Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori
Setelah merumuskan masalah penelitian, maka langkah kedua yang perlu
dilakukan adalah mencari teori-teori, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi
hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan
penelitian (Sumadi Suryabrata dalam Sugiyono, 2010).
Landasan teori sangat diperlukan agar peneitian itu mempunyai dasar yang
kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba (trial and error), dengan adanya
landasan teori ini menunjukkan bahwa penelitian tersebut merupakan penelitian
yang menggunakan cara ilmiah untuk mendapatkan data.1
Kerlinger (1978) mengemukakan bahwa theory is a set of interrelated
construct (concepts), definitions, and proposition that present a systematic view of
explaining and predicting the phenomena. Teori merupakan seperangkat konstruk
(konsep), definisi, dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara
sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna
untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.
Sitirahayu Haditono (dalam Sugiyono, 2016) menyatakan bahwa teori
akan memperoleh arti yang penting bila ia lebih banyak dapat melukiskan,
menerangkan, dan meramalkan gejala yang ada. Sugiyono (2016) menyimpulkan
bahwa teori dapat dipandang sebagai berikut:
1. Teori menunjuk pada sekelompok hukum yang tersusun secara logis.
Hukum-hukum ini biasanya memiliki sifat hubungan yang deduktif. Suatu
hukum menunjukkan suatu hubungan antara variabel-variabel empiris
yang bersifat ajeg dan dapat diramal sebelumnya.
2. Suatu teori juga dapat merupakan suatu rangkuman tertulis mengenai suatu
kelompok hukum yang diperoleh secara empiris dalam suatu bidang
tertentu. Di sini orang mulai dari data yang diperoleh dan dari data tersebut
itulah datang suatu konsep yang teoritis (induktif).

1
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2017), hlm. 52
3. Suatu teori juga dapat menunjuk pada suatu cara menerangkan yang
menggeneralisasi. Di sini biasanya terdapat hubungan yang fungsional
antara data dan pendapat yang teoritis.2

Berdasarkan data tersebut di atas secara umum dapat ditarik kesimpulan


bahwa, suatu teori adalah seperangkat konsep, definisi, dan proposisi yang umum
serta disusun secara sistematis dan harus dapat diuji kebenarannya, bila tidak
maka itu bukan teori. Suatu teori juga mempunyai tiga fungsi yang umum yaitu
untuk menjelaskan (explanation), meramalkan (prediction), dan pengendalian
(control) suatu gejala.

B. Tingkatan dan Fokus Teori


Menurut Neuman (dalam artikel Prof. Dr. Mudjia Rahardjo) mengemuka-
kan tentang teori berdasarkan tingkatnya yaitu:
1. Teori Tingkat Mikro Level
Dalam tingkat ini memberi penjelasan hanya terbatas pada peristiwa yang
berskala kecil, baik dari sisi waktu, ruang, maupun jumlah orang. Dalam
sosiologi dikenal dengan teori “Face Work” dimana Erving Goffman
mengkaji kegiatan ritual dua orang yang saling berhadapan/bertatap muka.
2. Teori Tingkat Meso Level
Teori ini menghubungkan teori tingkat mikro dan tingkat makro, misalnya
teori organisasi, gerakan sosial, atau komunitas teori Collin tentang control
organisasi.
3. Teori Tingkat Makro Level
Teori ini menjelaskan objek yang lebih luas seperti lembaga sosial, sistem
budaya, dan masyarakat secara keseluruhan. Misalnya, teori Makro Lenski
tentang stratafikasi sosial.
Selanjutnya fokus teori menurut (Moelong, 2017) yaitu teori substantive
dan teori formal. Gleser dan Strauss (dalam Moelong, 2017) mengemukakan teori
substasif adalah teori yang dikembangkan untuk keperluan substantif atau empiris
dalam inkuiri suatu ilmu pengetahuan, misalnya sosiologi, antropologi, dan

2
Sugiyono, Metode Penelitian & Pengembangan, (Bandung: Alfabeta, 2016), hlm. 106-107
psikologi. Contoh: perawatan pasien, hubungan ras, pendidikan professional,
kenakalan atau organisasi penelitian. Di pihak lain teori formal adalah teori untuk
keperluan atau yang disusun secara konseptual dalam bidang inkuiri suatu ilmu
pengetahuan, misalnya sosiologi. Contoh: perilaku agresif, organisasi formal,
sosialisasi, otoritas dan kekuasaan, sistem penghargaan, atau mobilitas sosial.3

C. Kegunaan Teori dalam Penelitian


Cooper & Schindler (dalam Sugiyono 2016), menyatakan bahwa kegunaan
teori dalam penelitian adalah:
1. Theori narrows the rang of fact we need to study. Teori berguna untuk
membatasi lingkup fakta yang akan diteliti
2. Theory suggest which research approaches are likely to flied the greatest
meaning. Teori berguna untuk memberikan panduan dalam menentukan
metode penelitian yang akan digunakan.
3. Theory suggest a system for the research to impose on data in order to
classify them in the most meaningful way. Teori berguna untuk mengklasi-
fikasikan data yang ditemukan sehingga lebih bermakna
4. Theory summarizes what is known about object of study and states the
uniformities that lie beyond immediate observation. Teori berguna untuk
meringkas apa yang telah diketahui tentang objek yang diteliti ke dalam
kategori-kategori
5. Theory can be used to predict further fact that should be found. Teori
berguan untuk memprediksikan fakta-fakta yang akan dicari. 4

Semua penelitian itu bersifat ilmiah, oleh karena itu semua peneliti harus
berbekal teori. Di dalam penelitian kuantitatif, teori yang digunakan harus sudah
jelas, karena teori disini akan berfungsi untuk memperjelas masalah yang diteliti,
sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis, dan sebagai referensi untuk menyusun
instrument penelitian. Oleh karena itu landasan teori dalam proposal penelitian
kuantitatif harus sudah jelas teori apa yang akan dipakai.

3
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2017), hlm. 60
4
Sugiyono, Metode Penelitian & Pengembangan, …….hlm. 112
Dalam kaitannya dengan kegiatan penelitiann, maka fungsi teori yang
pertama digunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup, atau
konstruk variabel yang diteliti. Fungsi teori yang kedua (prediksi dan pemandu)
adalah untuk merumuskan hipotesis dan menyusun instrument penelitian, karena
pada dasarnya hipotesis itu merupakan pernyataan yang bersifat prediktif.
Selanjutnya fungsi teori yang ketiga (kontrol) digunakan untuk mengidentifikasi
dan membahas hasil peneltian, sehingga selanjutnya digunakan untuk memberikan
saran dalam upaya pemecahan masalah.5

D. Deskripsi Teori
Deskripsi teori adalah suatu rangkaian penjelasan yang mengungkapkan
suatu fenomena atau realitas tertentu yang dirangkum menjadi suatu konsep
gagasan, pandangan, sikap atau cara-cara yang pada dasarnya menguraikan nilai-
nilai serta maksud dan tujuan tertentu yang teraktualisasi dalam proses hubungan
situnasional, hubungan kondisional, atau hubungan fungsional diantara hal-hal
yang terekan dari fenomena atau realitas tertentu. Dengan menyelam jauh ke
dalam deskripsi teori, akan diketahui kekuatan dan kelemahan suatu teori.
Dalam suatu penelitian, deskripsi teori merupakan uraian sistematis tentag
teori dan hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti. Berapa
jumlah teori yang perlu dikemukakan/dideskripsikan, akan tergantung pada
luasnya permasalahan dan jumlah variabel yang diteliti.
Deskripsi teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap variabel-
variabel yang diteliti, melalui pendefinisian, dan serta uraian yang lengkap dan
mendalan dari berbagai referensi, sehingga ruang lingkup, kedudukan dan prediksi
terhadap hubungan antar variabel yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan
terarah.
Teori-teori yang dideskripsikan dalam proposal maupun laporan penelitian
dapat digunakan sebagai indikator apakah peneliti menguasai teori dan konteks
yang diteliti atau tidak. Variabel-variabel penelitian yang tidak dapat dijelaskan
dengan baik, baik dari segi pengertian maupun kedudukan dan hubungan antar

5
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif………….,hlm. 58
variabel yang diteliti, menunjukkan bahwa peneliti tidak menguasai teori dan
konteks penelitiannya. 6
Pendeskripsian teori dalam proposal atau laporan penelitian, diawali dari
teori formal, teori yang bersifat makro yang berlaku di seluruh dunia. Secara
teknis buku-buku yang dikutip adalah buku-buku edisi internasional. Teori-teori
berikutnya yang dikutip adalah teori messo atau teori middle range. Teori ini
berlaku untu suatu negara atau wilayah tertentu. Selanjutnya teori yang dikutip
adalah teori substantive, suatu teori yang relevan dengan tempat penelitian. Teori
ini digunakan sebagai landasan untuk membuat hipotesis, penyususnan instrumen,
pembahasan hasil penelitian, dan untuk memberi arah untuk membuat kesimpulan
dan saran.
Langkah-langkah di dalam mendeskripsikan teori adalah sebagai berikut:
1. Tetapkan nama variabel yang diteliti, dan jumlah variabelnya
2. Cari sumber-sumber bacaan (buku, kamus, ensiklopedia, journal ilmiah,
laporan penelitian, skripsi, tesis, disertasi) yang sebanyak-banyaknya dan
yang relevan dengan setiap variabel yang diteliti
3. Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topik yang relevan dengan setiap
variabel yang akan diteliti. (Untuk referensi yang berbentuk laporan
penelitian, lihat judul penelitian, permasalahan, teori yang digunakan,
tempat penelitian, sampel sumber data, teknik pengumpulan data, analisis,
kesimpulan dan saran yang diberikan)
4. Cari definisi setiap variabel yang akan diteliti pada setiap sumber bacaan,
bandingkan antara satu sumber dengan sumber yang lain, dan pilih definisi
yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan
5. Baca seluruh isi topic buku yang sesuai dengan variabel yang akan diteliti,
lakukan analisa, renungkan, dan buatlah rumusan dengan bahasa sendiri
tentang isi setiap sumber data yang dibaca
6. Deskripsikan teori-teori yang telah dibaca ke dalam bentuk tulisan dengan
bahasa sendiri. Sumber-sumber bacaan yang dikutip atau yang digunakan
sebagai landasan untuk mendeskripsikan teori harus di cantumkan.

6
Ibid......................,hlm. 58
E. Kerangka Berfikir

F. Hipotesis
Hipotesis berasal dari bahasa Yunani, yakni dari kata “hupo” yang berarti
sementara dan kata “thesis” yang berarti pernyataan atau teori. Jadi, menurut asal
katanya hipotesis dapat diartikan sebagai suatu pernyataan mengenai sesuatu yang
bersifat sementara, sesuatu yang belum diketahui kebenarannya. 7
Hipotesis juga merupakan proposisi yang akan diuji keberlakuannya atau
merupakan suatu jawaban sementra atas pertanyaan penelitian, di mana rumusan
masalah penelitian tersebut telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan
terlebih dahulu. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru di
dasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang
diperoleh melalui pengumulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai
jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban empirik.
Penelitian yang merumuskan hipotesis ialah penelitian yang menggunakan
pendekatan kuantitatif. Pada penelitian kualitatif, tidak dirumuskan hipotesis, akan
tetapi justru diharapkan dapat ditemukan hipotesis. Dimana selanjutnya hipotesis
tersebut akan diuji oleh peneliti dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. 8
Dalam hal ini perlu dibedakan pengertian hipotesis penelitian dan hipotesis
statistik. Pengertian hipotesis penelitian ialah seperti yang tertera diatas sedangkan
hipotesis statistik itu ada bila penelitian bekerja dengan sampel. Jadi, jika tidak
menggunakan sampel, maka tidak ada hipotesis statistik.
Apabila terdapat suatu penelitan dimana dalam penelitian tersebut yang
diteliti adalah populasi, otomatis sumber data yang dikumpulkan pun berasal dari
populasi serta kesimpulannya pun berlaku untuk populasi itu, sehingga hipotesis
statistiknya tidak ada, yang ada hanya hipotesis penelitian. Dalam pembuktiannya
tidak ada istilah signifikansi.

7
Asep Saefuddin, dkk, Statistika Dasar, (Jakarta: PT Grasindo, 2017), hlm. 74
8
Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2012), hlm. 63
Selanjutnya apabila terdapat penelitian yang menggunakan sampel. Pada
penelitian ini untuk mengetahui keadaan populasi, sumber datanya menggunakan
sampel yang diambil dari populasi tersebut. Jadi yang dipelajari ialah data sampel.
Dugaan apakah data sampel tersebut dapat diberlakukan ke populasi dinamakan
hipotesis statistik. Hipotesis statistik diperlukan untuk menguji apakah hipotesis
penelitian yang hanya diuji dengan data sampel tersebut dapat diberlakukan untuk
populasi atau tidak. Dalam pembuktian ini akan muncul istilah signifikansi atau
taraf kesalahan atau kepercayaan dari pengujian. 9
Terdapat dua macam hipotesis dalam hipotesis penelitian dan juga hpotesis
statistik yaitu hipotesis kerja dan hipotesis nol. Hipotesis kerja (Ha) disusun atas
teori yang dipandang handal dan dinyatakan dalam kalimat positif, sedangkan
hipotesis nol (Ho) merupakan hipotesis yang diuji secara statistic dan merupakan
pernyataan tentang parameter yang bertentangan dengan keyakinan peneliti, Ho
sementara waktu dipertahankan hingga pengujian statistik mendapatkan bukti
yang menentang atau mendukungnya.

1. Bentuk – Bentuk Hipotesis


Bentuk-bentuk hipotesis penelitian sangat terkait dengan rumusan masalah
penelitian. Bila dilihat dari tingkat eksplanasinya, maka bentuk rumusan masalah
penelitian ada tiga yaitu: rumusan masalah deskriptif (variabil mandiri), kompratif
(perbandingan) dan asosiatif (hubungan). Oleh karena itu, berdasarkan hubungan
antar variabelnya maka bentuk hipotesis penelitian pun juga dibedakan tiga, yaitu
sebagai berikut
a. Hipotesis Deskriptif
Hipotesis deskriptif merupakan hipotesis yang menggambarkan karakter
sebuah variabel tanpa menghubungkannya dengan variable yang lain ataupun
hipotesis yang dirumuskan guna untuk menentukan titik peluang, menjawab
permasalahan taksiran atau estimatif. Hipotesis deskriptif juga berfungsi untuk
memberikan gambaran atau deskripsi tentang sampel penelitian.10
Contoh:

9
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: Alfabeta, 2003), hlm. 71-72
10
Riduwan, Dasar-dasar Statistika, (Bandung: Alfabeta, 2003), hlm. 166
a. Panen udang windu di Tambak Udang Kalianyar Bangil mencapai 5 ton/ha
b. Disiplin kerja pegawai di lembaga WJSN sangat tinggi.
c. Motivasi kerja karyawan di pabrik mobil mencapai 80% dari kriteria rata-
rata nilai ideal.
Dari ketiga contoh diatas, terlihat bahwa yang menjadi titik estimasi yaitu
5 ton/ha, sangat tinggi dan 80% dari kriteria rata-rata nilai ideal. Semua ini bisa di
ukur atau diangkakan dengan instrumen penelitian, dimana setelah itu baru dapat
disimpulkan apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak.
Hipotesis deskriptif untuk keperluan pengujian dengan statistik, bentuk
rumusan hipotesis deskriptif lengkap ialah “Terdapat perbedaan antara titik taksirn
(yang diperkirakan 5 ton/ha) dengan data yang diperoleh”. Misalnya data yang di
kumpulkan menghasilkan 3,9 ton/ha bagaimana kesimpulannya?
Perkiraan 5 ton/ha adalah pernyataan tentang populasi. Apabila data yang
terkumpul itu data populasi atau sensus sebesar 3,9 ton/ha, maka hipotesis yang di
ajukan diterima, yaitu ada perbedaan antara perkiraan dengan data yang diperoleh
(perkiraan 5 ton/ha, diperoleh 3,9 ton/ha). Tetapi apabila 3,9 ton/ha diperoleh
berdasarkan salah satu sampel yang dipilih dai Kalianyar Bangil, maka kita belum
dapat memutuskan apakah hipotesis alternatif yang diajukan diterima atau ditolak,
atau apakah perbedaan antara yang diperkirakan 5 ton/ha untuk populasi dan 3,9
ton/ha dari sampel itu merupakan perbedaan yang signifikan atau tidak. Apakah
3,9 ton/ha yang diperoleh itu benar-benar dapat mewakili populasi, atau kita salah
mengambil sampel sehingga didapatkan 3,9 ton/ha. Apabila kita memilih sampel
di tempat lain apakah data yang diperoleh juga tetap 3,9 ton/ha atau lebih ataukah
kurang dan lain sebagainya.

b. Hipotesis Komparatif
Hipotesis komparatif ialah hipotesis yang menyatakan perbandingan antara
sampel (variabel) yang satu dengan variabel yang lain. Hipotesis ini dirumuskan
untuk memberikan jawaban permasalahan yang bersifat membedakan.11
Contoh:

11
Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan: metode dan prosedur, (Jakarta: Kencana Prenada, 2013), hlm. 195
a. Terdapat perbedaan dalam prestasi belajar antara mahasiswa laki-laki dan
perempuan.
b. Ada perbedaan kesenangan bagi anak-anak SD antara menonton TV degan
membaca buku, bahwa menonton TV lebih disukai dari pada membaca.
c. Terdapat perbedaan cara memahami ilmu Filsafat antara mahasiswa dari
Kota Suci Qum (Iran) dengan mahasiswa Al-Azhar (Mesir), bahwasanya
mahasiswa dari Kota Suci Qum (Iran) lebih unggul dari pada mahasiswam
Al-Azhar (Mesir).
Dari ketiga contoh diatas dapat disimpulkan bahwa di dalam hipotesis ini
pada rumusan masalah, variabelnya sama akan tetapi populasi atau sampelnya
yang berbeda, atau keadaan itu terjadi pada waktu yang berbeda.

c. Hipotesis Asosiatif
Hipotesis Asosiatif merupakan jenis hipotesis yang menjelaskan hubungan
antar variabel. Hipotesis ini dalam sebuah penelitian selalu dirumuskan di dalam
bentuk pernyataan yang menjelaskan hubungan dua variabel ataupun lebih, baik
secara eksplisit maupun implisit. Sedangkan menurut sifat hubungannya hipotesis
penelitian atau alternatif ada tiga jenis yaitu sebagai berikut.12
a. Hipotesis hubungan simetris adalah hipotesis yang menyatakan hubungan
yang bersifat kebersamaan antara dua variabel atau lebih, tetapi tidak me-
nunjukkan hubungan sebab akibat.
Contoh:
1) Ada hubungan antara berpakaian mahal dengan penampilan
2) Ada hubungan antara banyaknya mengikuti ekstrakulikuler dengan
tingginya prestasi belajar
3) Terdapat hubungan yang positif antara banyaknya penonton sepak bola
dengan tingkat kerusuhan.
b. Hipotesis hubungan sebab-akibat (kausal) ialah hipotesis yang menyatakin
hubungan bersifat mempengaruhi antara dua variabel atau lebih.
Contoh:

12
Riduwan, Dasar-dasar Statistika, …, hlm. 168
1) Kebakaran hutan di daerah tropis berpengaruh positif terhadap tipisnya
lapisan ozon.
2) Jika ayam potong disuntik hormone 3%, maka beratnya akan bertambah
berat 3 ons.
3) Pengalaman training dan tingkat pendidikann secara bersama-sama ber-
pengaruh terhadap kemampuan kerja.
c. Hipotesis hubungan interaktif ialah hipotesis hubungan antara dua variabel
atau lebih yang bersifat saling mempengaruhi.
Contoh:
1) Ada hubungan yang saling mempengaruhi antara status sosial ekonomi
dengan terpenuhinya gizi keluarga.
2) Terdapat hubungan yang saling mempengaruhi antara penambahan gaji
insentif dengan produktivitas karyawan.
3) Terdapat pengaruh timbal balik antara kreativitas dengan hasil belajar.

Berdasarkan beberapa contoh hipotesis di atas, maka tampak jelas bahwa


rumusan hipotesis penelitian yang berupa hipotesis kerja (Ha) merujuk pada tiga
tingkatan yaitu: tingkat gambaran atau peluang terhadap keadaan satu varibel,
perbedaan antar dua variabel atau lebih, dan hubungan antar dua variabel atau lebi

2. Karakteristik Hipotesis yang Baik


Suatu hipotesis dapat dikatakan baik, bila telah memenuhi beberapa syarat
berikut dibawah ini.13
1. Merupakan dugaan terhadap keadaan variabel mandiri, atau perbandingan
keadaan variabel pada berbagai sampel, dan atau merupakan dugaan tentang
hubungan antara dua variabel atau lebih.
2. Dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan yang jelas, sehingga tidak me-
nimbulkan berbagai penafsiran.
3. Dapat diuji dengan data yang dikumpulkan dengan metode-metode ilmiah.

13
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, …, hlm. 79

Anda mungkin juga menyukai