BAB 6
Dosen:
Prof. Dr. Dra. Ec. Sri Trisnaningsih,M.Si
Disusun oleh:
Kelompok 5 Kelas A – Akuntansi:
1. Melyta Yonada (17013010188)
2. Lutfiana Ayu Pradita. (17013010192)
3. Fabiola Dinda Effendi (17013010199)
4. Agustina Aisyah Dewi (17013010302)
JURUSAN AKUNTANSI
JAWA TIMUR
2019
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena tanpa rahmat,
taufik dan hidayah-Nya kami senantiasa masih diberi kesempatan untuk menulis
Makalah yang berjudul Prinsip dan Kode Etik dalam Bisnis yang bertujuan untuk
menuntaskan tugas mata kuliah Etika Bisnis dan Profesi.
Harapan kami semoga makalah ini dapat digunakan sebagai acuan, pedoman
maupun petunjuk bagi para pembaca, namun yang paling utama semoga makalah ini
dapat menambah wawasan para pembaca mengenai materi yang kami bahas dalam
makalah ini.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih membutuhkan banyak perbaikan. Oleh karena itu kritik dan
saran dari pembaca yang membangun sangat kami butuhkan untuk
menyempurnakan pembuatan makalah-makalah kami yang akan datang.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan pembuatan makalah ini dari awal sampai akhir.
Semoga Allah SWT membalas jasa-jasanya dan senantiasa meridhoi kita semua.
Amin.
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER ........................................................................................................ i
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : PEMBAHASAN
Definisi yang sangat luas, profesi adalah sebuah pekerjaan yang secara
khusus dipilih, dilakukan dengan konsisten, kontinu ditekuni, sehingga orang bisa
menyebut kalau dia memang berprofesi di bidang tersebut.
Definisi lebih sempit, profesi adalah pekerjaan yang ditandai oleh pendidikan
dan keterampilan khusus. Sedangkan definisi yang lebih khusus lagi, profesi
ditandai oleh tiga unsur penting yaitu pekerjaan, pendidikan atau keterampilan
khusus, dan adanya komitmen moral/nilai-nilai etis.
“Profesi adalah sebuah pilihan yang sadar dilakukan oleh seseorang, sebuah
‘pekerjaan’ yang secara khusus dipilih, dilakukan dengan konsisten, ditekuni
secara konsisten, sehingga orang bisa menyebut kalau dia memang berprofesi di
bidang tersebut. Sedangkan profesional yang memayungi profesi tersebut adalah
semangat, paradigma, spirit, tingkah laku, ideologi, pemikiran, gairah untuk terus
menerus secara dewasa, secara intelek meningkatkan kualitas profesi mereka”
Ciri-ciri Profesi :
Bisnis dianggap sebagai profesi karena telah sesuai dengan definisi dan
ciri-ciri suatu profesi, yaitu :
1. Profesi adalah pekerjaan dan di dalam bisnis terdapat banyak jenis pekerjaan.
2. Sebagian besar jenis pekerjaan di dalam perusahaan.
3. Profesi menuntut penerapan kaidah moral/etika yang sangat ketat.
4. Tuntutan kaidah moral yang tinggi menjadi keharusan dalam bisnis.
Adanya pro & kontra apakah Bisnis bisa disebut Sebagai profesi/ tidak?.
Pandangan yang mengganggap bisnis itu adalah Amoral. Bisnis tidak ada
hubungannya dengan etika. Yang lemah akan kalah, yang kuat akan unggul.
Banyaknya pandangan bisnis amoral ini akan ditinggalkan karena saat Ini dan
dimasa yang akan datang makin banyak yang menyadari bahwa dalam berbisnis
pun diperlukan komitmen moral yang tinggi.
2. Menurut Weiss :
a. martabat/hak
b. Kewajiban
c. Kewajaran
d. Keadilan
3. Menurut Sonny Keraf :
a. Prinsip Otonomi ; yaitu sikap dan kemampuan manusia untuk
mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan kesadarannya
tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan.
b. Prinsip Kejujuran ; terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang bisa
ditunjukkan secara jelas bahwa bisnis tidak akan bisa bertahan lama
dan berhasil kalau tidak didasarkan atas kejujuran. Pertama, jujur
dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak. Kedua,
kejujuran dalam penawaran barang atau jasa dengan mutu dan harga
yang sebanding. Ketiga, jujur dalam hubungan kerja intern dalam
suatu perusahaan.
c. Prinsip Keadilan ; menuntut agar setiap orang diperlakukan secara
sama sesuai dengan aturan yang adil dan sesuai criteria yang rasional
obyektif, serta dapat dipertanggung jawabkan.
d. Prinsip Saling Menguntungkan (Mutual Benefit Principle) ; menuntut
agar bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga menguntungkan
semua pihak.
e. Prinsip Integritas Moral ; terutama dihayati sebagai tuntutan internal
dalam diri pelaku bisnis atau perusahaan, agar perlu menjalankan
bisnis dengan tetap menjaga nama baik pimpinan atau orang-orangnya
maupun perusahaannya.
1. Kode etik formal : Kode etik yang dirumuskan/ditetapkan secara resmi oleh
suatu organisasi profesi, suatu lembaga/entitas tertentu dsb.
2. Kode Etika : Entitas yang mengembangkan kebijakan, mengevaluasi tindakan,
menginvestigasi, dan menghakimi pelanggaran-pelanggaran etika.
3. Sistem komunikasi etika : Cara untuk mensosialisasikan kode etik dan
perubahannya, termasuk isu-isu dan cara mengatasinya yang bersifat dua arah
4. Pejabat etika : Pihak yang mengkoordinasikan kebijakan, memberikan
pendidikan, dan menyelidiki tuduhan adanya pelanggaran etika
5. Program pelatihan etika : Program yang bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran dan membantu karyawan dalam merespon masalah-masalah etika
6. Proses penetapan disiplin : dalam hal terjadi perilaku tidak etis.
Kode Etik Pemasaran :
1. Kompetensi
Artinya, akuntan harus memelihara pengetahuan dan keahlian yang sepantasnya,
mengikuti hukum, peraturan dan standar teknis, dan membuat laporan yang jelas
dan lengkap berdasarkan informasi yang dapat dipercaya dan relevan. Praktisi
manajemen akuntansi dan manajemen keuangan memiliki tanggung jawab untuk :
Menjaga tingkat kompetensi profesional sesuai dengan pembangunan
berkelanjutan, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.
Melakukan tugas sesuai dengan hukum, peraturan dan standar teknis
yang berlaku.
Mampu menyiapkan laporan yang lengkap, jelas, dengan informasi
yang relevan serta dapat diandalkan.
2. Kerahasiaan
Mengharuskan seorang akuntan manajemen untuk tidak mengungkapkan
informasi rahasia kecuali ada otorisasi dan hukum yang mengharuskan untuk
melakukan hal tersebut. Praktisi manajemen akuntansi dan manajemen
keuangan memiliki tanggung jawab untuk :
Mampu menahan diri dari mengungkapkan informasi rahasia yang
diperoleh dalam pekerjaan, kecuali ada izin dari atasan atau atas dasar
kewajiban hukum.
Menginformasikan kepada bawahan mengenai kerahasiaan informasi
yang diperoleh, agar dapat menghindari bocornya rahasia perusahaan.
Hal ini dilakukan juga untuk menjaga pemeliharaan kerahasiaan.
Menghindari diri dari mengungkapkan informasi yang diperoleh untuk
kepentingan pribadi maupun kelompok secara ilegal melalui pihak
ketiga.
3. Integritas
Mengharuskan untuk menghindari “conflicts of interest”, menghindari
kegiatan yang dapat menimbulkan prasangka terhadap kemampuan mereka
dalam menjunjung etika. Praktisi manajemen akuntansi dan manajemen
keuangan memiliki tanggung jawab untuk :
Menghindari adanya konflik akrual dan menyarankan semua pihak
agar terhindar dari potensi konflik.
Menahan diri dari agar tidak terlibat dalam kegiatan apapun yang akan
mengurangi kemampuan mereka dalam menjalankan tugas secara etis.
Menolak berbagai hadiah, bantuan, atau bentuk sogokan lain yang
dapat mempengaruhi tindakan mereka.
Menahan diri dari aktivitas negatif yang dapat menghalangi dalam
pencapaian tujuan organisasi.
Mampu mengenali dan mengatasi keterbatasan profesional atau
kendala lain yang dapat menghalangi penilaian tanggung jawab kinerja
dari suatu kegiatan.
Mengkomunikasikan informasi yang tidak menguntungkan serta yang
menguntungkan dalam penilaian profesional.
Menahan diri agar tidak terlibat dalam aktivitas apapun yang akan
mendiskreditkan profesi.
4. Objektivitas
Mengharuskan para akuntan untuk mengkomunikasikan informasi secara
wajar dan objektif, mengungkapan secara penuh (fully disclose) semua
informasi relevan yang diharapkan dapat mempengaruhi pemahaman user
terhadap pelaporan, komentar dan rekomendasi yang ditampilkan. Praktisi
manajemen akuntansi dan manajemen keuangan memiliki tanggung jawab
untuk :
Mengkomunikasikan atau menyebarkan informasi yang cukup dan
objektif.
Mengungkapkan semua informasi relevan yang diharapkan dapat
memberikan pemahaman akan laporan atau rekomendasi yang
disampaikan.
5. Resolusi atas Etis
Dalam menerapkan standar kode etik, praktisi akuntansi manajemen dan
manajemen keuangan mungkin menghadapi masalah dalam
mengidentifikasikan perilaku tidak etis atau di dalam memecahkan suatu
konflik etis.
Kode Etik Keuangan :
Akhir-akhir ini makin banyak dan makin sering terdengar berita tentang
isu/skandal pelanggaran etika dibidang keuangan yang dilakukan dan melibatkan
oknum pejabat terkait di bidang keuangan. Pelanggaran etika yang sudah sering
terdengar, antara lain: insider trading, transaksi saham ilegal, proyeksi laporan
keuangan yang direkayasa untuk memperoleh kredit bank, rekayasa laporan
keuangan untuk tujuan pembayaran pajak atau untuk mendongkrak harga saham,
dan sebagainya.
Komunikasi yang tidak efektif antar orang di dalam satu bagian, atau
komunikasi yang tidak kondusif antar bagian di dalam satu perusahaan bisa
menimbulkan suasana dan budaya perusahaan yang tidak kondusif. Hal ini akan
menimbulkan stress bagi karyawan yang pada akhirnya merugikan perusahaan
secara keseluruhan. Oleh karena itu, semua karyawan pada semua fungsi di suatu
perusahaan harus selalu bersikap profesional, yaitu: menguasai bidang ilmu dan
keterampilan teknis pada bidangnya, serta harus mempunyai sikap dan perilaku
etis.
Setiap elemen di dalam perusahaan akan berinteraksi satu dengan yang
lainnya yang akan memengaruhi perusahaan secara keseluruhan, sekecil apapun
peran yang dimainkan oleh setiap elemen tersebut. Misalnya bagian produksi di
suatu perusahaan. Walaupun bagian produksi tidak berhubungan langsung dengan
pelanggan, namun kualitas produk yang dihasilkan sangat menentukan kinerja
fungsi pemasaran.
PERBANDINGAN KODE ETIK
1. Integritas
3. Kompetensi
Objektif Berarti sesuai tujuan, sesuai sasaran, tidak berat sebelah, selalu
didasarkan atas fakta, atau bukti yang mendukung. Konsep ini menyiratkan bahwa
segala sesuatu diungkapkan apa adanya, tidak menyembunyikan sesuatu, jujur dan
wajar. Independensi mencerminkan sikap tidak memihak serta tidak dibawah
pengaruh atau tekanan pihak tertentu dalam mengambil keputusan atau tindakan.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Etika bisnis merupakan salah satu cara untuk melakukan kegiatan bisnis,
yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga
masyarakat. Sonny Keraf (1998) menjelaskan bahwa prinsip etika bisnis adalah
sebagai berikut : Prinsip Otonomi, Prinsip Kejujuran, Prinsip Keadilan, Prinsip Saling
Menguntungkan (Mutual Benefit Principle), Prinsip Integritas Moral.
Prinsip etika lingkungan hidup dirumuskan dengan tujuan untuk dapat dipakai
sebagai pegangan dan tuntutan bagi perilaku manusia dalam berhadapan dengan alam.
Prinsip dan isu etika untuk beberapa fungsi, seperti fungsi sumber daya manusia
(SDM), pemasaran, akuntansi, keuangan, teknologi informasi, dan fungsi-fungsi
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA