masuk dari kategori Ke-3 (Beda
Pendapat), yang mana akan di selesaikan oleh Tim Quality Assurance
pemeriksaan yang bertugas berdasarkan permintaan WP untuk membahas
hasil pemeriksaan yang belum disepakati dalam pembahasan akhir hasil
pemeriksaan.
7. Sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (persen) per bulan paling lama
24 (dua puluh empat) bulan, dihitung sejak saat terutangnya pajak atau
berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak, atau tahun pajak sampai
dengan di terbitkannya SKPKB apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau
keterangan lain pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar.
8. Sebagaimana dinyatakan Dirjen Pajak bahwa kesadaran membayar pajak
datangnya dari diri sendiri, maka saran kami adalah menanamkan pengertian
dan pemahaman mengenai Ketentuan Umum Perpajakan (KUP) baik badan
(perusahaan) maupun pribadi, setidaknya ada langkah/cara yang harus
dilakukan oleh Pemerintah untuk menciptakan sistem Self-Asessment yang lebih
baik. Dan paling penting dalam pemeriksaan pajak adalah jangan lupa untuk tiap
bulan/tahun melaporkan SPT dan juga SPT setiap pasal-pasal yang wajib
dilaporkan, agar kiranya terhindar dari SKPKB dan STP.

Anda mungkin juga menyukai