OLEH V B
KELOMPOK 3:
Ropiki (170501071)
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam selalu kami
limpahkan kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para
sahabatnya,atas jasa beliau kita sebagai ummat islam bisa melihat dunia ini dipenuhi akhlaq yang
mulia , rahmat, dan kasih sayang yang selalu tumbuh diantara ummatnya.
Ucapan terima kasih kami berikan kepada dosen pengampu mata kuliah Etika Bisnis Islam
yang telah membimbing kami, dan teman-teman kelas V.B Ekonomi Syariah yang turut memberi
motivasi kami.
Kami menyusun makalah yang bertema Prinsip-Prinsip Etika Bisnis ini dalam rangka
Di dunia ini tidak ada yang sempurna, oleh karena itu kami memohon maaf apabila dalam
makalah kami terdapat kesalahan yang tidak kami sengaja. Kami mengharap kritik dan saran
dari pembaca, agar kami dapat menjadi lebih baik lagi dan makalah ini bisa lebih sempurna dan
Kata Pengantar....................................................................................................................i
DaftarIsi.............................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Etika bisnis merupakan etika terapan. Etika bisnis merupakan aplikasi pemahaman kita
tentang apa yang baik dan benar untuk beragam institusi, teknologi, transaksi, aktivitas dan
usaha yang kita sebut bisnis. Pembahasan tentang etika bisnis harus dimulai dengan
menyediakan kerangka prinsip-prinsip dasar pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan
istilah baik dan benar, hanya dengan cara itu selanjutnya seseorang dapat membahas
implikasi-implikasi terhadap dunia bisnis. Etika dan Bisnis, mendeskripsikan etika bisnis
secara umum dan menjelaskan orientasi umum terhadap bisnis, dan mendeskripsikan
beberapa pendekatan khusus terhadap etika bisnis, yang secara bersama-sama menyediakan
terasa kontradiksi interminis (bertentangan dalam dirinya sendiri), mana mungkin ada bisnis
yang bersih, bukankah setiap orang yang berani memasuki wilayah bisnis berarti ia harus
Apalagi ada satu pandangan bahwa masalah etika bisnis seringkali muncul berkaitan
dengan hidup matinya bisnis tertentu, yang apabila “beretika” maka bisnisnya terancam
pailit. Disebagian masyarakat yang nir normative dan hedonistik materialistk, pandangan ini
tampkanya bukan merupakan rahasia lagi karena dalam banyak hal ada konotasi yang
melekat bahwa dunia bisnis dengan berbagai lingkupnya dipenuhi dengan praktik-praktik
Namun kalau bisnis punya etika,maka pertanyaan yang segera timbul adalah manakah
norma-norma atau prinsip etika yang berlaku dalam kegiatan bisnis. Apakah prinsip-prinsip
itu berlaku universal, terutama mengingat kenyataan mengenai bisnis global yang tidak
mengenal batas-batas negara dewasa ini? Demikian pula, bagaimana caranya agar prinsip-
prinsip tersebut bisa operasional dalam kegiatan bisnis? Inilah beberapa pertanyaan yang
ingin kami jawab dalam bab ini. Pada akhir bab ini kami akan singgung secara sekilas apa
yang dikenal sebagai stakeholder, yang dengan itu memperlihatkan relevansi sekaligus juga
operasionalisasi etika bisnis, khususunya prinsip-prinsip etika bisnis, dalam kegiatan bisnis
suatu perusahaan.
PEMBAHASAN
Secara umum, prinsip-prinsip yang berlaku dalam kegiatan bisnis yang baik
sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari kehidupan kita sebagai manusia.Demikian pula,
prinsip-prinsip itu sangat erat terkait dengan sistem nilai yang dianut oleh masing –
masing masyarakat.Bisnis Jepang akan sangat dipengaruhi oleh sistem nilai masyarakat
Jepang. Eropa dan Amerika Utara akan sangat dipengaruhi oleh sistem nilai masyarakat
tersebut dan seterusnya. Demikian pula, prinsip – prinsip etika bisnis yang berlaku di
dindonesia akan sangat dipengaruhi oleh sistem nilai masyarakat kita. Namun, sebagai
etika khusus atau etika terapan,prinsip-prinsip etika yang berlaku dalam bisnis
sesungguhnya adalah penerapan dari prinsip etika pada umumnya. Disini secara umum
Prinsip otonomi;
Adalah sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan bertindak
keputusan dan bertindak berdasarkan keputusan yang menurutnya terbaik itu. ebebasan
adalah unsur hakiki dari prinsip otonomi ini. Dalam etika, Kebebasan adalah prasyarat
utama untuk bertindak secara etis, karena tindakan etis adalah tindakan yang, dalam
bahasa kant, bersumber dari kemauan baik serta kesadaran pribadi. Hanya karena
seseorang mempunyai kebebasan, ia bisa di tuntut untuk bertindak secara etis. Namun,
kebebasan saja belum menjamin bahwa seseorang bertindak membabi buta tanpa
menyadari apakah tindakannya itu baik atau tidak.Karena itu otonomi juga
mengandalkan adanya tanggung jawab. Ini unsur lain lagi yang sangat penting dari
prinsip ekonomi. Orang yang otonom adalah orang yang tidak saja sadar akan
kewajibannya dan bebas mengambil keputusan dan tindakan berdasarkan apa yang
dan tindakannya itu, kalau seandainya bertentangan, dia sadar dan tahu mengapa
tindakan itu tetap diambilnya kendati bertentangan dengan nilai dan norma moral
tertentu. Sebaliknya, hanya orang yang bebas dalam menjalankan tindakannya bisa
dituntut untuk bertanggung jawab atas tindakannya. Ini unsur – unsur yang tidak bisa
dipisahkan satu dari yang lainnya. Dan kesediaan bertanggung jawab ini disebut
sebagai kesediaan untuk mengambil titik pangkal moral. Artinya dengan sikap dan
rumuskan secara lain, kesediaan bertanggung jawab merupakan ciri khas dari mahluk
bermoral. Orang yang bermoral adalah orang yang selalu bersedia untuk bertanggung
jawab atas tindakannya. Otonomi dengan unsur diatas merupakan prinsip yang sangat
penting.
manapun tidak lagi diperlakukan sebagai sekadar tenaga yang dieksploitasi sesuai
kebutuhan bisnis dan demi kepentingan bisnis. Dengan kata lain, dengan otonomi para
pelaku bisnis benar – benar menjadi subyek moral yang bertindak secara bebas dan
bertanggung jawab atas tindakannya. Ini berarti sebagai subyek moral tidak lagi
sekedar bertindak dan berbisnis seenaknya dengan merugikan hak dan kepentingan
pihak lain.
Kedua, Otonomi juga memungkinkan inovasi, mendorong kreativitas,
Ketiga, dengan prinsip otonomi, tanggung jawab moral juga tertuju kepada semua
Prinsip kejujuran
Terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang bisa ditunjukkan secara jelas bahwa
bisnis tidak akan bisa bertahan lama dan berhasil kalau tidak didasarkan atas kejujuran.
penting artinya bagi masing – masing pihak dan sangat menentukan relasi dan
selanjutnya tidak mungkin lagi pihak yang dicurangi itu mau menjalin relasi bisnis
2. Kejujuran dalam penawaran barang atau jasa dengan mutu dan harga yang
sebanding. Dalam pasar yang terbuka dengan barang dan jasa yang beragam dan
cara bisnis yang baik dan berhasil. Kejujuran adalah prinsip yang justru sangat
penting dan relevan untuk kegiatan bisnis yang baik dan tahan lama.
3. Jujur dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan. Kejujuran dalam
perusahaan adalah inti dan kekuatan perusahaan itu. Perusahaan itu akan
hancur kalau suaana kerja penuh dengan akal-akalan dan tipu-menipu. Kalau
manusia yang punya hak-hak tertentu, kalau sudah terbina sikap saling
menghargai sebagai manusia antara satu dan yang lainnya, ini pada
gilirannya akan terungkap keluar dalam relasi dengan perusahaan lain atau
Prinsip keadilan
Menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan yang
adil, serta dapat dipertanggung jawabkan. Keadilan menuntut agar setiap orang dalam
kegiatan bisnis perlu di perlakukan sesuai dengan haknya masing-masing dan agar
pihak. Kalau prinsip keadilan menuntut agar tidak boleh ada pihak yang dirugikan hak
dan kepentingannya, prinsip saling menguntungkan secara positif menuntut hal yang
sama, yaitu agar semua pihak berusaha untuk saling menguntungkan satu sama lain.
Prinsip ini terutama mengakomodasi hakikat dan tujuan bisnis. Karena anda ingin
untung dan saya pun ingin untung, maka sebaliknya kita menjalankan bisnis dengan
saling menguntungkan. Maka, dalam bisnis yang kompetitif, prinsip ini menuntut agar
Terutama dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri pelaku bisnis atau
perusahaan, agar perlu menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baik pimpinan
atau orang-orangnya maupun perusahaannya. Dengan kata lain prinsip ini merupakan
tuntutan dan dorongan dari dalam diri pelaku dan perusahaan untuk menjadi yang
terbaik dan dibanggakan. Dan itu tercermin dalam seluruh perilaku bisnisnya dengan
sebagai prinsip yang paling pokok. Menurut Adam Smith Prinsip no harm, prinsip
keadilan, (tidak merugikan hak dan kepentingan orang lain), tanpa prinsip ini bisnis
tidak bisa bertahan. Hanya karena setiap pihak menjalankan bisnisnya dengan tidak
Tentu saja prinsip lain pun sangat penting bagi kelangsungan bisinis. Tapi yang
menarik pada prinsip no harm adalah bahwa pada tingkat tertentu dalam prinsip ini
telah terkandung semua prinsip etika bisnis lainnya. Dalam prinsip no harm sudah
harm juga diterapkan menjadi hukum tertulis yang demikian menjadi pegangan dan
ini pada akhirnya menjadi lebih pasti, tidak hanya karena dijabarkan dalam berbagai
aturan perilaku bisnis yang konkret (perilaku mana saja yang dianggap merugikan dan
karena itu dilarang) melainkan juga karena didukung oleh sanksi dan hukuman yang
tegas. Dengan kata lain, pada akhirnya prinsip ini menjadi dasar dan jiwa dari semua
aturan bisnis dan sebaliknya semua praktek bisnis yang bertentangan dengan prinsip ini
prinsip no harmyaitu karena semua praktek tersebut pada akhirnya merugikan pihak
tertentu: ada pelaku ekonomi yang tersisih secara tidak fair, konsumen dipaksa untuk
membayar harga yang lebih mahal, konsumen ditipu, dan seterusnya. Demikian pula
prinsip – prinsip etika bisnis ini sehingga benar – benar operasional. Banyak perusahaan
besar sesungguhnya telah mengambil langkah yang tepat ke arah penerapan prinsip-
prinsip etika bisnis ini, kendati prinsip yang mereka anut bisa beragam atau sebagiannya
sebagai etos bisnis yang dimaksud dengan etos bisnis adalah suatu kebiasaan atau
budaya moral menyangkut kegiatan bisnis yang dianut dalam suatu perusahaan dari satu
generasi ke generasi yang lain. Inti etos ini adalah pembudayaan atau pembiasaan
penghayatan akan nilai, norma, atau prinsip moral tertentu yang dianggap sebagai inti
kekuatan dari yang sekaligus juga membedakannya dari perusahaan yang lain. Wujudnya
bisa dalam bentuk pengutamaan mutu, pelayanan, disiplin, kejujuran, tanggung jawab,
perlakuan yang fair tanpa diskriminasi, dan seterusnya. Umumnya etos bisnis ini mula
pertama dibangun atas dasar visi atau filsafat bisnis pendiri suatu perusahaan sebagai
penghayatan pribadi orang tersebut,mengenai bisnis yang baik. Visi atau filsafat bisnis ini
sesungguhnya didasarkan pada nilai tertentu yang dianut oleh pendiri perusahaan itu yang
lalu dijadikan prinsip bisnisnya yang kemudian menjelma menjadi sikap dan perilaku
bisnis dalam kegiatan bisnisnya sehari-hari dan menjadi dasar dari keberhasilannya. Maka,
terbangunlah suatu budaya, sebuah etos, sebuah kebiasaan yang ditanamkan kepada semua
karyawan sejak diterima masuk dalam perusahaan maupun terus menerus dalam seluruh
evaluasi dan penyegaran selanjutnya dalam perusahaan tersebut. Demikian pula etos ini
dapat berubah, dalam arti yang lebih baik, sesuai visi yang dianut oleh setiap manajer yang
silih berganti memegang perusahaan tersebut. Yang lebih mengalami perubahan adalah
penerapan visi dan prinsip etis tadi sesuai dengan tuntutan dan perkembangan perusahaan
Dirumuskan secara jelas, pada tingkat pertama ada nilai, nilai adalah apa yang
diyakini sebagai hal yang paling mendasar dalam hidup ini dan menyangkut kondisi yang
didambakandan paling penting bagi seorang atau kelompok dan yang sekaligus yang
paling menentukan dalam hidup orang atau kelompok orang itu. Nilai ini kemudiaan
menjelma menjadi prinsip hidup. Nilai dan prinsip ini lalu menentukan sikap seseorang
atau kelompok orang. Sikap disini tidak lain adalah kecenderungan seseorang untuk
bertindak secara tertentu berdasarkan dan sesuai dengan nilai yang dianutnya. Sikap
kemudian menentukan perilaku yang merupakan penghayatan konkret akan nilai dan
prinsip dalam hidup sehari-hari. Dalam perusahaan ini pun berlaku nilai, lalu menjadi
prinsip dan kode etik perusahaan yang menentukan sikap dan pola perilaku seluruh
keunggulannya. Pada umumnya perusahaan yang besar, berhasil, dan bertahan lama
etos semacam itu. Tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa pada waktunya nanti tidak
hanya akan ada konsultan manajemen, legal, finansial, melainkan juga ada konsultan
bahkan audit etis yang terutama menyangkut sejauh mana visi dan prinsip moral yang
dianut suatu perusahaan benar-benar telah dioperasionalkan dalam seluruh kegiatan bisnis
perusahaan itu melalui perilaku bisnis yang diperlihatkan seluruh staf mulai dari lapisan
puncak sampai dibawah. Tentu saja, berkembang tidaknya suatu etos bisnis dalam sebuah
perusahaan sangat ditentukan pula oleh gaya kepemimpinan dalam perusahan tersebut.
sangat membawa hasil yang diinginkan, dalam banyak hal akan sulit menumbuhkan etos
bisnis yang baik, etos bisnis akan sulit berkembang dalam sebuah perusahan.Karena gaya
semacam itu terlalu memperalat karyawan demi tujuan perusahaan atau pula terlalu kaku
bertumpu pada aturan – aturan dan prosedur birokratis yang berbelit belit. Sebaliknya,
gaya kepemimpinan manajer profesional yang menekankan kerja sama kelompok serta
gaya kepemimpinan yang bersifat transformatif akan lebih kondusif bagi berkembangnya
etos bisnis yang baik dalam suatu perusahaan. Pada kedua gaya yang disebut terkhir setiap
karyawan dalam satu dan lain cara bentuk dapat mempunyai sumbangan, andil, dan peran
yang sebisa mungkin dilibatkan dan dihargai demi keberhasilan perusahaan. Bersamaan
dengan itu, khususnya dalam gaya kepemimpinan transformatif, setiap orang akan sebisa
mungkin diberi kesempatan untuk tumbuh dan berkembang sebagai manusia melalui
pekerjaan yang dilakukannya dan dengan demikian pada akhirnya bersama-sama mencapai
dewasa ini orang di tuntut untuk bersaing secara etis tanpa mengenal adanya perlindungan
dan dukungan politik tertentu, semua perusahaan bisnis mau tidak mau harus bersaing
berdasarkan prinsip etika tertentu. Persoalannya, demikian kata De George, etika siapa?
Ini berlaku dalam bisnis global yang tidak mengenal batas negara. Konkretnya, etika
masyarakat mana yang harus diikuti oleh sebuah perusahaan multinasional dari Amerika,
misalnya, yang beroperasi di Asia, dimana norma etika dan cara melakukan bisnis bisa
Persoalan ini sesungguhnya menyangkut apakah norma dan prinsip etika bersifat
universal atau terkait dengan budaya. Untuk menjawab pertanyaan ini menurut De
George, kita perlu melihat terlebih dahulu tiga pandangan yang umum. Pandangan
pertama, bahwa norma etis berbeda antara satu tempat dengan tempat yang lain. Maka
prinsip pokok yang dipegang adalah di mana saja perusahaan beroperasi, ikuti norma dan
sendirilah yang paling benar dan tepat. Karena itu prinsip yang harus dipegang adalah
bertindaklah dimana saja sesuai prinsip yang dianut dan berlaku di negaramu
yang mengatakan bahwa tidak ada norma moral yang perlu diikuti sama sekali. Karena
pandangan ini tidak benar, maka tidak akan di bahas disini. Akan tetapi pandangan
mempunyai nilai moral dan budaya sendiri yang sama bobotnya dan harus dihargai.
broperasi dengan dan berdasarkan nilai moral dan budaya yang berlaku di negara tempat
perusahaan itu beroperasi. Inti pandangan ini adalah bahwa tidak ada norma atau prinsip
moral yang berlaku universal. Maka, pokok yang harus di pegang adalah bahwa prinsip
dan norma yang dianut negara tuan rumah itulah yang dipatuhi dan dijadikan pegangan.
Namun, yang menjadi persoalan adalah anggapan bahwa tidak ada nilai dan norma moral
yang bersifat universal yang berlaku di semua negara dan masyarakat;bahwa nilai dan
norma yang berlaku di satu negara berbeda dari yang berlaku di negara lain. Oleh karena
kitu, menurut pandangan ini norma dan nilai moral bersifat relatif. Ini tidak benar karena
bagaimanapun mencuri, merampas, tidak jujur pada orang lain dimanapun juga akan di
Yang menjadi persoalan adalah bahwa pandangan ini tidak membedakan antara
moralitas dan hukum. Keduanya memang ada kaitan satu sama lain, namun berbeda
hakikatnya. Hukum adalah positivasi norma moral sesuai dengan harapan dan cita – cita
serta tradisi budaya suatu masyarakat atau negara. Jadi, bisa saja hukum disatu negara
berbeda dari hukum dinegara lain sesuai dengan apa yang dianggap paling penting bagi
kehidupan suatu negara dan sesuai dengan pertimbangan negara tersebut. Tapi, ini lalu
tidak berarti bahwa norma dan nilai moral antara negara yang satu dan negara yang lain
tidak sama. Bahwa prinsip tidak boleh merugikan pihak lain dalam berbisnis merupakan
prinsip universal yang dianut dimana saja, tidak bisa di bantah. Bahwa di pihak lain di
ilegal) tidak berarti prinsip tidak merugikan orang lain tidak bersifat universal.
Pandangan kedua mengenai nilai dan norma moral sendiri paling benar dalam arti
tertentu mewakili kubu moralisme; bahwa pada dasarnya norma dan nilai moral berlaku
universal, dan karena itu apa yang dianggap dan dianut sebagai benar di negara sendiri
harus juga diperlakukan di negara lain ( karena anggapan bahwa di negara lain prinsip itu
pun pasti berlaku dengan sendirinya). Pandangan ini umumnya didasarkan pada anggapan
bahwa moralitas menyangkut baik buruknya perilaku manusia sebagai manusia. Oleh
karena itu, sejauh manusia adalah manusia., dimanapun dia berada prinsip, nilai, dan
Namun, pandangan ini tidak sepenuhnya benar. Karena, ada bahaya bahwa
perusahaan luar memaksakan nilai dan norma moralnya yang sudah dikodifikasikan
dalam hukum tertulis tertentu untuk diberlakukan di negara dimana perusahaan itu
beroperasi. Ada bahaya bahwa perusahaan Amerika akan memaksakan hukum bisnis
tertentu ( yang dijiwai oleh prinsip moral tertentu) di negara di mana perusahaan itu
beropersi karena anggapan bahwa prinsip dan nilai moral tertentu berlaku
rumah belum semaju perkembangan ekonomi, sosial, politik di negara asal suatu
perusahaan sehingga hukum yang berlaku di negara asal belum tentu bisa diterapkan
begitu saja di negara tuan rumah ( kendati tidak bisa disangkal bahwa norma moral yang
menjadi dasarnya diakui di negara tuan rumah). Namun menurut De George prinsip yang
paling pokok yang berlaku universal, khususnya dalam bisnis adalah prinsip integritas
pribadi atau integritas moral. Bagi de George, dalam bisnis modern bersaing secara etnis
Ada dua keunggulan prinsip integritas pribadi dibandingkan dengan prinsip moral
lainnya, yang menjadi alasan mengapa De George menganggapnya sebagai prinsip
moral paling universal bagi dunia bisnis. Pertama, prinsip integritas pribadi tidak punya
konotasi negatif seperti halnya pada prinsip-prinsip moral lainnya, bahkan pada kata
etika dan moralitas itu sendiri. Bagi banyak orang, kata etika, apalagi prinsip etika,
mempunyai nada moralitas dan paksaan dari luar. Sebaliknya bertindak berdasarkan
integritas pribadi berarti bertindak sesuai dengan norma-norma perilaku yang diterima
dan dianut diri sendiri dan juga berarti memberlakukan pada diri sendiri norma-norma
yang juga di tuntut oleh etika dan moralitas. Dengan kata lain, prinsip integritas pribadi
mengandung pengertian bahwa norma yang dianut adalah norma yang sudah diterima
menjadi milik pribadi dan tidak lagi bersifat aksternal. Ini berarti bersaing dengan
mempertaruhkan integritas pribadi berarti bersaing dalam bisnis sesuai dengan nilai
tertinggi yang dianut pribadi tersebut. Prinsip integritas moral disini sesungguhnya sama
dengan prinsip otonomi pada Khant. Hal yang sama berlaku dalam perusahaan. Berbisnis
norma dan prinsip moral yang sesungguhnya sudah dijadikan etos bisnis tersebut. Maka,
prinsip etika bisnis disini tidak lagi menjadi sesuatu yang dipaksakan dari luar oleh
masyarakat, oleh pihak lain, ataupun oleh negara, melainkan justru telah dijadikan iklim,
jiwa, semangat, etos dari perusahaan tersebut. Secara maksimal, pelaku bisnis
diharapkan mempunyai kemauan baik dan kesadaran moral untuk berbisnis yang secara
baik, dan tidak sekedar dipaksa oleh prinsip dalam bentuk aturan-aturan bisnis yang
ketat. Ini mempunyai lingkup yang luas mencakup bertindak jujur, bertanggung jawab,
atas produk yang ditawarkan, fair dalam transaksi dagang, jaminan terhadap hak
inegritas moral lebih merupakan suatu konsep Amerika atau Barat pada umumnya. Bagi
Indonesia rasanya konsep ini tidak punya nilai dan muatan moral sama sekali. Orang
merusak integirtas pribadi atau nama baiknya sendiri. Bahkan integritas pribadi hampir
tidak kenal sama sekali. Berbagai kasus korupsi dalam bentuk kasus korupsi dalam
bentuk suap, kolusi, surat-surat sakti baik dalam bidang politik-birokrasi maupun bisnis
menunjukkan betapa integritas pribadi di abaikan begitu saja. Kasus Eddy Tansil dan
dugaan kolusi di MA membuat kita mempertanyakan konsep integritas moral dan pribadi
orang – orang kita, bahkan dari orang – orang yang mempunyai kedudukan terhormat.
Orang – orang terhormat dalam masyarakat karena kedudukannya di bidang politik dan
bisnis ternyata tidak punya integritas pribadi sama sekali. Karena itu,prinsip integritas
pribadi yang dianggap De George sebagai prinsip moral paling universal bagi dunia
bisnis ternyata syarat dengan kandungan historis-kultural dan karena itu relatif sifatnya.
Ini tidak berarti Prinsip integritas moral ditolak sama sekali. Prinsip ini tetap
penting. Hanya saja prinsip ini punya kelemahan yang tidak terelakkan seperti prinsip
moral lainnya: hanya berhenti sebagai imbauan. Oleh karena itu, sebagai moralitas pada
umumnya masyarakat tidak bisa berbuat banyak ketika orang tertentu tidak peduli pada
mempunyai gema yang kuat. Tentu sajakita tetap optimis bahwa dalam bsinis global
yang mengandalkan mekanisme pasar yang tidak pandang bulu, integritas pribadi lama
kelaman dapat menjadi sebuah prinsip yang menentukan bagi kegiatan bisnis yang etis.
dan kolusi relatif akan tergusur sehingga orang mau tidak mau akan lebih
dalam pasar.1
D. Pendekatan stakeholder
PENUTUP
1. Kesimpulan
budaya, sarana dan prasarana lokal, lapangan kerja setempat, dan seterusnya, akan
menimbulkan suasana sosial yang sangat tidak kondusif dan tidak stabil bagi
perusahan yang ingin berhasil dan bertahan dalam bisnisnya harus pandai menangani
Dan itu berarti bisnis harus dijalankan secara baik dan etis.
DAFTAR PUSTAKA
Pressindo,
Hiludjeng SP,Sri. 2007. Pengantar Manajemen Edisi Pertama, Yogyakarta: Graha Ilmu
Kanisius.
Kant, Immanuel.1980. Foundations of the Metaphisics of Morals. Indianapolis: Bobbs-
Smith, Adam. 1965. An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations. New