Anda di halaman 1dari 18

Makalah

Kasus Penyimpangan PETRAL

Kelas : B

Disusun Oleh :

1. Rochmad Prasetyo (1513010040)


2. Michael A.R.M (1513010081)
3. Ni Putu Candrawati (1513010184)
4. Faluthia Fitri Puspaningrum (1513010213)
5. Vindy Ayu (1513010222)

Program Studi Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
2018
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi


akuntan publik, masyarakat dapat mengharapkan penilaiian yang bebas dan tidak memihak
terhadap informasi yang disajikan oleh manajement perusahaan dalam laporan keuangan
(Mulyadi dan Puradiredja, 1998,3). Profesi akuntan publik bertanggung jawab untuk
menunaikan tingkat keandalan laporan keuangan perusahaan, sehingga masyarakat
memperoleh informasi keuangan yang andal sebagai dasar pengambilan keputusan.

Guna menunjang profesioanlismenya sebagai akuntan publik maka auditor dalam


melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman pada standar audit yang ditetapkan oleh
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI), yakni standar umum, standar pekerjaan lapangan dan
standar pelaporan. Dimana standar umum merupakan cerminan kualitas pribadi yang harus
dimiliki oleh seorang auditor yang mengharuskan auditor untuk memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang cukup, dalam melaksanankan prosedur audit. Sedangkan standar
pekerjaan lapangan dan standar pelaporan mengatur auditor dalam hal pengumpulan data dan
kegiatan lainnya yang dilaksanakan selama melakukan audit serta mewajibkan auditor untuk
menyusun suatu laporan atas laporan keuangan yang di auditnya secara keseluruhan. Namun
selain standar audit, akuntan publik harus mematuhi kode etik profesi yang megatur perilaku
akuntan publik dalam menjalankan praktik profesinya baik dengan sesama anggota maupun
dengan masyarakat umum. Kode etik ini mengatur tentang tanggung jawab profesi,
kompetensi dan kehati hatian profesional, kerahasiaan, perilaku profesi serta standar teknis
bagi seorang auditor dalam menjalankan profesinya.

Akuntan publik atau auditor independen dalam tugasnya mengaudit perusahaan klien
memiliki posisi yang strategis sebagai pihak ketiga dalam lingkungan perusahaan klien yakni
ketika akuntan publik mengemban tugas dan tanggung jawab dari manajemen. Untuk
mengaudit laporan keuangan perusahaan yang dikelolanya. Dalam hal ini manajement ingin
supaya kinerjanya terlihat selalu baik dimata pihak ekternalperusahaan terutama pemilik.
Akan tetapi disisi lain, pemilik menginginkan supaya auditor melaporkan dengan sejujurnya
keadaan yang ada pada perusahaan yang telah dibiayainya. Kepercayaan yang besar dari
pemakai laporan keuangan auditan dan jasa lainnya yang diberikan oleh akuntan publik inilah
yang akirnya mengharuskan akuntan publik untuk memperhatikan kualitas audit yang
dihasilkannya.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana kronologis kasus PETRAL?


2. Bagaimana cara PT. Pertamina mengatasi kasus tersebut?
3. Apakah keterkaitan kasus tersebut dengan SA 504 s/d SA 9543?

Tujuan Penelitian

1. Mengetahui kronologis kasus PETRAL


2. Mengetahui cara PT. Pertamina mengatasi kasus tersebut
3. Meengetahui keterkaitan kasus tersebut dengan SA 504 s/d SA 9543
BAB II

PEMBAHASAN

KASUS

Fenomena yang terjadi sehubungan dengan opini auditor di Indonesia adalah kasus
yang terjadi pada Pertamina Trading Limited (Petral). Anak perusahaan Pertamina itu
memperoleh opini wajar tanpa pengecualian dari Kantor Akuntan Publik Price Waterhouse
Coopers (PwC) Singapura yang telah selesai diaudit oleh PwC pada 16 Januari 2015.
Anggota Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas, Agung Wicaksono, mengatakan dalam
pertemuannya dengan Pertamina Energy Trading Ltd (Petral) pada Rabu, 17 Desember 2014
terungkap persoalan dalam bisnis Petral yang belum selesai. Menurut Agung, Petral tidak
mengetahui identitas pemilik perusahaan pemenang lelang pengadaan minyak yang selama
ini bekerja sama dengan mereka. Petral selama ini menjadi trading arm atau entitas yang
bertugas menangani jual-beli produk minyak Pertamina. Belakangan, perusahaan yang
bermarkas di Singapura ini menjadi sorotan karena dituding sebagai sarang mafia yang
memburu rente dari impor minyak. Petral pun dituding tidak transparan dalam
menyelenggarakan impor.

Rabu, 13 Mei 2015 PT Pertamina (Persero) resmi melikuidasi Petral Group termasuk
Petral-PES dan Zambesi. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno
menegaskan bahwa jika dalam proses audit investigasi Pertamina Energy Trading Limited
(Petral) ditemukan tindakan yang bersifat melanggarhukum dan merugikan negara, maka
pemerintah tidak segan akan melaporkan hal itu kepada penegak hukum. Ia melanjutkan,
dengan dibubarkannya Petral maka otomatis total dana dan aset yang dimilikinya
dipindahkan ke induk usaha, dalam hal ini Pertamina

Direktur Utama PT Pertamina Dwi Soetjipto menyatakan penutupan dan


pengambilalihan peran Pertamina Energy Trading Ltd (Petral) lebih menguntungkan bagi
perusahaannya. Dwi mengatakan cara ini membuat Pertamina mampu mengumpulkan
keuntungan US$ 22 juta (sekitar Rp 289 miliar) dalam dua bulan terakhir. “Kinerja jadi lebih
baik dan Pertamina untung,” kata Dwi di kantor Kementerian Badan Usaha Milik Negara,
Rabu, 13 Mei 2015.
Menurut Rahayu, 2010 kondisi yang harus dipenuhi untuk pemberian opini
Unqualified adalah: 1) Laporan keuangan lengkap, 2) Ketiga Standar Umum dalam standar
auditing dipenuhi, 3) Ketiga standar pelaksanaan dipenuhi, 4) Laporan keuangan disajikan
sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum, tidak ada kondisi yang memerlukan tambahan
alinea penjelasan atau modifikasi kalimat pada laporan.

Tanggung jawab profesi akuntan publik dalam melaksanakan audit bukan hanya
untuk kepentingan klien yang membayar fee saja, tetapi juga untuk pihak ketiga atau
masyarakat yang mempunyai kepentingan terhadap laporan keuangan klien yang diaudit.
Masyarakat menilai independensi akuntan publik tidak hanya secara perseorangan tetapi dari
segi profesi akuntan publik secara keseluruhan. Jika masyarakat menilai seorang akuntan
publik atau suatu kantor akuntan telah gagal mempertahankan independensinya, maka
kemungkinan besar, masyarakat menaruhkecurigaan terhadap independensi keseluruhan
akuntan publik. Kecurigaan tersebut dapat berakibat hilangnya kepercayaan masyarakat
terhadap profesi akuntan publik, khususnya dalam pemberian jasa pemeriksaan akuntan.
(Supriyono,1988)

Atas dasar pentingnya independensi, akuntan publik dituntut untuk senantiasa


meningkatkan keahlian audit (kompetensi), dan dalam melaksanakan tugasnya, auditor harus
berpedoman pada Standar Profesional Akuntan Publik dari IAI. (Purwanti, 2014)

Objek Kasus

PT Pertamina Energi Trading Limited (PETRAL) merupakan anak perusahaan dari PT


Pertamina (Persero) yang merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
bergerak di bidang Bahan Bakar Minyak (BBM).

Jenis : Perseroan Terbatas

Industri/jasa : Jual beli Bahan Bakar Minyak (BBM)

Didirikan : 1969

Kantor pusat : Singapura

Daerah layanan : Indonesia

Tokoh penting : Totok Nugroho (Direktur Utama)


Pemilik : PT. Pertamina (Persero)

PT Pertamina Energi Trading Limited (PETRAL) meliputi: melakukan jual beli minyak.
Lebih tepatnya membeli minyak dari mana saja guna di jual lagi kepada pertamina.

Sejarah Singkat PT Pertamina Energi Trading Limited (PETRAL)

Petral berdiri pada 1969 dengan nama PT Petral Group dengan dua pemegang sahamnya dari
Petra Oil Marketing Corporation Limited yang terdaftar di Bahama dengan kantornya Hong
Kong, serta Petral Oil Marketing Corporation yang terdaftar di California, Amerika Serikat
(AS).

Pada 1978, kedua perusahaan pemegang saham Petral tersebut melakukan marger dengan
mengubah nama perusahaanya menjadi Petra Oil Marketing Limited yang terdaftar di Hong
Kong.

Kemudian pada 1979-1992, kepemilikan saham Petra Oil Marketing Limited dimiliki oleh
perusahaan Zambesi Invesments Limited yang terdaftar di Hong Kong dan Pertamina Energy
Services Pte Limited yang terdaftar di Singapura.

Pada 1998, perusahaan tersebut diakusisi oleh PT Pertamina (Persero) dan pada 2001
mengubah namanya menjadi PT Pertamina Energy Trading Ltd (Petral). Selain Pertamina,
sahamnya juga dimiliko Zambesi Invesments Limited dan Pertamina Energy Services Pte
Limited.

Kasus Yang Terjadi Pada PT Pertamina Energi Trading Limited (PETRAL)

Dikutip dari surat kabar elektronik REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil Audit


yang dilakukan auditor asing Kordamentha dan yang dilakukan Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) menimbulkan polemik di masyarakat. Sebab, hasil audit tersebut bertolak belakang,
BPK mengatakan Petral-PES melakukan transaksional secara wajar, sedangkan Kordamentha
menduga ada inefisiensi dan kebocoran data pihak ketiga.

Wakil ketua Komisi VI, Satya Widya Yudha mengatakan Kordhamenta sebagai
auditor seharusnya bersifat profesional. "Kordamentha itu auditor yang dibayar oleh
Pertamina. Apakah dia kredibel, independen sedangkan yang membiayai mereka adalah
Pertamina," kata Satya di Jakarta, Ahad (15/11).
"Sedangkan BPK merupakan institusi yang independen karena tidak berada dalam kekuasaan
eksekutif. BPK memiliki kekuasaan sendiri."

Menurut dia, perbedaan hasil audit BPK dan Kordhamentha akan dibawa ke DPR. Komisi VI
pun dalam waktu dekat akan memanggil menteri ESDM, Pertamina, Kordametha dan BPK.

"Akan kita adu, hasil dari Kordametha dan BPK. kita bikin matrik. Mulai dari pola
pengambilan keputusan hingga proses tender," ucap dia.

BPK sebagai auditor negara, memiliki kewenangan yang lebih terkait kerugian
negara, sedangkan hasil audit Kordametha itu hanya untuk internal Pertamina saja, artinya
hasil audit Kordhamentha untuk perbaikan dan mengetahui inefiensi di tubuh pertamina.

"Hasil audit Kordametha hanya bersifat internal Pertamina saja, untuk perbaikan internal
pertamina saja. Kalaupun mau dibawa ke ranah hukum, itu wewenang pejabat terkait seperti
Menteri ESDM atau dirut Pertamina Dwi Soetjipto," ucap dia.

Dari surat kabar elektronik NASIONAL.SINDONEWS.COM – Berdasarkan


perbedaan hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Kordhamentha terhadap Petral-
PES akan dibawa ke DPR. Wakil Ketua Komisi VI DPR, Satya Widya Yudha mengatakan,
dalam waktu dekat akan memanggil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM),
Pertamina, Kordhametha dan BPK.

"Akan kita adu, hasil dari Kordhamentha dan BPK. kita bikin matriks. Mulai dari pola
pengambilan keputusan, hingga proses tender," ujar Satya, Jakarta, Minggu (15/11/2015).

Menurutnya, BPK sebagai auditor negara, memiliki kewenangan yang lebih terkait
kerugian negara. Sementara, kata dia, hasil audit Kordhamentha itu hanya untuk internal
Pertamina saja.

Artinya, lanjut Satya, hasil audit Kordhamentha untuk perbaikan dan mengetahui
inefisiensi di tubuh Pertamina. "Hasil audit Kordhamentha hanya bersifat internal Pertamina
saja, untuk perbaikan internal Pertamina saja," ucapnya.

Kasus Petral merupakan kasus besar yang tidak asing lagi di masyarakat. Petral adalah anak
perusahaan PT. Pertamina yang mempunyai tugas melakukan ekspor dan impor minyak.
Banyak analis menyebutkan Petral adalah perusahaan sarang korupsi. praktek rent-seeking
economy terjadi didalam anak perusahaan Pertamina ini. Berbagai kontroversi juga
menyeruak terkait kehadiran Petral khususnya ketika dihubungkan dengan praktek mafia
minyak dan gas di Indonesia.

Pada Jum’at (13/11/2015) PT Pertamina (Persero) siap mengirimkan seluruh berkas hasil
audit forensik dari lembaga auditor Kordha Mentha terhadap Pertamina Energy Trading Ltd
(Petral) kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Tindakan ini menanggapi surat resmi
yang dilayangkan KPK kepada Pertamina.

“Mereka (KPK) mulai dengan surat resmi atas permintaan kami. Dan kami akan berikan atau
kirimkan berkas (hasil audit) minggu depan kepada KPK untuk segera ditindaklanjuti,” tegas
Sekretaris Perusahaan Pertamina, Wisnutoro saat Diskusi Energi Kita di Jakarta, Minggu
(15/11/2015).

PT Pertamina (Persero) memilih auditor asal Australia, Kordamenta, dalam audit Pertamina
Energy Trading Ltd. (Petral). Banyak pihak bertanya mengapa perusahaan migas pelat merah
itu tidak memakai Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Sekretaris Perusahaan Pertamina Wisnuntoro mengungkapkan, proses audit yang dilakukan


auditor asing tersebut berbeda dengan audit dari BPK. Pemilihan auditor dilakukan dengan
seleksi yang ketat

“Auditor yang kita tunjuk sudah sesuai dengan saat tender. Ada 6 peserta yang ikut, dan
akhirnya kita pilih Kordamenta, dan (audit) yang dilakukan BPK dengan Kordamenta itu
berbeda,” ungkap Wisnuntoro dalam diskusi Energi Kita di Kebon Sirih, Jakarta Pusat,
Minggu (15/11/2015).
Seperti diketahui, berdasarkan temuan lembaga auditor Kordha Mentha, jaringan mafia
minyak dan gas (migas) menguasai kontrak pasokan minyak senilai US$ 18 miliar atau
sekitar Rp 250 triliun selama periode 2012-2014.

Dan dari hasil audit itu pula ditemukan semua pemasok minyak mentah dan bahan bakar
minyak ke Pertamina melalui Petral pada periode tersebut ternyata berafiliasi dengan satu
badan yang sama. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said mengungkapkan,
badan itu kerap menggunakan perusahaan perantara (fronting traders) dan perusahaan minyak
milik negara (national oil company/NOC) untuk mengeruk keuntungan. Akibat permainan
ini, Pertamina tak memperoleh harga terbaik dalam pengadaan minyak. Diskon bagi
Pertamina yang seharusnya bisa mencapai US$ 1,3 per barel menyusut menjadi cuma US$ 30
sen per barel.
Review Kasus Petral (Anak Perusahaan Pertamina)

1. Auditor : PT Pertamina (Persero) memilih auditor asal Australia, Kordamenta.

2. Jenis Audit :

Jenis audit yang dilakukan adalah Audit Forensik yaitu audit yang dilakukan
untuk mendeteksi kemungkinan kemungkinan risiko terjadinya fraud atau kecurangan
didalam maupun diluar sistem secara komprehensif.

3. Prosedur Audit Forensik yang dilakukan :

Hasil audit forensik KordaMentha, kata Wisnuntoro, mengindikasikan secara


faktual bahwa ada pertukaran informasi via e–mail dari para pegawai yang
berkomunikasi dengan vendor.

Hasil audit forensik terhadap Pertamina Energy Trading Ltd (Petral)


menyebutkan terjadi anomali dalam pengadaan minyak pada 2012-2014. Berdasarkan
temuan lembaga auditor KordaMentha, jaringan mafia minyak dan gas (migas)
menguasai kontrak suplai minyak senilai US$ 18 miliar atau sekitar Rp 250 triliun
selama tiga tahun.

Sumber di Kementerian Energi mengatakan Petral menjadi kepanjangan


tangan pihak ketiga untuk masuk proses pengadaan minyak. Menurut dia, pihak
ketiga ini memiliki informan di tubuh Petral, yang membocorkan informasi
pengadaan minyak, memunculkan perhitungan harga serta mengatur tender. Audit
forensik yang dilakukan KordaMentha tidak sampai menyentuh kisruh Petral dengan
Pertamina sebagai korporasi.

a. Identifikasi masalah : Auditor memahami kasus yang akan dibahas.


Pemahaman tersebut untuk mempertajam analisa dan spesifikasi ruang lingkup
sehingga audit bisa dilakukan secara tepat sasaran.
b. Pembicaraan dengan klien : Auditor membahasan kasus bersama klien terkait
lingkup, kriteria, metodelogi audit, limitasi, dan jangka waktu.
c. Pemeriksaan pendahuluan : Auditor melakukan pengumpulan data kasus
menggunakan 5W + 2H (Who, What, Where, When, Why, How, How much).
Investigasi dilakukan apabila sudah terpenuhi 4 W + 1H.
d. Pengembangan rencana dan pemeriksaan : Auditor akan melakukan
penyusunan dokumentasi kasus yang dihadapi, tujuan audit, prosedur
pelaksanaan audit, serta tugas individu dalam tim.
e. Pemeriksaan lanjutan : Auditor akan melakukan pengumpulan bukti dan
menganalisa dokumentasi kasus. Dan Auditor akan menjalankan teknik
auditnya guna mengidentifikasi secara meyakinkan adanya fraud dan pelaku
fraud tersebut
f. Penyusunan laporan : auditor melakukan penyusunan laporan hasil audit
forensic. Ada 3 poin yang harus diungkapkan antara lain :
1. Kondisi : yaitu kondisi yang terjadi sebenarnya.
2. Kriteria :standar patokan dalam pelaksanaan kegiatan.
3. Simpulan : berisi kesimpulan mencakup sebab fraud dan penjelasan kondisi
fraud
4. Kesimpulan :
Hasil audit Petral pada awal pekan lalu, yang salinannya dimiliki Katadata,
terungkap bahwa KordaMentha tidak menemukan bukti atau informasi adanya
korupsi maupun suap yang diterima oleh para karyawan Petral. Kesimpulan itu
berdasarkan hasil peninjauan (review) dokumentasi, data elektronik, wawancara, dan
lain-lain. Pencarian bukti adanya korupsi juga sulit dilakukan karena auditor tidak
berwenang membuka data-data rekening dan aset para karyawan Petral.
Sebaliknya, hasil audit Petral selama periode Januari 2012 hingga Mei 2015
itu hanya menemukan adanya penyimpangan dalam proses operasional perusahaan.
Masalah itu berhulu dari perubahan kebijakan pimpinan Pertamina pada tahun 2012,
yaitu pembelian minyak mentah dan produk minyak secara langsung dari perusahaan
migas nasional (NOC) dan pemilik kilang. Kebijakan itu menimbulkan potensi
inefisiensi dari sisi nilai dan volume. “Berdasarkan laporan auditor, potensi inefisiensi
memang terjadi karena penambahan rantai suplai sehingga harga menjadi lebih
mahal,”.
KordaMentha tidak menyebutkan secara spesifik apakah keterlibatan pihak
eksternal tersebut adalah mafia migas atau bukan. Selain itu, hasil audit tersebut tidak
menemukan bukti keterlibatan direksi lama perusahaan. “Tidak ada laporan auditor
yang menyebutkan komunikasi secara langsung.” Berdasarkan informasi yang
diperoleh Katadata dari beberapa sumber, sebenarnya di internal pemerintah belum
satu suara untuk membawa hasil audit Petral itu ke ranah hukum.
Terdapat dua opsi penindaklanjutan kasus Petral. Pertama, langkah dari sisi
internal perusahaan, seperti menindak para karyawan yang terbukti melakukan
pelanggaran peraturan perusahaan. "Misalnya personil Petral yang terindikasi dalam
audit itu, tentu kami akan proses sesuai ketentuan di perusahaan," ujar Dwi. Selain itu,
memperbaiki sistem pembelian minyak mentah dan produk BBM yang selama ini
tidak transparan dan menimbulkan biaya yang tinggi.

5. Temuan Audit :

a) Inefisiensi rantai suplai yang meningkatkan risiko mahalnya harga crude dan produk
b) Kebijakan Petral dalam proses pengadaan, kebocoran informasi rahasia, dan pengaruh
eksternal.
c) Terdapat surat elektronik (email) maupun obrolan via sosial media yang ditengarai
membocorkan informasi terkait patokan harga dan volume bahan bakar minyak
(BBM).
d) Terdapat jaringan mafia minyak dan gas (migas) telah menguasai kontrak suplai
minyak senilai US$ 18 miliar atau sekitar Rp 250 triliun selama tiga tahun.
e) Adanya penguasaan kontrak oleh jaringan tertentu. “Hal ini menambah panjang rantai
suplai sehingga harga beli minyak kurang kompetitif”.
f) Ada pengaturan volume minyak mentah dan BBM oleh Petral kepada perusahaan
minyak nasional.
g) Kebocoran informasi rahasia dalam proses pengadaan seperti patokan harga dan
volume minyak impor di Petral.
h) Ada pihak eksternal di luar manajemen Pertamina dan Petral Group yang membuat
harga minyak ke Indonesia menjadi lebih tinggi
STANDAR PELAPORAN KEEMPAT

Standar pelaporan keempat berbunyi sebagai berikut:

“Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan
secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika
pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam
hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat
petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat
tanggung jawab yang dipikul oleh auditor”.

Seksi 504
Pengaitan Nama Auditor dengan Laporan Keuangan

Seksi ini memberikan panduan bagi akuntan yang dikaitkan dengan laporan keuangan entitas
publik atau dengan laporan keuangan entitas nonpublik yang ia telah mengadakan perikatan
untuk mengauditnya berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Institut Akuntan Publik
Indonesia.
Seorang akuntan dikaitkan dengan laporan keuangan jika ia mengizinkan namanya
dalam suatu laporan, dokumen, atau komunikasi tertulis yang berisi laporan tersebut (seksi ini
tidak berlaku untuk data seperti pajak penghasilan yang disusun semata-mata untuk
kepentingan instansi pajak).
Pernyataan tidak memberikan pendapat dapat dilampirkan pada laporan keuangan
yang tidak diaudit atau dimasukkan ke dalam laporan keuangan tersebut dan setiap halaman
laporan keuangan tersebut harus secara jelas diberi tanda “tidak diaudit”.
Jika auditor tidak independen ia akan terhalang dalam menyatakan pendapat atas
laporan keuangan karena itu ia harus menyatakan tidak memberi pendapat terhadap laporan
keuangan dan menyatakan secara khusus bahwa ia tidak independen.
Bila laporan Keuangan yang tidak diaudit disajikan dalam bentuk komparatif dengan
laporan keuangan auditan dalam dokumen yang diserahkan kepada Bapepam, laporan
keuangan yang tidak diaudit tersebut harus secara jelas diberi tanda “tidak diaudit”, namun
tidak perlu diacu dalam laporan auditor.
Bila akuntan dengan alasan apapun, menyatakan tidak memberikan pendapat atas
laporan keuangan, pernyataannya tersebut tidak boleh bertentangan dengan dicantumkannya
suatu pernyataan keyakinan mengenai tidak diketahui adanya penyimpangan dari standar
akuntansi keuangan di Indonesia, kecuali yang secara spesifik diakui sebagaimana mestinya
menurut standar yang ditetapkan Ikantan Akuntan Indonesia.

SA Seksi 508
Laporan Auditor atas Laporan Keuangan Auditan

Laporan auditor bentuk baku memuat suatu pernyataan bahwa laporan keuangan
menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan suatu entitas, dan
arus kas sesuai dengan standar akuntansi di Indonesia.

Tipe Pendapat Auditor:


a. Pendapat wajar tanpa pengecualian. Pendapat wajar tanpa pengecualian menyatakan
bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material,
posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan standar
akuntansi keuangan di Indonesia. Ini adalah pendapat yang dintakan dalam laporan
auditor bentuk baku.
b. Bahasa penjelasan ditambahkan dalam laporan auditor bentuk baku. Keadaan tertentu
mungkin mengharuskan auditor menambahkan suatu paragraf penjelas (atau bahasa
penjelasan yang lain) dalam laporan auditnya.
c. Pendapat wajar dengan pengecualian. Pendapat wajar dengan pengecualian
menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua yang
material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu dengan standar
akuntansi keuangan di Indonesia, kecuali untuk dampak hal yang berhubungan
dengan yang dikecualikan.
d. Pernyataan tidak memberi pendapat. Auditor tidak menyatakan suatu pendapat bila
ia tidak merumuskan suatu pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan sesuai
standar akuntansi keuangan dan auditor harus memberikan semua alasan substantif
yang mendukung pernyataan tersebut.

Standar pelaporan keempat mengharuskan laporan auditor berisi baik pernyataan


pendapat atau laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu pernyataan tidak memberikan
pendapat. Laporan keuangan secara keseluruhan berlaku tidak hanya terhadap laporan
keuangan periode sekarang namun juga terhadap laporan keuangan satu atau beberapa
periode yang lalu yang disajikan dalam bentuk komparatif dengan laporan keuangan periode
sekarang.

SA Seksi 9508
Laporan Auditor atas Laporan Keuangan

Kepentingan emisi efek yang dicatatkan di pasar modal luar negeri dilakukan dengan
ketentuan berikut:
1. Dalam kalimat pertama paragraf pengantar harus disebutkan bahwa laporan keuangan
dinyatakan dalam satuan rupiah Indonesia.
2. Frasa “...... standar auditing yang ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia”
diterjemahkan ke bahasa Inggris sebagai berikut: “...... auditing standards estabblished
by the Indonesian Institute of Certified Public Accountants”.
3. Frasa “...... sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia “ diterjemahkan ke
dalam bahasa Inggris sebagai berikut: “...... in conformity with Indonesian Financial
Accouting Standards”.
Basis akuntansi likuidasi dapat dianggap sebagai standar akuntansi keuangan di
Indonesia bagi entitas yang berada dalam proses likuidasi atau dalam waktu dekat akan
melakukan likuidasi. Oleh karena itu auditor harus memberikan pendapata wajar tanpa
pengecualian atas laporan keuangan semacam itu, dengan syarat basis akuntansi likuidasi
telah diterapkan semestinya dan bahwa pengungkapan memadai telah dilakukan dalam
laporan keuangan tersebut.

Pernyataan mengenai tanggung jawab manajemen atas laporan keuangan yang


diharuskan oleh Seksi 508 [PSA No. 29] Laporan Auditor atas Laporan Keuangan. Auditan
tidak boleh dijelaskan lebih lanjut dalam laporan auditor bentuk baku atau dibuat acuan ke
laporan manajemen.

Auditor dapat memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan
yang didalamnya terdapat penangguhan dan pengakuan selisih kurs bersih yang timbul dari
penjabaran pos aktiva dan kewajiban moneter jangka panjang dalam mata uang asing sebagai
keuntungan atau kerugian masa sekarang dan masa depan, sepanjang syarat-syarat berikut
dipenuhi:
1. Laporan keuangan disusun berdasarkan standar akuntansi yang berlaku yang ditetapkan
oleh Institut Akuntan Publik Indonesia
2. Lingkup audit yang dilaksanakan oleh auditor tidak dibatasi oleh klien.
3. Auditor adalah independen dalam hubungannya dengan klien.

SA Seksi 530
Pemberian Tanggal atas Laporan Auditor Independen
Auditor independen tidak bertanggung jawab untuk meminta keterangan atau
melaksanakan prosedur audit apa pun untuk periode setelah tanggal laporannya.

Peristiwa kemudian terjadi setelah laporan auditor independen namun sebelum


penerbitan laporan auditor, dan auditor mengetahui tentang adanya peristiwa itu, laporan
keuangan harus disesuaikan atau auditor harus memberikan pengecualian dalam pendapatnya.

SA Seksi 534
Pelaporan atas Laporan Keuangan yang Disusun untuk Digunakan di Negara Lain
Bila melakukan audit atas laporan keuangan entitas Indonesia yang disusun sesuai
standar akuntansi keuangan di negara lain, auditor harus melakukan prosedur yang diperlukan
untuk mematuhi standar umum dan standar pekerjaan lapangan dalam standar auditing yang
ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia.

Auditor harus memahami standar akuntansi keuangan di negara lain tersebut.


Pengetahuan ini dapat diperoleh dengan membaca statuta atau bacaan profesional (atau
kodifikasi yang dibuat) yang menetapkan atau menjelaskan prinsip akuntansi yang berlaku di
negara lain tersebut.

SA Seksi 543
Bagian Audit Dilaksanakan oleh Auditor Independen Lain
Seorang auditor yang bertindak sebagai auditor utama harus memperhatikan apakah ia
telah melakukan semua pekerjaan selain sebagian kecil pekerjaan, atau bagian audit yang
signifikan yang telah dilakukan oleh auditor lain.
Jika auditor utama memutukan memikul tanggung jawab atas pekerjaan auditor lainn,
sepanjang pekerjaan tersebut berkaitan dengan pernyataan pendapat auditor utama atas
laporan keuangan secara keseluruhan, tidak ada pengacuan yang harus dibuat mengenai
pekerjaan atau laporan auditor lain.

Setelah transaksi penggabungan kepentingan dilaksanakan, seorang auditor dapat


diminta untuk membuat laporan atas laporan keuangan yang disajikan kembali untuk satu
tahun sebelumnya atau lebih, yang auditor lain telah melakukan audit atas satu atau lebih
entitas yang tercakup didalam laporan keuangan tersebut. Auditor dapat memutuskan bahwa
ia belum mengauditbagian memadai laporan keuangan untuk tahun-tahun sebelumnya yang
dapat memungkinnya bertindak sebagai auditor utama.

Paragraf 10 SA Seksi 543 [PSA No. 38] Bagian audit dilaksanakan oleh Auditor
Independen Lain menyebutkan bahwa auditor utama “harus memakai cara-cara memadai
untuk menjamin koordinasi kegiatannya dengan kegiatan auditor lain dalam upaya untuk me-
review dengan tepat mengenai hal-hal yang memengaruhi pengkonsolidasian atau
penggabungan akun-akun di dalam laporan keuangan.

9543
Komunikasi antara Auditor Utama dengan Auditor Lain
BAB III

KESIMPULAN

Seorang auditor tanpa adanya independensi, tidaklah berati apa apa. Masyarakat tiak
akan percaya akan hasil auditan dari seorang auditor, sehingga dengan kata lain masyarakat
tidak akan meminta bantuan jasa dari auditnya.

Seperti pada kasus yang terjadi di PT Pertamina Energi Trading Limited (PETRAL)
auditor eksternalnya kordhamentha di anggap tidak independen, karena terjadi perbedaan
hasil audit yang dilakukan antara badan pemeriksa keuangan(BPK) dengan hasil audit yang
di lakukan oleh kordhamentha. Perbedaan hasil audit tersebut adalah badan pemeriksa
keuangan menyatakan bahwa hasil auditnya PT Pertamina Energi Trading Limited
(PETRAL) melakukan transanksinya secara wajar, sedangkan menurut kordamentha
menduga ada inefesiensi dan kebocoran data pihak ketiga.

Kasus dari PT Pertamina Energi Trading Limited (PETRAL) ini masih dalam proses
penyelidikan. Perbedaan hasil tersebut masih akan di bawa ke dalam rapat dewan perwakilan
rakyat(dpr). Dan sampai saat ini belum di ketahui hasilnya.

Berdasarkan masalah tersebut seorang akuntan publik (auditor eksternal harus lah
independen, sehingga dalam mengaudit suatu khasus dapat di peroleh hasil yang jujur dan
sebenarnya. Seperti apa hal yang terjadi dalam perusahaan tersebut, sehingga dapat
menimbulkan kepercayaan bagi masyarakat akan hasil dari laporan keuangan yang telah di
audit.
DAFTAR PUSTAKA

http://riscawijaya.blogspot.co.id/2015/12/audit-kasus-petral.html

https://sucirakhmawati.wordpress.com/2015/12/28/kasus-petral/

https://nasional.kompas.com/read/2015/11/26/19273491/Hasil.Audit.Petral.Masuk.Penyelidik
an.KPK

https://ardhimorsse.wordpress.com/2012/05/23/petral-istana-mafia-minyak-anak-perusahaan-
pertamina-yang-bermarkas-disingapura/

http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/02/21/lzr4q8-jadi-ajang-korupsi-anak-
pertamina-di-singapura-bakal-dibubarkan

https://ekbis.sindonews.com/read/1060091/34/audit-forensik-temukan-kebocoran-rahasia-
kasus-petral-1447059672

https://annisazuhrotuljannah.wordpress.com/2015/12/28/kasus-petral/

Anda mungkin juga menyukai