Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH STATISTIK

KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN DEFINISI


OPERASIONAL

Dosen : Dra. Lili Musnelia, Msi., Apt.

DISUSUN OLEH :
Lilis Lisnawati
Erni Yunita

13334014
13334016

Agnes Hadriyanti 13334020


Adita Ferdiana

13334031

Sri Malyanah

13334032

Siti Aisyah

13334033

FMIPA JURUSAN FARMASI / P2K


INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2016

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Masa Esa kami
dapat

menyelesaikan

penulisan

makalah

tentang

Kerangka

Teori,

Kerangka Konsep, dan Definisi Operasional.


Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini.
Untuk itu kami mengharapkan kritik serta saran pembaca sekalian.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, 15 April 2016


Hormat Kami,

Penulis

KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP,


DAN DEFINISI OPERASIONAL

I.

KERANGKA TEORI/ KERANGKA KERJA TEORITIS


Kerangka kerja teoritis merupakan dasar dari keseluruhan proyek
penelitian. Di dalamnya dikembangkan, diuraikan dan dielaborasi
hubungan-hubungan

di

antara

variabel-variabel

yang

telah

diidentifikasi melalui proses pengumpulan data awal, baik wawancara


atau observasi, dan juga studi literatur dalam kajian pustaka. Menurut
Uma Sekaran (1984), yang dimaksud dengan kerangka kerja teoritis
adalah model konseptual yang menggambarkan hubungan di antara
berbagai macam faktor yang telah diidentifikasikan sebagai sesuatu
hal yang penting bagi suatu masalah.. Dengan kata lain, kerangka
kerja teoritis membahas keterhubungan antar variabel yang dianggap
terintegrasikan dalam dinamika situasi yang akan diteliti. Melalui
pengembangan kerangka kerja konseptual, memungkinkan kita untuk
menguji beberapa hubungan antar variabel, sehingga kita dapat
mempunyai pemahaman yang komprehensif atas masalah yang
sedang kita teliti.
Kerangka kerja teoritis yang baik, mengidentifikasikan dan
menyebutkan variabel-variabel penting yang terkait dengan masalah
penelitian. Secara logis menguraikan keterhubungan di antara variabel
tersebut. Hubungan antara variabel independen dengan dependen,
dan kalau ada, variabel moderator dan juga intervening akan
dimunculkan. Hubungan tersebut tidak hanya digambarkan, melainkan
juga diterangkan secara rinci. Seringkali, kerangka kerja teoritis dikenal
dengan model,

karena

model

juga

merupakan

representasi

dari

hubungan antara konsep-konsep.


Ada komponen dasar yang seharusnya ditampakkan dalam
kerangka kerja teoritis,

1. Variabel-variabel yang dianggap relevan untuk diteliti harus


diidentifikasi secara jelas dan diberi label.
2. Penjelasan tentang bagaimana hubungan antara satu variabel
dengan variabel lainnya.
3. Penjelasan sifat hubungan antar variable tersebut, positif atau
negatif.
4. Penyertaan diagram sebagai visualisasi, agar pembaca lebih
mempunyai gambaran.
Setelah masalah penelitian berhasil dirumuskan dengan baik
maka langkah berikutnya

adalah mengajukan hipotesis

yang

didasarkan dari kajian mendalam teori-teori yang relevan dengan


variable - variabel penelitian. Agar sebuah kerangka teoretis
meyakinkan maka argumentasi yang disusun dalam teori-teori yang
dipergunakan

dalam

membangun

kerangka

berpikir

harus

merupakan pilihan dari sejumlah teori yang dikuasai secara lengkap


dengan mencakup perkembangan terbaru.
Disamping itu, kerangka teori juga dapat dilakukan melalui
pengkajian hasil-hasil penelitian yang relevan yang telah dilakukan
peneliti lainnya. Hasil penelitian orang lain yang relevan dijadikan
titik tolak penelitian kita dalam mencoba melakukan pengulangan,
revisi, modifikasi, dan sebagainya. Berdasarkan kajian teoretis dan
hasil-hasil penelitian yang relevan, maka tahap berikutnya peneliti
menyusun

kerangka

berpikir

yang

mengarahkan

perumusan

hipotesis.
Dengan

demikian

produk

akhir

dari

proses

pengkajian

kerangka teoretis adalah perumusan hipotesis. Secara ringkas,


langkah penyusunan kerangka teoretis dan pengajuan hipotesis
dapat dibagi ke dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

Pengkajian mengenai teori-teori ilmiah yang akan dipergunakan

dalam analisis.
Pembasan mengenai penelitian-penelitian lain yang relevan.
Penyusunan kerangka berpikir dengan mempergunakan premispremis sebagaimana yang terkandung dalam teori dan hasil

penelitian

tersebut

dengan

menyatakan

secara

tersurat

pernyataan, postulat, asumsi, dan prinsip yang dipergunakan.


Perumusan hipotesis.
Kerangka Teori atau Kerangka Pikir atau Landasan Teori adalah

kesimpulan dari Tinjauan Puskata yang berisi tentang konsepkonsep

teori

yang

dipergunakan

atau

berhubungan

dengan

penelitian yang akan dilaksanakan. Berdasarkan Kerangka Teori


diatas

disusunlah Kerangka Konsep yaitu suatu bagan yang

menggambarkan hubungan antar konsep yang akan diliti.

II.

KERANGKA KONSEP
A. Pengertian Kerangka Konsep
Konsep adalah abstraksi atau gambaran yang dibangun dengan
menggeneralisasi suatu pengertian. Konsep tak bisa diamati, tak bisa
diukur secara langsung. Oleh karena konsep merupakan abstraksi
maka konsep tidak dapat langsung diamati atau diukur. Konsep hanya
dapat diamati atau diukur melalui konstruk atau yang lebih dikenal
dengan nama variabel. Jadi variabel adalah simbol atau lambang yang
menunjukkan nilai atau bilangan dari konsep. Variabel adalah sesuatu
yang bervariasi. Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah
kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau
diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan.
Menurut Masri Singarimbun (1982). Konsep adalah generalisasi
dari sekelompok fenomena tertentu, sehingga dapat dipakai untuk
menggambarkan barbagai fenomena yang sama. Konsep merupakan
suatu kesatuan pengertian tentang suatu hal atau persoalan yang
dirumuskan. Dalam merumuskan kita harus dapat menjelaskannya
sesuai dengan maksud kita memakainya. Jika kerangka teori digunakan
untuk memebrikan landasan atau dasar berpijak penelitian yang akan
dilakukan, maka konsep dimaksudkan untuk menjelaskan makna dan

maksud dari teori yang dipakai, untuk menjelaskan kata-kata yang


mungkin masih abstrak pengertian dalam teori tersebut.
Kerangka konseptual penelitian menurut Sapto Haryoko dalam
Iskandar (2008: 54) menjelaskan secara teoritis model konseptual
variabel-variabel penelitian, tentang bagaimana pertautan teori-teori
yang berhubungan dengan variabel-variabel penelitian yang ingin
diteliti, yaitu variabel bebas dengan variabel terikat.
Kerangka konseptual dalam suatu penelitian perlu dikemukakan
apabila penelitian berkenaan dengan dua variabel atau lebih. Apabila
penelitian hanya membahas sebuah variabel atau lebih secara mandiri,
maka perlu dilakukan deskripsi teoritis masing-masing variabel dengan
argumentasi terhadap variasi besarnya variabel yang diteliti.
Kerangka

konseptual

yang

baik

menurut

Uma

Sekaran

sebagaimana yang dikutip oleh Sugiyono dalam Iskandar (2008: 54)


sebagai berikut:

Variabel-variabel penelitian yang akan diteliti harus jelas.


Kerangka konseptual haruslah menjelaskan hubungan

variabel-variabel yang akan diteliti, dan ada teori yang melandasi.


Kerangka konseptual tersebut lebih selanjutnya perlu dinyatakan

antara

dalam bentuk diagram, sehingga masalah penelitian yang akan


dicari jawabannya mudah dipahami.
Iskandar (2008:55) mengemukakan bahwa dalam penelitian
kuantitatif, kerangka konseptual merupakan suatu kesatuan kerangka
pemikiran yang utuh dalam rangka mencari jawaban-jawaban ilmiah
terhadap masalah-masalah

penelitian yang

menjelaskan

tentang

variabel-variabel, hubungan antara variabel-variabel secara teoritis


yang berhubungan dengan hasil penelitian yang terdahulu yang
kebenarannya dapat diuji secara empiris.
Ada dua jenis konsep :

1) konsep-konsep yang jelas hubungannya dengan fakta atau realitas


yang mewakili.
2) konsep-konsep yang lebih abstrak atau lebih kabur hubungannya
dengan fakta atau realitas.
B. Variable Penelitian
Variabel

mengandung

pengertian

ukuran

atau

ciri

yang

dimilikinya oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda


dengan yang dimiliki oleh kelompok yang lain. Definisi lain mengatakan
bahwa variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau
ukuran

yang

dimiliki

atau

didapatkan

oleh

satuan

penelitian

tentangsesuatu konsep pengertian tertentu, misalnya umur jenis


kelamin, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, pengetahuan,
pendapatan, penyakit dan sebagainya.
Istilah variabel dapat diartikan bermacam macam. Dalam
tulisan ini variable diartikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi
objek

pengamatan

penelitian. Sering

pula

dinyatakan

variabeL

penelitian itu sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau


gejala yang akan diteliti. Jadi variabel penelitian pada dasarnya adalah
segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,
kemudian ditarik kesimpulan.
Menurut Y.W Best yang disebut variabel penelitian adalah kondisikondisi

atau

serenteristik-serenteristik

yang

oleh

peneliti

dimanupulasikan, dikontrol atau dioservasi dalam suatu penelitian.


Sedang Direktorat Pendidikan Tinggii Depdikbud menjelaskan bahwa
yang dimaksud variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan
menjadi objek pengamatan penelitian. Dari kedua pengerian tersebut
dapatlah dijelaskan bahwa variabel penelitian itu meliputi faktor-faktor
yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang kan diteliti.
Apa

yang

merupakan

variabel

dalam

sesuatu

penelitian

ditentikan oleh landasan teoritisnya, dan ditegaskan oleh hipotesis

penelitian. Karena itu apabila landasan teoritisnya berbeda, variabelvariebel penelitiannya juga akan berbeda. Jumlah variabel yang
dijadikan objek pengamatan akan ditentukan oleh sofistikasi rancangan
penelitiannya. Makin sederhana sesuatu rancangan penelitian, akan
melibatkan variabel-variabel yang makin sedikit jumlahnya, dan
sebaliknya.
Berdasarkan
dengan

yang

hubungan

lainnya,

fungsional

variabel

antara

dibedakan

variabei-variabel

menjadi

dua,

yaitu

terganiung, akibat, terpengaruh atau variabel dependen, dan bebas,


sebab, mempengaruhi atau variabel independen. Disebut variabel
tergantung atau dependen karena variabel ini dipengaruhi oleh
variabel bebas atau variabel independen. Misalnya, variabel jenis
pekerjaan

(dependen)

(independen),

variabel

dipengaruhi
pendapatan

oleh

variable

(dependen)

pendidikan

dipengaruhi

oleh

variasi pekerjaan (independen), dan sebagainya.


Variabel-variabel

yang

telah

diidentifikasikan

perlu

diklasifikasikan, sesuai dengan jenis dan peranannya dalam penelitian.


Klasifikasi ini sangat perlu untuk penentuan alat pengambilan data apa
yang akan digunakan dan metode analisis mana yang sesuai untuk
diterapkan.
Berkaitan dengan proses kuantifikasi data biasa digolongkan
menjadi 4 jenis yaitu (a). Data Nominal, (b). Data Ordinal, (c). Data
Interval dan, (d). Data ratio. Demikianlah pula variabel, kalau dilihat
dari segi ini biasa dibedakan dengan cara yang sama.
1) Variabel Nominal, yaitu variabel yang ditetapkan berdasar atas
proses penggolongan; variabel ini bersifat diskret dan saling pilah
(mutually exclusive) antara kategori yang satu dan kategori yang
lain; contoh: jenis kelamin, status perkawinan, jenis pekerjaan
2) Variabel Ordinal, yaitu variabel yang disusun berdasarkan atas
jenjang dalam atribut tertentu. Jenjang tertinggi biasa diberi angka

1, jenjang di bawahnya diberi angka 2, lalu di bawahnya di beri


angka 3 dan seterusnya. (ranking)
3) Variabel Interval, yaitu variabel yang dihasilkan dari pengukuran,
yang di dalam pengukuran itu diasaumsikan terdapat satuan (unit)
pengukuran yang sama. Contoh: variabel interval misalnya prestasi
belajar, sikap terhadap sesuatu program dinyatakan dalam skor,
penghasilan dan sebagainya.
4) Variabel ratio, variabel yang dalam kuantifikasinya mempunyai nol
mutlak.

Menurut Fungsinya variabel dapat dibedakan :


1. Variabel

Tergantung (Dependent

karakteristik

yang

berubah

Variabel),

atau

Yaitu

muncul

kondisi

ketika

atau

penelitian

mengintroduksi, pengubah atau mengganti variabel bebas. Menurut


fungsinya variabel ini dipengaruhi oleh variabel lain, karenanya juga
sering

disebut

variabel

yang

dipengaruhi

atau

variabel

terpengaruhi. Variabel ini sering disebut sebagai variabel output,


Kriteria, Konsekuen. Atau dalam bahasa Indonesia sering disebut
Variabel terikat. Dalam SEM (Structural Equation Modeling) variabel
dependen disebut variabel Indogen.
2. Variabel Bebas ( Independent Variabel ), Adalah kondisi-kondisi atau
karakteristik-karakteristik yang oleh peneliti dimanipulasi

dalam

rangka untuk menerangkan hubungannya dengan fenomena yang


diobservasi. Karena fungsi ini sering disebut variabel pengaruh,
sebab berfungsi mempengaruhi variabel lain, jadi secara bebas
berpengaruh terhadap variabel lain.
3. Variabel Intervening, adalah variabel

yang

secara

teoritis

mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan


Variabel dependen menjadi hubungan yang tidak langsung dan
tidak dapat diamati dan diukur. Variabel ini merupakan variabel
penyela/antara yang terletak di antara variabel independen dan
dependen,

sehingga

variabel

independen

tidak

langsung

mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel dependen.


Variabel Intervening juga merupakan variabel yang berfungsi

menghubungkan variabel satu dengan variabel yang lain. Hubungan


itu dapat menyangkut sebab akibat atau hubungan pengaruh dan
terpengaruh.
4. Variabel Moderator, Dalam mengidentifikasi variabel moderator
dimaksud

adalah

variabel

yang

karena

fungsinya

ikut

mempengaruhi variabel tergantung serta meperjelas hubungan


bebas dengan variabel tergantung.
5. Variabel kendali, yaitu yang membatasi (sebagai kendali) atau
mewarnai variabel mederator. Variabel ini berfungsi sebagai kontrol
terhadap

variabel

lain

terutama

berkaitan

dengan

variabel

moderator jadi juga seperti variabel moderator dan bebas ia juga


ikut berpengaruh terhadap variabel tergantung.
6. Variabel Rambang, berlainan dengan variabel

bebas,

yaitu

fungsinya sangat diperhatikan dalam penelitian. Variabel rambang


yaitu variabel yang fungsinya dapat diabaikan atau pengaruhnya
hampir

tidak

diperhatikan

terhadap

variabel

bebas

maupun

tergantung. ( Drs. Colid Narbuko, Drs. H Abu Achmadi. 2004. Metode


Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara Hal.119-120 )

III.

DEFINISI OPERASIONAL
A. Pengertian Definisi Operasional
Setelah variabel variabel diidetifikasikan dan diklasifikasikan,
maka variable-variabel tersebut perlu didefinisikan secara operasional.
Penyusunan Definisi operasional ini perlu, karena definisi operasional
itu akan menunjuk alat pengambil data mana yang cocok digunakan.
Definisi Operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifatsifat hal yang didefinisikan yang dapa diamati (diobservasi). Konsep
dapat diamati atau diobservasi ini penting, karena hal yang dapat
diamati itu membuka kemungkinan bagi orang lain selain peneliti
untuk melakukan hal yang serupa, sehingga apa yang dilakukan oleh
peneliti terbuka untuk diuji kembali oleh orang lain.

Cara

menyusun

definisi

operasional

dapat

dikelompokkan

menjadi tiga macam, yaitu:


a. Definisi Pola I, yaitu disusun berdasarkan atas kegiatan-kegiatan
(operations) yang harus dilakukan agar hal yang didefinisikan itu
terjadi. Contoh :
Frustasi adalah

keadaan

yang

timbul

sebgai

akibat

tercegahnya pencapaian hal yang sangat diinginkan yang

sudah hampir tercapai.


Lapar adalah keadaan dalam individu yang timbul setelah dia

tidak makan selama 24 jam.


Garam Dapur adalah hasil kombinasi kimiawi antara natrium
dan Clorida.

Definisi Pola I ini, yang menekankan Operasi atau manipulasi apa


yang harus dilakukan untuk menghasilkan keadaan atau hal yang
didefinisikan, terutama berguna untuk mendefinisikan variabel
bebas.
b. Definisi Pola II, yaitu definisi yang disusun atas dasar bagaimana hal
yang didefinisikan itu beroperasi. Contoh :
Orang cerdas adalah orang yang tinggi kemampuannya dalam
memecahkan

masalah,

tinggi

kemampuannya

dalam

menggunakan bahasa dan bilangan.


Orang Lapar adalah orang yang mulai menyantap makanan
kurang dari satu menit setelah makanan dihidangkan, dan
menghabiskannya dalam waktu kurang dari 10 menit.

c. Definisi

Pola

III,

yaitu

definisi

yang

dibuat

berdasarkan

atas bagaimana hal yang didefinisikan itu nampaknnya. Contoh :


Mahasiswa yang cerdas adalah mahasiswa yang mempunyai
ingatan

baik,

mempunyai

mempunyai
kemampuan

perbendaharaan

kata

berpikir

mempunyai

baik,

luas,

kemampuan berhitung baik.


Ekstraversi adalah kecenderungan lebih suka ada dalam
kelompok dari pada seorang diri.

Seringkali dalam membuat definisi operasional pola III ini


peneliti menunjuk kepada alat yang digunakan untuk mengambil
datanya. Setelah definisi operasional variabel-variabel peneliitian
selesai dirumuskan, maka prediksi yang terkandung dalam hipotesis
telah dioperasionalkan. Jadi peneliti
tentang

kaitan

berbagai

variabel

telah menyusun prediksi


penelitiannya

itu

secara

operasional, dan siap diuji melalui data empiris.

B. Macam-Macam Hubungan Antar Variabel


Sesungguhnya yang dikemukakan di dalam inti penelitian ilmiah
adalah mencari hubungan antara berbagai variabel. Hubungan yang
paling dasar adalah hubungan antara dua variabel bebas dan variabel
terikat ( Independent variabel dengan dengan dependent variable ).
a) Hubungan Simetris
Variabel-variabel dikatakan mempunyai hubungan simetris apabila
variabel yang satu tidak disebabkan atau dipengaruhi oleh variabel
lainnya. Terdapat 4 kelompok hubungan simetris:
1) Kedua variabel merupakan indikator sebuah konsep yang
sama.
2) Kedua variabel merupakan akibat daru suatu faktor yang
sama.
3) Kedua variabel saling berkaitan secara fungsional, dimana
yang satu berada yang lainnya pun pasti disana.
4) Hubungan yang bersifat kebetulan semata-mata.
b) Hubungan Timbal Balik
Hubungan timbal balik adalah hubungan di mana suatu variabel
dapat menjadi sebab dan akibat dari variabel lainnya. Perlu
diketahui bahwa hubungan timbal balik bukanlah hubungan, dimana
tidak dapat ditentukan variabel yang menjadi sebab dan variabel
yang menjadi akibat.
c) Hubungan Asimetris (tidak simetri)
Satu variabel atau lebih mempengaruhi variabel yang lainnya. Ada
enam tipe hubungan tidak simetris, yakni :

Hubungan antara stimulus dan respons. Hubungan yang


demikian itulah merupakan salah satu hubungan kausal yang

lazim dipergunakan oleh para ahli.


Hubungan antara disposisi dan respons. Disposisi adalah
kecenderungan untuk menunjukkkan respons tertentu dalam
situasi tertentu. Bila Stimulus datangnya pengaruh dari luar

dirinya, sedangkan Disposisi berada dalam diri seseorang.


Hubungan antara diri indiviidu dan disposisi atau tingkah laku.
Artinya ciri di

sini adalah sifat individu yag relatif tidak

berubah dan tidak dipengaruhi lingkungan.


Hubungan antara prekondisi yang perlu

tertentu.
Hubungan Imanen antara dua variabel.
Hubungan antara tujuan (ends) dan cara (means)

dengan

akibat

C. Pengukuran Variabel
Pengukuran adalah penting bagi setiap penelitian, karena dengan
pengukuran itu penelitian dapat menghubungkan konsep yang abstrak
dengan realitas. Untuk dapat melakukan pengukuran, maka seseorang
peneliti harus memikirkan bagaimana ukuran yang paling tepat untuk
suatu konsep. Ukuran yang tepat akan memberikan kepada penelii
untuk merumuskan lebih tepat dan lebih cermat konsep penelitiannya.
Proses pengukuran mengandung 4 kegiatan pokok sebagai berikut :
Menentukan indikator untuk dimensi dimensi variabel penelitian.
Menentukan ukuran masing-masing dimensi. Ukuran ini dapat
berupa item (pertanyaan) yang relevan dengan dimensinya.
Menentukan ukuran yang akan digunakan dalam pengukuran,
Apakah tingkat ukuran nominal, ordinal interval atau ratio.
Menguji tingkat validitas dan reliabilitas sebagai kriteria alat
pengukuran yang baik.. Alat pengukur yang baik, apabila alat
pengukur itu dapat mengungkapkan realita itu dengan tepat. Oleh
karena itu dalam pengukuran gejala yang demikian itu yang dianut
adalah berdasarkan indikator-indikator konsep tersebut. Jadi kalau

akan mengukur intelegensi harus mencari apa yang menjadi


indikator perbuatan yang intelegen tersebut.

D. Variabel Antara
Salah satu asumsi dasar di dalam ilmu pengetahuan adalah,
bahwa gejala sesuatu harus ada sebab-musahabnya dan tidak begitu
saja terjadi dengan sendirinya. Setiap fenomena dipengaruhi oleh
serangkaian

sebab-musahab.

menentukan

sebab

dari

Oleh

suatu

karena

fenomena,

itu

setiap

selalu

kali

akan

kita

timbul

pertanyaan, apakah sebab yang lainnya? Apakah sebab yang pertama


berpengaruh

langsung

pada

fenomena

tersebut,

ataukah

tidak

langsung dan melalui sebab yang lainnya? Pertanyaan yang terakhir ini
mengantar kita ke suatu faktor penguji yang penting yaitu Variabel
antara.
Keterangan : Garis putus berarti mungkin berhubungan langsung, mungkin tidak.

Keterangan : Garis putus berarti mungkin berhubungan langsung, mungkin tidak.

Untuk mengatur rangkaian sebab-musabab suatu fenomena,


tentu saja lewat pengamatan serta akan sehatlah disamping teori-teori
yang menjadi pedoman. Namun di dalam rangkaian sebab akibat itu,
suatu

variabel

akan

disebut

Variabel

antara

apabila,

dengan

masuknya variabel tersebut, hubungan statistika yang mulai nampak


antara dua variabel menjadi lemah atau bahkan lenyap. Hal ini
disebabkan karena hubungan semula nampak antara kedua variabel
pokok bukanlah suatu hubungan yang langsung tetapi melalui varibel
yang lain.

Anda mungkin juga menyukai