Unsur-unsur yang terkandung dalam teori adalah konsep, dalil, dan hipotesis yang saling berhubungan dalam suatu struktur sistematis yang memungkinkan diberikannya penjelasan dan prediksi. Hubungan yang sistematis dari hipotesis yang saling berhubungan ini diperoleh melalui formalisasi suatu teori, yaitu, dengan menggunakan sebuah sistem bahasa formal yang telah diaksiomasi dan diartikan dengan tepat. Aksiomasi itu sendiri terdiri atas aturan-aturan transformasi yang mengindikasikan bagaimana pernyataan- pernyataan dikombinasikan untuk mendeduksi pernyataan-pernyataan lain dalam teori ini. Tingkatan formalisasi dari suatu teori menghasilkan enam jenis utama struktur teoritis, yaitu: Teori deduktif lengkap ( deductively complete theories) yang memiliki sebuah struktur formal yang lengkap dengan aksioma-aksioma yang dijelaskan secara penuh dna seluruh langkah-langkah dalam perluasan deduktifnya dinyatakan dengan lengkap. Teori hierarki(Hierarchical Theories) adalah teori-teori di mana hukum-hukum komponennya disajikan sebagai deduksi-deduksi dari satu kumpulan kecil prinsip- prinsip dasar Prapengandaian sistematis(Systematic presuppositions) meliputi formulasi-formulasi yang mengandaikan sebelumnya suatu isi dari teori yang lengkap atau lengkap sebagian. Teori kuasi-deduktif (Quasi-Deductive Theories) adalah teori dengan deduktif kuasi (seolah-olah) karena menggunakan logika induktif, penggunaan proses deduktif yang tidak lengkap, atau mengandalkan pada primitive-primitif relatif. Percobaan-percobaan teoretis(Theoretical Attempts) adalah sistem-sistem yang dapat tanpa modifikasi yang signifikan pada konsep atau manipulasi, dapat dibuat paling tidak sebagian menjadi sebuah struktur formal atau sistem verbal yang bahkan sebagian daripadanya tidak dapat diformalisasi tanpa modifikasi yang substansial atau konsep- konsep yang digunakan dan klarifikasi dari hubungan deduktif yang diusulkan. Teori yang saling berhubungan(Concatenated Theories) adalah teori yang hukum- hukum komponennya bekerja dalam jaringan hubungan sehingga membentuk suatu konfigurasi atau pola yang dapat diidentifikasi. 2.1.2 Fungsi Dan Struktur Teori Teori dapat diidentifikasikan melalui struktur dan fungsi yang dijalankannya. Masing- masing fungsi ini menjadi kriteria dalam evaluasi atas kontribusi yang diberikan oleh teori dalam memenuhi kebutuhan dan disiplin lainnya. Klasifikasi fungsi menurut John Harvard dan Sheth Jagdish: · Fungsi deskriptif (Descriptive Function) mencakup penggunaan gagasan atau konsep dan hubungan yang mereka miliki untuk memberikan penjelasan terbaik atas suatu fenomena dan kekuatan-kekuatan yang mendasarinya. · Fungsi pembatasan (Delimiting Function) mencakup pemilihan suatu peristiwa favorit yang harus dijelaskan dan memberikan suatu arti atas abstraksi yang diformulasikan dari tahapan deskriptif tersebut. · Fungsi generatif (Generative Function) adalah kemampuan untuk menghasilkan hipotesis yang dapat diuji, yang merupakan tujuan utama dari suatu teori, atau untuk memberikan prasangka, pemikiran, dan ide-ide yang menjadi dasar pengembangan suatu hipotesis. · Fungsi integratif (Integrative Function) adalah kemampuan untuk menyajikan secara koheren dan konsisten, integrasi dan berbagai konsep dan hubungan dalam suatu teori. · Tingkat abstraksi (Level Of Abstraction) meliputi penyederhanaan dan generalisasi konsep dan hubungan untuk menghilangkan fitur-fitur yang kurang relevan dalam menjelaskan suatu fenomena. 2.1.3 Evaluasi Teori Keberhasilan pengembangan suatu teori bergantung pada kebenaran yang ia miliki dan sampai sejauh mana ia memiliki kesesuaian dengan kenyataan. Suatu teori dievaluasi untuk membuktikan kecukupan dari permasalahan yang dikemukakannya. Dari 70 kriteria teori-teori yang baik seperti diungkapkan oleh berbagai literatur S.C. Dodd memilih 24 kriteria evaluasi yang paling relevan yang disusun dengan urutan yang paling penting: 1)dapat diverifikasi, 2)dapat diprediksi, 3) konsisten, 4) andal, 5)akurat, 6) umum, 7) utilitas, 8)penting, 9) multi-penerapan, 10)memiliki satu arti, 11)dapat dikendalikan, 12)dapat distandarkan, 13)sinergi, 14)kehematan, 15)kesederhanaan, 16)stabilitas, 17)keseringan, 18)kemampuan untuk diterjemahkan, 19)kelangsungan, 20) ketahanan, 21)pengenalan, 22)kepopuleran, 23)kemanjuran, 24) densitas. 2.1.4 Teori Umum Versus Teori Menengah Tentang Akuntans Suatu teori didefinisikan sebagai suatu gagasan (konsep), definisi, dan usulan yang saling bergantung satu sama lain, yang menyajikan suatu pandangan yang sistematis dari suatu fenomena. Istilah teori menengah telah diperkenalkan dan didefinisikan oleh Robert Merton sebagai teori yang berada di antara hipotesis-hipotesis minor namun sangat banyak dikembangkan selama riset dari hari ke hari dan usaha-usaha sistematis yang lengkap untuk mengembangkan suatu teoru yang menyatukan. Teori akuntansi menengah diakibatkan oleh adanya perbedaan-perbedaan yang terjadi dalam cara para peneliti mengartikan baik “pengguna” dari data akuntansi maupun “lingkungan” di mana para pengguna dan pembuat data akuntansi seharusnya bertingkah laku 2.2 Pemikiran mengenai konsep 2.2.1 Hakikat dan Pentingnya Konsep Konsep secara fundamental adalah sesuatu yang penting, baik dalam akuntansi maupun dalam ilmu-ilmu yang lain. Konsep adalah unit-unit utama dari suatu teori, dan pembuatan teori yang baik mengandung artian pembentukan konsep yang baik. Konsep teoretis adalah konsep yang memainkan peranan khusus dan terkandung dalam suatu teori tertentu. Konsep disposisi mengacu kepada suatu kecenderungan untuk menunjukkan reaksi- reaksi yang spesifik menurut kondisi-kondisi tertentu yang dapat ditetapkan. 2.2.2 Validitas Konsep Validasi dari suatu konsep pada kenyataannya penting untuk penerimaannya sebagai suatu konsep yang bermanfaat yang dapat dimasukkan ke dalam suatu teori tertentu. Jenis- jenis validitas konsep yang terdapat dalam literature-literatur menurut Zaltman dan rekan- rekannya:
1. Validitas Obsevasional 2. Validitas isi 3. Validitas yang berhubungan dengan kriteria : a. Validitas prediktif
b. validitas konkuren
4. Validitas gagasan : a. Validitas konvergen
b. Validitas diskriminan c. Validitas nomologi 5. Validitas sistematik 6. Validitas semantik 7. Validitas pengendalian 2.3 Menangani hipotesis 2.3.1 Dari Dalil Ke Hipotesis Dalil dalam suatu teori menetapkan hubungan antara konsep-konsep dalam teori tersebut. Ditunjukkan oleh sebuah kalimat. Secara umum ciri-cirinya adalah angka dan tingkat predikat dan tingkat dari keumuman. Dalil dapat menjadi hipotesis jika mereka mengacu kepada fakta-fakta yang tidak berpengalam dan pada waktu yang bersamaan dapat diperbarui berdasarkan atas pengetahuan yang baru diperoleh. Suatu hipotesis, oleh karenanya, adalah dalil mengenai suatu hubungan yang kebenaran atau kesalahannya masih harus ditentukan oleh suatu ujian empiris. 2.3.2 Konfirmasi Ke Hipotesis Akuntansi memiliki subjek masalah yang jelas dan mencakup keseragaman dan keteraturan yang menjadi dasar dan kondusif bagi hubungan empiris, generalisasi otoritatif, konsep- konsep, prinseip, hukum, dan teori. Konfirmasi adalah sampai sejauh mana suatu hipotesis mampu menunjukkan kebenaran secara empiris, yaitu menggambarkan dunia nyata dengan akurat. Pembuktian kesalahan adalah sampai sejauh mana suatu hipotesis mampu menunjukkan bahwa ia secara empiris tidak benar, yaitu gagal untuk menggambarkan dunia nyata dengan akurat. Hipotesis yang semata-mata dapat dikonfirmasikan dating dari pernyataan-pernyataan eksistensial, yaitu pernyataan yang mengajukan eksistensi dari beberapa fenomena. Hipotesis yang semata-mata dapat disanggah dating dari hukum-hukum universal, yaitu pernyataan-pernyataan yang dapat mengambil bentuk dari persyaratan-persyaratan generalisasi yang universal.
2.3.3 Hakikat Dari Penjelasan
Penjelasan adalah langkah vital dari seluruh jenis pertanyaan ilmiah. Ernest Nagel menyatakan bahwa “tujuan khusus dari suatu usaha ilmiah adalah untuk memberikan penjelasan yang sistematis dan didukung secara bertanggung jawab”. Syarat-syarat model-model penjelasan : 1. Persyaratan akan relevansi penjelasan berarti bahwa model penjelasan harus bagaimanapun caranya menunjukkan bahwa fenomena yang akan dijelaskan adalah telah diekspektasikan mengingat kondisi-kondisi yang ada. 2. Persyaratan akan kemampuan untuk diuji berarti bahwa penjelasan ilmiah harus dapat diuji secara empiris. Model fungsional atau teleology-penjelasan menjawab pertanyaan“mengapa” atas suatu fenomena dengan mengacu kepada fungsi-fungsi tertentu dari fenomena tersebut. Model genetik-penjelasan menjawab pertanyaan “mengapa” atas suatu fenomena dengan mengacu kepada suatu kondisi sebelumnya atau suatu urutan dari kondisi-kondisi sebelumnya. Model pola menjawab pertanyaan “mengapa” dengan mencocokkan suatu fenomena ke dalam pola yang diketahui. Model peristiwa-peristiwa individual menjelaskan pertanyaan“mengapa” dengan mengacu kepada penjelasan-penjelasan I dividual sebagai penjelasnya. Model empiris logis menjawab pertanyaan “mengapa” dengan tidak mengacu kepada peristiwa-peristiwa individual namun kepada generalisasi empiris yang menggolongkan dan secara induktif menggeneralisasi temuan-temuan yang ada.
2.3.4 Hakikat Dari Prediksi
Prediksi dapat dilakukan dengan teknik-teknik ekstrapolasi, yang memprediksi suatu variabel atas dasar dari variabel itu sendiri, atau teknik-teknik asosiatif, yang memprediksi suatu variabel atas dasar dari variabel (-variabel) lain. Kriteria yang dikenal dalam evaluasi suatu prediksi antara lain adalah kemampuan untuk dapat dikonfirmasi atau disangkal, ruang lingkup, presisi, akurasi, dan kekuatan. 2.4 Konteks penemuan Ada empat prosedur yang harus digunakan untuk menghasilkan atau menemukan generalisasi, hukum atau teori-teori empiris yaitu mimpi, eureka, pendekatan deduktif, dan pendekatan induktif. Mimpi yang dialami ketika tidur atau saat berangan-angan menjadi prosedur penemuan yang memiliki peranan penting dalam penemuan ilmiah. Cara eureka. Pendekatan deduktif terhadap penyusuna suatu teori apapun dimulai dengan dalil-dalil dasar dan dilanjutkan untuk menghasilkan kesimpulan logis atas subjek yang dipermasalahkan. Langkah yang digunakan untuk menghasilkan suatu pendekatan deduktif adalah: Ø Menyatakan tujuan dari laporan-laporan keuangan Ø Memilih dalil-dalil akuntansi Ø Menghasilkan prinsip-prinsip akuntansi Ø Mengembangkan teknik-teknik akuntansi Pendekatan induktif bagi penyusunan suatu teori dimulai dengan observasi-observasi serta pengukuran dan selanjutnya bergerak ke arah generalisasi kesimpulan. Tahapan dari pendekatan induktif yaitu: Ø Mencatat seluruh observasi yang dilakukan Ø Menganalisis dan mengklasifikasikan observasi-observasi ini untuk mendeteksi adanya hubungan yang terus berulang Ø Secara induktif menghasilkan generalisasi dan prinsip-prinsip akuntansi dari observasi- observasi yang menggambarkan hubungan yang terus berulang Ø Menguji generalisasi tersebut. Meskipun pendekatan deduktif diawali dengan usulan-usulan umum, formulasi dari usulan-usulan tersebut sering dicapai dengan menggunakan pemikiran induktif yang dikondisikan oleh pengetahuan dari penulis dan pengalamannya dari praktik akuntansi.