Anda di halaman 1dari 4

TOLERANSI OSMOTIK ERITROSIT

Laporan Praktikum
untuk memenuhi tugas matakuliah Fisiologi Hewan dan Manusia
yang dibimbing oleh Dr. Sri Rahayu Lestari, M.Si.

Oleh :
S1 Pendidikan Biologi/ Offering C 2017
Kelompok 3
Andita Miftakhul Ilmi 170341615003
Azizah Nur Rochmah 170341615045
Firdha Ilman Nafi’a 170341615048
Nira Yulika Rahmaulana 170341615007
Nurul Alfi’ah 170341615070
Putri Wahyuni A N 170341615018

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
November 2018
A. TANGGAL PRAKTIKUM : 20 November 2018

B. TUJUAN
Tujuan praktikum ini adalah untuk meningkatkan kemampuan
mahasiswa untuk:
1. Mengetahui kecepatan terjadinya hemilisis dan krenasi eritrosit pada
medium yang berbeda-beda
2. Mengetahui persentase hemolysis eritrosit pada medium yang berbeda-
beda.

C. DASAR TEORI

Eritrosit adalah sel dasar berbentuk piringan yang mencekung di bagian


tegah dikedua sisi, seperti donat dengan bagian tengah menggepeng bukan lubang
(yaitu, eritrosit adalah piringan bikonkaf dengan garis tengah 8mukrometer,
ketebalan 2mikrometer di tepi luar, dan ketebalan 1 mikrometer di bagian tengah)
(Sherwood, 2009 : 423).
Jumlah sel darah merah tiap mm3 untuk setiap jenis hewan berbeda.
Perbedaan ini dapat pula terjadi karena faktor fisiologis, antara lain : usia hewan
tersebut, jenis kelamin hewan,dan habitat hewan. Sel darah merah hewan
homoiotermik lebih banyak jumlahnya daripada hewan poikilotermik
(Winatasasmita, 1986 : 40).
Sel darah merah/eritrosit mempunyai membran sel yang bersifat semi
permiabel terhadap lingkungan sekelilingnya yang berada diluar eritrosit, dan
mempunyai batas-batas fisiologi terhadap tekanan dari luar eritrosit. Tekanan
membran eritrosit dikenal dengan tonisitas yang berhubungan dengan tekanan
osmosis membran itu sendiri. Kekuatan maksimum membran eritrosit menahan
tekanan dari luar sampai terjadinya hemolisis dikenal dengan kerapuhan atau
fragilitas (Siswanto, 2014 : 64).
Berdasarkan penelitian isi sel eritrosit hewn homoitherm isotonis terhadap
larutan 0,9% NaCl, oleh karena itu hemolisis akan terjadi apabila eritrosit hewan
Homoitherm dimasukkan kedalam larutan NaCl dengan konsentrasi dibawah
0,9%. Namun, perlu diketahui bahwa membrane eritrosit memiliki toleransi
osmotic, artinya sampai batas konsentrasi medium tertentu sel belum mengalami
lisis. Kadang-kadang pada suatu konsentrasi larutan tertentu tidak semua eritrosit
mengalami hemolisis. Hal ini menunjukkan bahwa toleransi osmotis membrane
eritrosit berbeda-beda. Pada eritrosit tua membrane selnya memiliki toleransi
rendah (mudah pecah) sedangkan membrane eritrosit muda memiliki toleransi
osmotik osmotic yang lebih besar (tidak mudah pecah). Pada dasarnya eritrosit
sudah mengalami hemolisis sempurna pada air suling. Hasil hemolisis sempurna
eritrosit pada air suling biasa dianggap larutan standard untuk menentukan tingkat
kerapuhan eritrosit (Soewolo, 1999).
Hemolisis seperti yang dijelaskan diatas disebut hemolisis osmotic, yaitu
hemolisis yang disebabkan oleh perbedaan tekanan osmotic isi sel dengan
mediumnya (cairan disekitarnya). Hemolisis yang lain adalah hemolisis kimiawi,
dimana membrane eritrosit rusak akibat substansi kimia. Zat-zat yang dapat
merusak membrane eritrosit (termasuk membrane sel yang lain) antara lain
adalah: kloroform, asseton, alcohol, benzene dan eter. Peristiwa sebaliknya ialah
krenasi, yang dapat terjadi apabila eritrosit dimasukkan ke dalam medium yang
hipertonis terhadap isi eritrosit. Misalnya, untuk eritrosit hewan homoitherm
adalah larutan NaCl yang lebih pekat dari 0,9% sedangkan untuk eritrosit hewan
poikilotherm adalah larutan NaCl yang lebih pekat dari 0,7% (Soewolo, 1999).
Apabila eritrosit mengalami hemolisis maka hemoglobin akan larut dalam
mediumnya. Akibat dari terlarutnya hemoglobin tersebut medium akan berwarna
merah. Makin banyak eritrosit yang mengalami hemolisis, maka makin merah
warna mediumnya. Dengan membandingkan warna mediumnya. Dengan
membandingkan warna mediumnya dengan larutan standar (eritrosit dalam air
suling) maka dapat ditentukan tingkat kerapuhan membrane eritrosit (tingkat
toleransi osmotic membran eritrosit) (Soewolo, 1999).
DAFTAR PUSTAKA
Sherwood L .2009. Fisiologi Manusia edisi ke 6. Jakarta : Penerbit buku
kedokteran EGC.
Siswanto, etc. 2014. Kerapuhan Sel Darah Merah Sapi Bali. Jurnal Veteriner
ISSN : 1411-8327 Vol. 15 No.1:64-67. Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Udayana Bali.
Soewolo. 1999. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
Winatasasmita, Djamhur. 1986. Fisiologi Hewan dan Tumbuhan. Jakarta :
Universitas Terbuka Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai