Anda di halaman 1dari 19

Materialisme

(Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar-Dasar


Filsafat)

Disusun oleh :

Nadia Mayliza Syifa (180410180011)

Alfiah Sundara (180410180012)

Angga Davian (180410180013)

Alfian Mauladan Pauwae (180410180014)

Deta Nisrina Azzahra (180410180015)

Andi Isti Nadiah (180410180016)

Avivah Agustria (180410180017)

Femi Sriyana Lestari (180410180019)

Rahma Salsabillah (180410180020)

Salsabila Nur Fitriyanti (180410180021)

Fakultas Ilmu Budaya, Prodi Sastra Inggris, Universitas Padjadjaran

Jatinangor

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan rahmat
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini untuk memenuhi
tugas mata kuliah Dasar-dasar Filsafat dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Semoga makalah ini dapat berguna sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan
dan masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami menerima berbagai kritik
dan saran demi menyempurnakan tugas makalah ini.

Semoga dengan makalah ini dapat bermanfaat di kemudian hari dan membantu
menambah pengetahuan bagi para pembaca dan, sehingga kami dapat memperbaiki
bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Jatinangor, Maret 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................i

DAFTAR ISI .......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………….1

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………1

1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………………………….2

BAB II TEORI.…………....................................................................................3

2.1. Definisi Materialisme……………………………………………………….3

2.2 Definisi Materialisme Menurut Para Ahli…………………………………...3

BAB III METODE PEMBAHASAN.................................................................4

3.1 Metode Literasi……………………………………………………………...4

BAB 1V PEMBAHASAN ..................................................................................5

4.1 Sejarah Materilisme…………………………………………………………5

4.2. Tokoh Materialisme………………………………………………………...6

4.3. Jenis-Jenis Materialisme……………………………………………………7

4.4. Aliran-Aliran Materialisme………………………………………………...7

4.5. Karakteristik Materialisme…………………………………………………8

4.6. Pandangan Materialisme Menurut Karl Max………………………………8

4.7. Dampak Materialisme……………………………………………………...9

4.8. Karya Materialisme………………………………………………………...9

BAB V PENUTUP.............................................................................................10

5.1 Kesimpulan & Saran….................................................................................10


5.3 Pendapat Kelompok………………………………………………………..11

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................12


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Seiring berjalannya waktu semua yang ada di dunia ini mengalami
perubahan serta perkembangan yang juga sangat berpengaruh terhadap
perkembangan zaman. Dalam prosesnya ilmu pengetahuan berperan
penting karena segala sesuatu yang diciptakan manusia berasal dari akal,
pikiran dan pengetahuannya. Perkembangan pola pikir manusialah yang
menciptakan pemikiran-pemikiran baru muncul, manusia memiliki tingkat
pemahaman yang beragam sehingga banyak terdapat perbedaan pendapat
dalam mencari kebenaran yang akhirnya juga menimbulkan berbagai aliran
dalam dunia filsafat salah satunya adalah aliran materialisme. Materialisme
adalah pandangan hidup yang mempercayai bahwa dasar segala sesuatu
yang termasuk kehidupan manusia di alam kebenaran berasal dari materi
atau sesuatu yang nampak.
Istilah materialis dan materialisme adalah suatu ungkapan yang
sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Karena sejak dulu pada zaman Yunani
kuno telah ada paham tentang materialisme yaitu yang berkembang pada
filsuf-filsuf Yunani tentang kejadian alam seperti yang diterangkan oleh
Thales (625-546 SM) bahwa “asal kejadian alam atau materi
pembentuknya adalah air”. Menurut Anaximenes “asal kejadian alam
adalah udara”. Filsafat ini terus menurus berkembang dan menurut
Heraclitus (540-480 SM) materi yang pembentuk alam raya ini adalah
“segala sesuatu mengalir”. Empedocles (490-430) mengatakan bahwa
“asal kejadian alam terdiri dari empat unsur yaitu: air, udara, tanah dan
api”. Demokritus berpendapat bahwa “alam ini terdiri dari atom-atom
yang bergerak-gerak tanpa akhir dan jumlahnya sangat banyak”.
Jika kita simpulkan dari pendapat filsuf-filsuf diatas, pembentuk
alam semesta ini berasal dari sesuatu yang nampak dan tidak mengakui
entitas-entitas non material seperti roh, hantu, setan, malaikat dan bahkan
Tuhan. Meskipun banyak terjadi pro dan kontra atas paham materialisme
tetapi tidak dapat dipungkiri begitu besar pengaruh paham ini dalam
kehidupan manusia sehingga banyak mempengaruhi peta pemikiran
manusia.

1.2. Rumusan Masalah


• Apa yang dimaksud dengan paham materialisme dan pengertiannya
menurut para ahli?
• Bagaimana sejarah dan perkembangan paham materialisme?
• Siapa sajakah tokoh-tokoh materialisme?
• Apa saja jenis-jenis materialisme?
• Apa saja aliran-aliran dalam paham materialisme?
• Apa saja karakteristik paham materialisme?
• Bagaimana pandangan Karl Marx terhadap paham materialisme?
• Apa saja dampak yang muncul dari paham materialisme?
• Apa saja karya-karya filsafat materialisme?

1.3. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang definisi
materialisme menurut para ahli, sejarah dan perkembangan, jenis-jenis,
tokoh- tokoh, aliran-aliran, karakteristik, dampak yang mucul, karya-karya,
serta pandangan Karl Marx terhadap paham materialisme.
BAB II
TEORI

2.1. Definisi Materialisme

Secara etimologi kata "materialisme" terdiri dari kata "materi" dan "isme".
Kata "Materi" dapat dipahami sebagai "bahan; benda; segala sesuatu yang
tampak". Sementara itu, orang-orang yang hidupnya berorientasi kepada materi
disebut sebagai "materialis". Orang-orang ini adalah para pengusung paham
(ajaran) materialisme atau juga orang yang mementingkan kebendaan semata
(harta, uang, dsb).

2.2. Definisi Materialisme Menurut Para Ahli

1. Materialisme menurut Belk (1985), Individu yang menempatkan


kepemilikan duniawi untuk mencapai kebahagiaan dalam hidup sehingga
kepemilikan duniawi sebagai sebuah tujuan hidup. Belk (1985) juga
mendefinisikan materialisme sebagai bagian dari ciri kepribadian yang
dimiliki setiap orang. Belk (1985) menyatakan bahwa materialisme terdiri
atas 4 dimensi yaitu: possessiveness yaitu kecenderungan untuk
mempertahankan kontrol atau kepemilikan harta seseorang, non generosity
yaitu keengganan untuk memberikan harta atau berbagi harta dengan orang
lain, envy yaitu ketidaksenangan atau niat jahat pada keunggulan orang lain
dalam kebahagiaan, kesuksesan, reputasi, atau kepemilikan apapun yang
diinginkan, dan preservation yaitu konservasi peristiwa, pengalaman, dan
kenangan dalam bentuk materi.

2. Materialisme menurut Richins & Dawson (1992 dalam Ahuvia & Wong,
1995) , “the importance a consumer attaches to worldly possessions” nilai
individu atau dasar kepercayaan yang menganut pentingnya kepemilikan
benda atau materi sebagai kesejahteraan dan kesempurnaan hidup

3. Materialisme menurut Karl Marx, Sistem pemikiran yang meyakini materi


sebagai satu-satunya keberadaan yang mutlak dan menolak keberadaan
apapun selain materi.

4. Materialisme menurut Kasser (2002), Pandangan yang berisi orientasi,


sikap, keyakinan, dan nilai-nilai hidup yang menekankan atau
mementingkan kepemilikan barang-barang material atau kekayaan material
di atas nilai-nilai hidup lainnya, seperti yang berkenaan dengan hal-hal
spiritual, intelektual, sosial, dan budaya.
5. Materialisme menurut Ludwig Feuerbach (1804-1872), Aliran yang hanya
mempercayai adanya materi, dimana benda merupakan sumber segalanya,
tidak mengenal alam spiritual.

BAB III
METODE PEMBAHASAN

Metode yang digunakan untuk melengkapi penyusunan makalah tentang


‘Materialisme’ ini adalah metode literatur adalah metode dengan mengumpulkan,
mengidentifikasi, mengolah data tertulis dengan cara menggabungkan data yang
diperoleh dari referensi-referensi karya ilmiah, jurnal, dan media literatur lainnya
seperti wikipedia yang topiknya berhubungan dengan penelitian kami dan dapat
mendukung tugas makalah ini.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Sejarah Perkembangan Materialisme.

Paham materialisme pertama kali diperkenalkan oleh salah satu filsuf


terkemuka pada masa filsafat kuno, yaitu Epikuros. Filsuf lain juga ikut
mengembangkan paham tersebut seperti Demokritos dan Lucretius Carus.
Pendapat mereka tentang paham ini, dapat disamakan dengan dengan
materialisme yang berkembang di Prancis pada masa pencerahan. Dua
karangan karya La Mettrie yang mewakili paham itu adalah L’homme machine
(manusia mesin) dan L’homme plante (manusia tumbuhan). Materialisme
sudah muncul sejak zaman Yunani Kuno. Filsafat Yunani berangkat dari
filsafat materialisme yang berupaya menyelidiki tentang alam sebagai materi,
sebelum muncul pertanyaan-pertanyaan filsafat yang idealistic (yang menonjol
sejak Plato). Materi dipelajari secara mendalam, sehingga menghasilkan tesis
filsafat tentang substansi yang menyusun alam kehidupan ini. Kebanyakan
filsuf percaya bahwa tidak mungkin sesuatu bisa muncul dari ketiadaan.
Materialisme bertahan dimana manusia terus mengembangkan diri dari ranah
material. Agama yang menggelapkan kesadaran jelas tidak dapat menahan
perkembangan material, yaitu teknologi sebagai alat bantu yang mempermudah
manusia memahami alam.

Paham ini baru mendapat tanggapan dan penganut penting di Eropa Barat pada
zaman pencerahan (Aufklarung). Sedangkan pada abad pertama Masehi,
orang-orang tidak memberikan tanggapan, bahkan pada abad pertengahan,
banyak orang menganggap asing paham ini. Materialisme berpendirian bahwa
hakikatnya sesuatu itu adalah bahan belaka. Pandangan ini berjaya pada abad
ke-19. Pada abad 19, muncul filsuf-filsuf materialisme asal Jerman seperti
Feuerbach, Moleschott, Bushner, dan Haeckel. Keberadaan materialisme
diteruskan oleh mereka. Paham ini menjadi perangsang munculnya Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) karena merangsang pikiran untuk
melakukan eksperimen ilmiah yang memicu perkembangannya.

Filsafat materialisme beranggapan bahwa hubungan adalah hubungan material


yang saling mempengaruhi. Karenanya memahami hubungan harus
menggunakan landasan berpikir yang materialis. Berpikir materialis berarti
percaya pada hukum-hukum materi, yaitu sebagai berikut:

1. Hukum I: “Materi itu ada, nyata, dan konkret”.

Materi itu ada dan nyata dalam hidup kita. Kita bisa mengenali materi
melalui indra kita. Jadi, bukan karena indra kita tak dapat menangkapnya,
lantas kita mengatakan itu tidak ada.
2. Hukum II: “Materi itu terdiri dari materi-materi yang lebih kecil dan saling
berhubungan (dialektis)”.

Dialektika merupakan hukum keberadaan materi itu sendiri. Materi-materi


kecil menyatu dan menyusun satu kesatuan yang disebut sebagai materi
lainnya yang secara kualitas lain. Karenanya namanya juga lain.

3. Hukum III: “Materi mengalami kontradiksi”.

Materi terdiri dari materi-materi yang lebih kecil antara satu materi dengan
materi lainnya mengalami kontradiksi, atau saling bertentangan. Jika tidak
ada kontras, tidak akan ada bentuk yang berbeda-beda. Jika tidak ada
kontradiksi, maka tidak ada kualitas yang berbeda, kualitas baru, atau
kualitas yang menunjukan adanya perubahan susunan materi yang baru.

4. Hukum IV: “Materi selalu berubah, dan akan selalu berubah”.

Perubahan dimulai dengan kontradiksi atau akibat pengaruh antara materi-


materi yang menyusunnya maupun karena intervasi dari luar. Tidak ada
yang lebih abadi daripada perubahan itu sendiri.

4.2. Tokoh Materialisme.

1. Karl Marx (1818-1883)

Karl Marx adalah seorang filsuf, sosiolog, ekonom, politisi, dan aktivis yang
lahir di Trier, Jerman tahun 1818. Dia mempunyai ayah yang berprofesi
sebagai pengacara yang cukup berada. Pada awalnya ayahnya adalah
seorang Yahudi, namun saat Marx menginjak usia enam tahun, dia beralih
memeluk protestan. Tempat pendidikan Karl Marx saat dewasa berada di
universitas di Bonn, kemudian berlanjut ke Berlin (Septiyani).

Dasar filsafat Marx adalah bahwa setiap zaman, system produksi


merupakan hal yang fundamental. Yang menjadi persoalan bukan cita-cita
politik atau teologi yang berlebihan, melainkan suatu sistem produksi.
Sejarah merupakan suatu perjuangan kelas, perjuangan kelas yang tertindas
melawan kelas yang berkuasa. Pada waktu itu Eropa disebut kelas borjuis.
Pada puncaknya dari sejarah adalah suatu masyarakat yang tidak berkelas,
yang menurut Marx adalah masyarakat komunis (Septiyani).

Karl Marx memiliki banyak karya, namun karya yang paling berpengaruh
terhadap pemikiran dan dirinya yaitu Das Kapital. Karyanya itu
menjelaskan mengenai pemahaman filosofi keadilan dengan memberikan
contoh dalam kehidupan nyata pada kasus ketidakadilan ekonomi.
Pemikiran dalam karyanya itu didasarkan kepada pemikiran epistimologi
yaitu dialectical and historical materialism (Farihah, 2015).

2. Thomas Hobbes (1588-1679)

Thomas Hobbes lahir pada 5 April 1588 di Desa Westport, dekat


Malmesbury, Wiltshire. Dia dijuluki “Monster dari Malmesbury” (Mintz,
2010). Menurut Thomas Hobbes materialisme menyangkal adanya jiwa atau
roh karena keduanya hanyalah pancaran dari materi. Dapat dikatakan juga
bahwa materialisme menyangkal adanya ruang mutlak lepas dari barang-
barang material (Septiyan).

3. Van Der Welj

Menurut Van Der Welj, materialisme terdiri dari aglomerasi atom-atom


yang dikuasai oleh hukum-hukum fisika-kimiawi. Dia percaya bahwa
terbentuknya manusia berasal dari atom-atom tertinggi. Selain itu dia
mengatakan bahwa kesadaran, jiwa atau roh merupakan setumpuk fungsi
kegiatan otak yang bersifat organik-materialistis (Faris, 2017).

4. Feuerbach (1804-1872)

Ludwig Andreas Feuerbach merupakan seorang filsuf yang lahir pada tahun
1804 di Jerman. Kritik Feuerbach terhadap agama yaitu tidak ada agama
dalam ajaran Feuerbach karena menurutnya Tuhan adalah ciptaan manusia
sebab tidak bisa dirasakan oleh panca indera. Menurut Feuerbach,
materialisme sangat bergantung pada kebenaran materi. Dia memberikan
perumpamaan bahwa kehidupan manusia itu seperti air yang mengalir terus
menerus, tidak adanya agama merupakan hal yang bisa membuat manusia
menjadi manusia seutuhnya (Marlina, 2017).

4.3. Jenis-Jenis Materialisme.

1. Materialisme realistis

Merupakan jenis materialisme yang menyatakan segala hal atau segala


sesuatu yang nyata didasarkan atas ukuran dan bilangan sehingga dapat
dimengerti.

2. Materialisme mitis atau biologis

Jenis materialisme yang menyatakan bahwa terdapat sebuah misteri atau


unsur lain yang melewati manusia didalam sebuah kejadian material.
3. Materialisme parsial

Materialisme jenis ini berpandangan bahwa dalam berbagai hal yang


material tidak terdapat unsur formal.

4. Materialisme antropologis

Jenis materialisme ini berpandangan bahwa jiwa itu tidak ada, jiwa hanya
merupakan suatu materi yang berupa perubahan fisik-kimiawi.

5. Materialisme dialektis

Jenis materialisme yang menyatakan segala hal yang realitas atau nyata
terdiri dari materi semata-mata.

4.4. Aliran-Aliran Materialisme.

1. Materialisme dialektis

‘Materialisme dialektis adalah pemutlakan materi yang bergerak dalam


waktu dan ruang atau pengukuhan terhadap becoming (menjadi) yang ada
tanpa suatu sebab.’ (Sulistya, 2019:6). Jadi, menurut materialisme
dialektika, di dunia ini benda bergerak, benda tidak akan bergerak kecuali
dalam ruang dan waktu.

2. Materialisme historis

‘Pada dasarnya materialisme historis berpendapat bahwa dinamika


sejarah ditentukan oleh dialektika pada basis material. ...dapat disebut juga
pandangan-pandangan tentang sejarah.’ (Sulistya, 2019:7). Jadi,
materialisme historis itu berhubungan dengan bagaimana sejarah bisa
terjadi. Terciptanya alat-alat yang dipergunakan untuk hidup, semata-mata
adalah material yang didasarkan pada perkembangan masyarakat atau
sejarah atas materi tersebut.

3. Materialisme Alam

‘Manusia tak lain dari pada mesin, begitu pula dengan binatang, jadi
manusia dan binatang itu sama saja.’ (Junalien Offray De Lamettrie, 1709-
1751). Materialisme alam ini, merepresentasikan dengan badan manusia
tidak dapat hidup tanpa adanya rohani dan rohani tidak akan ada tanpa
adanya badan yang membungkusnya.

4. Materialisme Mekanik

Materialisme Mekanik adalah teori yang mengatakan bahwa semua bentuk


dapat dijelaskan menurut hukum yang mengatur materi dan gerak. Seperti
sains, segala sesuatu yang ada dimuka bumi ini dapat dihitung dan
dirumuskan oleh angka. Aliran ini berpendapat bahwa segala perubahan
baik atom atau manusia bersifat pasti.

5. Materialisme Modern

Aliran ini mengatakan bahwa alam itu merupakan kesatuan materil yang
tidak ada batasnya. Alam yang didalamnya mengandung segala jenis materi
dan energi akan selalu ada dan kekal. Alam adalah sesuatu yang keras yang
dapat dirasakan oleh indra manusia dan diketahui keberadaannya oleh
manusia. Materialisme modern mengatakan bahwa materi itu ada sebelum
jiwa dan dunia ini ada artinya materi ada terlebih dahulu sebelum dunia
beserta isinya ada.

4.5. Karakteristik Materialisme

Secara umum karakteristik paham materialisme dapat diklasifikasikan menjadi


dasar keyakinan paham ini:
1. Segala yang ada (wujud) berasal dari satu sumber yaitu materi
(ma'dah).
2. Tidak percaya adanya alam ghaib.
3. Menjadikan panca Indra sebagai alat mencapai ilmu.
4. Menjadikan ilmu sebagai pengganti agama dalam peletakan hukum.
5. Menjadikan kecondongan dan tabiat manusia sebagai akhlak.

4.6. Pandangan Materialisme Menurut Karl Max.

Karl Marx merupakan seorang filsuf, politisi, aktivis, sosiolog, dan ekonom.
Salah satu hasil pemikirannya adalah pemikiran epistemologi, yaitu
materialisme dialektis dan historis. Teori Marx berakar dari suasana intelektual
abad ke-19. Ia berpandangan bahwa sejarah berjalan sesuai dengan prinsip
dialektika, yaitu tesis-antitesis-sintesis. Dialektika berasal dari bahasa Yunani
dialegesthai yang berarti dialog. Maka, dialektika berarti sesuatu yang hanya
benar apabila dilihat dari seluruh hubungan yang berupa negasi, karena melalui
negasi kita dapat maju, mencapai keutuhan, dan dapat menemukan diri sendiri.
Prinsip materialisme dialektika memandang bahwa alam semesta ini bukan
tumpukan yang terdiri dari segala sesuatu yang berdiri sendiri dan terpisah-
pisah, tetapi merupakan satu keseluruhan yang bulat dan saling berhubungan.
Ciri-ciri materialisme dialektis yaitu mempunyai asas gerak, asas saling
berhubungan, dan asas perubahan dari kuantitatif ke kualitatif, dan asas
kontradiksi intern.
Selain materialisme dialektis, ada juga materialisme historis. Materialisme
historis merupakan perilaku manusia yang ditentukan oleh kedudukan materi,
bukan pada ide karena ide adalah bagian dari materi. Marx menyatakan bahwa
dalam kehidupan kemasyarakatan, satu-satunya yang nyata adalah keberadaan
masyarakat itu sendiri. Marx menggunakan kata historis untuk menunjukkan
sikapnya yang bertentangan dengan filsafat idealisme. Teori ini merupakan
pandangan ekonomi terhadap sejarah, karena Marx berpendapat bahwa evolusi
pembentukan ekonomi masyarakat merupakan suatu proses sejarah alam.

4.7. Dampak Materialisme.

A. Segi negatif:
1. Hidup dengan sifat materialistis.
2. Menjadikan kekayaan materi sebagai sumber kebahagiaan yang utama.
3. Lebih sering mementingkan diri sendiri ketimbang orang lain.
4. Cenderung hidup boros.

B. Segi positif:
1. Memiliki tekad yang tinggi didalam diri untuk meraih target.
2. Menumbuhkan sifat rajin dan tekun dalam mengerjakan sesuatu.
3. Terciptanya sebuah perusahaan atau lapangan pekerjaan dari hasil
seseorang yang berpikir materialistis, sehingga bisa memberikan
kesempatan kerja kepada orang lain.
4. Meskipun cenderung memiliki sifat yang boros, dengan
membelanjakan uang menjadi barang tentu bisa memajukan
perekonomian.

4.8. Karya-Karya Filsafat Materialisme.

Julien Offray de La Mettrie adalah seorang dokter dan filsuf Perancis, dan salah
satu tokoh materialisme Prancis paling awal yang berkembang pada masa
pencerahan. Dia percaya bahwa proses mental disebabkan oleh tubuh. Dia
mengungkapkan pemikiran ini dalam karyanya yang paling terkenal yaitu
Machine L'homme (Machine Man/manusia mesin). Di dalam karyanya ini dia
mengeluarkan keyakinannya bahwa manusia, tubuh dan pikirannya bekerja
seperti mesin. Karya lain La Mattrie yang terkenal mewakili pemikirann
materialisme adalah L'homme plante (manusia tumbuhan).
Karya Karl Marx, yang berjudul The Holy Family pada tahun 1845 merupakan
salah satu karyanya untuk materialisme historis. Ia menyatakan bahwa historis
tidak melakukan apa-apa, tidak memiliki kekayaan apapun, dan tidak berjuang
dalam perang apapun. Tetapi Historis adalah manusia itu sendiri, yaitu manusia
nyata yang hidup dan berjuang dengan melakukan segala hal untuk memiliki
materi. (Fuadi, 2015:222).
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan kesimpulan sebagai


berikut:
1. Materialisme secara umum dapat diartikan sebagai paham atau ajaran yang
mementingkan kebendaan semata (harta, uang, dsb).
2. Paham materialisme pertama kali diperkenalkan oleh salah satu filsuf
terkemuka pada masa filsafat kuno, yaitu Epikuros.
3. Filsuf yang menganut paham materialisme beranggapan bahwa ajaran ini
dapat merangsang pikiran agar dapat menciptakan dasar pemikiran yang
bersifat membangun hubungan antar manusia dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
4. Berdasarkan pembahasan materialisme mempunyai beberapa jenis, yakni,
materialisme realistis, materialisme miris atau biologis, materialisme
parsial, materialisme antropologis, dan materialisme dialektis.
5. Banyak sekali tokoh-tokoh terkenal yang menganut paham materialisme
yang secara konsensual dapat disebutkan seperti, Karl Marx, Thomas
Hobbes, Hornby, Van Der Welj, dan Feuerbach.
6. Aliran-aliran dalam materialisme adalah materialisme dialektis,
materialisme historis, materialisme alam, materialisme mekanik, dan
materialisme modern.
7. Secara umum karakterisasi materialisme dapat dilihat dari wujud suatu
benda, mengutamakan panca indera sebagai alat untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan dan bersifat non spiritual.
8. Materialisme memicu dampak yang signifikan. Biasanya orang yang
menganut paham ini memiliki tekad dan ambisi yang kuat untuk mencapai
suatu target meskipun disisi lain terkesan boros karena usahanya selalu
mengandalkan sifat materialis.
9. Tokoh terkenal seperti Karl Marx pernah merilis sebuah karya yang berjudul
The Holy Family yang menganut aliran materialisme historis diterbitkan
pada tahun 1845. Beliau memiliki pandangan bahwa Historis adalah
manusia itu sendiri, yaitu manusia nyata yang hidup dan berjuang dengan
melakukan segala hal untuk memiliki materi.
5.2. Saran

Diharapkan kepada semua pihak yang membaca makalah ini, agar kiranya
menjadikan pembahasan ‘materialisme’ ini sebagai salah satu rujukan yang
sifatnya membangun dalam menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.

5.3. Pendapat Kelompok

Menurut kelompok kami, paham materialisme ini memberikan pemahaman


yang hanya bersandar pada materi saja tidak meyakini apa yang ada dibalik
norma diatas manusia yaitu Tuhan sehingga membawa kita pada kehidupan
konsumerisme dan hedonisme. Paham ini mengedepankan cara pandang
tentang kehidupan yang hanya terbatas pada usaha untuk mendapatkan
kenikmatan sesaat saja di dunia ini, bahkan bisa membuat kita
menghalalkan segala cara dalam mendapatkannya sehingga aktivitas hidup
yang dijalankan hanya berkisar pada masalah bagaimana bisa memenuhi
kepuasan hidup yang bersifat duniawi, tanpa memikirkan akibat dari
perbuatan tersebut. Meskipun tidak dapat dipungkiri juga bahwa saat ini
paham materialisme banyak menerpa manusia, kita sebagai manusia juga
harus lebih memilah pemikiran-pemikiran yang ada, jangan terlalu
terpengaruh dan tidak menjadikan ini sebagai cara kita berpikir dalam
hidup, karena manusia juga perlu menyaring agar bisa membedakan mana
yang baik dan buruk untuk orang lain maupun dirinya sendiri, sehingga
tidak hanya berpikir secara materialistik dan hedonis karena hidup tidak
hanya untuk materi semata.
Daftar Pustaka

Ahuvia, Aaron, and Nancy Wong, Materialism : Origins and implications for
Personal Well-Being, in European Advances in Consumer Research Volume2, eds
'Flemming

Farihah, I. (2015). Filsafat Materialisme Karl Marx (Epistimologi Dialectical and


Historical Materialism). Fikrah, 3(2), 431-454.

Farislengkap.wordpress.com. (15 Februari 2017). Tokoh-Tokoh Filosof yang


Beraliran Materialisme Beserta Contoh Pemikirannya. Diakses pada 25 Maret
2020. Tersedia di : https://farislengkap.wordpress.com/2017/02/15/tokoh-tokoh-
filosof-yang-beraliran-materialisme-beserta-contoh-pemikirannya/

Fuadi. (2015).METODE HISTORIS: SUATU KAJIAN FILSAFAT MATERIALISME


KARL MARX. 17(2): 22 https://www.academia.edu/35098378/Materialisme

HanSen,Provo,UT Association for Consumer Research, 1995, pp. 172-178.

Hakim, A. A., & Saebani, B. A. (2008). Filsafat Umum, dari Metologi sampai
Teofilosofi. Bandung: Pustaka Setia.

Marlina, N. (2017). PEMIKIRAN TAN MALAKA TENTANG MATERIALISME


(Doctoral dissertation, UIN" SULTAN MAULANA HASANUDDIN" BANTEN).

Mintz, S. I. (2010). The hunting of Leviathan: seventeenth-century reactions to the


materialism and moral philosophy of Thomas Hobbes. Cambridge University Press.

Mulyono, F. (2011). Materialisme: Penyebab dan Konsekuensi. Bina Ekonomi,


15(2).

Poedjawijatna, I. R. (1963). Pembimbing kearah alam filsafat (No. 34).


Pembangunan.
Ramli, A. M. (2000). Peta Pemikiran Karl Marx (Materialisme Dialektis dan
Materialisme Historis). LKIS PELANGI AKSARA.

SULISTYA, P.P. (2019). Materilisme.

Soyomukti, N. (2011). Pengantar Filsafat Umum. Ar-Ruzz Media, Jogjakarta. p.


281.

TUGAS, D. U. M. S. S., & SEPTIYANI, A. HAKIKAT MANUSIA MENURUT


FILSAFAT MATERIALISME DAN IDEALISME.

Wikipedia (2020) https://id.wikipedia.org/wiki/Materialism

Anda mungkin juga menyukai