Anda di halaman 1dari 18

ETIKA DALAM BISNIS

OLEH :

KELOMPOK 2

1. Ni Kadek Mega Cahya Puspita (1807531026)


2. Ni Kadek Dwi Putri Antari (1807531039)
3. Ni Made Tini Ari (1807531115)
4. Ni Wayan Meli Antari (1807531118)
5. Gusti Ayu Putu Agung Mahadewi (1807531120)
6. Ni Luh Dela Yunita Dewi (1807531142)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami,kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Jimbaran, 4 September 2019

Penulis

i
Daftar Isi

COVER
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan Makalah ........................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3


2.1 Relevansi Etika dan Bisnis. ....................................................... 3
2.2 Hubungan Keuntungan dan Etika. ............................................. 6
2.3 Pengertian Etika Bisnis. ............................................................. 8
2.4 Sasaran dan Ruang Lingkup Etika Bisnis.................................. 9
2.5 Tingkatan Etika Bisnis............................................................... 10
2.6 Prinsip-Prinsip Etika Bisnis. ...................................................... 11

BAB III PENUTUP ....................................................................................... 14


3.1 Kesimpulan ................................................................................ 14
3.2 Saran .......................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Istilah etika memiliki banyak makna berbeda. Ada yang menyebutkan bahwa etika
adalah semacam penelaahan, baik aktivitas penelaahan maupun hasil penelaahan itu sendiri.
Pendapat lain menyebutkan bahwa etika adalah kajian moralitas. Sedangkan moralitas adalah
pedoman yang dimiliki individu atau kelompok mengenai apa itu benar dan salah, atau baik
dan jahat suatu perbuatan.
Meskipun etika berkaitan dengan moralitas, namun tidak sama persis dengan
moralitas. Etika merupakan studi standar moral yang tujuan utamanya adalah menentukan
standar yang benar atau yang didukung oleh penalaran yang baik, dan dengan demikian etika
mencoba mencapai kesimpulan tentang moral yang benar dan salah, dan moral yang baik dan
jahat
Etika bisnis merupakan etika terapan. Etika bisnis merupakan aplikasi pemahaman
kita tentang apa yang baik dan benar untuk beragam institusi, teknologi, transaksi, aktivitas
dan usaha yang kita sebut bisnis. Etika bisnis merupakan studi standar formal dan bagaimana
standar itu diterapkan ke dalam system dan organisasi yang digunakan masyarakat modern
untuk memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa dan diterapkan kepada orang-
orang yang ada didalam organisasi.
Sebenarnya banyak yang keberatan dengan penerapan standar moral dalam aktivitas
bisnis. Beberapa orang berpendapat bahwa orang yang terlibat dalam bisnis hendaknya
berfokus pada pencarian keuntungan financial bisnis mereka saja dan tidak membuang-buang
energy mereka atau sumber daya perusahaan untuk melakukan pekerjaan baik yang sesuai
dengan norma-norma yang berlaku.
Etika seharusnya diterapkan dalam bisnis dengan menunjukan bahwa etika mengatur semua
aktifitas manusia yang disengaja, dan karena bisnis aktivitas manusia yang disengaja, etika
juga hendaknya berperan dalam bisnis.
Argument lain berpandangan bahwa, aktivitas bisnis, seperti juga aktivitas manusia
lainnya, tidak dapat eksist kecuali orang yang terlibat dalam bisnis dan komunitas sekitarnya
taat terhadap standar minimal etika. Bisnis merupakan aktifitas kooperatif yang eksistensinya
mensyaratkan prilaku eksis.

1
Etika hendaknya diterapkan dalam bisnis dengan menunjukan bahwa etika konsisten
dengan tujuan bisnis, khususnya dalam mencari keuntungan. Contoh Perusahaan Merck
dikenal karena budaya etisnya yang sudah lama berlangsung, namun ia tetap merupakan
perusahaan yang secara spektakuler mendapatkan paling banyak keuntungan sepanjang masa.
Sebagian besar orang akan menilai perilaku etis dengan menghukum siapa saja yang mereka
persepsi berprilaku tidak etis, dan menghargai siapa saja yang mereka persepsi berprilaku
etis. Pelanggan akan melawan perusahaan jika mereka mempersepsi ketidakadilan yang
dilakukan perusahaan dalam bisnis lainnya, dan mengurangi minat mereka untuk membeli
produknya. Karyawan yang merasakan ketidakadilan, akan menunjukkan absentisme lebih
tinggi, produktivitas lebih rendah, dan tuntutan upah yang tinggi. Sebaliknya, ketika
karyawan percaya bahwa organisasi adil, akan senang mengikuti manajer. Melakukan apapun
yang dikatakan manajer, dan memandang keputusan manajer sah. Ringkasnya, etika
merupakan komponen kunci manajemen yang efektif. Dengan demikian, ada sejumlah
argument yang kuat, yang mendukung pandangan bahwa etika hendaknya diterapkan dalam
bisnis.

1.2 Rumusan Masalah


1. Seperti apa Relevansi Etika dan Bisnis?
2. Bagaimana Hubungan Keuntungan dan Etika?
3. Apa Pengertian Etika Bisnis?
4. Apa saja Sasaran dan Ruang Lingkup Etika Bisnis?
5. Bagaimana Tingkatan Etika Bisnis?
6. Apa saja Prinsip-Prinsip Etika Bisnis?

1.2 Tujuan Penyusunan Makalah


1. Untuk mengetahui seperti apa Relevansi Etika dan Bisnis.
2. Untuk mengetahui bagaimana Hubungan Keuntungan dan Etika.
3. Untuk mengetahui Pengertian Etika Bisnis.
4. Untuk mengetahui Apa saja Sasaran dan Ruang Lingkup Etika Bisnis.
5. Untuk mengetahui bagaimana Tingkatan Etika Bisnis.
6. Untuk mengetahui Apa saja Prinsip-Prinsip Etika Bisnis.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Relevansi Etika dan Bisnis


Bisnis adalah kegiatan yang dilakukan dengan maksud memperoleh keuntungan.
Keuntungan pada umumnya diekspresikan dalam bentuk uang. Dipandang dari sudut
ekonomis, bisnis yang baik adalah bisnis yang mendatangkan banyak keuntungan. Fokus itu
membuat perusahaaan mengambil jalan pintas dengan menghalalkan segala cara untuk
meraih keuntungan. Tidaklah mengherankan bila pandangan lama menyatakan bahwa bisnis
itu immoral (tidak bermoral).
Pandangan bahwa bisnis immoral kemudian mengalami perubahan menjadi lebih
lunak, yaitu bahwa bisnis itu amoral, artinya moral dan bisnis merupakan dua dunia yang
sangat berbeda, dan keduanya tidak dapat dicampur adukkan. sering dikatakan bahwa
“business is business”. Bisnis jangan dicampuradukkan dengan etika. inilah ungkapan–
ungkapan yang oleh De george disebut sebagai Mitos Bisnis Amoral.
Yang mau digambarkan dalam mitos ini adalah bahwa tugas pelaku bisnis adalah
berbisnis dan bukan beretika. Bisnis tidak boleh dinilai dengan menggunakan norma dan nilai
-nilai etika. Apabila antara etika dan bisnis dicampur adukkan, maka akan terjadi sebuah
kesalahan kategoris. Bisnis hanya bisa dinilai dengan kategori dan norma - norma bisnis
bukan norma- norma etika.
Menurut mitos bisnis amoral ini, Karena kegiatan orang bisnis adalah melakukan
bisnis sebaik mungkin untuk mendapatkan keuntungan, maka yang menjadi pusat perhatian
bisnis adalah bagaimana memproduksi, mengedarkan, menjual, dan membeli barang untuk
memperoleh keuntungan. apakah benar bahwa keberhasilan bisnis hanya didasarkan semata -
mata pada sikap menghalalkan segala cara, tipu -menipu, memotong bisnis orang lain, dan
semacamnya. Bisnis yang baik (good business) bukan saja bisnis yang banyak mendatangkan
keuntungan, tetapi juga bisnis yang baik secara moral, demikian pernyataan yang
dikemukakan oleh tokoh etika amerika serikat, Richard T. De George (Ali dan FanZi,
1928:21).
Adapun alasan - alasan keberadaan etika dalam bisnis menurutnya adalah sebagai
berikut:
a) Bisnis tidak dapat disamakan dengan permainan judi. Dalam bisnis memang dituntut
keberanian mengambil resiko dan spekulasi,namun yang dipertaruhkan bukan hanya

3
uang, melainkan juga dimensi kemanusiaan, seperti martabat atau nama baik
pengusahaan dengan keluarganya, nasib semua pegawai dan keluarganya,termasuk
nasib orang-orang lain pada umumnya, dan bahkan seluruh hidup si pengusaha.
b) Bisnis adalah bagian yang sangat penting dari masyarakat dan menyangkut
kepentingan semua orang oleh karena itu, praktek bisnis mensyaratkan etika - etika
disamping hukum positif sebagai standar acuan dalam pengambilan keputusan dan
kegiatan bisnis. Dengan demikian, kegiatan bisnis dapat dinilai dari sudut moral
seperti halnya kegiatan manusia lainnya.
c) Dilihat dari sudut pandang bisnis itu sendiri, praktek bisnis yang berhasil adalah yang
memperhatikan norma - norma moral masyarakat, sehingga ia memperoleh
kepercayaan dari masyaraka tatas produk atau jasa yang dijualnya
d) Asas legalitas harus dibedakan dari asas moralitas. Praktek monopoli dan monopsoni
yang dilakukan oleh BPPC, misalnya,secara resmi memang ada dasar hukumnya,
tetapi secara etis tidak bisa diterima karena merugikan petani cengkeh dan pabrik
rokok.
e) Etika bukanlah ilmu pengetahuan empiris. Tindakan yang dilakukan oleh lebih
banyak orang tidak otomatis berarti yang lebih baik Sekalipun korupsi dan kolusi
merajalela dimana - mana, hal itu tidak dengan sendirinya dapat dibenarkan secara
etis.
Perusahaan yang merupakan suatu lingkungan bisnis juga sebuah organisasi yang
memiliki struktur yang cukup jelas dalam pengelolaannya. ada banyak interaksi antar pribadi
maupun institusi yang terlibat di dalamnya. Dengan begitu kecenderungan untuk terjadinya
konflik dan terbukanya penyelewengan sangat mungkin terjadi. Baik di dalam tatanan
manajemen ataupun personal dalam setiap tim maupun hubungan perusahaan dengan
lingkungan sekitar. Untuk itu etika ternyata diperlukan sebagai kontrol akan kebijakan, demi
kepentingan perusahaan itu sendiri. Oleh karena itu kewajiban perusahaan adalah mengejar
berbagai sasaran jangka panjang yang baik bagi masyarakat. Berikut adalah beberapa
hubungan kesaling tergantungan antara bisnis dengan masyarakat.
1. Hubungan antara bisnis dengan langganan / konsumen
Hubungan antara bisnis dengan langgananya adalah hubungan yang paling banyak
dilakukan, oleh karena itu bisnis haruslah menjaga etika pergaulanya secara baik. Adapun
pergaulannya dengan langganan ini dapat disebut disini misalnya saja :
a. Kemasan yang berbeda-beda membuat konsumen sulit untuk membedakan atau
mengadakan perbandingan harga terhadap produknya.

4
b. Bungkus atau kemasan membuat konsumen tidak dapat mengetahui isi didalamnya,
c. Pemberian servis dan terutama garansi adalah merupakan tindakan yang sangat etis
bagi suatu bisnis.
2. Hubungan dengan karyawan
Manajer yang pada umumnya selalu berpandangan untuk memajukan bisnisnya
sering kali harus berurusan dengan etika pergaulan dengan karyawannya. Pergaulan
bisnis dengan karyawan ini meliputi beberapa hal yakni : Penarikan (recruitment),
Latihan (training), Promosi atau kenaikan pangkat, Tranfer, demosi (penurunan pangkat)
maupun lay-off atau pemecatan / PHK (pemutusan hubungan kerja).
3. Hubungan antar bisnis
Hubungan ini merupakan hubungan antara perusahaan yang satu dengan
perusahan yang lain. Hal ini bisa terjadi hubungan antara perusahaan dengan para
pesaing, grosir, pengecer, agen tunggal maupun distributor.
4. Hubungan dengan Investor
Perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas dan terutama yang akan atau telah
“go publik” harus menjaga pemberian informasi yang baik dan jujur dari bisnisnya
kepada para insvestor atau calon investornya. prospek perusahan yang go public tersebut.
Jangan sampai terjadi adanya manipulasi atau penipuan terhadap informasi terhadap hal
ini.
5. Hubungan dengan Lembaga-Lembaga Keuangan
Hubungan dengan lembaga-lembaga keuangan terutama pajak pada umumnya
merupakan hubungan pergaulan yang bersifat finansial.

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa etika sesungguhnya Sangat relevan


diterapkan dalam bisnis. Kendati bisnis adalah sebuah pertaruhan, pertaruhan dalam bisnis
menyangkut nilai-nilai yang sangat hakiki seperti kehidupan manusia dan nasib begitu
banyak orang yang terkait. Bahkan pertaruhan itu tidak hanya berdimensi jangka pendek
melainkan juga perlu memperhitungkan segala akibat dan resikonya untuk jangka panjang.

2.2 Keuntungan dan Etika


Bisnis sering dibayangkan sebagai sebuah medan pertempuran. Terjun ke dunia bisnis
berarti siap untuk bertempur habis-habisan dengan sasaran akhir meraih keuntungan, bahkan
keuntungan sebesar-besarnya secara konstan. Ini lebih berlaku lagi bagi bisnis global yang
mengandalkan persaingan ketat.

5
Sebagaimana dianut pandangan bisnis yang ideal bahwa keuntungan adalah hal yang
pokok bagi kelangsungan bisnis, walaupun bukan merupakan tujuan satu-satunya. Dari sudut
pandang etika keuntungan bukanlah suatu hal yang buruk. Bahkan secara moral, keuntungan
merupakan hal yang baik dan diterima karena sebagai berikut.

1. Keuntungan memungkinkan suatu perusahaan bertahan dalam bisnisnya.


2. Tanpa memperoleh keuntungan tidak ada pemilik modal yang bersedia menanamkan
modalnya, karena itu berarti tidak akan terjadi aktifitas ekonomi yang produktif demi
memacu pertumbuhan ekonomi yang menjamin kemakmuran nasional.
3. Keuntungan memungkinkan perusahaan tidak hanya bertahan, melainkan juga dapat
menghidupi pegawai-pegawainya, bahkan pada tingkat dan taraf hidup yang semakin
baik. Lebih dari itu, dengan keuntungan yang terus diperoleh, perusahaan dapat
mengembangkan terus usahanya dan berarti membuka lapangan kerja bagi banyak
orang lainnya, dengan demikian dapat memajukan ekonomi nasional.

Disamping itu, ada beberapa argumen yang dapat diajukan untuk menunjukkan bahwa
justru demi memperoleh keuntungan, etika sangat dibutuhkan dan mempunyai tempat yang
strategis dalam bisnis yaitu:

1. Dalam bisnis modern dewasa ini hanya orang profesional yang akan menang dan
berhasil dalam bisnis yang penuh persaingan ketat. Kaum profesional memperlihatkan
kinerja yang menjadi prasyarat keberhasilan bisnis yaitu komitmen moral, integritas
moral, disiplin, loyalitas, kesatuan isi moral, pelayanan, sikap mengutamakan mutu,
penghargaan terhadap hak dan kepentingan dengan pihak-pihak terkait yang
berkepentingan (stakeholders), dan sebagainya yang lama kelamaan akan berkembang
menjadi sebuah etos bisnis dalam sebuah perusahaan.
2. Dalam persaingan bisnis yang ketat para pelaku bisnis modern sangat sadar bahwa
konsumen adalah benar-benar raja. 0leh karena itu, hal yang paling pokok untuk bisa
untung dan bertahan dalam pasar adalah sejauh mana perusahaan itu bisa merebut dan
mempertahankan kepercayaan konsumen. Kepercayaan Konsumen tidak hanya
dipertahankan sebagai bonus (kalau tidak hati-hati bonus bisa menjadi bumerang
ketika diketahui bonus hanya menjadi permainan akal-akalan untuk menarik
konsumen), kartu langganan, hadiah, dan seterusnya. Yang paling pokok para pelaku
bisnis modern sadar betul bahwa kepercayaan konsumen hanya mungkin dijaga
dengan memperlihatkan citra bisnisnya sebagai bisnis yang baik dan etis.
3. Dalam sistem pasar terbuka dengan peran pemerintah yang bersifat netral, para
pelaku bisnis berusaha sebis a mungkin menghindari campur tangan
pemerintah, yang baginya akan sangat merugikan kelangsungan bisnisnya.
Salah satu cara paling efektif adalah dengan menjalankan bisnisnya secara baik dan
etis, yaitu dengan menjalankan bisnis sedemikian rupa tanpa secara sengaja
merugikan hak dan kepentingan semua pihak yang terkait dengan bisnisnya.
4. Perusahaan modern juga semakin menyadari bahwa pegawai bukanlah tenaga untuk
dieksploitasi demi mengeruk keuntungan sebesar-besarnya. Justru sebaliknya,
pegawai semakin dianggap subjek utama dari bisnis yang sangat menentukan berhasil
tidaknya, bertahan tidaknya perusahaan. Sikap yang menganggap pegawai dapat

6
diganti setiap saat karena ada ribuan lagi yang siap bekerja sudah dianggap
ketinggalan.

Belakangan beberapa akademisi dan praktisi bisnis melihat adanya hubungan sinergis
antara etika dan laba. Menurut mereka, justru di era kompetisi yang ketat ini, reputasi baik
merupakan sebuah competitive advantage yang sulit ditiru. Doug Lennick dan Fred Kiel
(2005), penulis buku Moral Intelligence, beragumen, perusahaan-perusaan yang memilki
pemimpin yang menerapkan stantar etika dan moral yang tinggi terbukti lebih sukses dalam
jangka panjang. Hal sama juga dikemukakan miliuner John M. Huntsman (2005) dalam buku
Winners Never Cheat. Dikatakan, kunci utama kesuksesan adalah reputasinya sebagai
pengusaha yang memegang teguh integritas dan kepercayaan pihak lain.

Manfaat dari etika bisnis yang sangat penting untuk membangun sebuah perusahaan
yang sukses. Berikut ini ada lima manfaat dari etika bisnis bagi perusahaan.
1) Memiliki Citra Baik di Mata Pelanggan
Citra atau gambaran yang baik mengenai hasil hubungan perusahaan dengan
pelanggan akan melekat pada perusahaan sebagai prestasi. Prestasi ini akan dikenal oleh
masyarakat umum dan calon pelanggan lainnya sebagai pertimbangan yang
menguntungkan. Manfaat dari etika bisnis salah satunya adalah untuk memperbaiki citra
perusahaan ini. Oleh karena itu, perusahaan yang menerapkan etika bisnis umumnya
akan memiliki citra yang terus membaik dan pelanggan yang terus bertambah.
Perusahaan pun kemudian dapat berkembang dan mencapai target dengan sukses.
2) Perusahaan Menjadi Terpercaya
Perusahaan yang menerapkan etika bisnis akan mendapatkan manfaat berupa
kepercayaan dari pelanggannya. Manfaat dari etika bisnis akan menunjukkan perusahaan
memiliki kejujuran dan tidak akan membohongi pelanggan. Kepercayaan pelanggan pada
perusahaan pun menjadi semakin meningkat karena perusahaan dinilai sangat loyal
dalam melakukan bisnis dengan pelanggan. Lebih lanjut, pelanggan pun akan
merekomendasikan hasil bisnis dengan perusahaan yang baik kepada orang lain agar
juga memercayakan kebutuhannya pada perusahaan Anda.
3) Memaksimalkan Keuntungan
Pelanggan yang percaya pada kinerja perusahaan kemudian akan menghasilkan
keuntungan yang lebih maksimal. Hal ini disebabkan perusahaan telah menerapkan etika
bisnis dan pelanggan telah menaruh kepercayaan penuh pada kinerja perusahaan.
Masalah-masalah yang umumnya menyebabkan keuangan menjadi terpakai untuk
penyelesaian masalah dapat teratasi, keuntungan pun menjadi lebih maksimal untuk
didapatkan.

7
4) Memerhatikan Kepentingan Bersama
Terlaksananya etika bisnis dalam perusahaan akan menyebabkan kepentingan
bersama lebih didahulukan dari pada kepentingan individu atau golongan. Hal ini adalah
salah satu manfaat dari etika bisnis yang paling besar, yang mungkin tidak akan pernah
dimiliki suatu perusahaan jika tidak menerapkan etika bisnis secara permanen.
Kepentingan individu atau golongan tertentu dalam suatu perusahaan seringkali menjadi
fokus utama, hal ini merupakan kebiasaan buruk yang harusnya ditinggalkan karena
perusahaan bukan hanya berjalan untuk memenuhi keinginan dari petingginya tetapi juga
kebutuhan seluruh karyawannya. Oleh karena itu, terapkanlah etika bisnis dan bangunlah
perusahaan yang lebih memerhatikan kepentingan bersama dibandingkan kepentingan
individu.
5) Menjunjung Nilai Moral
Etika bisnis tentu erat kaitannya dengan nilai moral yang melandasi agar suatu
etika dapat terlaksana. Terciptanya perilaku yang menjunjung nilai moral oleh karyawan
dalam perusahaan tentu merupakan keunggulan yang sangat baik untuk perusahaan itu
sendiri. Karyawan dapat menjadi lebih akrab satu sama lain dan lebih sopan santun
dalam bertutur kata serta bercengkerama. Nilai moral tersebut akan membuat perusahaan
menjadi lebih unggul.

2.3 Pengertian Etika Bisnis


Etika Bisnis merupakan etika terapan yang pada awalnya berkembang di Amerika
Serikat, kemudian meluas ke Negara-negara Eropa. Tidaklah mengherankan apabila
kebanyakan telah dan buku mengenai bisnis dan manajemen berasal dari Negara itu.
Menurut Weiss dalam Keraf (1993:66), etika bisnis adalah seni dan displin dalam
menerapkan prinsip-prinsip etika untuk mengkaji dan memecahkan masalah-masalah moral
yang kompleks. Laura Nash (1990) mendefinisikan etika bisnis sebagai studi mengenai
bagaimana norma moral personal diaplikasikan dalam aktifitas dan tujuan perusahaan. Etika
bisnis menyangkut tiga bidang dasar pembuatan keputusan manajerial, yaitu :
1. Pilihan-pilihan tentang bagaimana seharusnya aturan hukum itu dan apakah akan
mengikuti aturan hukum itu;
2. Pilihan-pilihan tentang masalah ekonomi dan sosial di luar ranah hukum; dan
3. Pilihan-pilihan tentang prioritas kepentingan orang tertentu diatas kepentingan
perusahaan.

8
Sebagai cabang filsafat terapan, etika bisnis menyoroti segi-segi moral perilaku
manusia yang mempunyai profesi dibidang bisnis dan manajemen. Oleh karena itu, etika
bisnis dapat dilihat sebagai usaha untuk merumuskan dan menerapkan prinsip-prinsip etika
dibidang hubungan ekonomi antar manusia. Sekalipun tidak ada satu defnisi terbaik untuk
etika bisnis, namun terdapat konsensus bahwa etika bisnis adalah studi yang mensyaratkan
penalaran dan penilaian, baik yang didasarkan atas prinsip-prinsip maupun kepercayaan
dalam mengambil keputusan guna menyeimbangkan kepentingan ekonomi diri sendiri
terhadap tuntutan sosial dan kesejahteraan.

2.4 Sasaran Dan Ruang Lingkup Etika Bisnis


Sasaran etika bisnis adalah membangun kesadaran kritis pelaku bisnis, bahwa bisnis
adalah profit making activity, yang harus dicapai dengan cara-cara baik, tidak curang, tidak
merugikan orang lain. Keuntungan yang dicapai juga meliputi non financial profit, moral,
citra, pelayanan, tanggung jawab sosial, integritas moral, mutu, kepercayaan.
Kita juga perlu mendorong bangsa membangun sistem ekonomi, sosial dan politik
yang lebih baik dan lebih demokratis. Menjadikan hukum yang supermasi diatas kekuasaan.
Pelaku yang ingin maju ikuti aturan main yang jelas, adil, rasional dan obyektif tanpa
mengandalkan KKN. Bila ada kecurangan, masyarakat harus berani dan bisa melakukan
langkah-langkah koreksi dengan mengungkapkan pada yang berwenang. Upaya
penyebarluasan pemahaman, pelaksanaan, penghayatan terhadap pemasyrakatan etika bisnis
ini perlu dilakukan dengan luas diseluruh tanah air.
Dengan demikian, bisnis sebagai suatu usaha yang ada dimasyarakat memerlukan
pemuasan kepada semua pihak naik ekstern maupin intern. Pihak-pihak yang berkepentingan
di luar organisasi yaitu Pemerintah, Lembaga Keuangan dan Perbankan, Pemasok,
Distributor, agen dan pengecer, Pembeli atau konsumen. Sedangkan yang bekepentingan dan
berada dalam organisasi perusahaan yaitu Para pemilik saham dan pemodal, Berbagai
kelompok manajemen yang tak tergolong manajemen puncak, Para karyawan. Etika bisnis
yang sehat dibangun untuk memuaskan kepentingan semua pihak dengan cara-cara yang baik
dan santun, tentunya akan menjalin hubungan yang baik pada semuanya. Tiga sasaran dan
lingkup pokok etika bisnis yaitu :
a. Etika bisnis sebagai etika profesi membahas berbagai prinsip, kondisi dan masalah yang
terkait dengan praktek bisnis yang baik dan etis. Etika bisnis bertujuan untuk mengimbau

9
para pelaku bisnis untuk menjalankan bisnisnya secara baik dan etis. Karena bisnis yang
baik dan etis menunjang keberhasilan bisnisnya dalam jangka panjang. Dan berfungsi
menggugah kesadaran moral para pelaku bisnis untuk berbisnis secara baik dan etis demi
nilai-nilai luhur tertentu dan demi kepentingan bisnisnya sendiri. Etika bisnis dalam
lingkupnya yang pertama ini tidak hanya menyangkut perilaku dan organisasi perusahaan
secara internal melainkan juga menyangkut secara eksternal.
b. Sasaran yang kedua yaitu untuk menyadarkan masyarakat, khususnya konsumen,
karyawan dan masyarakat luas, akan hak dan kepentingan mereka yang tidak boleh
dilanggar oleh praktek bisnis siapa pun juga. Pada tingkat ini etika bisnis berfungsi untuk
menggugah masyarakat untuk bertindak menuntut para pelaku bisnis untuk berbisnis
secara baik demi terjaminnya hak dan kepentingan masyarakat. Etika bisnis mengajak
masyarakat luas untuk sadar dan berjuang menuntut haknya agar hak dan
kepentingannya tidak dirugikan oleh pembisnis.
c. Pada sasaran ketiga, etika bisnis juga berbicara mengenai system ekonomi yang sangat
menentukan etis tidaknya suatu praktek bisnis. Dalam hal ini, etika bisnis lebih bersifat
makro. Dalam lingkup makro, etika bisnis berbicara mengenai monopoli,oligopoly,
kolusi dan praktek-praktek semacamnya yang akan sangat mempengaruhi tidak saja
sehat tidaknya suatu ekonomi melainkan baik tidaknya praktek bisnis dalam sebuah
negara tersebut.

2.5 Tingkatan Etika Bisnis


Weiss(1995:9) mengutip pendapat Carroll( 1989) membahas lima tingkatan etika
bisnis, yaitu individual, organisasional, asosiasi, masyarakat, dan internasional.
1. Tingkat individual, menyangkut apakah seseorang akan berbohong mengenai
rekening pengeluaran, mengatakan rekan sejawat sedang sakit karena tidak ada di
tempat kerja, menerima suap, mengikuti saran teman sekerja sekalipun melampaui
perintah atasan. Jika masalah etis hanya terbatas pada tanggung jawab individual,
maka seseorang harus memeriksa motif dan standar etikanya sebelum mengambil
keputusan.
2. Tingkat organisasional, masalah etis muncul apabila seseorang atau kelompok orang
ditekan untuk mengabaikan atau memaafkan kesalahan yang dilakukan oleh sejawat
demi kepentingan keharmonisan perusahaan atau jika seorang karyawan disuruh
melakukan perbuatan yang tidak sah demi keuntungan unit kerjanya.

10
3. Tingkat asosiasi, seorang akuntan, penasihat,dokter, dan konsultan manajer harus
melihat anggaran dasar atau kode etik organisasi profresinya sebagai pedoman
sebelum ia memberikan saran pada kliennya.
4. Tingkat masyarakat, hukum, norma, kebiasaan dan tradisi menentukan perbuatan
yang dapat diterima secara sah. Ketentuan ini tidak mesti berlaku sama di semua
negara. Oleh karena itu, kita perlu berkonsultasi dengan orang atau badan yang dapat
dipercaya sebelum melakukan kegiatan bisnis di negara lain.
5. Tingkat internasional, masalah-msalah etis menjadi lebih rumit untuk dipecahkan
karena faktor nilai-nilai dan budaya, politik dan agama ikut berperan. Oleh karena itu,
konstitusi, hukum, dan kebiasaan perlu dipahami dengan baik sebelum seesorang
mengambil keputusan.

2.6 Prinsip-Prinsip Etika Bisnis


Sudah dapat dipastikan bahwa bisnis mempunyai etika. Prinsip-prinsip etika yang
berlaku dalam bisnis tidak terlepas dari nilai-nilai kehidupan manusia. Dengan kata lain
prinsip-prinsip etika bisnis sangat dipengaruhi oleh sistem nilai masyarakat setempat. Sebagai
etika terapan, prinsip etika yang berlaku dalam bisnis sesungguhnya adalah penerapan dari
prinsip etika yang berlaku umum.
Menurut Keraf (1998:73) prinsip-prinsip etika yang berlaku dalam bisnis adalah
sebagai berikut.
1. Prinsip Otonomi
Otonomi dalam hal ini adalah sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil
keputusan berdasarkan kesadarannya sendiri tentangapa yang dianggap baik untuk
dilakukan. Untuk dapat bertindak otonom diperlukan kebebasan untuk mengambil
keputusan dan bertindak sesuai dengan keputusan yang menurutnya terbaik. Kebebasan
adalah unsur hakiki dalam prinsip otomi dan menjadi prasyarat utama untuk bertindak
secara etis. Hanya orang yang bebas dapat bertindak secara etis. Namun, kebebasan
tidak menjamin bahwa seseorang betindak secara etis. Kebebasan dapat mengakibatkan
bertindak membabibuta tanpa menyadari tindakannya baik atau buruk. Oleh karena itu,
selain kebebasan, tanggungjawab juga merupakan unsur yang penting. Jadi, orang yang
otonom adalah orang yang tahu akan tindakannya, tetapi sekaligus tetapi juga sekaligus
bertanggungjawab atas tindakannya. Tanggungjawab merupakan ciri prinsip dari
makhluk bermoral. Prinsip otonom ini sejalan dengan tuntutan bisnis modern. Otonomi

11
mendorong inovasi, kreativitas, dan meningkatkan produktivitas bisnis di tengah
persaingan yang ketat. Tanggungjawab moral tidak hanya ditujukan kepada pelaku
bisnis, tetapi juga kepada semua pihak yang berkempentingan (stakeholders), seperti
pemasok, konsumen, pemerintah, pegawai, dan lain-lain.
2. Prinsip Kejujuran
Prinsip ini paling problematik, karena sekilas tampak aneh bila kejujuran menjadi
prinsip sebuah bisnis yang dikenal dengan tipu-menipu demi meraup untung. Kejujuran
terkait dengan kepercayaan. Kejujuran relevan dalam bisnis berkaitan dengan hal-hal
sebagai berikut:
- Pemenuhan syarat-syarat kontak atau perjanjian.
Kejujuran sangat penting dalam menjaga kelangsungan hubungan bisnis dengan
para relasi.
- Penawaran barang dan jasa yang meliputi mutu harga yang sebanding.
Kesesuaian mutu dan harga sebagaimana yang diiklankan akan menciptakan
kepercayaan dan kepuasan konsumen.
- Hubungan kerja internal
Perusahaan mampu betahan apabila hubungan kerja antarindividu yang ada di
dalamnya dilakukan dengan berlandasan pada kejujuran.
3. Prinsip Keadilan
Prinsip ini menurut agar setiap orang diperlakukan secar adil sesuai dengan criteria yang
rasional objektif dan dapat dipertanggungjawabkan. Keadilan menuntut agar setiap
orang/pihak dalam bisnis diperlakukan secara adil dan tidak boleh dirugikan hak dan
kepentingannya. Tidak merugikan hak dan kepentingan orang lain sering disebut
sebagai prinsip no harm.

4. Prinsip Saling Menguntungkan


Prinsip ini saling menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga
menguntungkan semua pihak. Dalam bisnis yang kompetitif, tetap harus diupayakan
terjadinya win-win solution.
5. Prinsip Integritas Moral

12
Prinsip ini dihayati sebagai tuntutan moral dalam diri pelaku bisnis atau perusahaan,
agar dalam menjalankan bisnisnya senantiasa menjaga nama baik dirinya dan
perusahaannya.

Dari kelima prinsip diatas, Adam Smith mengatakan bahwa prinsip keadilan (no
harm) merupakan prinsip yang paling pokok. Sampai tingkat tertentu ke alam prinsip yang
paling pokok. Sampai tingkat tertentu ke dalam prinsip keadilan sudah terkandung prinsip-
prinsip yang lain. Orang yang adil cenderung jujur, mempunyai sikap otonom, tidak mau
merugikan orang lain, serta mempunyai intergritas moral yang baik. Prinsip keadilan menjadi
jiwa bagi aturan bisnis dan semua praktek bisnis yang melanggar prinsip ini harus dilarang .
Praktek bisnis yang melanggar prinsip keadilan antara lain monopoli, kolusi, nepotisme,
manipulasi, hak istimewa, perlindungan politik, dan lain-lain.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam kehidupan bermasyarakat, dikenal nilai-nilai dan norma-norma etis.Begitu
juga pada dunia bisnis pada umumnya.Bisnis perlu mengenal dan memperhatikan
etika.Dalam dunia persaingan yang ketat, bisnis yang berhasil adalah bisnis yang
memprhatikan nilai-nilai moral.Jadi antara etika dan bisnis ada relevasinya.Adanya
persaingan yang ketat antara pelaku usaha dan adanya prinsip ekonomi untuk memperoleh
kaentungan sebesar-besarnya, membuat para pelaku bisnis bertindak tidak jujur.
Upaya perlindungan konsumen masih terdapat kendala-kendala antara lain karena
rendahnya kesadaran konsumen akan hak-haknya. Guna melindungi konsumen dan produsen
terhadap perdagangan dalam dan luar negeri, pemerintah mengeluarkan Undang-Undang
No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

3.2 Saran
Perlu adanya pendidikan atau penyuluhan tentang etika bisnis kapada para pelaku
bisnis. Demikian pula penyuluhan tentang kehidupan berbisnis yang berlandaskan etika yang
merupakan keadilan ekonomi, serta hasil dari penerapan keadilan, yaitu terwujudnya keadilan
sosial. Selain itu, pemerintah perlu mengembangkan dan menumbuhkan aparatyang
mempunyai kemampuan, kepekaan, serta kewibawaan untuk melaksanakan pengawasanserta
pembinaan kepada pelaku bisnis, agar praktek-praktek yang meninggalkan etika bisnis tidak
dilakukan lagi.

14
Daftar Pustaka

Dewi, Sutrisna. 2010. Etika Bisnis Konsep Dasar, Implementasi, dan Kasus. Denpasar: Udayana
University Press.
Keraf, A. Sonny. 2005. Etika Bisnis. Edisi Baru Cetakan Ke-9. Kanisius: Yogyakarta.
https://www.academia.edu/14728450/ETIKA_DALAM_BISNIS. Diakses pada tanggal 3
September 2019.
https://richafuji.wordpress.com/2016/10/08/relevansi-antara-etika-dan-bisnis/. Diakses pada
tanggal 3 September 2019.
https://www.jurnal.id/id/blog/2017-5-manfaat-etika-bisnis-untuk-perusahaan/. Diakses pada
tanggal 3 September 2019.
https://www.literasipublik.com/antara-etika-bisnis-dan-keuntungan. Diakses pada tanggal 3
September 2019.
http://adey-am20.blogspot.com/2010/11/tingkatan-etika-bisnis.html. Diakses pada tanggal 3
September 2019.
http://ilmumanajement.blogspot.com/2012/12/sasaran-dan-ruang-lingkup-etika-bisnis.html.
Diakses pada tanggal 3 September 2019.

15

Anda mungkin juga menyukai