Anda di halaman 1dari 11

TEORI DAN KONSTRUKSI TEORI

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran
yang dibimbing oleh Dr. Tri Kuncoro, S.T., M.Pd

Disusun Oleh:
Firdha Ilman Nafi’a (170341615048)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
September 2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam proses belajar dan pembelajaran tidak akan terlepas dari teori. Teori
memiliki fungsi dalam proses belajar dan pembelajaran. Snelbecker (1974)
berpendapat, bahwa perumusan teori itu bukan hanya penting, melainkan vital
bagi psikologi dan pendidikan, untuk dapat maju atau berkembang, dan
memecahkan masalah-masalah yang ditemukan dalam setiap bidang itu.
Perkembangan psikologi dan pendidikan tidak terlepas dari eksperimen para
ilmuwan yang menghasilkan penemuan penemuan baru. Penemuan itu
berdasarkan atas fenomena alam yang terjadi sehingga tidak cukup fakta-fakta
saja yang dikaji di dalam proses eksperimen atau pembelajaran tetapi teori
diperlukan untuk menjawab fenomena alam yang terjadi karena pada dasarnya
suatu teori dirumuskan untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena yang ada.
Proses konstruksi teori hanya mewakili keadaan umum, walaupun
memang ada aturan-atauran bagaimana mengkonstruksi suatu teori. Snelbecker
(1974) mengemukakan, bahwa konstruksi teori merupakan suatu bagian dari
proses keberlangsungan dalam psikologi dan pendidikan, apakah yang diperhatian
itu suatu proses, belajar misalnya, ataukah suatu individu. Konstruksi teori
didasarkan pada sebuah pendekatan sistematis yang menggunakan prosedur-
prosedur yang jelas, tersurat, dan formal dalam semua aspek proses penelitian
yaitu ketika mendefinisikan sebuah konsep, variabel, sistem-sistem penggolongan,
dalam membuat pernyataan-pernyataan dan dalam mengoprasionalkan dan
mengukur konsep-konsep dan variable-variabel (Sarantakos, 1993).
Dalam proses konstruksi teori akan muncul pertanyaan bagaimana cara
menverifikasi atau mencari kebenaran suatu teori. Menurut Dahar, (1989) validasi
teori dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu ditinjau dari segi (1) sintaks, (2)
sematik, dan (3) parsimoni.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini yaitu
1. Bagaimana kebutuhan akan Teori ?
2. Bagaimana definisi dari teori, hipotesis, model, konstruk,,hukum, dan
prinsip?
3. Bagaimana konstruksi teori secara deduktif dan konstruksi teori secara
induktif ?
4. Bagaimana verifikasi teori-teori secara sintaks, secara sematik, dan
Parsimoni?
1.3 Tujuan
Adapaun tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah
1. Untuk menjelaskan kebutuhan akan Teori.
2. Untuk menjelaskan definisi dari teori, hipotesis, model, konstruk,,hukum, dan
prinsip.
3. Untuk menjelaskan konstruksi teori secara deduktif dan konstruksi teori
secara induktif.
4. Untuk menjelaskan verifikasi teori-teori secara sintaks, secara sematik, dan
Parsimoni.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kebutuhan Akan Teori


2.1.2 Perubahan-Perubahan yang Tidak Ada Hentinya
Kemajuan-kemajuan dalam sains telah dicapai karena para ilmuwan mau
menyusun gagasan-gagasan mereka dalam bentuk teori-teori, dan meminta orang
lain menilai teori-teori yang telah mereka susun itu. Teori-teori lama telah
menimbulkan teori-teori baru, dan teori-teori baru menyebabkan dilakukan
eksperimen-eksperimen menghasilkan peningkatan pengetahuan dan pemahaman.
2.1.2 Fungsi-Fungsi Teori
Banyak kegunaan teori yang telah diketahui, namun hanya beberapa
kegunaan saja yang akan dibahas dalam buku ini.
Mensistematikkan penemuan-penemuan
Suatu teori dapat digunakan untuk mensistematikkan penemuan-penemuan
penelitian dan memberi arti pada peristiwa-peristiwa yang kelihatannya tidak
saling berhubungan. Suatu teori dapat menghubungkan fenomena-fenomena yang
mungkin saling berhubungan. Sehingga teori mampu menyederhanakan dan
membantu pemahaman.
Melahirkan hipotesis-hipotesis
Salah satu kegunaan teori ialah untuk menyampaikan pada para ilmuwan
tempat menemukan jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan. Suatu teori
yang baik dapat menghemat usaha-usaha yang tidak berguna dengan
menunjukkan di mana kiranya letak segi keuntungannya bila dilakukan penelitian.
Tetapi, harus diperhatikan, bahwa keuntungan ini dapat ditinjau dari dua segi.
Suatu teori yang kurang baik kontruksinya pertanyaan-pertanyaan yang salah,
dan karena itu menyebabkan dilakukannya penelitian yang tidak terarah.
Membuat predikat
Suatu teori dapat digunakan untuk melakukan prediksi. Suatu teori bukan
hanya membawa ilmuwan pada pengajuan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin
akan berguna untuk ditemukan, bila ia telah melakukan eksperimen atau
pengamatan. Sebagai contoh dapat dikemukakan teori Newton. Teori ini
memprediksi adanya planet-planet yang pada saat itu belum diamati. Dengan
menggunakan teori Newton, dan dengan mengamati orbit-orbit dari planet-planet
yang telah dikenal, diprediksi bahwa harus ada planet-planet pada kedudukan-
kedudukan tertentu terhadap matahari. Dengan cara ini planet-planet luar akhirnya
ditemukan.
Memberikan penjelasan
Fungsi menjelaskan dari suatu teori secara luas sekali, dan kerap kali
disalahgunakan. Setiap kejadian dapat dijelaskan oleh suatu teori selama
penjelasan itu masuk akal, dan paling sedikit melibatkan kejadian yang diamati.
Suatu teori yang adekuat bukan menjelaskan dengan cara past hoc, melainkan
dengan cara menghubungkan-menghubungakan beberapa kejadian, kejadian yang
satu dikaitkan dengan kejadian yang lain. suatu teori merupkan generator
penjelasan-penjelasan. Snelbecker (1974) mengemukakan, bahwa kontruksi teori
merupakan suatu bagian dari proses keberlangsungan dalam psikologi dan
pendidikan.

2.2 Definisi Beberapa Istilah


2.2.1 Teori
Teori dalam penggunaan secara umum berarti sejumlah proporsi-proporsi
yang terintegrasi secara sintaktik (artinya, kumpulan proporsi ini mengikuti
aturan-aturan tertentu yang dapat menghubungkan secara logis proporsi yang satu
dengan proporsi yang lain, dan juga pada data yang diamati), dan yang digunakan
untuk meprediksi dan menjelaskan peristiwa-peristiwa yang diamati (Snelbecker,
1974). Teori menurut definisinya adalah kumpulan konsep yang dihubungkan
secara sistematis sehingga mampu menjelaskan suatu fenomena.
Menurut Furchan, (2004) teori adalah serangkaian variabel, definisi, dan
dalil yang menyajikan pandangan sistematik tentang fenomena dan terdapat
keterkaitan antar variable yang mampu menjelaskan fenomena.
2.2.2 Hipotesis
Hipotesis adalah suatu pernyataan tentang hubungan yang diduga antara
variabel-variabel. Hipotesis itu hanya menyatakan bahwa suatu observasi
mendatang akan mempunyai suatu bentuk tertentu.
Hubungan teori dan hipotesis adalah apabila teori merupakan per definisi
hipotesis, tetapi teori bukan turunan dari hipotesis (Snelbecker, 1974).

2.2.3 Model
Model ialah suatu struktur konseptual yang telah berhasil dikembangkan
dalam suatu bidang, dan sekarang diterapkan, terutama untuk membimbing
penelitian dan berfikir dalam bidang lain (Marx & Goodson, 1976). Semua model
mempunyai sifat “jika-maka”, dan model-model ini terikat sekali pada teori
(Snelbecker, 1974). Ada beberapa bentuk model, diantaranya ialah model-model
fisika (physical models), model-model computer, dan model-model matematik
(Dahar, 1989).

2.2.4 Konstruk
Konstruk merupakan semacam konsep. Seperti semua konsep, konstruk
menyajikan klasifikasi dari kejadian, sehingga dengan satu symbol sejumlah
observasi-observasi konkret dapat disajikan (Marx & Goodson, 1976).
Intelegensi memiliki banyaj arti tergantung teoriawan menggunakan suatu
pendekatan. Apabila intelegensi didefinisikan sebagai jumlah neuron-neuron
dalam korteks maka sesorang jelas menggunakan konsep itu sebagai konstruk
hipotetis. Sebalikanya, apabila intelegensi didefinisikan sebagai sesuatu yang
diukur oleh tes intelegensi, jelas merupakan suatu contoh variabel pengganggu
(Dahar, 1989).

2.2.5 Hukum dan Prinsip


Hukum merupakan suatu pernyataan tentang suatu hubungan antar variabel-
variabel, dan kemungkinan terjadinya hubungan ini begitu tinggi, sehingga dapat
dikatakan, bahwa variabel-variabel itu sangat saling bergantung (Snelbecker,
1974). Prinsip merupakan suatu pernyataan tentang hubungan-hubungan yang
dapat dikatakan mempunyai dasar empiris, tetapi belum dapat disebut suatu
hukum, karena atau belum dapat dianggap mendasar, atau belum cukup mantap
(Snelbecker, 1974).
3. Konstruksi Teori
Konstruksi teori didasarkan pada sebuah pendekatan sistematis yang
menggunakan prosedu prosedur yang jelas, tersurat, dan formal dalam semua
aspek proses penelitian, yaitu dalam mendefinisikan konsep-konsep, variabel-
variabel, sistem-sistem penggolongan; dalam mengembangkan proposisi-
proposisi; dalam membuat pernyataan-pernyataan; dan dalam
mengoperasionalkan dan mengukur konsep-konsep dan variabel-variabel
(Turnomo Rahardjo, 2011).

3.1 Konstruksi Teori Secara Deduktif


Proses konstruksi teori secara deduktif diawali dari pengembangan konsep-
konsep sebagai bahan dasar dari teori, kemudian dilanjutkan dengan melakukan
analisis, pengujian, dan pemahaman konsepkonsep serta mengklasifikasikan
konsep-konsep tersebut ke dalam sistem atau kategori-kategori. Langkah
berikutnya dalam konstruksi teori adalah pengembangan proposisi-proposisi
(Baxter & Babbie, 2004:73).
Menurut Ratna Wilis, 1989. Untuk mengkonstruksi teori secara deduktif
teoriwan bekerja dari atas kebawah. Ia mulai membangun sebuah teori dengan
dasar apriori. Kemudian teori tersebut diuji dengan dilakukannya beberapa
eksperimen, dari hasil eksperimen kemudian dirumuskan asumsi- asumsi dasar
atau postulat. Dari asumsi atau postulat tersebut kemudian dikeluarkan hipotesis
dan kemudian hipotesis tersebut diuji. Jika dari hipotesis terbukti benar teori
tersebut dipertahankan. Teori deduktif memiliki kelemahan yaitu seiring periode
tertentu teori tersebut mengalami koreksi sendiri, inilah ciri teori deduktif.

3.2 Konstruksi Teori Secara Induktif


Proses konstruksi sebuah teori secara induktif menurut Ratna Wilis, 1989.
Menurut cara ini, teori- teori ini menjadi generalisasi dari fakta- fakta empiris.
Teoriwan induktif bekerja dari bawah ke atas, teoriwan menyusun system atau
konsep dari teori- teori mini yang memperlihatkan hasil- hasil penelitian yang
telah diuji berkali kali. Kemudian teoriwan menyusun system dari teori mini yang
lebih tinggi tingkatannya kemudian dirumuskan suatu teori yang mencakup semua
pernyataan dan menghasilkan rekontruksi teori yang memiliki kebenaran cukup
tinggi. Tetapi cara rekontrusi teori ini menyebabkan teori yang rendah tingkatnya
dan fungsinya kerap kali tumpang tindih.

3.3 Keadaan Sekarang


Pada keadaan sekarang kontrussi teori menurut Ratna Wilis, 1989
menyebutkan bahwa dalam psikologi ada teoriwan teoriwan yang menggunakan
kedua metode diatas dalam penelitian mereka untuk mengkonstruksi sebuah teori
untuk menjawab pertanyaan- pertanyaan tertentu. Mereka ini disebut para
fungsionalis. Pendekatan fungsionalis dalam konstruksi teori merupakan ciri khas
psikologi dewasa ini.

4. Verifikasi Teori- Teori


Teori- teori yang tebentuk suatu saat periode tertentu akan dipertanyakan valid
tidaknya suatu teori tersebut, untuk itu diperlukan cara untuk menguji teori.
Menurut Ratna Wilis 1989 cara menguji teori ditinjau dari segi (1) sintaks, (2)
semantic, (3) parsimony.
4.1 Secara Sintaks
Teori secara internal dikatakan konsisten dan logis jika teori tersebut disusun
atas dasar postulasi hubungan dan konstruk- konstruk yang tunduk pada peraturan
sintaktik. Dimana teoriwan menunjukkan konstruk- konstruk yang digunakannya
dalam teorinya dapat saling dihubungkan dengan data yang sebenarnya. Aturan
ini bias bersifat matematik ( dalam Physical sciences) atau verbaltis (seperti dalam
psikologi dan pendidikan).
4.2 Secara Semantik
Semantik merupakan pengujian dimana generalisasi- generalisasi dan
prediksi- prediksi itu benar atau sahih (valid). Pada dasarnya suatu teori dapat
lulus atau gagal waktu diuji secara eksperimen. Hal ini berarti, bahwa suatu teori
harus dirumuskan sedemikian rupa sehingga dapat diuji. Inilah yang merupakan
masalah yang ditemukan berulang kali dalam menilai ‘kebenaran’ teori-teori.
Tes semantic merupakan eksperimen-eksperimen yang digunakan untuk
mengetahui nilai relative dari suatu teori terhadap teori yang lain. suatu teori
dinilai lebih daripada teori yang lain, bila kedua teori itu membuat prediksi-
prediksi yang berbeda dan bukti-bukti empiris yang lebih menyokong prediksi-
prediksi dari teori yang satu dibandingkan dengan prediksi-prediksi yang berasal
dari teori yang lainnya.
Hal yang harus diperhatikan ialah bagaimana “sempurnanya” prediksi-
prediksi seharusnya dalam suatu teori. Tentang hal ini, dalam sains terdapat dua
konsepsi. Konsepsi ‘klasik’ beranggapan bahwa seseorang dapat membuat
prediksi-prediksi yang sempurna, dan menghasilkan penjelasan-penjelasan yang
tidak dapat disangkal. Konsepsi yang kedua menerima pendekatan ‘probabilitas’
tentang prediksi. Ini berarti, bahwa pada akhirnya kita akan memperoleh derajat
ketelitian yang paling tinggi dalam membuat prediksi-prediksi, tetapi kita tidak
dapat mengharapkan akan mempunyai ketelitian yang sempurna dalam prediksi-
prediksi kita. Kedua konsepsi itu diperdebatkan dalam sains dan filsafat sains
dalam beberapa decade yang lampau. Posisi klasik disebut pula posisi
‘deterministik’, sedangkan posisi yang kedua disebut posisi ‘probabilistik’.

4.3 Parsimoni
Aturan ini mengemukakan bahwa bila dua teori kelihatan sama sahihnya
ditinjau dari segi semantic atau sintaktik, maka teori yang lebih sederhanalah yang
diterima.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Seiring perkembangan teknologi, perubahan terjadi sangat cepat sehingga
manusia menemukan ide baru dan menggagas sebuah hipotesis yang kemudian
akan diuji sehingga akan muncul teori baru yang menggantikan teori lama. Dalam
proses belajar dan pembelajaran tidak akan terlepas dari teori. Teori memiliki
fungsi dalam proses belajar dan pembelajaran. Konstruksi teori didasarkan pada
sebuah pendekatan sistematis yang menggunakan prosedur-prosedur yang jelas,
tersurat, dan formal dalam semua aspek proses penelitian. Teori- teori yang
tebentuk suatu saat periode tertentu akan dipertanyakan valid tidaknya suatu teori
tersebut, untuk itu diperlukan cara untuk menguji teori, hal ini disebut verifikasi
teori.

3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini banyak kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu penulis mengharap kritik dan saran mengenai
pembahasan makalah ini.
DAFTAR RUJUKAN

Baxter, Leslie A. & Earl Babbie. The Basics of Communication Research,


Wadsworth/Thomson Learning, Belmont, CA, 2004.
Dahar, R.W. 1989. Teori Belajar. Jakarta:Erlangga Press.
Furchan, A., 2004, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Marx, M. H., & Goodson, F.E. 1976. Theories in Contemporary Psychology. New
York:MacMillan.
Sarantakos, S. 1993. Social Research. Melbourne:MacMillan Education Australia
Snelbecker, G. E. 1974. Learning Theory and Instructional, Theory and
Psychoeducational Design. New York:Mc-Graw Hill Inc Company.

Anda mungkin juga menyukai