Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Teori adalah salah satu komponen terpenting dalam penelitian. Karena dalam
melakukan sebuah penelitian ilmiah, peneliti harus menentukan teori apa yang akan
digunakan untuk mengekplorasi rumusan masalah. Teori mengatur kumpulan konsep
untuk nendefinisikan dan menjelaskan beberapa fenomena.
Dalam penelitian kuantitatif teori yang digunakan harus sudah jelas, karena teori disini akan
berfungsi untuk memperjelas masalah yang diteliti, sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis,
dan berbagai referensi untuk menyusun instrumen penelitian. Oleh karena itu landasan teori
dalam proposal penelitian kuantitatif harus sudah jelas teori apa yang akan dipakai.
Dalam penelitian kuantitatif, peneliti sering kali menguji berbagai teori untuk menjawab
rumusan masalah yang dibuat. Teori dalam penelitian kuantitatif diletakkan dalam awal
penelitian. Dalam penelitian kualitatif, penggunaan teori lebih bervariasi lagi. Bahkan peniliti
kualitatif dapat mengembangkan suatu teori dari hasil penelitiannya dan meletakkan teori tersebut
di akhir proyek penelitiannya. Namun dapat juga teori ini muncul di awal penelitiannya sebagai
pandangan yang nantinya dapat membentuk apa yang ada dilapangan dan apa yang menjadi
rumusan malah dalam penelitiannya. Karena semua penelitian bersifat ilmiah, maka semua
peneliti diharuskan berbekal teori.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan teori dalam penelitian kuantitatif ?
1.2.2 Apa saja bentuk teori dan penempatan teori dalam penelitian kuantitatif?
1.2.3 Bagaimana cara menulis perspektif teoritis kuantitatif?
1.2.4 Apa yang dimaksud dengan teori dalam penelitian kualitatif?
1.2.5 Bagaimana cara menempatkan teori dalam penelitian kualitatif?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Mengetahui definisi teori dalam penelitian kuantitatif.
1.3.2 Mengetahui beberapa bentuk teori dan penempatan teori dalam penelitian kuantitatif.
1.3.3 Mengetahui cara menulis perspektif teoritis kuantitatif.
1.3.4 Mengetahui penjelasan tentang teori dalam penelitian kualitatif.
1.3.5 Mengetahui cara penempatan teori dalam penelitian kualitatif.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teori Dalam Penelitian Kuantitatif

2.1.1 Definisi Teori Dalam Penelitian Kuantitatif

Secara umum, teori merupakan bahan dasar yang digunakan untuk meramalkan atau
memprediksi jawaban atas permasalahan penelitian. Menurut Kerlinger (1979:64) teori
merupakan seperangkat konstrak (variable), definisi, dan proposisi yang saling berhubungan
yang mencerminkan pandangan sistematik atas suatu fenomena dengan cara memerinci
hubungan antarvariabel yang ditunjukan untuk menjelaskan fenomena alamiah. Berdasarkan
definisi ini, teori dalam penelitian kuantitatif merupakan seperangkat konstrak (atau variable)
yang bersosialisasi dengan proposisi atau hipotesis yang memrinci hubungan antar variable
(biasanya dalam konteks magnitude atau direction). Suatu teori dalam penelitian bisa saja
berfungsi sebagai argumentasi, pembahasan, atau alasan. Teori biasanya membantu
menjelaskan (atau memprediksi) fenomena yang muncul di dunia.

Labovitz dan Hegedon (1971:17) menambahkan definisi teori ini dengan gagasan
tentang theoretical rationale, yang dimaknai sebagai “usaha mengetahui bagaimana dan
mengapa variable-variabel dan pernyataan-pernyataan rasioanal saling berhubungan satu
sama lain. Mengapa variable bebas X, mempengaruhi atau berefek pada variable terikat Y?
Dalam hal ini, eori akan menyediakan penjelasan atas ekspektasi atau prediksi atas
keterhubungan ini. Pembahasan mengenai teori biasanya muncul di bagian tinjauan pustaka
atau di bagian khusus, seperti landasan teori, logika teoritis, atau perspektif teoritis karena
istilah ini lebih banyak digunakan sebagi bagian yang terpisahkan dalam penelitian-
penelitian.

Peneliti mengkombinasikan variable-variabel bebas, mediating, dan terikat bedsarkan


ukurannya yang berbeda-beda dalam rumusan masalah penelitian. Selain itu, teori juga
memiliki jangkauan berbeda-beda. Neumann (2009) membagi teori dalam tiga level:

1. Teori Level Mikro, memberikan penjelasan yang hanya terbatas pada waktu, ruang,
dan jumlah tertentu, seperti Teori Goffman tentang gerak wajah ( facework) yang

2
menjelaskan bagaimana orang berinteraksi face-to-face ketika berada dalam ritual-
ritual keagamaan.
2. Teori Level Meso, Menghubungkan teori Level Mikro dan Level Makro.Teori ini
pada umumnya meliputi teori tentang organisasi, pergerakan sosial, dan komunitas,
seperti teori Collin tentang control dalam organisasi
3. Teori Level Makro dari Lenski tentang strasifikasi sosial, misalnya menjelaskan
bagaimana surplus suatu masyarakat dapat meningkat seiring dengan perkembangan
masyarakat tersebut.

2.2 Kegunaan dan fungsi teori penelitian kuantitatif


Teori memiliki beberapa fungsi dalam proses penelitian yaitu memberikan pola dalam
proses interpretasi data. Teori menyediakan berbagai argumentasi yang dapat digunakan
untuk menganalisis atau memberikan penafsiran atas hasil penelitian yang telah diolah. Teori
dapat menghubungkan satu studi dengan studi lainya. Teori berfungsi untuk menyajikan
kerangka, sehingga konsep dan variable mendapatkan arti penting. Teori berfungsi juga untuk
memungkinkan peneliti menginterpretasikan data yang lebih besar dari temuan yang
diperoleh dari suatu penelitian.

Teori dalam penelitian kuantitatif menjadi faktor yang sangat penting dalam proses
penelitian itu sendiri. Pada penelitian kuantitatif, teori digunakan untuk menuntun peneliti
menemukan masalah penelitian, menemukan masalah penelitian, menemukan hipotesis,
menemukan konsep-konsep, menemukan metedologi, dan menemukan alat-alat analisis data,
karena ini amat penting teori dibicarakan dalam setiap pembahasan penelitian kuantitatif
mengingat perananya yang dominan itu. Melihat pentingnya kedudukan memahami teori dan
mengerti kedudukannya dalam penelitian. Teori juga merupakan sebagai alat penolong teori
dalam memberikan arah bagi penelitian.

Sebagai alat dan ilmu, teori mempunyai peranan sebagai :

1. Teori mendefinisikan orientasi utama dari ilmu dengan cara memberikan definisi
terhadap jenisi-jenis data uang akan dibuat abstraksinya.
2. Teori memberikan rencana (scheme) konsepsual, dengan rencana mana fenomena-
fenomena yang relavan disistematiskan, diklasifikasikan, dan dihubung-hubungkan.
3. Teori memberi ringkasan terhadap fakta dalam bentuk generalisasi empiris dan sistem
generalisasi.
4. Teori memberikan prediksi terhadap paksa.

3
5. Teori memperjelas celah-celah dalam pengetahuan kita.

Teori mempunyai peranan yang sangat besar dalam penelitian, karena teori membantu
peneliti dalam menentukan tujuan dan arah penelitian dan dalam memilih konsep-konsep
yang tepat guna dalam pembentukan hipotesis-hipotesisnya. Dari definisi diatas fungsi teori
adalah :

1. Sebagai identifikasi awal dari masalah penelitian dengan menampilkan kesenjangan,


bagian-bagian yang lemah, dan ketidaksesuaiannya dengan penelitian-penelitian
terdahulu. Fungsi ini memberikan suatu kerangka konsepsi penelitian dan
memberikan alasan perlunya penyelidikan.
2. Untuk mengumpulkan semua konstruk atau konsep yang berkaitan dengan topik
penelitian. Kemudian melalui teori, seorang peneliti dapat membuat pertanyaan-
pertanyaan yang terisi sebagai pokok masalah penyelidikan
3. Untuk menampilkan hubungan antara variabel-variabel yang telah diselidiki. Melalui
proses ini peneliti dapat membandingkan topik penelitian dengan penemuan-
penemuan terdahulu.
Sementara itu, Sugiyono (2007) mengemukakan bahwa secara umum teori mempunyai tiga
fungsi, yaitu :

Pertama, menjelaskan (explanation). Digunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang


lingkup atau konstruk variabel yang akan diteliti

Kedua, meramalkan (prediction). Digunakan untuk merumuskan hipotesis dan menyusun


instrumen penelitian, karena pada dasarnya hipotesis itu merupakan pernyataan yang bersifat
prediktif.

Ketiga, pengendalian (control). Digunakan mencandra dan membahas hasil penelitian


sehingga selanjutnya digunakan untuk memberikan saran dalam upaya pemecahan masalah.

Menurut Koentjaraningat (1981:19), teori mempunyai fungsi “menyimpulkan generalisasi-


generalisasi dari fakta-fakta hasil pengamatan”, artinya merupakan kesimpulan induktif.

2.2.1 Pandangan-Dunia Positivisme

4
Tradisi pemikiran Prancis dan Inggris yang dipengaruhi oleh filsafat positivisme dan
rumpun pemikiran di sekitar positivisme seperti; emprisisme, behaviorisme, naturalism, dan
“sainsme” . Tradisi ini berkembang akibat sedemikian terobsesi dan dipengaruhi oleh tradisi
ilmu-ilmu kealaman yang Aristotelian, dan semua ini adalah berkat jasa baik dari Aguste
Comte yang berobsesi megembangkan studi sains kealaman itu kepada objek manusia.
Paradigma ini bertumpu pada pandangan bahwa realitas itu pada hakikatnya bersifat materi
dan kealaman, sedangkan manusia pada hakikatnya bersifat materi dan kealaman, karena itu
menjadi bagian dari objek paradigma ini. Sebagai sebuah contoh adalah persoalan jiwa
(mind) yang terepleksi pada perilaku (behavior) adalah dua fenomena alam dalam objek
manusia yang pada hakikatnya dapat dipotret dan direkam, diamati sebagai bagian dari
pengalaman indrawi manusia. Tidak terbatas oada dua objek di atas, namun secara
keseluruhan kehidupan manusia dan dilingkungan sosialnya adalah sebuah keteraturan
alamiah yang dapat diamati sebagaimana juga fenomena alam lainnya.

Pandangan Positivisme dan aliran-aliran pemikiran yang mengitari positivisme ini kemudian
dikenal dengan paradigma penelitian kuantitatif. Pengaruh-pengaruh positivisme dalam
penelitian komunikasi sangat jelas ketika persoalan yang dipertanyakan adalah berkaitan
dengan perilaku-perilaku orang dalam konteks komunikasi. Begitu pula menyangkut
kekuatan-kekuatan media dalam memengaruhi jiwa manusia, kekuatan media dalam merubah
perilaku manusia dan sebagainya.

2.2.2 Pandangan-Dunia Post-Positivisme

Asums-asumsi post-positivis mempresentasikan bentuk tradisional penelitian, yang


kebenarannya lebih sering disematkan untuk penelitian kuantitatif ketimbang penelitian
kualitatif. Pandangan dunia ini terkadang disebut sebagai metode ilmiah atau penelitian sains.

Pengetahuan yang berkembang melalui kacamata kaum post-positivis selalu didasarkan pada
observasi dan pengujian yang sangat cermat terhadap realitas objektif yang muncul di dunia
“luar sana”. Untuk istilah, melakukan observasi dan meneliti perilaku individu-individu
dengan berlandaskan pada ukuran angka-angka dianggap sebagai akitvitas yang amat penting
bagi kaum post-positivis. Akibatnya, muncul hukum-hukum atau teori-teori yang mengatur
dunia, yang menuntut adanya pengujian dan verifikasi atas kebenaran teori-teori tersebut agar
dunia ini dapat dipahami oleh manusia.

Membaca buku Philips dan Burbules (200), kita akan menemukan sejumlah asumsi
dasar yang menjadi inti dalam paradigma penelitian Post-positivis, yaitu:

5
 Pengetahuan bersifat konjektural/ terkaan (dan antifondasioanl/ tidak berlandasan apa
pun) bahwa kita tidak pernah mendapatkan kebenaran absolut. Untuk itulah, bukit
yang dibangun dalam penelitian sering kali lemah dan tidak sempurna.
 Penelitan merupakan proses membuat klaim-klaim, kemudian menyaring sebagian
klaim tersebut menjadi “klaim-klaim lain” yang kebenarannya jauh lebih kuat.
 Pengetahuan dibentuk oleh data, bukti, dan pertimbangan-pertimbangan logis.
 Penelitian harus mampu mengembangkan stateman-statemen yang relevan dan benar,
stateman-statemen yang dapat menjelaskan situasi yang sebenarnya atau dapat
mendeskripsikan relasi kausalitas dari suatu persoalan.
 Aspek terpenting dalam penelitian adalah sikap objektif; para peneliti harus menguji
kembali metode-metode dan kesimpulan-kesimpulan yang sekiranya mengandung
bias.

2.2.3 Pandangan-Dunia Konstruktivis

Kelompok lain memiliki pandangan-dunia yang berbeda. Salah satunya adalah


pandangan dunia konstruvisme atau konstruktivime sosial (yang sering kali dikombinasikan
dengan interpretivisme). Pandangan dunia ini biasanya dipandang sebagai suatu pendekatan
dalam penelitian kualitatif.

Kaum konstruktivis sosial meyakini bahwa individu-individu selalu berusaha


memahami dunia dimana mereka hidup dan bekerja. Mereka mengembangkan makna-makna
subjektif atas pengalaman-pengalaman mereka makna-makna yang diarahkan pada objek-
objek atau benda-benda tertentu.

Para peneliti juga perlu menyadari bahwa latar belakang mereka dapat mem[engaruhi
penafsiran mereka terhadapa hasil penelitian. Untuk itulah, ketika melakukan penelitian,
mereka harus memosisikan diri mereka sedemikan rupa seraya mengakui dengan rendah hati
bahwa interpetasi mereka tidak pernah lepas dari pengalaman pribadi, kultural, dan historis
mereka sendiri. Dalam konteks kontrukvisem, peneliti memiliki tujuan utama, yakni berusaha
memaknai (atau menafsirkan) makna-makan yang dimiliki orang lain tentang dunia ini.
Ketimbang mengawali penelitiannya dengan suatu teori (seperti dalam post-postivisme),
peneliti sebaiknya membuat atau mengembangkan suatu teori atau pola makna tertentu secara
induktif.

6
Sebagai contoh dalam membahas kontrutivisme ini, Crotty (1998) memperkenalkan
sejumlah asumsi:

Asumsi Kontruktivis:

 Makna-makna dikontruksi oleh manusia agar mereka bisa terlibat dengan dunia yang
mereka tafsirkan. Para peneliti kualitatif cenderung menggunakan pertanyaan-
pertanyaan terbuka agar partisipan dapat mengungkapkan pandangan-pandangannya.
 Manusia senantiasa terlibat dengan dunia mereka dan berusaha memahaminya
berdasarkan perspektif historis dan sosial mereka sendiri- kita semua dilahirkan ke
dunia makna yang dianugerahkan oleh kebudayaan di sekeliling kita. Untuk itulah,
para peneliti kualitatif harus memahami konteks dan latar belakang partisipan mereka
dengan cara mengunjungi konteks tersebut dan mengumpulkan sendiri informasi yang
dibutuhkan.
 Pada dasarnya lingkungan sosial inilah yang menciptakan makna, yang muncul di
dalam dan di luar interaksi dengan komunitas manusia. Proses penelitian kualitatif
bersifat induktif di mana di dalamnya peneliti menciptakan makna dari data lapangan
yang dikumpulkan.

2.2. 4 Pandangan-Dunia Advokasi dan Partisipatoris

Pendekatan Advokai/Partisipatoris ini muncul sejak 1980-an hinggan 1990-an dari


sejumlah kalangan yang merasa bahwa asumsi-asumsi post positivis telah membebankan
hukum-hukum dan teori-toeri structural yang sering kali tidak sesuai dengan / tidak
menyertakan individu-individu yang terpinggirkan dalam masyarakat kita atau isu-isu
keadilan sosial yang memang perlu dimunculkan. Pandangan dunia ini tampaknya memang
cocok dengan penelitian kualitatif, namun ia juga bisa menjadi dasar untuk penelitian
kuantitaif.

Pandangan dunia Advokasi dan Partisipatoris beramsumsi bahwa penelitian harus


dihubungkan dengan politik dan agenda perubahan politik untuk menghadai penindasan
sosial yang terjadi pada level apapun (Mertens, 201). Untuk itulah, penelitian ini pada
umumnya memiliki agenda aksi demi reformasi yang diharapkan dapat mengubah kehidupan
para partisipan, institusi-institusi dimana mereka hidup dan bekerja, dan kehidupan para
peneliti sendiri. Di samping itu, pandangan dunia ini menyatakan bahwa ada isu-isu tertentu
yang perlu yang perlu mendapat perhatian lebih, terutama isu-isu menyangkut kehidupan

7
sosial dewasa ini, seperti pemberdayaan, ketidakadilan, penindasan, penguasaan,
ketertindasan, dan pengasingan. Peneliti dapat mengawali penelitian mereka dengan salah
satu isu-isu ini sebagai fokus penelitian.

2.2.5 Pandangan-Dunia Pragmatis

Prinsip lain berasal dari kelompok pragmatis. Paradigma filosofis yang satu ini
memiliki banyak bentuk, tetapi pada umumnya pragmatisme sebagai pandangan-dunia lahir
dari tindakan, situasi, dan konsekuensi yang sudah ada, dan bukan dari kondisi sebelumnya
(seperti dalam post-positivisme). Pandangan-dunia ini berpijak pada aplikasi dan solusi atas
problem yang ada (Patton, 1990). Ketimbang berfokus pada metode, para peneliti pragmatik
lebih menekankan pada pemecahan masalah dan menggunakan semua pendekatan yang ada
untuk memahami masalah tersebut (Lihat Rosman & Wilson, 1985).

Sebagai salah satu paradigma filosofis untuk penelitian metode campuran, Morgan
(2007), dan Patton (1990), serta Tashakkori dan Teddlie (2010) menekankan pentingnya
paradigma pragmatis ini bagi para peneliti metode campuran, yang pada umumnya harus
berfokus pada masalah-masalah penelitian dalam ilmu sosial humaniora, kemudian
menggunakan pendekatan yang beragam untuk memperoleh pengetahuan lebih mendalam
tentang problem-problem tersebut.

 Pragmatisme tidak hanya diterapkan untuk satu sistem filsafat atau realitas saja.
 Setiap peneliti memiliki kebebasan untuk memilih.
 Kaum pragmatis tidak melihat dunia sebagai kesatuan yang mutlak.
 Kebenaran adalah apa yang terjadi pada saat itu.
 Para peneliti pragmatis selalu melihat apa dan bagaimana meniliti, seraya mengetahui
apa saja akibat-akibat yang akan mereka terima kapan dan dimana harus menjalankan
penelitian tersebut.
 Kaum pragmatis setuju bahwa peneliti selalu muncul dalam konteks sosial, historis,
politis dan lain sebagainya.
 Percaya akan dunia eksternal yang berada diluar pikiran manusia.
 Untuk itulah, bagi para peneliti metode campuran, pragmatisme dapat membuka pintu
untuk menerapkan metode-metode yang beragam, pandangan dunia yang berbeda-
beda, dan asumsi-asumsi yang berbeda dalam pengumpulan analisis data.

2.3 Strategi Penelitian

8
Strategi-strategi penelitian merupakan jenis rancangan penelitian kualitatif,
kuantitatif, dan metode campuran yang mendapatkan prosedur-prosedur khusus dalam
penelitian. Strategi-strategi yang tersedia bagi peneliti sebenarnya sudah muncul bertahun-
tahun lalu saat teknologi komputer telah mempercepat aktivitas kita dalam menganalisis data-
data yang rumit. Strategi-strategi tersebut hadir ketika manusia sudah mampu
mengartikulasikan prosedur-prosedur baru dalam melakukan penelitian ilmu sosial.

Tebel 1.1 Strategi-strategi Penelitian Alternatif

Kuantitatif Kualitatif Metode Campuran

 Rancangan-rancangan  Penelitian naratif  Konvergen


Eksperimen  Fenomenologi  Sekuensial Eksplanatori
 Rancangan-rancangan  Ground Theory  Sekuensial Eksplaratori
non-eksperimen,  Etnografi  Transformatif, embedded
seperti survei  Studi kasus atau multifase

2.3.1 Strategi-strategi Kuantitatif

Selama akhir abad ke-19 dan sepanjang abad ke-20, strategi-strategi penelitan yang
berkaitan dengan rancangan penelitian kuantitatif selalu melibatkan pandangan dunia Post-
positivis dan terutama berakar pada psikologi. Strategi-strategi ini meliputi eksperimen-
eksperimen nyata, eksperimen-eksperimen yang kurang rigid yang sering disebut dengan
kuasi-eksperimen (Campbell & Stanley, 1963). Rancangan eksperimental tambahan adalah
analisis perilaku tambahan atau eksperimen single-subject dengan perlakuan eksperimental
yang diberikan setiap saat ke individu tunggal atau individu dalam jumlah tidak banyak
(Cooper, Heron, & Heward 2007; Neuman & McCormick, 1995).

Dewasa ini, strategi-strategi kuantitatif sudah melibatkan eksperimen-eksperimen


kompleks dengan banyak variable dan perlakuan (misalnya, rancangan faktorial dan
rancangan ukuran berulang). Strategi kuantitatif juga memasukkan model-model persamaan
struktural terperinci yang menggabungkan jalur kasual dan identifikasi kekuakan kolektif
berbagai variabel.

Berikut dua rancangan penelitan yaitu survei dan ekperimen.

 Penelitian survey (survey research) berusaha memaparkan deskripsi kuantitatif atau


deskripsu numeric kecenderungan, sikao, atau opini dari suatu populasi tertentu

9
dengan meneliti satu sampel dari populasi tersebut. Penelitian ini meliputi studi-studi
cross-sectional dan longitudinal yang menggunakan kuesioner atau wawancaea
terstruktur untuk pengumpulan data, dengan tujuan untuk menggeneralisasi dari
sampel menjadi populasi (Fowler 2008).
 Penelitian eksperimen (eksperimen research) berusaha menentukan apakah suatu
treatment memengaruhi hasil penelitian. Pengaruh ini dinilai dengan cara menerapkan
treatment tertentu pada satu kelompok (sering disebut kelompok kontrol, penj.), lalu
menentukan bagaiman dua kelompok tersebut menentukan hasil akhir. Penelitian ini
mencakup eksperimen-eksperimen dengan penugasan acak (random assignment) atas
subjek-subjek yang di-treatment dalam kondisi tertentu, dan kuasi-eskperimen dengan
prosedur non-acak (Keppel,1991). Termasuk dalam kuasi-eksperimen adalah
rancangan single-subject.

2.3.2 Strategi-strategi Kualitatif

Untuk penelitian kualitatif, jumlah dan jenis pendekatan sudah menjadi lebih jelas
terlihat sepanjang tahun 1990-an dan memasuki abad ke-21. Sejarah penelitian kualitatif
berasal dari antropologi, sosiologi, humaniora, dan evaluasi.

 Penelitian naratif (naratif research) merupakan rancangan penelitian tentang


kemanusiaan di mana peneliti mempelajari kehidupan individu-individu dan meminta
seorang atau sekelompok individu untuk menceritakan kehidupan mereka (Riesman,
2008). Informasi ini kemudian diceritakan kembali oleh peneliti dalam kronologi
naratif. Di akhir tahap penelitian, peneliti harus menggabungkan dengan gaya naratif
pandangan-pandangannya tentang kehidupan peneliti sendiri (Clandinin & Connely,
2000).
 Riset Fenomenologi (phenomenological research) merupakan rancangan penelitian
berasal dari filsafat dan psikologi dimana peneliti mendeskripsikan pengalaman
kehidupan manusia tentang suatu fenomena tertentu seperti yang dijelaskan oleh para
partisipan. Deskripsi ini berujung pada inti sari pengalaman beberapa individu yang
telah mengalami semua fenomena tersebut. Rancangan ini memiliki landasan filosofis
yang kuat dan melibatkan pelaksaan wawancara (Giorgi, 2009; Moustakas, 1994).
 Grounded Theory merupakan rancangan penelitian dari sosiologi yang di dalamnya
peneliti memperoleh teori umum dan abstrak dari suatu proses, aksi, atau interaksi

10
tertentu yang berasal dari pandangan-pandangan partisipan. Rancangan ini
menggunakan berbagai tahap pengumpulan data dan penyaringan serta antar-
hubungan kategori-kategori informasi yang diperoleh (Charmaz, 2006; Corbin dan
Strauss, 2007).
 Etnografi adalah rancangan penelitian yang berasal dari antropologi dan sosiologi
yang di dalamnya peneliti menyelidiki pola perilaku, bahasa, dan tindakan dari suatu
kelompok kebudayaan di lingkungan yang alamiah dalam periode waktu yang cukup
lama. Pengumpulan data sering melibatkan observasi dan wawancara.
 Studi Kasus merupakan rancangan penelitian yang ditemukan di banyak bidang,
khususnya evaluasi, di mana peneliti mengembangkan analisis mendalam atas suatu
kasus, sering kali program, peristiwa, aktivitas, proses, atau satu individu atau lebih.
Kasus-kasus dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan peneliti mengumpulkan informasi
secara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data
berdasarkan waktu yang telah ditentukan (Stak, 1995; Yin, 2009, 2012).

2.3.3 Strategi-strategi Metode Campuran

Metode campuran melibatkan penggabungan atau penyatian penelitian dan data


kualitatif serta kuantitatif dalam penelitian. Data kualitatif cenderung bersifat open ended
tanpa respons yang telah ditentukan sedangakan data kuantitatif biasanya mencakup respons
close ended seperti yang ditemukan pada kuesioner atau instrumen-instrumen psikologi.
Bidang riset meotode campuran relative baru dengan karya besar yang dalam
mengembangkannya berasal dari pertengahan akhir 1980-an.

Pemikiran awal tentang nilai berbagai metode di sebut metode campuran-terletak


dalam gagasan bahwa semua metode memiliki bias serta kelemahan dari masing-masing
bentuk data. Triangulasi sumber-sumber data suatu cara dalam mencari konvergensi pada
metode kualitatif dan kuantitaif pun muncul (Jick, 1979). Pada awal 1990-an, metode
penelitian campuran beralih ke konvergensi sistematik database kuantitatif dan kualitatif,
serta gagasan penyatuan jenis rancangan penelitian yang berbeda ini muncul.

Tiga model utama metode campuran yang dijumpai dalam ilmu pengetahuan sosial
saat ini:

11
 Metode penelitian parallel konvergen adalah bentuk rancangan metode campuran di
mana peneliti mengumpulkan atau menggabungkan data kuantitatif dan kualitatif agar
dapat memberikan analisi masalah penelitian secara komprehensif.
 Metode Campuran sekuensial eksplanatori adalah metode di mana peneliti terlebih
dahulu melakukan penelitian kuantitatif, menganalisis hasil dan kemudian menyusun
hasil untuk menerangkannya secara lebih terperinci dengan penelitian kualitatif.
 Metode campuran sekuensial eksploratori adalah kebalikan dari rancangan sekuensial
eksplanatori. Dalam pendekatan sekuensial eksploratori, peneliti terlebih dahulu
memulai dengan fase penelitian kualitatif dan mengeksplorasi pandangan para
partisipan.

2.4 Metode Penelitian

Peneliti perlu mempertimbangkan sejumlah metode pengumpulan data dan


mengaturnya secara sistematis, misalnya, berdasarkan level metode atas sifat objek
penelitian, fungsi metode saat peneliti menggunakan pertanyaan tertutup dan terbuka, dan
fokus metode tersebut pada analisis data yang numerik atau non-numerik.

2.4.1 Metode Penelitian Kuantitatif

Metode kuantitatif
 Bersifat pre-determined
 Pertanyaan berbasis instrumen
 Data kinerja, data sikap, data observasi, dan data sensus
 Data statistik
 Interpretasi statistik

Ada dua metode yang sering digunakan dalam penelitian kuantitatif, yaitu :

 Metode Survei

Dalam rancangan survei (survey design), peneliti mendeskripsikan secara kuantitatif


(angka) beberapa kecenderungan, perilaku, atau opini dari suatu populasi dengan meneliti
sampel populasi tersebut. Dari sampel ini, peneliti melakukan regeneralisasi atau membuat
klaim-klaim tentang populasi itu.

12
Metode survei merupakan metode yang menggunakan kuesioner sebagai instrumen
utama untuk mengumpulkan data. Metode ini adalah metode yang paling sering dipakai di
kalangan mahasiswa.

 Metode Eksperimen

Dalam rancangan eksperimen (experimental design), peneliti juga mengidentifikasi


sampel dan melakukan generalisasi populasi. Akan tetapi, tujuan utama rancangan
eksperimen adalah untuk menguji dampak suatu treatment (atau suatu intervensi) terhadap
hasil penelitian, yang dikontrol oleh faktor-faktor lain yang dimungkinkan juga memengaruhi
hasil tersebut.

Metode eksperimen merupakan metode penelitian yang menjelaskan hubungan sebab-


akibat (kausalitas) antara satu variabel dengan variabel yang lainnya (variabel X dan variabel
Y). Tetapi metode eksperimen tidak hanya digunakan untuk menjelaskan hubungan sebab-
akibat antara satu dan lain variabel, tetapi juga untuk menjelaskan dan memprediksi gerak
atau arah kecenderungan suatu variabel di masa depan. Ini adalah eksperimen yang bertujuan
untuk memprediksi.

2.4.2 Metode Penelitian Kualitatif

Metode Kualitatif
 Metode yang berkembang
 Pertanyaan terbuka
 Data wawancara, data observasi, data dokumen dan data audiovisual
 Interpretasi tema dan pola

Prosedur kualitatif tetap mengandalkan data berupa teks dan gambar, memiliki
langkah-langkah unik dalam analisis datanya, dan besumber strategi penelitian yang berbeda-
beda. Menuliskan bagian metode-metode untuk proposal peneliti kualitatif mewajibkan
pembaca-pembaca berpendidikan sesuai dengan maksud penelitian, menyebutkan rancangan
khusus, dengan hati-hati merefleksikan peran peneliti dalam penelitian, menggunakan daftar
jenis sumber data yang tidak ada habisnya, menggunakan protocol khusus untuk merekam
data, menganalisis informasi melalui berbagai langkah analisis, dan menyebutkan

13
pendekatan-pendekatan untuk mendokumentasikan akurasi atau validitas data yang
dikumpulkan.

 Observasi kualitatif adalah ketika peneliti langsung turun ke lapangan untuk


mengamati perilaku dan aktivitas individu-individu di lokasi penelitian. Dalam
pengamatan ini, peneliti merekam/mencatat baik dengan cara terstruktur maupun
semistruktur (misalnya mengajukan sejumlah pertanyaan yang memang ingin
diketahui peneliti)-akitivitas-aktivitas dilokasi penelitian.
 Dalam wawancara kualitatif, peneliti dapat melakukan face-to-face interview dengan
partisipan, mewawancarai mereka dengan telepon, atau terlibat dalam focus group
interview (wawancara dalam kelompok tertentu) yang terdiri dari enam sampai
delapan partisipan per-kelompok.
 Selama proses penelitian, peneliti juga bisa mengumpulkan dokumen-dokumen
kualitatif. Dokumen ini bisa berupa dokumen publik (misalnya, Koran, makalah,
laporan kantor) ataupun dokumen privat (misalnya, buku harian, majalah, diari, surat,
e-mail).
 Materi audio dan visual rupa foto , objek seni, videotape atau segala jenis suara/bunyi.
Masukkan juga prosedur pengumpulan data kreatif yang masuk ke dalam kategori
etnografi dan juga mencakup kisah hidup, naratif visual metafora., dan arsip digital.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam merencanakan suatu proyek penelitian, peneliti perlu menentukan apakah


mereka akan menggunakan rancangan kualitatif, kuantitatif, atau metode campuran.
Rancangan ini dipilih berdasarkan pandangan-dunia atau asumsi-asumsi tentang suatu
penelitian, rancangan khusus penelitian, dan metode-metode penelitian. Pilihan atas suatu
rancangan penelitian biasanya dipengaruhi oleh masalah penelitian yang akan diteliti,
pengalaman pribadi dari peneliti, dan target pembaca yang diharapkan akan membaca hasil
penelitian tersebut.

14
DAFTAR PUSTAKA

Creswell, John W. 2003. Research Design : Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods

Approaches, second edition. London: Sage Publications, Inc.

Kriyantono, Rachmat. 2006. TEKNIK PRAKTIS RISET KOMUNIKASI: Disertai Contoh

Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi,

Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Mulyana, Deddy. 2001. Metodologi Penelitian Komunikasi, cetakan pertama.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Walliman, Nicholas. 2001. Your Research Project: a step-by-step guide for the first-time

15
Researcher. London: Sage Publications, Inc.

Irawan, Prasety. 2006. Penelitian Kualitatif & Kuantitatif untuk ilmu-ilmu sosial. Jakarta:

DIA FISIP UI.

16

Anda mungkin juga menyukai