Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MANAJEMEN OPERASIONAL LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

“POLA MANAJEMEN BANK SYARI’AH”

Dosen : Salwa Hayati, M.E

OLEH : VB EKONOMI SYARIAH

DISUSUN OLEH:

Wahyu Suryani (170501079)

Yuyun Sri Nurhidayanti (170501049)

Muhamad Hamzah (170501058)

EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa karena dengan rahmat,
karunia dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun maksut dan tujuan
penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen
mata kuliah manajemen operasional lembaga keuangan syari’ah

Dalam proses penyusunan makalah ini, kami menjumpai banyak hambatan, namun
berkat dukungan materi dari berbagai pihak, akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini. Oleh karena itu kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan makalh ini

Akhirnya kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati, kami menerima kritik dan saran agar penyusunan
makalah selanjutnya menjadi lebih baik. untuk itu kami mengucapkan banya terimakasih dan
semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.

Penyusun

Kelompok 3
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………………………..…………

DaftarIsi………………………………………...…………………………………..………..

BAB I

PENDAHULUAN………………………………..………………..
…………………............

1.1 LatarBelakang……………………………………………………………………....
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………...……………………...
1.3 Tujuan……………………………………………………………………………...
BAB II
PEMBAHASAN…………………………………..…………………………….……….
A. Definisi Manajemen Bank Syariah………………………………………………
B. Paradigma Manajemen Bank Syariah………………………………..…………
C. Dasar-Dasar Manajemen Syariah………………………………………………..
D. Prinsip Manajemen dalam Syariat Islam………………..……………………..
E. Aspek dan Sifat Manusia sebagai Dasar Manajemen……………………….…
F. Unsur Manajemen Syariah dan Implikasinya di Bank Syariah………..……….
BAB III
PENUTUP……………………………………………………………………………

3.1 Kesimpulan……………………...…………………………………………………...

DAFTAR PUSTAKA……………………………………….………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bank syari’ah adalah lembaga bank yang dikelola dengan dasar-dasar syari’ah.
Dengan kata lain, pengelola bank syari’ah harus didasarkan pada nilai, prinsip dan konsep
syari’ah. Sehubung dengan hal tersebut, maka bab ini ditulis untuk memberikan gambaran
mengenai aspek-aspek penting dalam manajemen bank syari’ah.

Topik-topik yang dibahas di dalam bab ini meliputi pengertian manajemem dalam
islam; Paradigma Manajemen Bank Syari’ah; Dasar-dasar Manajemen Syari’ah; Prinsip
Manajemen Dalam Syari’ah Islam; Aspek dan Sifat Manusia Sebagai Dasar Manajemen;
Unsur Manajemen Syari’ah dan Implikasinya di Bank Syari’ah.1

1.2 Rumusan Masalah

A. Apakah Definisi Manajemen Bank Syariah?


B. Bagaimanakah Paradigma Manajemen Bank Syariah?
C. Apa sajakah Dasar-Dasar Manajemen Syariah?
D. Apa sajakah Prinsip Manajemen dalam Syariat Islam?
E. Bagaimanakah Aspek dan Sifat Manusia sebagai Dasar Manajemen?
F. Apa sajakah Unsur Manajemen Syariah dan Implikasinya di Bank Syariah?
1.4 Tujuan
A. Untuk mengetahui Definisi Manajemen Bank Syariah
B. Untuk mengetahui Paradigma Manajemen Bank Syariah
C. Untuk mengetahui Dasar-Dasar Manajemen Syariah
D. Untuk mengetahui Prinsip Manajemen dalam Syariat Islam
E. Untuk mengetahui Aspek dan Sifat Manusia sebagai Dasar Manajemen
F. Untuk mengetahui Unsur Manajemen Syariah dan Implikasinya di Bank Syariah

1
Muhammad, Manajemen Perbankan Syariah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005, hal.175.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen Syariah
Manajemen dalam bahasa Arab disebut dengan idarah. Idarah diambil dan perkataan
adartasya-syai'a atau perkataan 'adarta bihi2 juga dapat didasarkan pada kata ad-
dauran.Pengamat bahasa menilai pengambilan kata yang kedua yaitu 'adarta bihi-itu lebih
tepat. Oleh karena itu, dalam Ellas' Moderen Dictionary English Arabic kata management
(Inggris), sepadan dengan kata tadbir, idarah, siyasah dan qiyadah dalam bahasa Arab.
Dalam Al-Qur'an dan tema-tema tersebut, hanya ditemui tema tadbir dalam berbagai
derivasinya. Tadbir adalah bentuk masdar dan kata kerja dabbara, yudabbiru, tadbi ran.
Tadblr berarti penerbitan, pengaturan, pengurusan, perencanaan dan persiapan.3
Secara istilah, sebagian pengamat mengartikannya sebagai alat untuk
merealisasikannya tujuan umum. Oleh karena itu mereka mengatakan bahwa idarah
(manajemen) itu adalah suatu aktifitas khusus menyangkut kepemimpinan, pengarahan,
pengembangan personal, perencanaan, dan pengawasan terhadap pekerjaan-pekerjaan
yang berkenaan dengan unsur-unsur pokok dalam suatu proyek. Adapun bentuk-bentuk
ungkapan konsep manajemen di dalam Al-Qur'an dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Pertama, berbentuk Mudhari' yudabbiru' yang terungkap sebanyak empat kali tersebar
dalam berbagai tempat, diantaranya:
"sesungguhnya tuhan kamu Allah, yang menciptakan langit dan bumi dalam enam
massa, kemudian dia bersemayam diatas 'Arasy untuk mengatur segala urusan" (Q.S.
Yunus: 3)
"dan siapa yang mengatur segala urusan ? maka mereka akan menjawab Allah" (Q.S
Yunus: 31)
"Allah mengatur urusan (makhluk-makhluknya), menjelaskan tanda-tanda
(kebesaranNya) supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu" (Q.S Ar
Ra'du: 2)
"Dia mengatur segala urusan dari langit kebumi, kemudian (urusan) itu naik
kepadaNya" (Q.S As Sajadah: 5)
Kedua, berbentuk Af'alul khamsah 'yatadabbarun' yang diungkapkan dalam Al-Qur'an
sebanyak dua kali, di antaranya:
"Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur'an" (Q.S. An Nisa': 82)
"Maka apakah mereka tidak memperhatiakn Al-Qur'an ataukah hati mereka
terkunci ? " (Q.S Muhammad: 24)

2
Mahdi bin Ibrahim bin Muhammad Mubjir, Amanah dalam Manajemen (Terjemahan: Rahmad Abas), (Jakarta:
Putaka Al-Kautsar, 1997, 59.
3
Al-Munawwir, 1997: 385. dalam Buku Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Jakarta: PT
Rajadrafindo Persada), 2014, 68.
 Ketiga, berbentuk jamak mudzakkar 'yaddabbar' yang disebut Al-Qur'an dengan
frekuensi dua kali, diantaranya:
"Maka apakah mereka tidak memperhatikan (kami), atau apakah telah datang
kepada mereka apa yang tidak pernah datang kepada nenek moyang mereka
dahulu"(Q.S. Al-Mu'minun, (23): 68)
"Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya
mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang
yang mempunyai pikiran" (Q.S. As-Shad, (38) :68)
 Keempat, berbentuk Isim fa'il 'al-mudabbirat' yang disebut Al-Qur'an hanya sekali,
yakni sebagai berikut:
Berangkat dan uraian-uraian di atas, secara implisit dapat diketahui, bahwa hakekat
manajemen yang terkandung dalam Al-Qur'an adalah merenungkan atau memandang
kedepan suatu urusan (persoalan), agar persoalan tersebut terpuji dan baik akibatnya.
Untuk menuju hakikat tersebut, diperlukan adanya pengaturan dengan cara yang
bijaksana.4
Hakikat manajemen yang terkandung dalam Al-Qur'an, dengan demikian erat
kaitannya dengan pencapaian tujuan, pengambilan keputusan dan pelaksanaan manajerial
itu sendiri. Karena pada dasarnya terbangunnya konsep manajemen disandarkan kepada
tiga dasar pemikiran tersebut (pencapaian tujuan, pengambilan keputusan dan
pelaksanaan manajemen).5
B. Pradigma Manajemen Syari'ah
Perubahan lingkungan yang akan datang terjadi mendesak manajemen untuk
membuka diri pada dampak perubahan lingkungan eksternal dan transformasi visi, misi
dan strategi. Serta adaptasi kultur, struktur dan sistem. Perubahan ini membentuk
keterbukaan manajemen secara keseluruhan untuk menggapainya. Oleh karena itu, harus
ada perubahan konsep, yaitu konsep yang dulu mengandalkan pada supers star menuju
pada konsep super time sehingga harus berani membongkar dan meninggalkan pemikiran
yang usang masa lampau menuju pada kapasitas dan kredibilitas kepemimpinan dan
manajemen organisasi, sehingga mampu melakukan gugatan berupa keberanian moral
untuk merubah mentalitas pedagang menuju enterprenel yang profesional. Hal ini saja
belum cukup, namun perlu didasarkan pada hubungan yang harmonis, bahkan sampai
pada pendekatan teologis etis. Pendekatan ini penting, karena pendekatan ini mampu
berperan sebagai akselerator bagi terciptanya pola interaksi menejer dengan pekerja yang

4
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMPYKPN, 2011), Cet.II, hlm. 183.
5
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Jakarta: PT Rajadrafindo Persada, 2014), hlm. 68-69.
harmonis, dimana kerja akan dirasakan baik oleh menejer maupun pekerja, sebagai
wahana humanisasi dan realisasi kediriannya.
Pendekatan atau kerangka managemen teologis etis mengarah pada keterlibatan
dimensi spiritual dalam perilaku managemen. Sepiritualitas membawa kepada wujut
semesta dan ilahi. Kenyataan yang tidak sepenuhnya dapat dipahami akhirnya akan
membawa kepada pengalaman dan penghayatan atas yang transenden. Transenden itu
sudah menjadi kebutuhan baru, yakni sel transendanse. Dalam hirarki kebutuhan
sebagaimana yang diteorikan Abraham Maslo, maka sel transendense dapat diletakkan
diatas jenjang kebutuhan tertinggi, yaitu sel aktulization. Disamping itu ada juga yang
menemukan sistem dalam alam semesta. Juga ada yang menemukan Allah atau Tuhan
dalam pengalaman transendennya. Bagi mereka ini kegiatan yang relepan adalah amal
dan ibada. Sehingga kunci keberhasilan dalam hidup ini adalah iman dan ketaatan. Iman
dan ketakwaan/ketaatan membuhakan makna hidup dan keselamatan bagi manusia dan
kemuliaan bagi Allah dan ciptaannya.
Manajemen islam dibangun atas tiga ranah yaitu manajemen, etika dan spiritualitas.
Ketiga ranah ini membentuk hubungan yang tidak terpisahkan. Ketiga ranah ini berjalan
membangun kekuatan dalam menjalankan amanah. Dengan demikian, jika suat proses
managemakaen berjalan menjala amanah, maka amanah merupakan metapora yang akan
dibentuk. Dengan demikian, jika metampora amanah yang akan dan telah dibentulk,
maka didalamnya akan ditemukan tiga hal penting, yaitu pihak pemberi amanah, pihak
penerima amanah dan amanah itu sendiri. Secara umum, dalam managemen islami
keberadaannya hans mengkaitkan antara material dan spiritual atau antara iman dan
material. Dengan demikian, untuk mengkur keberhasilan dalam menjalankian
mangmemen dapat diukur dengan parameter iman dan materi. Parameter ini diharapkan
dapat mengidentifikasi sejauh mana tingkat iman seorang dengan etos kerjanya.
Implikasi penerapan pradigma Islam akan menciptakan pradaban (manajemen)
bisnis dengan wawasan humaris, hemansipatoris, trandendental dan teologikal.6
C. Dasar-dasar Manajemen Syariah
Hakikat yang terkandung dalam Al-Qur’an yakni merenungkang atau memandang
ke depan suatu urusan (persoalan), agar perkara itu terpuji dan baik akibatnya, maka hal
ini, menderivasikan adanya prinsip-prinsip manajemen yang meliputi:
1. pertama, keadilan.

6
Dikembangkan dari tulisan penulis yang dimuat dalam jurnal Mukaddimah dengan judul “ Paradigma Manajemen
Theologis Etis”, tahun 1997.
2. Kedua, amanah dan pertanggungjawaban. 
3. Ketiga, komunikatif.7

Prinsip pertama dan kedua berangkat dari klasifikasi pertama yakni lafadz


tadbir yang berhadapan denganlafadz al-amr. Sedangkan prinsip ketiga berangkat dari
klasifikasi kedua dan ketiga yaknilafadz tadbir yang berhadapan dengan lafadz Al-
Qur’an dan lafadz tadbir yang berhadapan dengan al-qaul.Hal tersebut didasarkan pada
argumen bahwa lafadz Al-Qur’an dan al-qaul merupakan simbol dari komunikasi pada
QS As-Shad (38):  29 dan QS Mu’minun (23): 68
Berdasarkan ayat-ayat tersebut di atas, maka Jamil (2002) meringkasnya menjadi
prinsip-prinsip manajemen Islami, sebagai berikut:
1. Keadilan
Meski benar bahwa keadilan dan ketidakadilan telah terlihat jelas sejak manusia
eksis di muka bumi, manusia masih kabur dalam menggambarkan tapal batasnya. Arti
keadilan tidak pernah dipahami secara lengkap. Keadilan merupakan satu prinsip
fundamental dalam ideologi Islam. Pengelolaan keadilan seharusnya tidak sepotong-
potong, tanpa mengacu kepada status sosial, asset finansial, kelas dan keyakinan religius
seseorang. Al-Qur’an telah memerintahkan penganutnya untuk mengambil keputusan
dengan berpegang pada kesamaan derajat, keutuhan dan keterbukaan. Maka, keadilan
adalah ideal untuk diterapkan dalam hubungan dengan sesama manusia.
Kata kunci yang digunakan Al-Qur’an dalam menjelaskan konsep keadilan
adalah`adl dan qist. ‘Adl mengandung pengertian sawiyyat, dan juga mengandung makna
pemerataan dan kesamaan. Penyamarataan dan kesamaan ini berlawanan dengan kata
Zulm dan jaur (kejahatan dan penindasan). Qist mengandung makna distribusi, angsuran,
jarak yang merata. Taqassata salah satu kata derivasinya juga bermakna distribusi yang
merata bagi masyarakat, dan qistas, kata turunan lainnya, berarti keseimbangan berat.
Sehingga kedua kata di dalam Al-Qur’an yang digunakan untuk menyatakan keadilan
yakni ‘adl dan qist mengandung makna distribusi yang merata, termasuk distribusi materi.
Keadilan yang terkandung dalam Al-Qur’an, juga bermakna menempatkan sesuatu pada
proposinya.
2. Amanah dan Pertanggungjawaban
Dalam hal amanah dan petanggungjawaban, Islam menggariskan dalam firman-
Nya, yang artinya: “Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang kamu
kerjakan”.
7
Sobrun Jamil, “Manajemen Dalam Perspektif Islam”, Skripsi,  Yogyakarta: STIS Yogyakarta, 2002.
Amanat yang menjadi pembahasan pada klausa ini merupakan
bentuk masdar dari kata kerja amina, ya’manu, amn (an), amanat (an), aman (an), imn
(an), amanat (an)secara leksikal bermakna segala yang diperintah Allah pada hamba-
Nya.
Ibnu Katsir mengemukakan bahwa ayat ini menyatakan sift-sifat Utusan Tuhan,
yaitu: menyampaikan seruan Tuhan, member nasihat dan kepercayaan. Al-Maraghi
mengklasifikasikan amanat terbagi atas:
 Tanggung jawab manusia kepada sesamanya
 Tanggung jawab kepada Tuhan
 Tanggung jawab manusia kepada dirinya sendiri.
Prinsip tersebut bermakna bahwa setiap pribadi yang mempunyai kedudukan
fungsional dalam interaksi antar manusia dituntut agar melaksanakan kewajibannya
dengan sebaik-baiknya. Apabila ada kelalaian terhadap kewajiban tersebut akan
mengakibatkan kerugian pada dirinya sendiri. Persoalan lebih lanjut berkenaan
dengan kewajiban-kewajiban yang menjadi tanggung jawab dan sumber tanggung
jawab tersebut. Persoalan ini terkait dengan amanat yang telah dikemukakan, yaitu
amanat dari Tuhan berupa tugas-tugas berupa kewajiban yang dibebankan oleh
agama, dan amanat dari sesame manusia, baik amanat yang bersifat individual
maupun organisasional.Pada konteks inilah, si penerima amanat dituntut untuk
professional, sesuai dengan hadist Rasulullah SAW berikut:
“Jika amanat telah disia-siakan, tunggulah kehancuran”. Lalu sahabat bertanya,
“Ya Rasulullah, bagaiamana menyia-nyiakannya?” Rasulullah SAW menjawab,
“Jika urusan diserahkan orang yang bukan ahlinya”
Selanjutnya, amanat-amanat yang dibebankan tersebut, akan dimintai
pertanggungjawabannya, seperti hadist Rasulullah SAW berikut:
“Setiap hamba itu adalah penggembala (pemelihara) atas harta tuannya, dan
dia bertanggung jawab atas harta yang dikelolanya”.
3. Komunikatif
Sesungguhnya dalam gerak manusia tidak dapat menghindari untuk
berkomunikasi. Begitu akrabnya komunikasi dengan kehidupan manusia, sehingga
manusia perlu berkomunikasi untuk menghindari komunikasi.
Dalam manajemen, komunikasi menjadi faktor penting dalam melakukan
transformasi kebijakan atau keputusan dalam rangka pelaksanaan manajerial itu
sendiri menuju tercapainya tujuan yang diharapkan. Begitu pentingnya komunikasi
dalam manajemen, sehingga menuntut komunikasi tersebut disampaikan dengan tepat.
Ketepatan menyampaikan komunikasi ini, selanjutnya disebut sebagai komunikatif.
Uraian-uraian yang telah dijelaskan di atas, menunjukkan bahwa kodrati manusia
sebagai makhluk yang tergantung dan makhluk utama yang memeiliki kebebasan
dalam menentukan jalan hidupnya serta eksistensinya sebagai hamba Allah dan
Khalifah yang membawa misi pemakmur bumi dan ma’ruf nahi munkar, erat
kaitannya dengan pencapaian hakikat manajemen yang terkandung dalam Al-Qur’an
yakni memandang atau merenungkan suatu urusan (persoalan) agar persoalan tersebut
terpuji dan baik akibatnya.8
D. Prinsip Manajemen dalam Syari’ah Islam

Berdasarkan prinsip atau kaidah dan teknik manajemen yang ada relevansinya dengan
Al-Qur’an atau Al-Hadits antara lain sebagai berikut:
1. Prinsip Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Setiap muslim wajib melakukan perbuatan yang ma’ruf, yaitu perbuatan yang baik
dan terpuji seperti perbuatan tolong menolong (taawun), menegakkan keadilan di antara
manusia, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mempertinggi efisiensi, dan lain-lain.
Sedangkan perbuatan munkar (keji), seperti korupsi, suap, pemborosan dan sebagainya
harus dijauhi dan bahkan harus diberantas.
Menyeru kepada kebajikan (amar ma’ruf) dan mencegah kemunkaran (nahi munkar)
adalah wajib sebagaimana firman Allah SWT:
“Hendaklah ada diantara kamu umat yang menyeru pada kebijakan, menyuruh berbuat
yang ma’ruf dan mencegah perbuatan keji”.
Untuk melaksanakan prinsip tersebut, ilmu manajemen harus dipelajari dan
dilaksanakan secara sehat, baik secara bijak maupun secara ilmiah.
2. Kewajiban Menegakkan Kebenaran
Ajaran Islam adalah metode Ilahi untuk menegakkan kebenaran dan menghapus
kebatilan, dan untuk menciptakan masyarakat yang adil, sejahtera serta diridhai Tuhan.
Kebenaran (haq) menurut ukuran dan norma Islam, antara lain tersirat di dalam
firman Allah SWT,
“Katakanlah ya Muhammad! Telah datang kebenaran dan telah sirna yang batil.
Sesungguhnya yang batil itu akan lenyap”.
“Kebenaran itu dari Tuhanmu, karena itu janganlah engkau termasuk salah seorang
yang ragu-ragu”.
8
Muhammad Ibnu Soim, Pola Manajemen Bank Syari’ah, http://ibnu-soim.blogspot.com/2012/11/pola-manajemen-
bank-syariah.html.
Manajemen sebagai suatu metode pengelolaan yang baik dan benar, untuk
menghindari kesalahan dan kekeliruan dan menegakkan kebenaran. Menegakkan
kebenaran adalah metode Allah yang harus ditaati oleh manusia. Dengan demikian
manajemen yang disusun oleh manusia untuk menegakkan kebenaran itu menjadi wajib.
3. Kewajiban Menegakkan Keadilan
Hukum syari’ah mewajibkan kita menegakkan keadilan, kapan dan dimanapun.
Allah berfirman:
“Jika kamu menghukum di antara manusia, hendaknya kamu menghukum
(mengadili) secara adil”.
Katakanlah ya Muhammad! “Tuhamku memerintahkan bertindak adil”.
Semua perbuatan harus dilakukan dengan adil. Adil dalam menimbang, adil dalam
bertindak, dan adil dalam menghukum. Adil itu harus dilakukan dimanapun dan dalam
keadaan apapun, baik itu waktu senang maupun itu di waktu susah. Sewaktu sebagai
orang kecil harus berbuat adil, sewaktu sebagai orang yang berkuasapun harus adil. Tiap
muslim harus adil kepada dirinya sendiri dan adil pula kepada orang lain.
4. Kewajiban Menyampaikan Amanah
Allah dan Rasul-Nya memerintahkan kepada setiap muslim untuk menunaikan
amanah. Kewajiban menunaikan amanah dinyatakan oleh Allah SWT dalam firman-Nya:
“Sesungguhnya Allah, memerintahkan kamu untuk menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya”.
Ayat ini mengandung pengertian bahwa Allah memerintahkan agar selalu
menunaikan amanat dalam segala bentuknya, baik amanat perorangan, seperti dalam
jual-beli, hukum perjanjian yang termaktub dalam Kitab Al-Buyu’ (hukum dagang)
maupun amanat perusahaan, amanat rakyat dan negara, seperti yang dipikul oleh pejabat
pemerintah, ataupun amanat Allah dan umat, seperti yang dipikul oleh setiap pemimpin
Islam. Mereka tanpa kecuali memikul beban untuk memelihara dan menyampaikan
amanat.
5. Aspek Dan Sifat Manusia Sebagai Dasar Manajemen
Manusia adalah mahluk multi dimensional. Di dalamnya terdapat aspek-aspek yang
menggerakan manusia bertindak dan membutuhkan sesuatu. Beberapa aspek tersebut
biasanya memberikan dasar pijakan bagi pengembangan sesuaatu. Hasil dari
pengembangan tersebut dibuat dalam rangka untuk memenuhi apa yang dibutuhkan oleh
manusia. Diantaranya adlah manajemen. Oleh karena itu, aspek-aspek yang perlu
dipertimbangkan dalam membangun aspek manajemen islami adalah:
1. Kebutuhan fitrah manusia sebagai dasar manajemen syariah
Manusia itu terdiri dari unsur jasmani dan rohani yang dilengkapi dengan akal dan
hati. Unsur-unsur manusia itu memiliki kebutuhan masing-masing. Manusia memiliki
tubuh yang tunduk pada hukum fisik, yang oleh karenanya yang merupakan subyek
dari fisiknya. Selain itu, manusia termasuk makhluk sosial yang didorong oleh watak
aslinya untuk bergaul dengan sesamanya.
2. Tujuan hidup manusia sebagai tujuan manajemen
Tujuan Allah menciptakan manusia adalah untuk menyembah dan mengabdi
kepadanya. Sebagai mana diterangkan dalam firmannya
Yang artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada ku” (Q.S Adz-Dzaariyaat:56).
Inilah tujuan hidup manusia menurut ajaran Allah SWT yang berintikan tauhid
(keesaan tuhan) diikuti dengan seruan agar manusia beriman dan cinta kepadanya
Allah dan Rasul-nya serta yakin akan ada yang namanya hari akhir.
Beberapa faktor yang strategis dan fundamental yang harus dipertimbangkan
dalam menentukan penilaian dasar dan tujuan manajemen adalah sebagai berikut:
a. Hak asasi manusia
b. Hak dan kewajiban bekerja
c. Akhlakul karimah9

6. Unsur Manajemen Syari’ah Dan Implikasinya Di Bank Syari’ah


Terkait dengan manajemen sebagai suatu system, maka didalamnya terdapat
beberapa unsur-unsur yaitu:

1. Perencanaan
Semua dasar dan tujuan manajemen seperti tersebut diatas, haruslah terintegrasi,
konsisten dan saling menunjang satu sama lain. Untuk menjaga konsistensi kearah
pencapaian tujuan manajemen maka setiap usaha itu harus didahului oleh proses
perencanaan yang baik. Semua perencanaan yang baik dilakukan melalui berbagai proses
kegiatan yang meliputi:
a) Forecasting
Adalah suatu peramalah usaha yang sistematis, yang paling mungkin
memperoleh sesuatu dimasa yang akan datang, dengan dasar penaksiran dan
menggunakan perhitungan yang rasional atas fakta yang ada.

9
Muhammad, op cit,  hal. 188-190
b) Objective
Adalah nilai yang akan dicapai atau diinginkan oleh seseorang atau badan usaha.
Untuk mencapai tujuan itu dia bersedia untuk member pengorbanan atau usaha
yang wajar agar nilai-nilai itu terjangkau.
c) Policies
Dapat diartikan sebagai suatu pedoman pokok yang diadakan oleh suatu badan
usaha untuk menentukan kegiatan yang berulang-ulang. Suatu policies dapat
dikenal  dengan dua macam sifat, yaitu pertama merupakan prinsip-prinsip dan
kedua sebagai aturan untuk kegiatan-kegiatan.
d) Programmes
Adalah sederetan kegiatan yang digambarkan untuk
melaksanakanpolicies. Program ini merupakan rencana kegiatan yang dinamis
yang biasanya dilaksanakan secara bertahap, dan terikat dengan ruang dan
waktu.
e) Schedules
Adalah pembagian program yang harus diselesaikan menurut urutan-urutan
waktu tertentu. Dalam kaidah terpaksaschedules berubah, tetapi program dan
tujuan tidak berubah.
f) Procedures
Adalah suatu gambaran sifat atau metode untuk melaksanakan suatu kegiatan
atau pekerjaan. Perbedaanya dengan program adalah program menyatakan apa
yang harus dikerjakan, sedangkan prosedur bericara tentang bagaimana
mekanismenya.
g) Budget
Adalah suatu taksiran atau perkiraan biaya yang harus dikeluarkan dan
pendapatan yang diharapkan dipeorleh dimasa yang akan datang.
2. Perencanaan Organisasi
Perencanaan organisasi bank adalah pengelompokan yang logis dari kegiatan-
kegiatan bank, menurut hasil yang ingin dicapai yang menunjukan dengan jelas
tanggung jawab dan wewenang atas suatu tindakan. Adapun pendekatan yang lazim
dalam menetapkan organisasi itu adalah sebagai berikut:
a)      Pendekatan fungsional

b)      Pendekatan pasar
c)      Fungsi Staf

3)      Pengawasan

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kaitan dengan pengawasan,
diantaranya adalah:

a)      Proses pengawasan

b)      System informasi manajemen

c)      Program audit internal.10

10
Catatan_kuliah.” Manajemen Bank Syariah “, diakses dari
https://www.slideshare.net/catatan_kuliah/manajemen_bank_syariah-497421118.
BAB III

KESIMPULAN
Dari pembahasan makalah diatas, maka dapat kami simpulkan bahwa secara umum,
dalam manajemen syari’ah keberadaannya harus mengkaitkan antara material dan spiritual
atau antara iman dan material. Dengan demikian, untuk mengukur keberhasilan dalam
menjalankan manajemen dapat diukur dengan parameter iman dan materi. Parameter ini
diharapkan dapat mengidentifikasi sejauh mana tingkat iman seseorang dengan etos kerjanya.
DAFTAR FUSTAKA

Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMPYKPN, 2002)

Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2014)

Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: YKPN, 2015)

Al-Qur`An dan Terjemahannya


http://www.slideshare.net/mobile/catatan_kuliah/manajemen-bank-syariah-49741118
http://ibnu-soim.blogspot.com/2012/11/pola-manajemen-bank-syariah.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai