gejala, baik bersifat alamiah maupun bersifat sosial. Pemenuhan fungsi itu tidak
hanya dilakukan dengan mengemukakan, melukiskan gejala-gejala, melainkan
disertai dengan keterangan tentang gejala tersebut baik dengan membandingkan,
menghubungkan, memilah-milah, atau mengkombinasikannya. Hal ini
menegaskan bahwa fungsi teori adalah menjelaskan keterkaitan antara kajian
teoritis dengan hal-hal yang sifatnya empiris.
Dalam penjelasan terhadap gejala-gejala, dapat dilakukan melalui berbagai
bentuk, seperti melalui penjelasan logis, penjelasan sebab akibat, penjelasan final
(menerangkan sebuah proses berdasarkan tujuan yang ingin dicapai), penjelasan
fungsional (cara kerja), penjelasan historis atau genensis (berdasarkan terjadinya),
serta melalui penjelasan analog (dengan menganalogkan melalui struktur-struktur
yang lebih dikenal). Khusus dalam kaitan dengan penelitian atau pengembangan
ilmu, fungsi teori adalah sebagai landasan dalam merumuskan hipotesis.
Teori adalah kebenaran yang tidak terbantahkan. Tetapi hal ini berlaku
sebelum muncul teori baru yang dapat menumbangkan teori tersebut. Keyakinan
terhadap kebenaran toeri ini menjadikan fungsi toeri adalah menjelaskan
kebanaran dalam menerangkan suatu gejala yang dapat dipertanggung-
jawabkan secara ilmiah, karena didukung oleh fakta-fakta empirik.
Karena itu pula, sekali teori telah dibangun dan diterima oleh kalangan
ilmuwan dalam bidangnya, maka teori akan melaksanakan berbagai
fungsinya. Fungsi teori dalam hal ini untuk mengantar sesorang kepada
kepeduliannya untuk mengamati hubungan-hubungan yang terjadi,
membantu dalam mengumpulkan dan menyusun data yang relevan,
menjelaskan kebenaran operasional (mengarahkan kepada ramalan-
ramalan yang dapat diuji dan diverifikasi), penggunaan istilah-istiah
tertentu secara konsisten, dalam membangun metode-metode baru sesuai
dengan situasi yang terjadi atau dalam mengevaluasi metode-metode yang
telah dibangun sebelumnya, serta dalam membantu menjelaskan perilaku
yang terjadi pada individu dan bagaimana cara-cara mengatasinya.
Stephen Little John dalam buku Theories On Human Communication (1995)
menguraikan fungsi teori.
1. Teori mengorganisir/meringkaskan pengetahuan,sehingga kita tidak perlu
memulai semua dari
awal, kita bisa memulai penyelidikan dari pengetahuan-pengetahuan yang
terlah teroganisir dari
generalisasi para ilmuan sebelum kita.
2. Teori memusatkan perhatian kita pada variable-variabel dan hubungan-
hubungan dan bukannya
yang lain. Ia seperti peta yang menunjukkan kita wilayah atau bidang
observasi.
3. Teori mengklarifikasi apa yang diobservasi. Klarifikasi itu tidak saja
membantu pengamat
memahami hubungan-hubungan tetapi juga memaknai peristiwa-peristiwa
spesifik. Teori komunikasi,
sejatinya, menyediakan panduan untuk memaknai, menjelaskan, dan
memahami kerumitan hubungan
manusiawi.
4. Teori menawarkan bantuan observasi. Ini masih ada hubungan dengan
fungsi focus, tetapi bukan
hanya menekankan apa yang diselidiki tetapi juga bagaimana cara menyelidiki.
Ini terutama pada teori- teori yang menyediakan defenisi operasional,
dengan mana ahli teori memberikan kemungkinan indicator- indikator dari
konsep-konsep spesifik. Dengan demikian, dengan mengikuti petunjuk itu, kita
dipimpin
menyelidiki rincian-rincian yang telah dielaborasi oleh teori.
5. Teori berfungsi memprediksi. Fungsi prediksi inilah yang menurut Little John
dan banyak lainnya,
sebagai fungsi yang paling banyak dipedebatkan sebagai tema tujuan
penyelidikan ilmiah. Banyak teori
memberi jalan bagi para teoritisi membuat pridiksi hasil dan efek dalam data.
Kemampuan prediksi teori
ini, sangat penting pad wilayah-wilayah aplikasi serperti persuasi, psikoterapi,
komunikasi organisasi,
periklanan, public relation, komunikasi pemasaran, dan media massa. Ada
beragam teori komunikasi yang
menyediakan kita alatbantu untuk mengembangkan keterampilan dan
kemampuan di bidang
komunikasi.
6. Teori berfungsi Heuristik. Ada aksioma umum bahwa teori yang baik
menghasilkan penyelidikan-
penyelidikan lanjutan. Spekulasi-spekulasi yang diajukan kepada teori
komunikasi sering kali
menyediakan panduan arah mana riset dilakukan, dan karenanya menjadi
alatbantu penyelidikan.
Fungsi heuristic alatbantu penyelidikan sangatlah vital bagi pengembangan
ilmu dan dalam arti tertentu
merupakan akibat dari berkembangnya fungsi-fungsi teori lainnya. Fungsi ini
masih terus diperdebatkan
juga. Intinya kritik bahwa fungsi ini seringkali justru diabaikan, dan justru
berfokus pada fungsi justifikasi
atau pengujian hypothesis.
7. Teori berfungsi komunikatif. Setiap peneliti dan toritisi ingin dan
membutuhkan publikasi hasil-hasil
observasi dan spekulasi mereka untuk pihak-pihak yang berminat. Teori
menyediakan kerangka kerja
untuk proses komunikasi ini dengan menyediakan forum terbuka untuk
perdebatan, diskusi dan kritisi.
Melalui komunikasi beragam penjelasan-penjelasan mengenai topik studi kita,
perbandingan dan
pengembangan-pengembangan dimungkinkan.
8. Teori berfungsi Kontrol. Fungsi ini terkait dengan pertanyaan-pertanyaan
mengenai penilaian
efektifitas, dan kelayakan suatu sikap tertentu. Teori demikian sering
dihubungkan dengan teori
normative, yang mencari ferforma norma-norma yang mapan. Tentu saja
banyak teori, yang tidak
berupaya memenuhi fungsi ini, tetapi banyak teoritisi yakin bahwa semua teori
pada dasarnya
berorientasi nilai dan kontrol, bahwkan ketika teoritisinya tidak bermaksud
demikain.
9. Teori berfungsi generative. Fungsi ini sangat relevan dengan tradisi
interpretative dan kritis, serta
paradikma alternative dalam ilmu social. Singkatnya, berarti menggunakan
teori untuk menantang cara
hidup yang sudah ada, dan untuk memunculkan cara hidup baru – fungsi teori
untuk meraih perubahan.
Menurut Kenet Gergen, “ kemampuan untuk menantang asumsi-asumsi yang
telah menjadi panduan
dalam masyarakat, memunculkan pertanyaan-pertanyaan tentang kehidupan
sosial terkini, memacu
pertimbangan tentang apa yang “taken for granted”, dan karenanya untuk
memunculkan alternative-
alternative segar bagi tindakan sosial.”
Menurut Soerjono Soekanto (2010; 26) ada lima kegunaan Teori
1. Suatu atau beberapa teori merupakan ikhtisar hal-hal yang telah diuji
kebenarannya yang menyangkut
objek yang dipelajari.
2. Teori memberikan petunjuk-petunjuk terhadap kekurangan-kekurangan pada
seseorang yang
memperdalam pengetahuannya.
3. Teori berguna untuklebih mempertajam atau lebih mengkhususkan fakta
yang dipelajari.
4. Suatu teori sangat berguna dalam mengembangkan sistem klasifikasi fakta,
membina struktur konsep-
konsep serta memperkembangkan definisi-definisi yang penting untuk
penelitian.
5. Pengetahuan teoritis memberikan kemungkinan-kemungkinanvuntuk
mengadakan proyeksi sosial,
yaitu usaha untuk dapat mengetahui kea rah mana masyarakat akan
berkembang atas dasar fakta yang
diketahui pada masa yang lampau dan pada dewasa ini.
1.Teori sebagai orientasi; Memberi suatu orientasi kepada para ilmuwan sehingga
teori tersbut mempersempit cakupan yang akan ditelaah, sedemikian rupa
sehingga dapat menentukan fakta – fakta yang ditemukan.
2.Teori sebagai konseptual dan klasifikasi; dapat memberikan petunjuk tentang
kejelasan ubungan antara konsep – konsep dan fenomena atas dasar klasifikasi
tertentu.
4.Teori sebagai peramal fakta; memuat prediksi tentang adanya faka dengan
membuat ekstrapolasi dari yang sudah diketahui kepada yang belum diketahui.
Kooper dan Schindler (2003) menyatakan kegunaan teori dalam penelitian adalah
sebagai berikut :
1.Teori mempersempit fakta yang perlu kita pelajari dengan menyederhanakan
gejala social yang rumit dan kompleks.
3.Teori menyarankan sebuah sistem dalam penelitian untuk menentukan data dan
mengklarifikasikan mereka dengan cara yang paling bermakna.
4.Teori merangkum apa yang diketahui tentang objek penelitian dan menyatakan
keseragaman yang berada di luar pengamatan langsung.
5.Teori dapat digunakan untuk memprediksi fakta lebih lanjut yang harus
ditemukan.
Hipotesis Penelitian
Pengertian Hipotesis Penelitian
a. Secara etimologis, hipotesis berasal dari dua kata hypo yang berarti “kurang
dari” dan thesis yang berarti pendapat. Jadi, hipotesis merupakan suatu pendapat
atau kesimpulan yang belum final, yang harus diuji kebenarannya (Djarwanto,
1994 : 13).
Hipotesis Penelitian
a. Hipotesis yang mempunyai dasar yang kuat menunjukkan bahwa peneliti telah
mempunyai cukup pengetahuan untuk melakukan penelitian pada bidang tersebut.
c. Hipotesis merupakan petunjuk tentang prosedur apa saja yang harus diikuti dan
jenis data apa saja yang harus dikumpulkan.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan peneliti dalam merumuskan hipotesis
(Sumadi Suryabrata, 2000: 70), yaitu:
a. Hipotesis harus menyatakan pertautan antara dua variabel atau lebih (dalam
satu rumusan hipotesis minimal terdapat dua variabel).
1) Hipoteis kerja, yaitu hipotesis “yang sebenarnya” yang merupakan sintesis dari
hasil kajian teoritis. Hipotesis kerja biasanya disingkat H1 atau Ha.
2) Hipotesis nol atau hipotesis statistik, merupakan lawan dari hipotesis kerjadan
sering disingkat Ho.
Ada kalanya peneliti merumuskan hipotesis dalam bentuk H1 dan Ho untuk satu
permasalahan penelitian. Hal ini didasari atas pertimbangan bahwa Ho „sengaja”
dipersiapkan untuk ditolak, sedangkan H1 “dipersiapkan” untuk diterima
(Sudarwan Danim dan Darwis, 2003 : 171).
Hubungan antara hipotesis dengan observasi dan teori ilmiah pada hipotesis
induktif dan deduktif dapat divisualisasikan sebagai berikut (Trochim, 2005).
Hipotesis Penelitian