Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MANAJEMEN SUMBER DAYA INSANI


EVALUASI KINERJA DAN PEMUTUSAN KERJA (PHK)
DALAM ISLAM

Disusun Oleh :

Ainnur Kholifah (18081194007)


Amtricia Ananda (18081194015)
Amaniatus Safina (18081194043)
Muhammad Dzanizar Miftahul Arifin (18081194033)
Mohamad Ulin Nuha (18081194013)
Fatkhan (18081194031)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN ILMU EKONOMI
PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM
2019

i
Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami bisa menyelesaikan penyusunan makalah Manajemen Sumber Daya Insani
dengan judul “Evaluasi Kinerja dan Pemutusan Kinerja (PHK) Dalam Islam”. Shalawat serta
salam senantiasa kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW.
Secara umum makalah ini berisikan tentang bagaimana evaluasi kerja serta pemutusan kerja
(PHK) dalam islam dari mulai penyebab karyawan di PHK, hak dan kewajiban pegawai,
peraturan yang mengatur tentang PHK, serta analisis hukum islam terhadap kewajiban
membayar uang pesangon sebagai kompensasi PHK.
Kami menyadari makalah yang dibuat ini tidaklah sempurna. Oleh karena itu, besar harapan
kami akan kritik dan saran yang bersifat membangun atas penyusunan dan perbaikan makalah
ini.
Demikian makalah ini kami susun. Semoga dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Aamiin.

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL` .................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 1
I.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................... 1
I.3 Tujuan ............................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
II.1 Pengertian Evaluasi Kinerja ......................................................................................... 2
II.2 Fungsi Evaluasi Kinerja ............................................................................................... 2
II.3 Tahapan Evaluasi Kinerja ............................................................................................ 2
II.4 Evaluasi Kinerja dalam Islam ...................................................................................... 3
II.5 Pengertian Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) .......................................................... 3
II.6 Penyebab Pemutusan hubungan kerja (PHK) .............................................................. 4
II.7 Pemutusan hubungan kerja (PHK) dalam Islam .......................................................... 5
BAB III PENUTUP
III.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 7
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 8

iii
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Salah satu persoalan penting dalam pengelolaan sumber daya manusia (dalam tulisan ini
disebut juga dengan istilah pegawai) dalam organisasi adalah evaluasi kinerja pegawai dan
pemberian kompensasi. Ketidak tepatan dalam melakukan evaluasi kinerja akan
berdampak pada pemberian kompensasi yang pada akhirnya akan mempengaruhi perilaku
dan sikap karyawan, karyawan akan merasa tidak puas dengan kompensasi yang didapat
sehingga akan berdampak terbalik pada kinerja pegawai yang menurun dan bahkan
karyawan akan mencoba mencari pekerjaan lain yang memberi kompensasi baik.
Hal ini cukup berbahaya bagi perusahaan apabila pesaing merekrut atau membajak
karyawan yang merasa tidak puas tersebut karena dapat membocorkan rahasia perusahaan
atau organisasi.
I.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Evaluasi Kinerja dalam SDI?
2. Bagaimana Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) SDI dalam Islam?
I.3 Tujuan
Adapun tujuan kami dalam menyusun makalah ini adalah untuk menyelesaikan salah satu
tugas dari mata kuliah Manajemen Sumber Daya Insani dan memperoleh pengetahuan
mengenai Evaluasi Kinerja dan Pemutusan Hubungan Kerja yang berbasis nilai-nilai Islam

1
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Pengertian Evaluasi Kinerja
Evaluasi kinerja adalah suatu metode dan proses penilaian dan pelaksanaan tugas seseorang
atau sekelompok orang atau unit-unit kerja dalam satu perusahaan atau organisasi sesuai
dengan standar kinerja atau tujuan yang ditetapkan lebih dahulu, atau dengan kata lain
evaluasi kinerja adalah penilaian yang dilakukan secara sistematis untuk mengetahui hasil
pekerjaan karyawan dan kinerja organisasi. Selain itu evaluasi kinerja juga untuk
menentukan kebutuhan pelatihan kerja secara tepat, memberikan tanggung jawab yang
sesuai kepada karyawan sehingga dapat melaksanakan pekerjaan yang lebih baik di masa
mendatang dan sebagai dasar untuk menentukan kebijakan dalam hal promosi jabatan atau
penentuan imbalan.
Hasil dari eveluasi kinerja adalah informasi mengenai kinerja ternilai. Informasi tersebut
berupa kekuatan dan kelemahan kinerja ternilai dalam kaitannya dengan standar kinerjanya,
informasi mengenai kinerja ternilai digunakan sebagai alat manajemen kinerja karyawan
dan pengambilan keputusan manajemen SDM organisasi.
II.2 Fungsi Evaluasi Kinerja
Adapun fungsi eveluasi kinerja antara lain sebagai berikut:
1. Memberikan balikan kepada pegawai ternilai mengenai kinerjanya. Ketika merekrut
pegawai (ternilai), organisasi mengharapkan ia memenuhi ketentuan atau ekspektasi
organisasi.
2. Alat promosi dan emosi. Hampir di semua evaluasi kinerja, hasil evaluasi digunakan
untuk mengambil keputusan memberikan promosi kepada pegawai ternilai yang
kinerjanya memenuhi ketentuan pemberian promosi.
3. Alat memotivasi ternilai.kinerja ternilai yang memenuhi standar kinerja, sangat baik,
atau superior, evaluasi kinerja merupakan alat untuk memotivasi kinerjanya.
4. Alat manajemen kinerja organisasi. Evaluasi kinerja dilaksanakan dalam kaitannya
dengan manjemen kinerja organisasi, kinerja organisasi sangat ditentukan oleh
pegawai.
II.3 Tahapan Evaluasi Kinerja
Pengukuran kinerja dilaksanakan melalui beberapa tahapan, yang secara umum dibagi
menjadi dua tahap utama yaitu tahap persiapan dan tahap penilaian (Mulyadi, 2001:424).
1. Tahap Persiapan terdiri dari:
a. Penentuan daerah pertanggungjawaban dan manajer yang bertanggung jawab.
Penilaian kinerja harus diawali dengan penetapan garis batas tanggungjawab yang
jelas bagi manajer yang akan dinilai kinerjanya. Batas tanggungjawab yang jelas
ini akan dipakai sebagai dasar untuk menetapkan sasaran atau standar yang harus
dicapai oleh manajer yang akan dinilai kinerjanya.
b. Penetapan kriteria yang dipakai untuk mengukur kinerja. Dalam menetapkan
kriteria kinerja manajer perlu dipertimbangkan beberapa faktor antara lain dapat
atau tidaknya kriteria diukur, rentang waktu sumber daya dan biaya, bobot yang
diperhitungkan atas kriteria, dan tipe kriteria yang digunakan dan aspek yang
ditimbulkan
2. Tahap Penilaian terdiri dari:
2
a. Pembandingan kinerja sesungguhnya dengan sasaran yang telah ditetapkan
sebelumnya dan pelaporan dengan segala hasilnya.
b. Informasi penyimpangan kinerja sesungguhnya dari sasaran yang telah ditetapkan
diumpan balikkan dalam laporan kinerja kepada manajer yang bertanggungjawab
untuk menunjukkan efisiensi dan efektivitas kinerjanya.
c. Penentuan penyebab operasional dan perilaku penyimpangan yang merugikan.
Penegakan perilaku dan tindakan yang diinginkan untuk mencegah perilaku yang
tidak diinginkan.
II.4 Evaluasi Kinerja dalam Islam
Didalam Islam menggambarkan bahwa orientasi kinerja tidak hanya untuk pemaksimalan
laba semata seperti penggunaan pada metode penilaian kinerja konvensional, tetapi orientasi
kinerja perlu meliputi dimensi yang lebih luas dan menyeluruh, yakni kesejahteraan para
stakeholder meliputi: investor, karyawan, pelanggan, pemasok, komunitas,
lingkungan/sosial dan generasi yang akan datang.
Hasil penelitian Alimuddin (2011) yang menemukan empat elemen penilaian atau evaluasi
kinerja yang sesuai dengan perspektif Islam yaitu:
1. Pertama, Kinerja Material yang menjadi indikator penilaian dalam elemen ini adalah
keuntungan atau laba yang cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga yang
diperoleh dengan cara jujur, tidak merugikan orang lain dan digunakan untuk
investasi demi keberlangsungan hidup perusahaan.
2. Kedua, Kinerja Mental yang menjadi indikator penilaian dalam elemen ini yaitu
dalam melakukan sebuah pekerjaan hendaknya dilakukan dengan tekun dan
perasaan bahagia, menikmati hasil yang diperoleh, dan menumbuhkan kepercayaan
diantara sesama.
3. Ketiga, Kinerja Spritual yang menjadi indikator penilaian dalam elemen ini yaitu
lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Menganggap bekerja sebagai sarana
ibadah kepada Allah SWT. Selalu merasa bersyukur dengan hasil yang diperoleh
dan tetap taat dan konsisten dengan aturan serta hukum-hukum Allah.
4. Keempat, Kinerja Persaudaraan yang menjadi indikator penilaian dalam elemen ini
yaitu terciptanya hubungan sosial yang harmonis baik dalam lingkungan perusahaan
maupun lingkungan masyarakat sekitar dengan memberikan pekerjaan kepada
orang-orang miskin, berbagi dengan masyarakat sekitar, memenuhi kebutuhan
masyarakat dengan produk dan jasa yang halal dan memiliki kualitas tinggi dengan
harga terjangkau.
II.5 Pengertian Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
Pemutusan hubungan kerja adalah pengakhiran hubungan kerja yang disebabkan karena
suatu hal yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja /buruh dan
pengusaha/majikan.
Pengusaha/majikan tidak dapat melakukan pemutusan hubungan kerja dengan alasan:
1. Pekerja yang sakit menurut keterangan dokter selama tidak lebih dari 12 bulan secara
terus-menerus,
2. Sedang memenuhi kewajiban terhadap negara.
3. Menjalankan ibadah sesuai agamanya.
4. Menikah

3
5. Pekerja perempuan yang hamil, melahirkan, menggugurkan kandungan atau
menyusui bayi.
6. Mempunyai ikatan perkawinan atau pertalian darah dengan pekerja lain di dalam
satu perusahaan kecuali disebutlkan dalam peraturan perusahaan.
7. Melakukan kegiatan yang terkait dengan serikat buruh di luar jam kerja .
8. Perbedaan paham, agama, aliran politik, suku, warna kulit, golongan, jenis kelamin,
kondisi fisik atau satsu perkawinan.
9. Sakit atau cacat tetap akibat dari kecelakaan kerja.
II.6 Penyebab Pemutusan hubungan kerja (PHK)
Adapun Penyebab dari Pemutusan hubungan kerja:
1. Tidak memenuhi dalam masa percobaan
Dalam masa percobaan, umumnya alasan pemberhentian adalah karena pegawai
tidak baik. Pasal 1603 I KUHP, menyatakan baik selama masa percobaan masing-
masing pihak berhak seketika mengakhiri perhubungan kerjanya dengan
pemberitahuan pemberhentian. Masa percobaan paling lama tiga bulan.
2. Pekerja sering mangkir, tidak baik (atau berkelakuan buruk)
Sering mangkir, tidak cakap dan berkelakuan buruk, jelas merungikan perusahaan,
karenanya pegawai merugikan perusahaan dapat dipertimbangkan untuk
diberhentikan.
3. Pegawai ditahan oleh alat negara
Pegawai dapat diberhentikan oleh perusahaan dari pekerjaannya, jika pegawai
tersebut ditahan oleh alat-alat negara. Jika kemudian pegawai tersebut telah
dilepaskan, ia dapat dipekerjakan kembali atau diberhentikan, maka perusahaan
berkewajiban membayarkan ganti kerugian berupa pesangon dan uang jasa sesuai
dengan masa kerjanya.
4. Pegawai dihukum oleh hakim
Perusahaan dapat memberhentikan pegawai, bila pegawai dihukum oleh hakim
berdasarkan tuduhan majikan atau karena hal-hal lain.
5. Pegawai sakit
Pemberhentian pegawai yang sakit hanya dapat dijalankan jika pegawai yang
bersangkutan, telah menderita sakit terus-menerus sedikitnya selama tiga sampai
empat bulan.
6. Pegawai berusia lanjut
Pegawai yang sudah berusia lanjut, yang menyebabkan prestasi kerjanya menurun,
oleh perusahaan dapat diberhentikan atau dipensiunkan sesuai dengan peraturan
yang berlaku bagi perusahaan.
7. Penutupan badan usaha atau pengurangan tenaga kerja
Penutupan badan usaha otomatis menyebabkan pemberhentian pegawai, biasanya
diikuti pemberian pesangon dan uang jasa kepada pegawai yang diberhentikan.
Dalam keadaan memaksa misalnya perusahaan mengalami kebakaran, perusahaan
dapat memberhentikan pegawai tanpa mengindahkan kewajiban berupa pesangon
dan uang jasa.
8. Kontrak kerja berakhir
Pegawai kontrak akan dilepas atau diberhentikan apabila kontrak kerjanya berakhir.
Pemberhentian berdasarkan berakhirnya kontrak kerja tidak menimbulkan
konsekuensi karena telah diatur terlebih dahulu dalam perjanjian saat mereka
diterima. Akan tetapi apabila terjadi mutasi (atau PHK) tersebut tanpa landasan
yang jelas dan pasti itu sudah tentu salah. Karena dalam Islam sendiri ada empat

4
prinsip ketenagakerjaan. Hal tersebut ada setelah penghapusan perbudakan yang
dikombinasikan dengan perpspektif Islam tentang ketenaga kerjaan, maka dapat
disebutkan setidaknya ada empat prinsip untuk memuliakan hak-hak pekerja.
II.7 Pemutusan hubungan kerja (PHK) dalam Islam
Dalam sebuah hubungan kerja antara pengusaha/majikan dengan pekerja/buruh pasti akan
terjadi pengakhiran hubungan kerja baik itu pengakhiran karena berakhirnya waktu yang
diperjanjikan dalam akad maupun berakhirnya karena sebab-sebab tertentu yang
dimungkinkan untuk dilakukan pemutusan hubungan kerja. Maka dari itu di sini akan
diuraikan mengenai berakhirnya hubungan kerja baik berakhirnya akad maupun
berakhirnya hubungan kerja (ijarah).
1. Berakhirnya Akad secara Umum
Suatu perjanjian dalam hukum Islam dianggap berakhir apabila terjadi fasakh (pembatalan)
atau telah berakhir waktunya. Apabila waktu telah berakhir maka perjanjian tersebut tidak
dapat dilanjutkan, akan tetapi jika kedua belah pihak masih ingin melanjutkan maka dapat
dilakukan sesuai dengan kesepakatan antara kedua belah pihak. Berbeda bila perjanjian itu
dibatalkan, perjanjian yang dibatalkan pasti ada suatu sebab atau terdapat kesalahan dalam
suatu perjanjian tersebut. Adapun pembatalan perjanjian tersebut terjadi dengan sebab-
sebab sebagai berikut:
a. Di-fasakh (dibatalkan), karena adanya hal-hal yang tidak dibenarkan syara'.
b. Dengan sebab adanya khiyar, baik khiyar rukyat, cacat, syarat, atau majelis.
c. Salah satu pihak dengan persetujuan pihak lain membatalkan karena merasa
menyesal atas akad yang baru saja dilakukan. Fasakh dengan cara ini disebut iqalah.
d. Karena kewajiban yang ditimbulkan, oleh adanya akad tidak dipenuhi oleh pihak-
pihak bersangkutan.
e. Karena habis waktunya
f. Karena tidak mendapat izin pihak yang berwenang.
g. Karena kematian.

2. Berakhirnya Hubungan Kerja (Ijarah)


Dalam fikih Islam sendiri, masalah perburuhan dikaitkan dengan ijarah atau sewa menyewa.
Ijarah bisa dikaitkan sebagai mekanisme kerja sebuah kemanfaatan atas dasar kesepakatan
yang diganti dengan bentuk kemanfaatan benda atau barang itu. Adanya sistem ijarah dalam
Islam merupakan sebuah pandangan dasar, bahwa Islam menganggap aktifitas ekonomi
sebagai suatu yang urgen. Ijarah baik dalam bentuk sewa menyewa maupun dalam bentuk
upah mengupah itu merupakan muamalah yang telah disyariatkan dalam Islam.
Dalam suatu hubungan kerja terdapat pemutusan hubungan kerja dalam akad ijarah dapat
berakhir karena hal-hal sebagai berikut:
a. Meninggalnya salah satu pihak yang melakukan akad.
b. Iqalah, yaitu pembatalan oleh kedua belah pihak.
c. Rusaknya barang yang disewakan.
d. Telah selesai masa sewa, kecuali ada udzur.
Tujuan utama syariah adalah meningkatkan kesejahteraan manusia, yang terletak pada
perlindungan iman, hidup, akal, keturunan dan harta. Mengacu pada hak dasar untuk hidup
maka perusahaan wajib memberikan dan memenuhi hak-hak karyawan sebelum melakukan
PHK. Salah satunya adalah uang pesangon yang diberikan jika terjadi PHK, sebagai
5
penghasilan yang sifatnya sementara untuk memenuhi kebutuhan hidup pekerja yang
terpaksa ter-PHK. Uang pesangon dapat dijadikan pegangan bagi pekerja dalam mencari
pekerjaan baru yang dalam prosesnya juga membutuhkan biaya.

6
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Evaluasi kinerja adalah penilaian yang dilakukan secara sistematis untuk mengetahui hasil
pekerjaan karyawan dan kinerja organisasi. Sedangkan Pemutusan hubungan kerja adalah
pengakhiran hubungan kerja yang disebabkan karena suatu hal yang mengakibatkan
berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja /buruh dan pengusaha/majikan.
Penyebab pegawai di PHK diantaranya yaitu tidak memenuhi dalam masa percobaan, pekerja
sering mangkir, tidak baik (atau berkelakuan buruk), pegawai ditahan oleh alat Negara,
pegawai dihukum oleh hakim, pegawai sakit, pegawai berusia lanjut, penutupan badan usaha
atau pengurangan tenaga kerja, kontrak kerja berakhir. Dalam Islam sendiri uang pesangon
wajib diberikan jika terjadi PHK, sebagai penghasilan yang sifatnya sementara untuk
memenuhi kebutuhan hidup pekerja ter-PHK, yang untuk sementara waktu kehilangan
penghasilannya. Dan uang pesangon juga dapat dijadikan pegangan bagi pekerja dalam
mencari pekerjaan baru yang dalam prosesnya juga membutuhkan biaya.

7
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/36190037/Review_book_Evaluasi_kinerja_sumber_daya_manusi
a_sdm_
https://www.academia.edu/28637803/PENILAIAN_KINERJA_KONVENSIONAL_DAN_I
SLAM?
https://aktual.com/kajian-hukum-islam-pemutusan-hubungan-kerja/
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.radenfatah.ac.id/24
10/1/skripsi%2520keseluruhan-
1.pdf&ved=2ahUKEwj2uN2IzbzlAhXah3AKHW7DC8cQFjABegQICRAB&usg=AOvVaw
10JpibuDQRBe-uymm7zume

Anda mungkin juga menyukai