Anda di halaman 1dari 18

Nama : Nurul Imamah

NIM : 20208011047

BAB 5

KERANGKA TEORITIS DAN PENYUSUNAN HIPOTESIS

A. Kebutuhan Akan Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis adalah dasar dari penelitian hipotesis deduktif dan dasar dari
hipotesis yang akan dibuat. Penyusunan kerangka teoretis sangat penting dalam
penelitian deduktif, pengujian teori, kausal. Kerangka teoritis (theoretical framework)
menunjukan keyakinan penulis pada bagaimana fenomena tertentu (atau variable atau
konsep) saling terkait satu sama lain (model) dan penjelasan tentang Mengapa anda yakin
bahwa variable tersebut saling terkait satu sama lain (teori).

Proses membuat kerangka teoretis termasuk :

1. Memperkenalkan definisi dari konsep atau variable dalam model anda


2. Mengembangkan model konseptual yang memberikan representasi deskriptif dari
teori anda.
3. Menyatakan teori yang memberikan penjelasan untuk hubungan antarvariable
dalam model anda

Dari kerangka teoretis kemudian dapat disusun hipotesis yang dapat diuji untuk
menguji apakah teori anda valid atau tidak. Hubungan yang dihipotesiskan tersebut
kemudian dapat diuji dengan analisis statistic yang tepat, sehingga, seluruh penelitian
bergantung pada dasar kerangka teoretis. Bahkan jika hipotesis yang dapat diuji tidak
perlu disusun (seperti dalam sejumlah proyek penelitian terapan), penyusunan kerangka
teoretis yang baik menjadi hal penting untuk menguji masalah yang sedang diteliti.

1
B. Variable

Variable adalah apapun yang dapat membedakan atau mengubah nilai. Nilai dapat
berbeda pada berbagai waktu untuk objek atau orang yang sama, atau pada waktu yang
sama untuk objek atau orang yang berbeda. Contoh variable adalah unit produksi, absensi,
dan motivasi.

Empat jenis variable utama dibahas dalam bab ini :

1. Variable terikat (dependent variable) disebut juga variable kriteria (criterion


variable)
Variable terikat adalah variable yang menjadi perhatian utama peneliti. Tujuan
peneliti adalah untuk memahami dan mendeskripsikan variable terikat, atau
menjelaskan variabilitasnya, atau memprediksinya. Dengan kata lain, variable
terikat merupakan variable utama yang sesuai dalam investigasi. Melalui analisis
variable terikat, maka terdapat kemungkinan untuk menemukan jawaban atau solusi
atas masalah tersebut. Terdapat kemungkinan untuk mempunyai lebih dari satu
variable terikat dalam satu study.

2. Variable bebas (independent variable) disebut juga variable predictor (predictor


variable)
Variable bebas adalah variable yang mempengaruhi variable terikat, baik secara
positif maupun negative. Yaitu jika terdapat variable bebas, variable terikat juga
hadir dan dengan setiap unit kenaikan dalam variable bebas, terdapat pula kenaikan
atau penurunan dalam variable terikat. Dengan kata lain, varians dalam variable
terikat disebabkan oleh variable bebas.

3. Variable moderator (moderating variable)


Variable moderator adalah variable yang mempunyai pengaruh ketergantungan
yang kuat pada hubungan variable terikat dan variable bebas, yaitu kehadiran
variable ketiga (Variable moderator) mengubah hubungan awal antara variable
bebas dan terikat.
4. Variable perantara (intervening variable)
Variable perantara adalah variable yang muncul antara saat variable bebas mulai
memengaruhi variable terikat, dan saat pengaruh variable bebas terasa pada variable
terikat. Dengan demikian, terdapat kualitas temporal atau dimensi waktu pada
variable perantara. Variable perantara muncul sebagai fungsi dari variable bebas
yang berpengaruh dalam situasi apapun, serta membantu untuk mengonsepkan dan
menjelaskan pengaruh variable bebas terhadap variable terikat.

C. Kerangka teoritis
Kerangka teoritis merupakan fondasi dimana seluruh proyek penelitian didasarkan.
Kerangka teoritis adalah jaringan asosiasi yang disusun, dijelaskan dan dielaborasi secara
logis antar variable yang dianggap relevan dengan situasi masalah dan diidentifikasi
melalui proses seperti wawancara, pengamatan, dan tinjauan literatur. Pengalaman dan
intuisi juga berperan dalam Menyusun kerangka teoritis.
Untuk sampai pada solusi masalah yang baik, pertama-tama seseorang harus
mengidentifikasi masalah dengan benar, dan selanjutnya variable yang menyebabkannya
terjadi. Kini menjadi jelas pentingnya mengadakan wawancara yang memiliki tujuan dan
melakukan tinjauan literatur secara menyeluruh.
Hubungan antara tinjauan literatur dan kerangka teoritis adalah bahwa tinjauan
literatur menyediakan fondasi yang kuat untuk menyusun kerangka teoritis. Survei
literatur mengidentifikasi variable yang mungkin penting, seperti yang ditetukan oleh
temuan penelitian sebelumnya. Hal tersebut sebagai tambahan untuk hubungan logis lain
yang dapat dikonsepkan membentuk dasar untuk model teoritis. Kerangka teoritis
menunjukkan dan mengelaborasi hubungan antara variable, menjelaskan teori yang
mendasari hubungan, serta menjelaskan sifat dan arah hubungan tersebut.
Kerangka teoritis yang baik mengidentifikasi dan menentukan variable-variabel
penting dalam situasi tersebut yang relevan dengan definisi permasalahan dan selanjutnya
mendeskripsikan seta menjelaskan hubungan antara variable-variabel tersebut. Hubungan
antara variable bebas, dan variable terikat, dan jika berkaitan, variable moderator dan
variable perantara diuraikan.
Terdapat tiga ciri dasar yang harus dimasukkan dalam kerangka teoritis :
1. Variable yang dianggap relevan dengan study harus ditentukan dengan jelas
2. Model konseptual yang menjelaskan hubungan diantara variable-variabel dalam
model tersebut harus diberikan.
3. Harus ada penjelasan yang jelas mengapa kita memperkirakan bahwa hubungan
tersebut ada.

D. Penyusunan hipotesis
Hipotesis (hypothesis) adalah pernyataan sementara, namun dapat diuji, yang
memprediksi apa yang anda ingin temukan dalam data empiris. Hipotesis dibuat dari teori
yang menjadi dasar dari model konseptual anda dan sering kali berhubungan dalam
sifatnya. Dari awal, hipotesis dapat didefinisikan sebagai hubungan yang diperkirakan
secara logis antara dua variable atau lebih yang ditunjukan dalam bentuk pernyataan yang
dapat diuji. Dengan menguji hipotesis dan menegaskan hubungan yang diperkirakan,
diharapkan bahwa solusi dapat ditemukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi.

E. Pengujian hipotesis dengan penelitian kualitatif : analisis kasus negative


Hipotesis juga dapat diuji dengan data kualitatif. Misalnya : anggap saja, setelah
wawancara yang ekstensif, peneliti membuat kerangka teoritis bahwa perilaku tidak etis
oleh karyawan merupakan fungsi dari ketidakmampuan mereka untuk membedakan
antara benar dan salah, atau karena kebutuhan yang mendesak akan uang yang lebih
banyak, atau ketidaktertarikan organisasi terhadap perilaku semacam itu. Untuk menguji
hipotesis bahwa ketiga factor tersebut merupakan factor utama yang mempengaruhi
perilaku tidak etis, peneliti harus mencari data yang menyangkal hipotesis tersebut.
Bahkan jika kasus tunggal tidak mendukung hipotesis tersebut, teori harus direvisi.
Katakanlah bahwa peneliti menemukan satu kasus dimana seseorang dengan sengaja
melakukan perilaku tidak etis dengan menerima suap (meskipun faktanya ia cukup
memiliki pengetahuan untuk membedakan hal yang benar dan yang salah, tidak
membutuhkan uang, dan mengetahui bahwa organisasi akan membenci perilakunya)
hanya karena ia ingin “Kembali” ke system tersebut yang “tidak akan menerima
sarannya”. Penemuan baru ini, melalui penolakan atas
hipotesis awal, disebut sebagai metode kasus negative (negative case method) yang
memugkinkan peneliti untuk merevisi teori dan hipotesis hingga teori tersebut menjadi
kuat.

F. Implikasi manajerial
Pada titik ini, menjadi mudah untuk mengikuti progres penelitian dari tahap pertama
Ketika menejer melihat bidang masalah yang luas, pengumpulan data awal (termasuk
tinjauan literatur), penyusunan kerangka teoritis berdasarkan tinjauan literatur serta
dipandu dengan pengalaman dan intuisi, hingga perumusan hipotesis untuk diuji.
Setelah masalah didefinisikan, pemahaman yang baik mengenai keempat jenis variable
yang berbeda memperluas pemahaman manejer terkait bagaimana berbagai factor
mempengaruhi keadaan organisasi. Pengetahuan tentang bagaimana dan untuk tujuan apa
kerangka teoritis dibuat da hipotesis disusun membuat menejer mampu menjadi hakim
yang cerdas terhadap laporan penelitian yang diberikan oleh konsultan. Demikian pula,
pengetahuan mengenai arti signifikansi dan mengapa hipotesis tertentu dierima atau
ditolak, membantu menejer bertahan dengan, atau menghentikan dugaannya, yang
walaupun masuk akal, tidak terbukti. Jika pengetahuan semacam itu tidak dimiliki,
banyak temuan penelitian tidak akan dapat dipahami oleh menejer dan pengambilan
keputusan akan membingungkan.
BAB 6
UNSUSR-UNSUR DESAIN PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Setelah membuat rumusan masalah, membuat proposal penelitian, melakukan


tinjauan literatur kritis, dan membuat latar belakang konseptual atau kerangka teoretis,
langkah selanjutnya adalah membuat desain penelitian dengan cara dimana data yang
dibutuhkan dapat dikumpulkan dan dianalisis hingga mencapai solusi untuk masalah yang
mengkatalisasi proyek penelitian.

Desain penelitian adalah rencana untuk pengumpulan, pengukuran, dan analisis data,
berdasarkan pertanyaan penelitian dari study. Setiap komponen desain penelitian
menawarkan beberapa poin pilihan kritis Kualitas desain penelitian tergantung pada
seberapa hati-hati Anda memilih alternatif desain yang sesuai, dengan
mempertimbangkan tujuan spesifik, pertanyaan penelitian, dan kendala proyek, seperti
akses ke data, waktu, dan /atau uang.

Selain keputusan di atas mengenai desain penelitian, pilihan harus dibuat tentang
metode pengumpulan data yang akan digunakan, jenis sampel (desain pengambilan
sampel), bagaimana variabel akan diukur (pengukuran), dan bagaimana mereka akan
mengukurnya. Penting untuk diperhatikan bahwa semakin ketat dan canggih desain
penelitian, semakin besar waktu, biaya, dan sumber daya lain yang akan digunakan. Oleh
karena itu, menjadi relevan untuk bertanya kepada diri sendiri pada setiap poin pilihan
apakah manfaat yang berasal dari desain yang lebih canggih untuk memastikan akurasi,
keyakinan, generalisasi, dan seterusnya, sepadan dengan investasi sumber daya yang lebih
besar.

B. Tujuan Study: Eksploratif, Deskriptif, Kausal

Sifat study- entah itu Eksploratif, Deskriptif, atau Kausal- bergantung pada tahap
dimana peningkatan pengetahuan mengenai topik yang diteliti.
▪ Study Eksploratif
Study eksploratif (exploratory study) dilakukan ketika tidak banyak yang diketahui
mengenai situasi yang akan terjadi, atau tidak ada informasi yang tersedia mengenai
bagaimana masalah atau persoalan penelitian yang hampir sama diselesaikan dimasa
lalu.
Dari awal, study eksploratif diperlukan Ketika sejumlah fakta diketahui, tetapi
diperlukan lebih banyak informasi untuk Menyusun kerangka teoretis yang kuat.
Penelitian eksploratif seringkali bergantung pada penelitian sekunder (seperti tinjauan
literatur) dan/atau pendekatan kualitatif untuk pengumpulan data seperti diskusi
informal (dengan konsumen, karyawan, manajer) dan lebih banyak pendekatan formal
seperti wawancara, kelompok focus, metode proyektif, atau study kasus. Hasil dari
penelitian eksploratif secara umum tidak dapat digeneralisasikan utuk populasi.
Sebagai acuan, penelitian eksploratif bersifat fleksibel.

▪ Study Deskriptif
Study deskriptif sering kali didesain untuk mengumpulkan data yang menjelaskan
karakteristik orang, kejadian, atau situasi. Hal ini melibatkan pengumpulan data
kuantitatif seperti tingkat kepuasan, jumlah produksi, jumlah penjualan, atau data
demografi, namun study deskriptif juga memerlukan pengumpulan informasi kualitatif,
sebagai contoh : data kualitatif dapat dikumpulkan untuk menjelaskan bagaimana
konsumen membuat keputusan atau untuk mengamati bagaimana manajer
menyelesaikan konflik dalam organisasi.
Study deskriptif dapat membantu peneliti untuk :
- Memahami karakteristik kelompok dalam situasi tertentu
- Berpikir secara sistematis mengenai aspek-aspek dalam situasi tertentu
- Memberikan ide-ide untuk penyelidikan atau penelitian lebih lanjut.
- Membantu membuat keputusan (sederhana) yang pasti

▪ Study Kausal
Study kausal adalah inti dari pendekatan ilmiah untuk penelitian. Study semacam itu
menguji apakah satu variable menyebabkan variable yang lain berubah atau tidak.
Dalam study kausal, peneliti tertarik untuk menjelaskan satu atau lebih banyak factor
yang menyebabkan masalah. Dengan kata lain, maksud peneliti untuk melakukan
study kausal adalah agar mampu menyatakan bahwa variable X menyebabkan variable
Y. sehingga, jika variable X dihilangkan atau diubah degan cara tertentu, masalah Y
terpecahkan.

C. Tingkat Intervensi Peneliti Terhadap Study

Tingkat intervensi oleh peneliti memiliki pengaruh langsung apakah penelitian yang
dilakukan bersifat korelasional atau kausal. Sebuah studi korelasional dilakukan di
lingkungan alami (misalnya, supermarket atau lantai pabrik) dengan gangguan minimal
oleh peneliti dengan aliran peristiwa normal. Misalnya, jika seorang peneliti ingin
mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan pelatihan (studi korelasional),
yang harus dilakukan individu adalah menggambarkan variabel yang relevan,
mengumpulkan data yang relevan, dan menganalisisnya untuk menghasilkan temuan.
Meskipun ada beberapa gangguan pada aliran kerja normal dalam sistem saat peneliti
mewawancarai karyawan dan mengelola kuesioner di tempat kerja,

Dalam penelitian yang dilakukan untuk menentukan penyebabnya-dan-efek


hubungan, peneliti mencoba untuk memanipulasi variabel tertentu untuk mempelajari
pengaruh manipulasi tersebut terhadap variabel dependen yang menarik. Dengan kata
lain, peneliti dengan sengaja mengubah variabel tertentu dalam latar dan mengganggu
peristiwa seperti yang biasanya terjadi. Sebagai contoh, seorang peneliti mungkin ingin
mempelajari pengaruh pencahayaan terhadap kinerja pekerja; karenanya dia
memanipulasi pencahayaan dalam situasi kerja ke intensitas yang berbeda-beda. Di sini,
ada gangguan peneliti yang cukup besar dengan pengaturan alam dan normal. Dalam
kasus lain, peneliti bahkan mungkin ingin membuat pengaturan buatan baru yang alto-
gether di mana penyebabnya- dan-hubungan efek dapat dipelajari dengan memanipulasi
variabel tertentu dan secara ketat mengontrol variabel tertentu, seperti di laboratorium.
Dengan demikian, mungkin ada berbagai tingkat interferensi oleh peneliti dalam
manipulasi dan kontrol variabel dalam studi penelitian, baik dalam pengaturan alami atau
dalam pengaturan laboratorium buatan.
D. Situasi Study : Diatur Vs Tidak Diatur

Penelitian bisnis dapat dilakukan di lingkungan yang alami, tempat kejadian


berlangsung secara normal (Dalam format situasi tidak diatur) atau dalam keadaan
artifisial dan situasi yang diatur. Studi eksplorasi dan deskriptif (korelasional) selalu
dilakukan dalam situasi tidak diatur, sedangkan sebagian besar studi kausal dilakukan di
pengaturan laboratorium yang diatur.

Studi korelasional yang dilakukan dalam situasi yang tidak diatur disebut studi
lapangan. Studi dilakukan untuk menetapkan hubungan sebab-akibat menggunakan
lingkungan alami yang sama, di mana subjek yang diteliti (karyawan, konsumen, manajer,
dan sejenisnya) biasanya berfungsi disebut eksperimen/percobaan lapangan. Di sini,
seperti yang telah kita lihat sebelumnya, peneliti memang melakukan intervensi terhadap
terjadinya peristiwa alamiah karena variabel independent (bebas) dimanipulasi. Misalnya,
seorang manajer yang ingin mengetahui pengaruh gaji terhadap kinerja harus menaikkan
gaji karyawan di satu unit, menurunkan gaji karyawan di unit lain, dan membiarkan gaji
karyawan di unit ketiga tidak tersentuh. Di sini ada intervensi, atau manipulasi, sistem
penggajian untuk menetapkan suatu penyebab- dan-pengaruh hubungan antara gaji dan
kinerja, tetapi studi ini masih dilakukan dalam pengaturan alami dan karenanya disebut
percobaan lapangan.

Eksperimen dilakukan untuk menentukan penyebab-dan-hubungan efek di luar


kemungkinan sedikit keraguan membutuhkan penciptaan lingkungan buatan dan dibuat-
buat di mana semua faktor asing dikontrol secara ketat. Subjek serupa dipilih dengan hati-
hati untuk menanggapi rangsangan yang dimanipulasi tertentu. Studi-studi ini disebut
sebagai percobaan laboratorium.

Penting untuk memutuskan berbagai detail desain sebelum melakukan studi


penelitian, karena satu kriteria keputusan mungkin berdampak pada yang lain. Misalnya,
jika seseorang ingin melakukan studi eksplorasi atau deskriptif, maka kebutuhan peneliti
untuk mengganggu jalannya peristiwa normal akan minimal. Namun, jika hubungan
sebab akibat akan ditetapkan, desain eksperimental perlu disiapkan baik dalam
pengaturan di mana peristiwa biasanya terjadi (percobaan lapangan) atau dalam
pengaturan laboratorium yang dibuat secara artifisial (percobaan laboratorium).
Singkatnya, sejauh ini kita telah membuat perbedaan antara

- studi lapangan, di mana berbagai faktor diperiksa dalam pengaturan alam di mana
aktivitas sehari-hari berjalan seperti biasa dengan gangguan peneliti yang minimal,
- eksperimen lapangan, di mana penyebabnya.-dan-hubungan efek dipelajari dengan
sejumlah campur tangan peneliti, tetapi masih dalam pengaturan alami di mana
peristiwa berlanjut dalam mode normal,
- eksperimen laboratorium, di mana peneliti mengeksplorasi penyebab-dan-hubungan
efek, tidak hanya menjalankan kontrol tingkat tinggi tetapi juga dalam pengaturan
yang dibuat-buat dan sengaja dibuat.

E. Strategi Penelitian
Strategi adalah rencana untuk mencapai tujuan tertentu. Strategi penelitian akan
membantu Anda memenuhi tujuan penelitian dan menjawab pertanyaan penelitian Anda.

▪ Eksperimen

Eksperimen biasanya dikaitkan dengan hipotetis-pendekatan deduktif untuk penelitian.


Tujuan dari sebuah eksperimen adalah untuk mempelajari hubungan kausal antar
variabel. Desain eksperimental kurang berguna atau sesuai untuk menjawab
pertanyaan penelitian eksplorasi dan deskriptif. Namun dalam keadaan yang tepat,
desain eksperimental adalah desain yang sangat kuat untuk digunakan. Namun, desain
eksperimental tidak selalu layak dalam konteks penelitian terapan di mana peneliti
mencoba memecahkan masalah manajemen

▪ Penelitian survei
Survei adalah sistem untuk mengumpulkan informasi dari atau tentang orang untuk
menggambarkan, membandingkan, atau menjelaskan pengetahuan, sikap, dan perilaku
mereka. Strategi survei sangat populer dalam penelitian bisnis, karena memungkinkan
peneliti mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif pada berbagai jenis pertanyaan
penelitian. Memang, survei biasanya digunakan dalam penelitian eksplorasi dan
deskriptif untuk mengumpulkan data tentang orang, peristiwa, atau situasi. Misalnya,
dalam konteks bisnis, survei sering kali dilakukan pada subjek pengambilan keputusan
konsumen, kepuasan pelanggan, kepuasan kerja, penggunaan layanan kesehatan,
sistem informasi manajemen, dan sejenisnya. Sejumlah besar survei semacam itu
adalah survei satu waktu. Survei lain memiliki sifat berkelanjutan, memungkinkan
peneliti untuk mengamati perubahan dari waktu ke waktu. Pertanyaan-pertanyaan
dalam instrumen survei biasanya disusun menjadi diri sendiri-memberikan kuesioner
yang diisi sendiri oleh responden, baik di atas kertas atau melalui komputer. Instrumen
survei lainnya adalah wawancara dan observasi terstruktur.

▪ Study kasus
Studi kasus fokus pada pengumpulan informasi tentang objek, peristiwa, atau aktivitas
tertentu, seperti bisnis tertentu unit atau organisasi. Dalam studi kasus, kasusnya adalah
individu, kelompok, organisasi, peristiwa, atau situasi yang diminati peneliti. Ide di
balik studi kasus adalah bahwa untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang suatu
masalah seseorang harus memeriksa yang sebenarnya-situasi kehidupan dari berbagai
sudut dan perspektif dengan menggunakan berbagai metode pengumpulan data.
Sejalan dengan ini, seseorang dapat mendefinisikan studi kasus sebagai strategi
penelitian yang melibatkan penyelidikan empiris dari fenomena kontemporer tertentu
dalam realnya.- konteks kehidupan menggunakan beberapa metode pengumpulan data
(Yin, 2009). Perlu dicatat bahwa studi kasus dapat memberikan data kualitatif dan
kuantitatif untuk analisis dan interpretasi. Seperti dalam penelitian eksperimental,
hipotesis juga dapat dikembangkan dalam studi kasus. Namun, jika hipotesis tertentu
belum dibuktikan bahkan dalam satu studi kasus lain, tidak ada dukungan yang dapat
dibuat untuk hipotesis alternatif yang dikembangkan.

▪ Teori dasar
Teori dasar adalah seperangkat prosedur sistematis untuk mengembangkan teori yang
diturunkan secara induktif dari data (Strauss & Corbin, 1990). Alat penting dari
grounded theory adalah pengambilan sampel teoretis, pengkodean, dan perbandingan
konstan. Pengambilan sampel teoretis adalah "proses pengumpulan data untuk
menghasilkan teori di mana analis bersama-sama mengumpulkan, mengkode, dan
menganalisis data dan memutuskan data apa yang akan dikumpulkan selanjutnya dan
di mana menemukannya, untuk mengembangkan teorinya saat muncul" (Glaser &
Strauss,
1967, hlm.45). Dalam perbandingan konstan Anda membandingkan data (misalnya,
wawancara) dengan data lain (misalnya, wawancara lain). Setelah teori muncul dari
proses ini, Anda membandingkan data baru dengan teori Anda. Jika ada
ketidaksesuaian antara data (wawancara), atau antara data dan teori Anda, kemudian
kategori dan teori harus dimodifikasi sampai kategori dan teori Anda sesuai dengan
datanya. Dalam perbandingan konstan, kasus discrepant dan disconfirming memainkan
peran penting dalam kategori rendering dan teori (membumi).

▪ Penelitian Tindakan
Penelitian tindakan terkadang dilakukan oleh konsultan yang ingin memulai proses
perubahan dalam organisasi. Dengan kata lain penelitian Tindakan adalah strategi
penelitian yang bertujuan untuk mempengaruhi perubahan yang direncanakan. Di sini,
peneliti memulai dengan masalah yang sudah diidentifikasi, dan mengumpulkan data
yang relevan untuk memberikan solusi masalah tentatif. Solusi ini kemudian
diimplementasikan, dengan pengetahuan yang mungkin tidak diinginkan

F. Unit Analisis : Individu, Pasangan (Dyads), Kelompok, Organisasi, Budaya


Unit analisis mengacu pada tingkat kesatuan data yang dikumpulkan selama tahap
analisis data berikutnya. Jika, misalnya, rumusan masalah berfokus pada bagaimana
meningkatkan tingkat motivasi karyawan secara umum, maka kami tertarik pada
karyawan individu dalam organisasi dan harus mencari tahu apa yang dapat kami lakukan
untuk meningkatkan motivasi mereka. Di sini unit analisisnya adalah individu.
Kami akan melihat data yang dikumpulkan dari setiap individu dan memperlakukan
tanggapan setiap karyawan sebagai sumber data individu. Jika peneliti tertarik
mempelajari dua-interaksi orang, lalu beberapa dua-kelompok orang, juga dikenal sebagai
angka dua, akan menjadi unit analisis. Analisis interaksi suami-istri dalam keluarga dan
hubungan atasan-bawahan di tempat kerja adalah contoh pasangan yang baik sebagai unit
analisis. Namun, jika rumusan masalah terkait dengan efektivitas kelompok, maka unit
analisisnya berada di
tingkat kelompok. Dengan kata lain, meskipun kami dapat mengumpulkan data yang
relevan dari semua individu yang terdiri dari, katakanlah, enam kelompok, kami
menggabungkan data individu ke dalam data kelompok untuk melihat perbedaan di antara
enam kelompok tersebut. Jika kita membandingkan departemen yang berbeda dalam
organisasi, maka analisis data akan dilakukan di tingkat departemen - yaitu, individu di
departemen akan diperlakukan sebagai satu unit - dan perbandingan dilakukan dengan
memperlakukan departemen sebagai unit dari analisis.
Pertanyaan penelitian kita menentukan unit analisis yang sesuai. Misalnya, jika kita
ingin mempelajari keputusan kelompok-membuat pola, kita mungkin akan memeriksa
aspek-aspek seperti ukuran kelompok, struktur kelompok, keterpaduan, dan sejenisnya,
dalam mencoba menjelaskan varians dalam pengambilan keputusan kelompok. Di sini,
minat utama kami bukanlah mempelajari pengambilan keputusan individu tetapi
pengambilan keputusan kelompok, dan kami akan mempelajari dinamika yang bekerja di
beberapa kelompok yang berbeda dan faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan
keputusan kelompok. Dalam kasus seperti itu, unit analisisnya adalah kelompok.
Karena pertanyaan penelitian kami membahas masalah-masalah yang berpindah dari
individu ke pasangan, dan ke kelompok, organisasi, dan bahkan negara, begitu juga unit
analisis bergeser dari individu ke pasangan, kelompok, organisasi, dan negara.
Karakteristik dari "tingkat analisis" ini adalah bahwa tingkat yang lebih rendah
dimasukkan ke dalam tingkat yang lebih tinggi. Jadi, jika kita mempelajari perilaku
membeli, kita harus mengumpulkan data dari, katakanlah, 60 individu, dan menganalisis
datanya. Jika kita ingin mempelajari dinamika kelompok, kita mungkin perlu
mempelajari, katakanlah, enam kelompok atau lebih, dan kemudian menganalisis data
yang dikumpulkan dengan memeriksa pola di masing-masing kelompok. Jika kita
ingin mempelajari perbedaan budaya antar negara, kita harus mengumpulkan data dari
negara yang berbeda dan mempelajari pola budaya yang mendasari di setiap negara.
Beberapa masalah kritis bersilangan-penelitian budaya dibahas dalam bab-bab
selanjutnya.
Individu tidak memiliki karakteristik yang sama dengan kelompok (misalnya,
struktur, kekompakan), dan kelompok tidak memiliki karakteristik yang sama dengan
individu (misalnya, IQ, stamina). Ada variasi dalam persepsi, sikap, dan perilaku orang
dalam budaya yang berbeda. Karenanya, sifat informasi yang dikumpulkan, serta
tingkat
pengumpulan data untuk analisis, merupakan bagian integral dari keputusan yang dibuat
tentang pilihan unit analisis.
Penting untuk memutuskan unit analisis bahkan ketika kita merumuskan pertanyaan
penelitian, karena metode pengumpulan data, ukuran sampel, dan bahkan variabel yang
termasuk dalam kerangka terkadang dapat ditentukan atau dipandu oleh tingkat di mana
data tersebut berada. dikumpulkan untuk analisis.

G. Horizon Waktu: Study Cross-Sectional Vs Study Longitudinal


▪ Cross-Sectional

Sebuah studi dapat dilakukan di mana data dikumpulkan hanya sekali, mungkin selama
beberapa hari atau minggu atau bulan, untuk menjawab pertanyaan penelitian. Studi
semacam itu disebut satu-tembakan atau Cross-Sectional.

▪ Study Longitudinal
Dalam beberapa kasus, peneliti mungkin ingin mempelajari orang atau fenomena pada
lebih dari satu waktu untuk menjawab pertanyaan penelitian. Misalnya, peneliti
mungkin ingin mempelajari perilaku karyawan sebelum dan sesudah perubahan di
manajemen puncak, untuk mengetahui apa efek perubahan yang dicapai. Di sini,
karena data dikumpulkan pada dua titik waktu yang berbeda, studi ini bukan termasuk
jenis cross-sectional atau one shot (satu tembakan), tetapi dilakukan secara
longitudinal selama periode waktu tertentu. Studi semacam itu, ketika data tentang
variabel dependen dikumpulkan pada dua titik waktu atau lebih untuk menjawab
pertanyaan penelitian, disebut studi longitudinal.
Studi longitudinal membutuhkan lebih banyak waktu, tenaga, dan biaya dibandingkan
study cross-sectional. Namun, studi longitudinal yang direncanakan dengan baik dapat,
antara lain, membantu mengidentifikasi hubungan sebab-akibat. Misalnya, seseorang
dapat mempelajari volume penjualan suatu produk sebelum dan sesudah kegiatan
iklan, dan memberikan perubahan lingkungan lainnya tidak mempengaruhi hasil,
seseorang dapat mengaitkan peningkatan volume penjualan, jika ada, dengan iklan.
Jika tidak ada peningkatan penjualan, orang dapat menyimpulkan bahwa iklan tersebut
tidak efektif atau akan memakan waktu lebih lama untuk diterapkan.
Desain eksperimental selalu merupakan studi longitudinal, karena data dikumpulkan
sebelum dan sesudah manipulasi. Studi lapangan mungkin juga bersifat longitudinal.
Sebagai contoh, studi tentang data perbandingan yang berkaitan dengan reaksi manajer
di sebuah perusahaan terhadap perempuan pekerja sekarang dan sepuluh tahun
kemudian akan menjadi studi longitudinal.

H. Tinjauan Unsur-Unsur Desain Penelitian


Ini menyimpulkan diskusi tentang masalah desain dasar mengenai strategi penelitian,
sejauh mana campur tangan peneliti, pengaturan studi, unit analisis, dan horizon waktu.
Peneliti menentukan keputusan yang tepat untuk dibuat dalam desain penelitian
berdasarkan perspektif penelitian penyidik, tujuan penelitian, pertanyaan penelitian,
sejauh mana ketelitian yang diinginkan, dan pertimbangan praktis. Kadang-kadang,
karena waktu dan biaya yang dikeluarkan, seorang peneliti mungkin dibatasi untuk
menerima desain penelitian yang kurang dari "ideal". Misalnya, peneliti mungkin harus
melakukan study cross-sectional daripada studi longitudinal, melakukan studi lapangan
daripada desain eksperimental, memilih ukuran sampel yang lebih kecil daripada ukuran
sampel yang lebih besar, dan seterusnya, sehingga suboptimasi keputusan desain
penelitian dan menetapkan tingkat ketelitian ilmiah yang lebih rendah karena kendala
sumber daya . Perdagangan ini- antara ketelitian dan pertimbangan praktis akan menjadi
keputusan yang disengaja dan sadar yang dibuat oleh manajer / peneliti, dan harus secara
eksplisit dinyatakan dalam laporan penelitian. Kompromi yang dibuat juga menjelaskan
mengapa studi manajemen tidak sepenuhnya ilmiah, sebagaimana dibahas dalam Bab 2.
Penelitian metode campuran berfokus pada pengumpulan, analisis, dan pencampuran data
kuantitatif dan kualitatif dalam satu studi atau serangkaian studi. Seperti yang dinyatakan
di atas, pendekatan metode campuran mempersulit desain penelitian dan oleh karena itu
membutuhkan penyajian yang jelas agar pembaca dapat memilah komponen yang
berbeda. Terlepas dari kerumitan desain, peneliti harus selalu memahami dengan jelas
setiap aspek yang dibahas dalam bab ini sebelum memulai pengumpulan data
I. Implikasi Manajerial

Pengetahuan tentang masalah desain penelitian membantu manajer untuk memahami


apa yang peneliti coba lakukan. Manajer juga memahami mengapa laporan terkadang
menunjukkan hasil analitik data berdasarkan ukuran sampel yang kecil, ketika banyak
waktu dihabiskan untuk mengumpulkan data dari beberapa skor individu, seperti dalam
kasus studi yang melibatkan kelompok, departemen, atau kantor cabang.

Salah satu keputusan penting yang harus diambil manajer sebelum memulai studi
berkaitan dengan seberapa ketat studi yang seharusnya. Mengetahui bahwa desain
penelitian yang lebih ketat menghabiskan lebih banyak sumber daya, manajer berada
dalam posisi untuk menimbang beratnya masalah yang dialami dan memutuskan jenis
desain apa yang akan menghasilkan hasil yang dapat diterima dengan cara yang efisien.
Misalnya, manajer mungkin memutuskan bahwa pengetahuan tentang variabel mana yang
terkait dengan kinerja karyawan cukup baik untuk meningkatkan hasil kinerja dan tidak
perlu mencari tahu penyebabnya. Keputusan seperti itu tidak hanya akan menghasilkan
ekonomi dalam sumber daya, tetapi juga menyebabkan gangguan yang paling sedikit
terhadap kelancaran arus kerja bagi karyawan dan menghalangi kebutuhan untuk
mengumpulkan data secara longitudinal.

Salah satu keuntungan utama dalam memahami sepenuhnya perbedaan antara studi
kausal dan korelasional adalah bahwa manajer tidak terjebak dalam membuat asumsi
kausal implisit ketika dua variabel hanya dikaitkan satu sama lain. Mereka menyadari
bahwa A dapat menyebabkan B, atau B dapat menyebabkan A, atau keduanya A dan B
dapat menyebabkan perbedaan karena beberapa variabel ketiga.

Pengetahuan tentang detail desain penelitian juga membantu manajer untuk


mempelajari dan secara cerdas mengomentari proposal penelitian dan laporan penelitian.

Anda mungkin juga menyukai