Anda di halaman 1dari 11

BAB XII

KERANGKA TEORI
Setelah membahas beberapa tipe variabel yang dapat dioperasikan pada situasi dan bagaimana
hubungan tipe variabel dapat dibentuk dan saling berhubungan, sekarang waktunya untuk
melihat bagaimana kita dapat mengembangkan kerangka teori untuk penelitian kita.

Kerangka teori adalah fondasi pada semua projek penelitian, karena semua penelitian
berdasarkan kerangka teori. Kerangka teori dikembangkan secara logis, menguraikan,
menjelaskan hubungan antara variabel yang dianggap relevan dengan situasi dan
mengidentifikasi masalah melalui proses, seperti, wawancara, observasi, dan penelaahan
literatur. Pengalaman dan intuisi – gabungan pengalaman, ilmu pengetahuan dan feeling untuk
bereaksi secara logis terhadap rangsangan dari eksternal – juga memberikan panduan untuk
pengembangan kerangka teori.

Kerangka teori menjadi jelas dalam tahapan ini yang datang atau tercipta sebagai solusi
yang baik untuk masalah penelitian. Peneliti sebaiknya pertama-tama membuat identifikasi
masalah dengan benar, dan kemudian variabel yang paling berkontribusi yang berasal dari
identifikasi masalah digunakan lebih lanjut pada penelitian. Pentingnya melakukan wawancara
dengan materi berdasarkan telaahan literatur sekarang menjadi jelas. Setelah mengidentifikasi
variabel yang tepat, langkah berikutnya adalah menjelaskan hubungan antar variabel, sehingga
hipotesis yang relevan dapat disusun dan selanjutnya diuji. Berdasarkan hasil uji hipotesis (yang
menunjukan apakah hipotesis didukung atau tidak), sejauh mana masalah itu dapat dipecahkan
menjadi jelas. jadi, kerangka teori adalah langkah penting pada proses penelitian.

Hubungan antara telaahan literatur dengan kerangka teori adalah bahwa telaaahan
literatur memberikan fondasi kuat untuk pengembangan kerangka teori. Dengan demikian,
telaahan literatur mengidentifikasi variabel yang mungkin menjadi penting, sebagaimana
ditentukan oleh penemuan penelitian sebelumnya. Jadi, selain hubungan logika yang dapat
menjadi konsep, bentuk dasar untuk model teori. Kerangka teori menyajikan dan menjelaskan
hubungan antara variabel penelitian, menjelaskan teori yang menjadi dasar hubungan pada
variabel penelitian, dan menguraikan sifat, hakikat dan arah dari hubungan antara variabel
penelitian. Sebagaimana pada telaahan literatur yang menjadi tahapan untuk kerangka kerja
teoritik yang baik, hal tersebut pada gilirannya memberikan dasar logis untuk mengembangkan
hipotesis yang dapat diuji.

12.1. Komponen Kerangka Teori Penelitian

Kerangka teori yang baik mengidentifikasi dan merumuskan variabel penting pada situasi yang
relevan untuk masalah penelitian, dan selanjutnya menguraikan dan menjelaskan
salingketerkaitan antara variabel penelitian. Hubungan antara varibel bebas, variabel terikat, dan
jika dapat digunakan atau diterapkan variabel moderating dan intervening, harus diuraikan
dengan logis. Haruskah ada variabel moderating dan variabel intervening? Adalah penting untuk
dijelaskan bagaimana dan apa hubungan spesifik moderasi mereka. Suatu penjelasan tentang
mengapa variabel moderating atau variabel intervening beroperasi atau berfungsi sebagai
moderasi sebaiknya harus diberikan penjelasan secara logis. Jika sebuah penelitian menggunakan
variabel moderating atau variabel intervening, maka suatu pembahasan tentang bagaimana atau
mengapa mereka (variabel moderating dan variabel intervening) diperlakukan sebagai variabel
mediating adalah merupakan suatu keharusan. Setiap hubungan timbal balik antara variabel
bebas itu sendiri, atau antara variabel terikat itu sendiri (pada kasus dimana sebuah penelitian
menggunakan lebih dari satu variabel terikat), sebaiknya juga dijelaskan secara khusus dan
memadai. Perhatikan bahwa kerangka teori yang baik adalah tidak boleh menjadi kerangka teori
yang kompleks atau nyelimet.

Berikut ini tiga tampilan yang menjadi dasar untuk menyebutkan sebuah kerangka teori
penelitian adalah baik.

1. Variabel yang dipertimbangan atau dianggap relevan dengan penelitian harus


didefinisikan dengan jelas.
2. Model konseptual (kerangka berpikir) yang menguraikan dan menjelaskan hubungan
antara variabel pada model harus ada pada setiap kerangka teori.
3. Kerangka teori harus mampu menjelaskan dengan sejelas-jelasnya tentang mengapa
peneliti mengharapkan relasi pada variabel penelitian terjadi atau terbukti.

Ketiga tampilan pada sebuah kerangka teori tidak selalu mudah untuk dapat sampai
kepada definisi atau rumusan yang disepakati secara umum dari variabel yang relevan. Lebih
sering daripada tidak, terdapat banyak definisi yang tersedia di dalam literatur (sebagai contoh,
banyak terdapat buku yang menjelaskan tentang pengendalian internal, leverage dan citra merek
serta kepuasan pelanggan). Masih pada masalah definisi, pemilihan panduan yang baik untuk
definisi dan konsep adalah dibutuhkan, dan juga perlu kejelian, karena panduan tersebut akan
membantu anda untuk menjadi mampu menjelaskan dengan tuntas dan jelas tentang hubungan
antara variabel pada model penelitian anda. Selain itu, panduan juga berperan dan berfungsi
sebagai dasar atau basis untuk operasionalisasi atau pengukuran untuk konsep anda pada tahapan
pengumpulan data dari proses penelitian. Jadi, anda akan harus memilih definisi yang berguna,
tepat dan terbukti sudah diterapkan pada penelitian terdahulu. dan dari literatur (sebagai catatan
jangan sekali-kali menggunakan definisi dari kamus, karena biasanya terlalu umum). Merupakan
juga hal yang penting bahwa anda menjelaskan mengapa anda memilih definisi tertentu sebagai
panduan definisi anda.

Sebuah model konseptual membantu anda untuk struktur pembahasan literatur anda.
Model konseptual menjelaskan tentang bagaimana konsep pada model (variabel-variabel) anda
mempunyai keterkaitan antara satu dengan lainnya. Diagram yang sistematik dari model
konseptual membatu para pembaca untuk visualisasi hubungan antara variabel secara teoritis.
Jadi, model konseptual adalah sering dinyatakan atau diungkapkan dalam bentuk tersebut.
Walaupun demikian, hubungan antara variabel dapat juga dinyatakan atau diekspresikan secara
memadai dengan kalimat yang sesuai dengan standar bahasa. (menggunakan bahasa Indonesia
yang benar). Baik diagram yang sistematik pada model konseptual dan maupun penjelasan
hubungan antara variabel dengan kalimat yang baku sebaiknya disajikan bersama-sama,
sehingga para pembaca dapat dengan mudah memahami secara komprehensif hubungan yang
diteorikan.

Setiap model yang baik selalu mendasarkan kepada teori yang sudah kuat dan mantap
(misal, teori portofolio modern, teori capitalisasi, teori signal). Sebuah teori atau penjelasan yang
jelas untuk hubungan variabel pada model anda adalah komponen terakhir dari kerangka teori
penelitian. Sebuah teori berusaha untuk menjelaskan hubungann antara variabel pada model
anda: penjelasan sebaiknya diberikan untuk semua hubungan penting yang secara teori harus ada
antara variabel. Jika sifat dan hakikat serta arah relasi dapat diteorikan berdasarkan penemuan
dari penelitian terdahulu, atau dari pikiran atau ide anda sendiri tentang subjek penelitian,
kemudian sebaiknya juga diindikasikan apakah relasi sebaiknya positif atau negatif, dan linier
atau nonlinier. Kemudian, dari kerangka teori, hipotesis yang akan diuji dapat disusun untuk
membuktikan apakah teori yang sudah dirumuskan adalah valid atau tidak valid.

Perhatikan bahwa anda tidak harus menjadi penemu atau inventor, artinya penelitian anda
menggunakan teori baru yang anda susun sendiri guna menghasilkan teori baru setelah
dibuktikan dengan hipotesis penelitian. Pada konteks penelitian penerapan, anda menggunakan
teori yang sudah ada untuk konteks yang spesifik. (misal teori portofolio modern yang selama ini
terbukti di pasar modal negara-negara ekonomi maju, anda gunakan untuk pasar modal
Indonesia, atau di negara yang masih termasuk negara ekonomi sedang tumbuh, Malaysia,
Thailand, India, Hongkong, Taiwan). Hal tersebut berarti bahwa argumentasi dapat ditarik dari
penelitian sebelumnya. Walaupun demikian, pada konteks penelitian dasar (a basic research)
anda akan memberikan beberapa konstribusi untuk teori dan model yang sudah ada. Pada
penelitian sebuah kasus tidak mungkin (selalu) menggunakan teori atau penjelasan yang ada
untuk hubungan antar variabel. Akibatnya, Anda harus mengandalkan wawasan dan ide Anda
sendiri.

Sekarang kitta bahas bagaimana tampilan atau fitur tersebut digabungkan pada contoh
berikut ini.

Contoh:

Pelanggaran Keamanan Penerbangan

Pada April 2008, Biro atau Admnistrasi Penerbangan Federal Amerika Serikat (FAA)
mengumumkan pada usahanya yang kedua selama tiga tahun untuk memberhentikan manajernya
di Texas (salah satu negara bagian di USA) karena menutupi pelanggaran keamanan udara,
setelah investigasi baru menemukan kesalahan yang berlanjut. The FAA mengumumkan bahwa
top manajer pada fasilitas pengawasan lalu-lintas penerbangan di kota Dallas (kota ini tempat
Presiden John F Kennedy dibunuh pada tahun 1963 oleh Lee Harvey Oswald) sudah dipindahkan
dari pekerjaannya. Menurut the FAA pengawas penerbangan di USA (Di Indonesia Departemen
Perhubungan, dalam hal ini. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara) telah menemukan bahwa
selain membiarkan maskapai penerbangan mengabaikan petunjuk keselamatan mereka, para
manajer FAA di kota Dallas secara rutin dan sengaja melakukan kesalahan mengelompokkan
pesawat terbang saling berdekatan daripada yang seharusnya sebelum mendarat di lapangan
terbang kota Dallas.

Pelanggaran penyelamatan penerbangan membuat keselamatan para penumpang pesawat


terbang menanggung risiko yang seharusnya tidak perlu ditanggungnya, jika prosedur
keselamatan penerbangaan dilaksanakan dengan konsekwen oleh manajer pengatur lalu lintas
udara di lapangan terbang kota Dallas.

Secara teori, pelanggaran aturan keselamatan penerbangan mempunyai potensi untuk


menjadi penyebab tabrakan antar pesawat di udara, dan paling tidak, pelanggaran keselamatan
penerbangan menyebabkan peningkatan pada beban kerja pengawas penerbangan dan pilot.

Terdapat empat faktor paling utama yang mempengaruhi untuk terjadi pelanggaran
keselamatan penerbangan adalah: (1) komunikasi yang buruk antar awak kokpit (the cockpit
crew) sendiri, (2) koordinasi yang buruk antara awak kokpit dengan awak darat (the ground
staff), (3) pelatihan hanya minimal untuk awak kokpit, dan (4) filosofi manajemen yang telah
mendorong struktur desentralisasi. Merupakan tujuan peneliti untuk mengetahui apakah faktor-
faktor tersebut memang berkontribusi terhadap terjadinya pelanggaran keselamatan penerbangan,
dan jika memang benar, sampai sejauh mana tingkat pengaruhnya.

Kerangka Teori untuk Contoh Pelanggaran Keselamatan Penerbangan

Variabel terikat adalah pelanggaran keselamatan penerbangan (air safety violations), yang
menjadi variabel utama. Kita berusaha untuk menjelaskan nilai varians – untuk mengetahui
dispersi penyebaran atau nilai ragam suatu variabel (disini variabel terikat) dalam model
penelitian – yang disebabkan oleh pengaruh dari empat variabel bebas (faktor-faktor penyebab
pelanggaran keselamatan penerbangan): (1) komunikasi antar awak kabin, (2) Komunikasi antara
awak kabin dengan awak darat, (3) Pelatihan atau training yang diterima awak kabin, dan, (4)
desentralisasi.

Komunikasi adalah proses penyampaian atau pengiriman informasi dari seorang atau
entitas lainnya kepada penerima (orang atau entitas lainnya) dengan menggunakan media atau
perantara dimana informasi yang dikomunikasikan dipahami dengan cara yang sama oleh
pengirim dan penerima. Pelatihan atau training mengacu kepada perolehan atau mendapatkan
pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi yang disebabkan atau sebagai konsekwensi dari
pengajaran dan kejuruan yang diterima peserta pelatihan untuk keterampilan dan pengetahuan
praktis yang berhubungan dengan kompetensi yang spesifik dan berguna untuk awak kabin.

Desentralisasi adalah penyebaran atau pemberian tata kelola dalam pengambilan


keputusan untuk lebih memberikan kesempatan pada manajer tingkat menengah, bawah dan
bahkan karyawan. Kurangnya komunikasi antar awak kabin sendiri, akan semakin besar
kemungkinan terjadi pelanggaran keselamatan penerbangan, karena informasi yang sangat
sedikit adalah terjadi diantara mereka. Sebagai contoh, kapanpun keselamatan penerbangan
terancaam, komunikasi tepat waktu antara navigator dan pilot adalah paling tidak mungkin.
Setiap awak kabin akan konsentrasi pada pekerjaannya dan kehilangan pandangan pada
pekerjaan yang lebih luas. Ketika awak darat gagal memberikan informasi yang benar dan tepat
pada waktu yang tepat, kecelakaan pasti akan terjadi, paling tidak dengan penerbangan
dibatalkan dan tabrakan pesawat terbang hampir terjadi. Koordinasi antara awak darat dengan
awak kabin adalah menjadi jantungnya atau pusat pada keselamatan penerbangan. Jadi,
kurangnya koordinasi antara pengawasan dari awak darat dengan awak kabin menyebabkan
semakin besar kemungkinan terjadi keselamatan penerbangan dilanggar.

Kedua faktor tersebut diperburuk oleh filosofi manajemen pada dunia penerbangan yang
sering menekankan desentralisasi. Filosofi tersebut telah dilaksanakan sebelum deregulasi pada
dunia penerbangan ketika jumlah penerbangan yang sangat sibuk dikelola. Tetapi dengan
deregulasi dan meningkatnya penerbangan secara keseluruhan di udara, dan dengan semua
maskapai penerbangan mengoperasikan lebih banyak penerbangan, koordinasi dan kontrol
terpusat dianggap lebih penting. Jadi, semakin tinggi derajat desentralisasi, semakin besar ruang
lingkup untuk tingkat komunikasi yang lebih rendah baik di antara awak penerbangan dan antara
awak darat dan awak kabin, dan semakin besar ruang lingkup pelanggaran keselamatan udara.
Juga, ketika anggota awak kabin tidak cukup terlatih, mereka mungkin tidak memiliki
pengetahuan yang diperlukan tentang standar keselamatan banyak orang menderita
ketidakmampuan untuk menangani situasi darurat dan menghindari tabrakan. Dengan demikian,
pelatihan yang buruk juga menambah kemungkinan meningkatnya pelanggaran keselamatan
penerbangan. Hubungan variabel tersebut diuraikan pada Gambar 12.1.
Perhatikan bagaimana fitur atau tampilan kerangka teori telah dimasukan dalam contoh.

1. Identifikasi dan penyebutan dan penetapan variabel bebas dan variabel terikat telah
dilaksanakan atau dilakukan pada kerangka teori. Rumusan variabel juga sudah
diinformasikan dan dibahas.
Variabel bebas Variabel terikat

Komunikasi antar awak kabin

Komunikasi antara awak kabin


dengan awak darat Pelanggaran
keselamatan
penerbangan

Desentralisasi

Pelatihan awak kabin

Gambar 12.1: Diagram sistematik untuk kerangka teori pada contoh pelanggaran keselamatan
penerbangan.

2. Hubungan antara ketiga variabel telah digambarkan secara sistematik (lihat gambar
12-1)
3. Hubungan antara variabel telah dibahas, menyusun dan menetapkan bahwa empat
variabel bebas adalah berhubungan atau berpengaruh terhadap variabel terikat, dan
bahwa variabel bebas desentraliasai mempunyai hubungan dengan dua varibel bebas
lainnya, yaitu, variabel bebas komunikasi antar awak kabin dan komunikasi antara
awak kabin dengan awak darat. Sifat dan arah dari hubungan untuk setiap variabel
bebas dengan variabel terikat, dan hubungan variabel bebas desentralisasi terhadap
dua variabel bebas lainnya secara jelas diungkapkan. Sebagai contoh, telah
dikemukakan bahwa tingkat pelatihan yang lebih rendah untuk awak kabin, akan
semakin besar kesempatan pada pelanggaran keselamatan penerbangan. jadi, ketika
pelatihan semakin rendah untuk awak kabin, bahaya semakin meningkat, atau
sebaliknya, semakin tinggi tingkat pelatihan untuk awak kabin, semakin rendah
kemungkinan pelanggaran keselamatan penerbangan, dengan demikian,
mengindikasikan sifat dari arah hubungan kedua variabel terhadap variabel terikat
adalah negatif. Sedangkan hubungan antara variabel bebas desentralisasi terhadap
variabel terikat pelanggaran keselamatan penerbangan adalah positif. Karena semakin
tinggi derajat desentralisasi, semakin tinggi kemungkinan pelanggaran keselamatan
kerja, dan semakin rendah derajat desentralisasi semakin rendah kemungkinan
pelanggaran keselamatan penerbangan. Terdapat juga hubungan negatif antara
desentralisasi dengan komunikasi antar awak kabin (karena semakin tinggi derajat
desentralisasi semakin kurang atau rendah komunikasi antar awak kabin), dan antara
desentralisasi dengan komunikasi antara awak kabin dengan awak darat (semakin
tinggi derajat desentralisasi, semakin rendah koordinasi). mengapa relasi atau
hubungan tersebut diharapkan dijelaskan melalui beberapa pernyataan logis, seperti
menjelaskan desentralisasi sudah dilaksanakan sebelum deregulasi, yang sekarang
tidak akan dilaksanakan. Secara lebih spesifik, dikemukakan sebagai berikut:
a. Semakin rendah tingkat komunikasi antar awak kabin akan menyebabkan tidak
ada, atau paling tidak kurang waspada pada pilot terhadap bahaya yang akan
datang.
b. Koordinasi yang buruk antara awak darat dengan awak kabin akan merugikan dan
membahayakan, karena setiap koordinasi adalah sangat penting untuk
keselamatan penerbangan.
c. Meningkatkan atau mendorong desentralisasi hanya akan memperkuat atau
meningkatkan komunikasi yang buruk dan menghambat usaha koordinasi menjadi
efektif dan efisien.
d. Pelatihan kepada awak kabin yang tidak memadai akan gagal atau paling tidak
sulit untuk membangun kemampuan bertahan hidup.

Sekarang, karena atau berdasarkan minat dan keingintahuan kita mari kita lihat apakah
kita bisa menyisipkan variabel mediasi (atau variabel intervening) dalam model. Sebagai contoh,
kita mungkin menyatakan bahwa kurangnya untuk pelatihan yang memadai pada awak kabin,
membuat pilot gugup atau nervous dan penuh keraguan, dan hal tersebut pada gilirannya
menjelaskan mengapa mereka tidak dapat dengan percaya diri menangani situasi di udara ketika
banyak pesawat berterbangan di udara. Kegugupan dan keraguan adalah fungsi dari kekurangan
pelatihan pada awak kabin, dan membantu untuk menjelaskan mengapa pelatihan yang tidak
memadai akan menyebabkan meningkatkan kemungkinan keselamatan penerbangan. Skenario
tersebut digambarkan pada gambar 12.1.

Kita mungkin secara substansial mengubah model dengan menggunakan pelatihan yang
kurang sebagai variabel intervening, sebagaimana pada gambar 12.2. Disini, kita secara teoritis
menyatakan bahwa komunikasi buruk, koordinasi buruk, dan desentralisasi adalah kemungkinan
menyebabkan pelanggaran keamanan penerbangan yang dipicu oleh kasus dimana pilot
disangkakan atau dituduh mendapatakan pelatihan yang kurang. Dengan kata lain, para pilot
yang mendapatkan pelatihan cukup atau memadai tanpa batas dalam menangani situasi
berbahaya dengan cekatan melalui sesi pelatihan yang disimulasikan dan sebagainya tidak akan
terhalang atau mengalami kesulitan oleh komunikasi dan koordinasi yang buruk, dan dalam
kasus-kasus di mana pesawat dioperasikan oleh pilot terlatih, komunikasi yang buruk dan
koordinasi yang buruk tidak akan mengakibatkan bahaya untuk keselamatan penerbangan.

Contoh tersebut sekali lagi diilustrasikan bahwa variabel yang sama mungkin variabel
bebas, variabel intervening atau variabel moderating, tergantung kepada bagaimana kita
mengkonseptualisasikan model teoritis kita.

Gambar 12.2 merupakan diagram sistematik untuk kerangka teori termasuk variabel intervening

Variabel bebas Variabel terikat

Komunikasi antar awak kabin

Komunikasi antara awak kabin


dengan awak darat Pelanggaran
keselamatan
penerbangan

Desentralisasi

Kegugupan
dan keragu-
Pelatihan awak kabin
raguan
Gambar 12.2 merupakan diagram sistematik untuk kerangka teori termasuk variabel moderating

Variabel bebas Variabel terikat

Komunikasi antar awak kabin

Komunikasi antara awak kabin Pelanggaran


dengan awak darat keselamatan
penerbangan

Desentralisasi

Pelatihan

Variabel moderating

Gambar 12.3 merupakan diagram sistematik untuk kerangka teori termasuk variabel moderating

Pendalaman Materi

1. Avatars adalah karakter maya (virtual characters) yang dapat digunakan sebagai
perwakilan sebuah perusahaan yang menggunakan internet sebagai saluran distribusi.
Sebagai contoh, avatars dapat digunakan sebagai asisten toko, panduan situs web, sebagai
tampilan untuk identifikasi. Seorang manajer sebuah perusahaan online percaya bahwa
avatars sebagai media komunikasi akan mempunyai dampak positif untuk kepuasan
terhadap perusahaan, dan niat beli konsumen, karena avatars meningkatkan nilai
informasi yang disediakan oleh situs web dan meningkatkan rasa nyaman untuk
pengalaman berbelanja. Sang manajer juga percaya dampak positif pada nilai informasi
yang dirasakan untuk kepuasan terhadap perusahaan dan niat beli adalah lebih kuat ketika
para pelanggan sangat dilibatkan. Buatlah kerangka teori untuk situasi tersebut setelah
menyatakan apa definisi masalah peneliti akan dinyatakan dan diselesaikan dalam kasus
ini.
2. Probabilitas para penderita kanker yang berhasil pulih setelah menerima perawatan telah
diteliti oleh peneliti spesialist masalah kesehatan di sebuah rumah sakit. Peneliti
menemukan tiga variabel penting untuk seorag pasien kanker dapat sembuh:
 Penyakit dalam stadium awal dan di diagnosis dengan benar oleh dokter.
 Para perawat melakukan tindak lanjut yang benar sesuai instruksi dokter.
 Damai dan tenang di ruang perawatan.

Dalam suasana yang tenang, pasien dapat beristirahat dengan baik dan pulih
dengan cepat. Para pasien yang mengakui dirawat di stadium lanjut kanker tidak
menanggapi pengobatan meskipun diagnosis dokter dilakukan segera pada saat
kedatangan, para perawat telah melakukan pekerjaanya dengan sangat baik, dan ada
banyak kedamaian dan cukup di ruang perawatan dan sekitar rumah sakit. Rumuskan
masalah dan buat kerangka teori untuk situasi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai