Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ETIKA BISNIS

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah


“Pendidikan Kewirausahaan”
Dosen Pengampu : Sumitra, M. Ag.

Disusun Oleh:

M Fauzi Dzulfikar
Siti Nurlaeli

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM CIPASUNG TASIKMALAYA

2021 M / 1443 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas karunia yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Etika Bisnis”, makalah ini
kami buat untuk memenuhi tugas kelompok matakuliah Pendidikan
Kewirausahaan.
Kami ucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini, sehingga kami dapat menyelesaikannya tepat pada
waktunya. Ucapan terimakasih ini kami berikan kepada semuanya yang telah ikut
membimbing dalam makalah ini.
Kami selaku penyusun makalah ini sepenuhnya menyadari bahwa makalah
ini belum sempurna, sehingga kami berharap uluran tangan dari para pembaca
untuk memberi kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah
ini sesuai dengan harapan anda.
Akhir kata kami ucapkan terimakasih. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
kami selaku penyusun maupun para pembaca sekalian.

Cipasung,  20 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1


A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan ....................................................................................................... 2
D. Manfaat .................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3


A. Definisi Etika Bisnis ................................................................................ 3
B. Sasaran Dan Ruang Lingkup Etika Bisnis .............................................. 4
C. Indikator Etika Bisnis .............................................................................. 4
D. Prinsip Etika Bisnis ................................................................................. 6
E. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan Dalam Menciptakaan Etika Bisnis .... 8
F. Penerapan Etika Bisnis ............................................................................. 8

BAB III PENUTUPAN ........................................................................................ 12


A. Simpulan ................................................................................................... 12
B. Saran ........................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 13

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di era menuju G20 dan salah satu cara untuk menghadapi MEA
(Masyarakat Ekonomi ASEAN) adalah dengan melakukan bisnis. Maka sekarang
ini bisnis sangat berkembang pesat di era ini, banyak orang melakukan bisnis
didalam berbagai bidang. Bisnis tidak hanya digeluti oleh para professional saat
ini banyak pebisnis muda yang ikut bersaing didalam dunia bisnis.
Dengan adanya para pebisnis baru di era ini, maka suatu hal penting
bagi para pebisnis untuk mengetahui tentang Etika Bisnis. Tidak hanya
mengetahui dan memahami tapi juga diperlukan adanya suatu Penerapan
pada bisnisnya. Dengan begitu, para pebisnis tidak hanya berpacu pada profit
oriented tapi juga memeperhatikan Etika dalam berbisnis, sehingga bisnis
yang dijalankan dapat berjalan dengan baik.
Akan tetapi, tidak semudah itu didalam Penerapan Etika Bisnis di
Indonesia karena ada sebuah paradigma klasik yang menyatakan bahwa ilmu
ekonomi adalah bebas nilai (value free) yang maksudnya Etika bisnis
hanyalah mempersempit ruang gerak keuntungan ekonomis. Padahal, prinsip
ekonomi, menurut mereka adalah mencari keuntungan yang sebesar-besarnya.
Pada tahun 1990-an Paul Ormerof, seorang ekonom kritis Inggris
menerbitkan bukunya yang amat menghebohkan “The Death of Economics",
Ilmu Ekonomi sudah menemui ajalnya. (Ormerof,1994). Tidak sedikit pula pakar
ekonomi telah menyadari makin tipisnya kesadaran moral dalam kehidupan
ekonomi dan bisnis modern.
Amitas Etzioni menghasilkan karya; The Moral dimension: Toward a
New Economics(1988). Berbagai buku etika bisnis dan dimensi moral dalam
ilmu ekonomi semakin banyak bermunculnan.
Contoh kecil kesadaran itu terlihat pada sikap para pakar ekonomi
kapitalis Barat yang telah merasakan implikasi keburukan strategi spekulasi yang
amat riskan mengusulkan untuk membuat kebijakan dalam memerangi spekulasi.

1
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut maka dapat ditarik sebuah rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan etika bisnis ?
2. Bagaimana sasaran dan ruang lingkup etika bisnis ?
3. Apa saja indikator etika bisnis ?
4. Apa saja prinsip dalam etika bisnis ?
5. Apa saja hal-hal yang harus diketahui dalam menciptakan etika bisnis ?
6. Bagaimana penerapan etika bisnis ?

C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan untuk memenuhi tugas softskill mata kuliah Etika
Bisnis dalam membuat makalah tentang Konsep Dasar Etika dan Penerapan Etika
Bisnis. Maksud dari penulisan ini adalah :
1. Untuk mengetahui etika dalam berbisnis dan dapat menerapkan didalam
dunia bisnis yang sesungguhnya;
2. Dapat mengetahui bagaimana etika bisnis yang baik agar mampu
menghadapi pesaing dan permintaan konsumen;
3. Dapat memberikan informasi bagi penulis sendiri dan pembaca atas hasil
penulisan ini.

D. Manfaat
Adapun manfaat penulisan makalah ini yang kami harapkan :
1. Memahami etika dalam berbisnis dan dapat menerapkan didalam
dunia bisnis yang sesungguhnya;
2. Memahami bagaimana etika bisnis yang baik agar mampu
menghadapi pesaing dan permintaan konsumen;
3. Mampu mengimplementasikan informasi yang disampaikan dalam
makalah ini dengan baik dan benar;
4. Mampu memberikan wawasan dan pandangan keilmuan mengenai
etika bisnis bagi para pembaca.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Etika Bisnis


Etika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup
seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri dan juga
masyarakat. Kesemuanya ini mencakup bagaimana kita menjalankan bisnis secara
adil, sesuai dengan hukum yang berlaku, dan tidak tergantung pada kedudukan
individu ataupun perusahaan di masyarakat.
Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan
merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan hukum,
karena dalam kegiatan bisnis seringkali kita temukan wilayah abu-abu yang tidak
diatur oleh ketentuan hukum.
Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang
mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga
masyarakat. Etika Bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan
perilaku karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat
dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang saham, masyarakat.
Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika,
yakni bisnis dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang dijalankan dengan
mentaati kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku.
Etika Bisnis dapat menjadi standar dan pedoman bagi seluruh karyawan termasuk
manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjaan
sehari-hari dengan dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan dan sikap yang
profesional.
Etika Bisnis dapat menjadi standar dan pedoman bagi seluruh karyawan
termasuk manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman untuk
melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi moral yang luhur, jujur,
transparan dan sikap yang profesional.
B. Sasaran dan Ruang Lingkup Etika Bisnis
Setelah melihat penting dan relevansinya etika bisnis ada baiknya kita tinjau
lebih lanjut apa saja sasaran dan lingkup etika bisnis itu. Ada tiga sasaran dan
lingkup pokoketika bisnis yaitu:
1. Etika bisnis sebagai etika profesi membahas berbagai prinsip, kondisi dan
masalah yang terkait dengan praktek bisnis yang baik dan etis. Dengan kata
lain, etika bisnis yang pertama bertujuan untuk mengimbau para pelaku
bisnis untuk menjalankan bisnisnya secara baik dan etis. Karena lingkup bisnis
yang pertama ini lebih sering ditujunjukkan kepada para manajer dan pelaku
bisnis dan lebih sering berbicara mengenai bagaimana perilaku bisnis yang baik
dan etis itu.
2. Etika bisnis bisa menjadi sangat subversife. Subversife karean ia mengunggah,
mendorong dan membangkitkan kesadaran masyarakat untuk tidak dibodoh
– bodohi, dirugikan dan diperlakukan secara tidak adil dan tidak etis oleh
praktrek bisnis pihak mana pun. Untuk menyadarkan masyarakat khususnya
konsumen, buruh atau karyawan dan masyarakat luas akan hak dan kepentingan
mereka yang tidak boleh dilanggar oleh praktek bisnis siapapun juga.
3. Etika bisnis juga berbicara mengenai system ekonomi yang sangat menentukan
etis tidaknya suatu praktek bisnis. Dalam hal ini etika bisnis lebih bersifat makro,
yang karena itu barangkali lebih tepat disebut sebagai etika ekonomi.
Ketiga lingkup dan sasaran etika bisnis ini berkaitan erat satu dengan yang
lainnya dan bersama – sama menentukan baik tidaknya, etis tidaknya praktek
bisnis tersebut.

C. Indikator Etika Bisnis


Kehidupan bisnis modern menurut banyak pengamat cenderung mementingkan
keberhasilan material. Menempatkan material pada urutan prioritas utama, dapat
mendorong para pelaku bisnis dan masyarakat umum melirik dan menggunakan
paradigma dangkal tentang makna dunia bisnis itu sendiri. Sesungguhnya dunia binis
tidak sesadis yang dibayangkan orang dan material bukanlah harga mati yang harus
diupayakan dengan cara apa yang dan bagaimanapun. Dengan paradigma sempit
dapat berkonotasi bahwa bisnis hanya dipandang sebagai sarana meraih pendapatan
dan keuntungan uang semata, dengan mengabaikan kepentingan lainnya. Organisasi
bisnis dan perusahaan dipandang hanya sekedar mesin dan sarana untuk
memaksimalkan keuntungannya dan dengan demikian bisnis semata-mata
berperan sebagai jalan untuk menumpuk kekayaan dan bisnis telah menjadi jati diri
lebih dari mesin pengganda modal atau kapitalis.
Dari sudut pandang etika, keuntungan bukanlah hal yang baru, bahkan secara
moral keuntungan merupakan hal yang baik dan diterima. Alasannya adalah sebagai
berikut:
1. Secara moral keuntungan memungkinkan organisasi/perusahaan untuk bertahan
dalam kegiatan bisnisnya.
2. Tanpa memperoleh keuntungan tidak ada pemilik modal yang bersedia
menanamkan modalnya, dan karena itu berarti tidak akan terjadi aktivitas yang
produktif dalam memacu pertumbuhan ekonomi.
3. Keuntungan tidak hanya memungkinkan perusahaan bertahan melainkan
dapat menghidupi karyawannya ke arah tingkat hidup yang lebih baik.
Keuntungan dapat dipergunakan sebagai pengembangan perusahaan sehingga
hal ini akan membuka lapangan kerja baru.

Implementasi etika dalam penyelenggaraan bisnis mengikat setiap personal


menurut bidang tugas yang diembannya. Dengak kata lain mengikat manajer,
pimpinan unit kerja dan kelembagaan perusahaan. Semua anggota
organisasi/perusahaan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi harus
menjabarkan dan melaksanakan etika bisnis secara konsekuen dan penuh tanggung
jawab. Dalam pandangan sempit perusahaan dianggap sudah dianggap melaksanakan
etika bisnis bilamana perusahaan yang bersangkutan telah melaksanakan tanggung
jawab sosialnya. Dari berbagai pandangan etika bisnis, beberapa indikator yang dapat
dipakai untuk menyatakan bahwa seseorang atau perusahaan telah
mengimplementasikan etika bisnis antara lain adalah:
1. Indikator Etika Bisnis menurut ekonomi adalah apabila perusahaan atau
pebisnis telah melakukan pengelolaan sumber daya bisnis dan sumber
daya alam secara efisien tanpa merugikan masyarakat lain.
2. Indikator Etika Bisnis menurut peraturan khusus yang berlaku.
Berdasarkan indikator ini seseorang pelaku bisnis dikatakan beretika dalam
bisnisnya apabila masing-masing pelaku bisnis mematuhi aturan- aturan khusus
yang telah disepakati sebelumnya.
3. Indikator Etika Bisnis menurut hukum. Berdasarkan indikator hukum seseorang
atau suatu perusahaan dikatakan telah melaksanakan etika bisnis apabila
seseorang pelaku bisnis atau suatu perusahaan telah mematuhi segala norma
hukum yang berlaku dalam menjalankan kegiatan bisnisnya.
4. Indikator Etika Bisnis berdasarkan ajaran agama. Pelaku bisnis dianggap
beretika bilamana dalam pelaksanaan bisnisnya senantiasa merujuk kepada
nilai-nilai ajaran agama yang dianutnya.
5. Indikator Etika Bisnis berdasarkan nilai budaya. Setiap pelaku bisnis baik
secara individu maupun kelembagaan telah menyelenggarakan bisnisnya
dengan mengakomodasi nilai-nilai budaya dan adat istiadat yang ada disekitar
operasi suatu perusahaan, daerah dan suatu bangsa.
6. Indikator Etika Bisnis menurut masing-masing individu adalah apabila masing-
masing pelaku bisnis bertindak jujur dan tidak mengorbankan integritas
pribadinya.

D. Prinsip Etika Bisnis


Pada dasarnya, setiap pelaksanaan bisnis seyogyanya harus menyelaraskan
proses bisnis tersebut dengan etika bisnis yang telah disepakati secara umum dalam
lingkungan tersebut. Sebenarnya terdapat beberapa prinsip etika bisnis yang dapat
dijadikan pedoman bagi setiap bentuk usaha.
Sonny Keraf (1998) menjelaskan bahwa prinsip etika bisnis adalah
sebagai berikut :
1. Prinsip Otonomi yaitu sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil
keputusan dan bertindak berdasarkan kesadarannya tentang apa yang
dianggapnya baik untuk dilakukan.
2. Prinsip Kejujuran terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang bisa
ditunjukkan secara jelas bahwa bisnis tidak akan bisa bertahan lama dan
berhasil kalau tidak didasarkan atas kejujuran. Pertama, jujur dalam pemenuhan
syarat-syarat perjanjian dan kontrak. Kedua, kejujuran dalam penawaran barang
atau jasa dengan mutu dan harga yang sebanding. Ketiga, jujur dalam
hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan.
3. Prinsip Keadilan menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama
sesuai dengan aturan yang adil dan sesuai criteria yang rasional obyektif, serta
dapat dipertanggung jawabkan.
4. Prinsip Saling Menguntungkan (Mutual Benefit Principle) ; menuntut agar
bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga menguntungkan semua pihak.
5. Prinsip Integritas Moral ; terutama dihayati sebagai tuntutan internal
dalam diri pelaku bisnis atau perusahaan, agar perlu menjalankan bisnis dengan
tetap menjaga nama baik pimpinan atau orang-orangnya maupun
perusahaannya.

Selain itu juga ada beberapa nilai – nilai etika bisnis yang dinilai oleh
Adiwarman Karim, Presiden Direktur Karim Business Consulting, seharusnya jangan
dilanggar, yaitu :
Kejujuran: Banyak orang beranggapan bisnis merupakan kegiatan tipu-
menipu demi mendapat keuntungan. Ini jelas keliru. Sesungguhnya kejujuran
merupakan salah satu kunci keberhasilan berbisnis. Bahkan, termasuk unsur penting
untuk bertahan di tengah persaingan bisnis.
Keadilan: Perlakukan setiap orang sesuai haknya. Misalnya, berikan upah
kepada karyawan sesuai standar serta jangan pelit memberi bonus saat perusahaan
mendapatkan keuntungan lebih. Terapkan juga keadilan saat menentukan harga,
misalnya dengan tidak mengambil untung yang merugikan konsumen.
Rendah Hati: Jangan lakukan bisnis dengan kesombongan. Misalnya,
dalam mempromosikan produk dengan cara berlebihan, apalagi sampai menjatuhkan
produk bersaing, entah melalui gambar maupun tulisan. Pada akhirnya, konsumen
memiliki kemampuan untuk melakukan penilaian atas kredibilitas sebuah poduk/jasa.
Apalagi, tidak sedikit masyarakat yang percaya bahwa sesuatu yang terlihat atau
terdengar terlalu sempurna, pada kenyataannya justru sering kali terbukti buruk.
Simpatik: Kelola emosi. Tampilkan wajah ramah dan simpatik. Bukan
hanya di depan klien atau konsumen anda, tetapi juga di hadapan orang- orang yang
mendukung bisnis anda, seperti karyawan, sekretaris dan lain- lain.
Kecerdasan: Diperlukan kecerdasan atau kepandaian untuk menjalankan
strategi bisnis sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku, sehingga
menghasilkan keuntungan yang memadai. Dengan kecerdasan pula seorang
pebisnis mampu mewaspadai dan menghindari berbagai macam bentuk kejahatan
non-etis yang mungkin dilancarkan oleh lawan-lawan bisnisnya.

E. Hal Hal yang Harus Diperhatikan dalam Menciptakaan Etika Bisnis


a. Menuangkan ke dalam Hukum Positif
Perlunya sebagian etika bisnis dituangkan dalam suatu hukum positif yang
menjadi Peraturan Perundang-Undangan dimaksudkan untuk menjamin
kepastian hukum dari etika bisnis tersebut, seperti “proteksi” terhadap
pengusaha lemah.
b. Mampu Menyatakan yang Benar itu Benar
Kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit
(sebagai contoh) karena persyaratan tidak bisa dipenuhi dan jangan memaksa
diri untuk mengadakan “kolusi” serta memberikan “komisi” kepada pihak
yang terkait.
c. Pengembangan Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility)
Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat,
bukan hanya dalam bentuk “uang” dengan jalan memberikan sumbangan,
melainkan lebih kompleks lagi.
d. Memelihara Kesepakatan
Memelihara kesepakatan atau menumbuhkembangkan Kesadaran dan rasa
Memiliki terhadap apa yang telah disepakati adalah salah satu usaha
menciptakan etika bisnis.
e. Mampu Menyatakan yang Benar itu Benar
Kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit
(sebagai contoh) karena persyaratan tidak bisa dipenuhi dan jangan memaksa
diri untuk mengadakan “kolusi” serta memberikan “komisi” kepada pihak
yang terkait.

F. Penerapan Etika Bisnis


Utilitarianisme adalah suatu teori dari segi etika normatif yang menyatakan
bahwa suatu tindakan yang patut adalah yang memaksimalkan penggunaan (utility),
biasanya didefinisikan sebagai memaksimalkan kebahagiaan dan mengurangi
penderitaan. "Utilitarianisme" berasal dari kata Latin utilis, yang berarti berguna,
bermanfaat, berfaedah, atau menguntungkan. Istilah ini juga sering disebut sebagai
teori kebahagiaan terbesar (the greatest happiness theory). Utilitarianisme
sebagai teori sistematis pertama kali dipaparkan oleh Jeremy Bentham dan
muridnya, John Stuart Mill. Utilitarianisme merupakan suatu paham etis yang
berpendapat bahwa yang baik adalah yang berguna, berfaedah, dan menguntungkan.
Sebaliknya, yang jahat atau buruk adalah yang tak bermanfaat, tak berfaedah, dan
merugikan. Karena itu, baik buruknya perilaku dan perbuatan ditetapkan dari segi
berguna, berfaedah, dan menguntungkan atau tidak. Dari prinsip ini, tersusunlah teori
tujuan perbuatan.
Di Indonesia tampaknya masalah penerapan etika perusahaan yang lebih
intensif masih belum dilakukan dan digerakan secara nyata. Pada umumnya baru
sampai tahap pernyataan-pernyaaatn atau sekedar “lips- service” belaka. Karena
memang enforcement dari pemerintah pun belum tampak secara jelas.
Sesungguhnya Indonesia harus lebih awal menggerakan penerapan etika
bisnis secara intensif terutama setelah tragedi krisis ekonomi tahun 1998. Sayangnya
bangsa ini mudah lupa dan mudah pula memberikan maaf kepada suatu kesalahan
yang menyebabkan bencana nasional sehingga penyebab krisis tidak diselesaikan
secara tuntas dan tidak berdasarkan suatu pola yang mendasar. Sesungguhnya
penyebab utama krisis ini, dari sisi korporasi, adalah tidak berfungsinya praktek
etika bisnis secara benar, konsisten dan konsekuen.
Demikian pula penyebab terjadinya kasus Pertamina tahun (1975), Bank Duta
(1990) adalah serupa praktek penerapan etika bisnis yang paling sering kita jumpai
pada umunya diwujudkan dalam bentuk buku saku “code of conducts” atau kode etik
dimasing-masing perusahaan. Hal ini barulah merupakan tahap awal dari praktek
etika bisnis yakni mengkodifikasi-kan nilai-nilai yang terkandung dalam etika
bisnis bersama-sama corporate- culture atau budaya perusahaan, kedalam suatu
bentuk pernyataan tertulis dari perusahaan untuk dilakukan dan tidak dilakukan
oleh manajemen dan karyawan dalam melakukan kegiatan bisnis.
Secara sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis adalah cara-cara untuk
melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan
individu, perusahaan, industri dan juga masyarakat. Kesemuanya ini mencakup
bagaimana kita menjalankan bisnis secara adil (fairness), sesuai dengan hukum yang
berlaku (legal) tidak tergantung pada kedudukani individu ataupun perusahaan di
masyarakat.
Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan
merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan hukum,
karena dalam kegiatan bisnis seringkali kita temukan “grey-area” yang tidak
diatur oleh ketentuan hukum. Menurut Von der Embse dan R.A. Wagley dalam
artikelnya di Advance Managemen Jouurnal (1988) yang berjudul Managerial Ethics
Hard Decisions on Soft Criteria, membedakan antara ethics, morality dan law sebagai
berikut:
Berdasarkan pengertian tersebut, terdapat tiga pendekatan dasar dalam
merumuskan tingkah laku etika kita :
1. Utilitarian Approach : setiap tindakan harus didasarkan pada
konsekuensi nya. Oleh karena itu dalam bertindak seseorang seharusnya
mengikuti cara-cara yang dapat memberi manfaat sebesar-besarnya kepada
masyarakat, dengan cara yang tidak membahayakan dan dengan biaya serendah-
rendahnya.
2. Individual Rights Approach : setiap orang dalam tindakan dan kelakuan nya
memiliki hak dasar yang harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah laku
tersebut harus dihindari apabila diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan
dengan hak orang lain.
3. Justice Approach : para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama,
dan bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan baik secara
perseorangan ataupun secara kelompok.
Dari pengelompokan tersebut Cavanagh (1990) memberikan cara menjawab
permasalahan etika dengan merangkum dalam 3 bentuk pertanyaan sederhana
yakni:
Utility : Does it optimize the satisfactions of all stakeholders ?
Rights : Does it respect the rights of the individuals involved ?
Justice : Is it consistent with the canons oif justice ?
Mengapa etika bisnis dalam perusahaan terasa sangat penting saat ini?
Karena untuk membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing
yang tinggi serta mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value- creation)
yang tinggi, diperlukan suatu landasan yang kokoh. Biasanya dimulai dari
perencanaan strategis , organisasi yang baik, sistem prosedur yang transparan
didukung oleh budaya perusahaan yang andal serta etika perusahaan yang
dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen.

Contoh kasus Enron yang selain menhancurkan dirinya telah pula


menghancurkan Kantor Akuntan Publik Arthur Andersen yang memiliki reputasi
internasional, dan telah dibangun lebih dari 80 tahun, menunjukan bahwa
penyebab utamanya adalah praktek etika perusahaan tidak
dilaksanakan dengan baik dan tentunya karena lemahnya kepemimpinan para
pengelolanya. Dari pengalaman berbagai kegagalan tersebut, kita harus makin
waspada dan tidak terpana oleh cahaya dan kilatan suatu perusahaan hanya
semata-mata dari penampilan saja, karena berkilat belum tentu emas.
Haruslah diyakini bahwa pada dasarnya praktek etika perusahaan akan selalu
menguntungkan perusahaan baik untuk jangka menengah maupun jangka
panjang karena :
a. Akan dapat mengurangi biaya akibat dicegahnya kemungkinan terjadinya
friksi baik intern perusahaan maupun dengan eksternal.
b. Akan dapat meningkatkan motivasi pekerja.
c. Akan melindungi prinsip kebebasan ber-niaga
d. Akan meningkatkan keunggulan bersaing.
Tindakan yang tidak etis, bagi perusahaan akan memancing tindakan
balasan dari konsumen dan masyarakat dan akan sangat kontra produktif,
misalnya melalui gerakan pemboikotan, larangan beredar, larangan beroperasi.
Hal ini akan dapat menurunkan nilai penjualan maupun nilai perusahaan.
Sedangkan perusahaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika pada
umumnya perusahaan yang memiliki peringkat kepuasan bekerja yang tinggi pula,
terutama apabila perusahaan tidak mentolerir tindakan yany tidak etis misalnya
diskriminasi dalam sistem remunerasi atau jenjang karier. Karyawan yang
berkualitas adalah aset yang paling berharga bagi perusahaan oleh karena itu
semaksimal mungkin harus tetap dipertahankan.
Untuk memudahkan penerapan etika perusahaan dalam kegiatan sehari- hari
maka nilai-nilai yang terkandung dalam etika bisnis harus dituangkan kedalam
manajemen korporasi yakni dengan cara :
1. Menuangkan etika bisnis dalam suatu kode etik (code of conduct)
2. Memperkuat sistem pengawasan
3. Menyelenggarakan pelatihan (training) untuk karyawan
secara terus menerus.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang
mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga
masyarakat. Etika Bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan
perilaku karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat
dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang saham, masyarakat.
Utilitarianisme merupakan suatu paham etis yang berpendapat bahwa yang baik
adalah yang berguna, berfaedah, dan menguntungkan. Sebaliknya, yang jahat atau
buruk adalah yang tak bermanfaat, tak berfaedah, dan merugikan. Karena itu, baik
buruknya perilaku dan perbuatan ditetapkan dari segi berguna, berfaedah, dan
menguntungkan atau tidak. Dari prinsip ini, tersusunlah teori tujuan perbuatan.
Dan pada intinya etika bisnis adalah suatu hal yang penting dan harus dapat
diterapkan didalam menjalankan suatu usaha/bisnis untuk mengetahui baik dan buruk
keputusan yang diambil dan selalu mempertimbangkan apa yang akan siterapkan
dengan tidak memetingkan profit oriented tetapi juga kebermanfaatan bersama.

B. Saran
Sebagai mahasiswa yang sudah mengetahui dan memahami keilmuan tentang
etika bisnis hendaknya kelak dikemudian hari ketika merintis dan menjalankan suatu
bisnis dapat menerapkan konsep etika bisnis yang sesungguhnya untuk
menunjang nilai lebih dari keilmuan yang diperoleh dan dapat mengamalkan secara
langsung keilmuan yang dimiliki.
Untuk para pelaku bisnis seharusnya dapat lebih bijak dalam menjalankan
bisnisnya dengan menerapkan etika bisnis yang baik dan benar agar tidak merugikan
pihak lain hanya dikarenakan ketamakan diri yang mengejar keuntungan tanpa
memperhatikan baik buruknya keputusan yang di ambil dalam menyikapi suatu
permasalahan yang ada dalam bisnisnya. Sebagai pemerintah Indonesia juga
hendaknya mampu mengontrol setiap pelaku bisnis agar mampu menerapkan etika
bisnis dalam menjalankan usaha agar angka ketidaketisan pelaku bisnis dapat
menurun sehingga tidak ada lagi ketidaketisan bisnis
DAFTAR PUSTAKA

Dimas. (2015, Oktober 9). Pengertian Etika Bisnis dan Penerapannya dalam
Perusahaan. Diambil dari Dimasaja:
https://dimasaja68.wordpress.com/2015/10/09/pengertian-etika-bisnis-dan-
penerapannya-dalam-perusahaan/

Permatasari, I. (2013, November 18). Penerapan Etika Bisnis dalam Perusahaan.

Diambil dari Intapermatasarii:


http://intanermatasarii.blogspot.co.id/2013/1/penerapan-etika-bisnis-
dalam-perusahaan.html

Pradadista, F. (2012, Oktober 09). Pengertian Etika Etika Bisnis dan Penerapan
Etika dalam Kehidupan Sehari-hari. Diambil dari Fajripradadista:
http://fajripradadista.wordpress.com/2012/10/09/pengertian-etika-etika- bisnis-
dan-penerapan-etika-dalam-kehidupan-sehari-hari/

Rahmah, L. Z. (2013, Oktober 2). Etika dalam Bisnis. Diambil dari Lailasoftskill:

http://lailasoftskill.blogspot.co.id/2013/10/2-etika-dalam-bisnis.html

Salim, M. (2013, Mei). Etika Bisnis dalam Ekonomi Islam. Diambil dari Serba
Makalah: http://serbamakalah.blogspot.co.id/2013/05/etika-bisnis-dalam-
ekonomi-islam_2527.html

Anda mungkin juga menyukai