Disusun Oleh :
PT. Tantri Wijaya adalah wajib pajak yang terdaftar pada KPP Pratama Pondok
Aren. Perusahaan bergerak di bidang perdagangan besar alat-alat olah raga
termasuk berbagai aksesoris yang terkait dengan dunia sport. Perusahaan
mendapatkan seluruh inventory/persediaan barang dagangan dari pabrikan yang
berlokasi di Kawasan Industri Jababeka. Penjualannya dilakukan untuk pasar lokal
dan sebagian diekspor ke Filipina. Untuk menampung persediaan barang dagangan
perusahaan menyewa gudang dari PT Sewa Jaya di daerah Bintaro. Pemilik
perusahaan adalah Markonah Rustini, S.E, MBA, CA yang juga menjabat sebagai
Direktur Perusahaan. Selain penghasilan dari perdagangan alat-alat olahraga,
perusahaan juga menerima penghasilan berupa: (1) penghasilan bunga deposito
dan (2) penghasilan sewa gudang kepada perseorangan.
Selama ini laporan keuangan perusahaan tidak pernah diaudit oleh Kantor
Akuntan Publik mengingat perusahaan dijalankan sendiri oleh pemiliknya. Namun
karena keterbatasan kemampuan sumber daya, untuk masalah perpajakan
perusahaan mempercayakan penanganannya kepada Kantor Konsultan Pajak
Wicaksono dan Wardana.
Pada tanggal 30 April 2016, perusahaan menyampaikan SPT Tahunan PPh
Tahun 2015 dengan ikhtisar sebagai berikut:
Keterangan Nilai (Rupiah Penuh)
Penjualan Ekspor 20.000.000.000,00
Penjualan Lokal 40.000.000.000,00
Total Penjualan 60.000.000.000,00
Harga Pokok Penjualan (30 000.000.000,00
Laba Kotor 30. 000.000.000,00
Biaya Usaha 20.000.000.000,00
Laba Usaha 10. 000.000.000,00
Pendapatan Luar Usaha (Deposito) 2. 000.000.000,00
Biaya Luar Usaha (1.000.000.000,00)
Pendapatan Bersih Luar Usaha 1.000.000.000,00
Laba Bersih Sebelum Pajak 11.000.000.000,00
Koreksi Fiskal
Penghasilan Dikarenakan PPh Final (1.000.000.000,00)
Koreksi Positif 3.000.000.000,00
Koreksi Negatif (1.000.000.000,00)
Total Koreksi Fiskal 1.000.000.000,00
Penghasilan Neto Fiskal 12.000.000.000,00
Kompensasi Kerugian Fiskal (2.000.000.000,00)
Penghasilan Kena Pajak 10.000.000.000,00
PPh Terhutang 2.500.000.000,00
Kredit Pajak
PPh Pasal 22 Impor (500.000.000,00)
PPh Pasal 23 Jasa (200.000.000,00)
PPh Pasal 23 Sewa (300.000.000,00)
PPh Pasal 25 (1.000.000.000,00)
Total Kredit Pajak (2.000.000.000,00)
PPh Kurang Bayar 500.000.000,00
Adapun ikhtisar data SPT Masa PPh 21/26 perusahaan adalah sebagai berikut:
PT. Tantri Wijaya PT. Tantri Wijaya
Objek terkait Pegawai Tetap 1.000.000.000,00
Objek terkait Pegawai Tidak Tetap 1.000.000.000,00
Objek terkait Tenaga Ahli 500.000.000,00
Objek terkait Ekspatriat 500.000.000,00
Total Objek PPh Pasal 21/26 3.000.000.000,00
PPh Pasal 21/26 Terhutang 300.000.000,00
Pembayaran PPh 21/26 300.000.000,00
Adapun Ikhtisar SPT Masa PPN dan PPnBM perusahaan adalah sebagai berikut:
Keterangan Nilai (dalam Rupiah penuh)
Penyerahan Ke Luar Daerah Pabean 40.000.000.000,00
Penyerahan yang PPN-nya harus 10.000.000.000,00
dipungut sendiri
Penyerahan yang PPN-nya dipungut 10.000.000.000,00
oleh Pemungut
Penyerahan yang PPN-nya tidak -
dipungut
Penyerahan yang PPN-nya -
dibebaskan
Pajak Keluaran yang diperhitungkan 1.000.000.000,00
Pajak Masukan:
Pajak Masukan Impor (200.000.000,00)
Pajak Masukan Dalam Negeri (500.000.000,00)
Total Pajak Masukan yang dapat (700.000.000,00)
dikreditkan
PPN Kurang Bayar 300.000.000,00
Perusahaan tidak pernah melaporkan SPT Masa PPh Pasal 23/26 dan SPT
Masa PPh Pasal 4 ayat (2)
Pada suatu hari perusahaan kedatangan beberapan orang yang mengaku
sebagai tim pemeriksa pajak dari KPP Pratama Pondok Aren dan menginginkan
untuk bertemu dengan direktur perusahaan. Orang-orang tersebut mengaku hendak
melakukan pemeriksaan pajak kepada perusahaan.
4. Langkah apa yang dapat dilakukan perusahaan terkait dengan SPHP yang
disampaikan oleh TIM Pemeriksa Pajak ?
Beberapa saat kemudian Tim Pemeriksa Pajak mengundang perusahaan
untuk menghadiri pembahasan akhir hasil pemeriksaan.
5. Langkah apa yang dapat dilakukan perusahaan terkait dengan pembahasan
akhir hasil pemeriksaaan ?
Tim Pemeriksa Pajak bersikukuh terhadap koreksi yang dilakukannya.
Sementara perusahaan juga yakin bahwa terdapat beberapa koreksi yang
seharusnya tidak perlu terjadi.
6. Langkah apa yang dapat dilakukan dalam menghadapi perbedaan pendapat
antara Pemeriksa Pajak dengan perusahaan ?
7. Apabila SKPKB untuk seluruh jenis pajak diterbitkan pada tanggal 20 Januari
2017, tentukan jenis sanksi administrasi yang timbul atas penerbitan SKPKB
dimaksud!
8. Sebagai langkah pembinaan ke depan bagi perusahaan, apa yang dapat
diusulkan/sarangkan kepada perusahaan terkait masalah pemenuhan
kewajiban perpajakan perusahaan?
POINT (2) :
Jenis Pemeriksaan = PEMERIKSAAN LAPANGAN
POINT (3) :
Analisis / Argumen =
2. Dalam hal ini kita harus melihat kondisi dari Jenis Pemeriksaan Pajak apa
yang diberikan. Apakah termasuk Pemeriksaan Lapangan ataukah
Pemeriksaan Kantor. Jika jenis pemeriksaan Lapangan berarti WP melakukan
kewajiban perpajakan secara benar dan jujur yakni dalam memperlihatkan
buku atau dokumen yang menjadi dasar pembukuan dan dokumen lain yang
berhubungan dengan penghasilan, kegiatan usaha, pekerja bebas WP, atau
Objek yang terutang pajak. Apabila kita menolak maka kita akan mendapati
PENYEGELAN dari pemeriksa pajak sesuai dari Perarturan DirjenPajak
tetang Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan Pasal 7 tahun 2001
3. Sebagai Pemeriksa Pajak, pengujian yang dilakukan diatur sesuai dengan
Perarturan Dirjen Pajak tentang Standar Pemeriksaaan yang dijelaskan dari
pasal 1-13 tahun 2013.
Mengenai pengujian terhadap PPh Badan, PPN dan PPnBM, PPh Pasal
21/26, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2), diperlukannya
pemeriksaan secara spesifik mengenai pengisian yang telah diberikan oleh
WP PT. Tantri Wijaya, Laporan berikut yakni :
1. SPT Tahunan PPh tahun 2015
2. Masa PPh 21/26
3. SPT Masa PPN dan PPnBM
4. Masa PPh Pasal 23/26 (TIDAK ADA), dan
5. SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) (TIDAK ADA)
Dari Perusahaan tersebut apakah sudah diisi dengan lengkap dan juga
berkas induknya, menghitung kembali perhitungan menurut SPT/WP yang
telah diberikan, selanjutnya bandingkan laporan laba rugi/neraca dengan
peredaran usaha,harga pokok, biaya, PPh dan kredit pajak, perlunya koreksi
fiscal oleh WP, lalu menghitung kembali perhitungan menurut pemeriksaan
dari data SPT WP, beserta tarif PPH yang benar.
Apabila Masa PPh pasal 23/26 dan SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) jika
kedua tersebut tidak adamaka sebaiknya Berkonsultasi dengan Konsutan
Pajak, di Paragraf pertama menyatakan bahwa Pemilik menjalankan
perusahanya diri sendiri, jadi sudah jelas bahwa Pengisian SPT PPh Pasal
23/26 dan SPT PPh Pasal 4 ayat (2) tidak dibuatkan. Padahal SPT tersebut
sangat diwajibkan bagi badan(perusahaan) untuk dibuatkan.
Dan si Pemilik belum juga menghitung berapa Koreksi Fiskal yang
didapatkan padahal itu harus dihitung untuk perhitungan PPh.