DOSEN PEMBIMBING :
IKA BERTY APRILIYAN, SE.,M.Ak.,AK,CA,CPA
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 9 :
TASYA HERIA AMANDA 1962201055
NOVA SAININDA 1962201138
WIDYA MILNAWATI 1962201035
FAKULTAS EKONOMI
PRODI AKUNTANSI
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
T.A 2020/2021
BAB 33
AUDIT LAPORAN KEUANGAN
Audit atas laporan keuangan historis selanjutnya disingkat audit laporan keuangan
sebelum laporan tersebut disampaikan oleh direksi atau dewan komisaris kepada otoritas jasa
keuangan (OJK) dan publik, merupakan salah satu kebijakan tata kelola perusahaan yang baik.
Dengan audit, tingkat ke andalan dari informasi yang terkandung dalam laporan keuangan dapat
ditingkatkan. Audit laporan keuangan memberikan asuransi yang memadai bahwa laporan
keuangan telah/belum melakukan hal-hal berikut.
1. Telah disajikan secara wajar (fair), dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil
usaha perusahaan serta laporan perubahan ekuitas dan laporan perubahan arus kas.
2. Disajikan sesuai dengan kerangka laporan keuangan serta standar akuntansi yang berlaku.
DEFINISI AUDIT
Audit laporan keuangan dalam kaitan dengan penugasan audit atas laporan keuangan
historis.pengertian asuransi tersebut dapat di jabarkan seperti uraian ini.
Hubungan 3 pihak
Kata”practtioner”dalam definisi tersebut merebut pada akun pulblik atau lebih spesifik lagi
kantor akuntan publik.Praktisi adalah pihak yang melakukan penugasan audit, kalimat
"responsible party" mengacu pada direksi perusahaan. Pihak penanggung jawab (responsible
party) adalah mereka yang bertanggung jawab terhadap laporan keuangan (subject matter).
Sementara itu, (intended user) mengacu pada pihak untuk siapa laporan audit ditujukan.
Objek penugasan
Audit dilakukan pada suatu objek yang disebut sebagai subjek matter. Objek nya adalah
laporan keuangan nya sendiri. Untuk selanjutnya penugasan audit laporan keuangan historis
disingkat menjadi penugasan audit, sedangkan laporan keuangan historis disingkat menjadi
laporan keuangan. Laporan keuangan harus disusun sesuai dengan kriteria tertentu. Kriteria yang
dimaksud adalah standar akuntansi yang berlaku termasuk kerangka laporan keuangan (
selanjutnya disingkat bandar akuntansi). Intinya penugasan audit adalah mengevaluasi dan
pengukuran laporan keuangan apakah telah disusun dan disajikan sesuai dengan kriteria.
Evaluasi dan pengukuran
Dalam defini penugasan asurans menjelaskan inti dari pekerjaan audit,yaitu menilai dan
mengukur.Penilaian dan pengukuran menggunakan cara atau mode tertentu yang disebut dengan
standar performa dan tanduk pada standar perilaku. Evaluasi dan pengukuran dilakukan terhadap
objek penugasan yang dalam hal ini adalah laporan keuangan. Evaluasi dan pengukuran
didasarkan atas kriteria yang ditetapkan dan berhubungan dengan jumlah/saldo, penyajian dan
pengungkapan laporan keuangan.
Kriteria
Laporan keuangan harus disusun dengan kriteria yang ditetapkan,yaitu kerangka laporan dan
standar akuntansi yang berlaku.
Pernyataan kesimpulan
Pada akhir penugasan audit nya, Akuntan publik harus menyatakan kesimpulan atas hasil
dari evaluasi dan pengukuran yang mereka lakukan. Pernyataan kesimpulan harus di komunikasi
kan dalam bentuk laporan tertulis yang disebut dengan laporan audit ( audit report) . Dalam
laporan audit tercantum opini akuntan publik terhadap laporan keuangan yang di audit. Pada
dasarnya laporan audit ditujukan kepada pengguna yang dituju yang dalam hal laporan keuangan
diutamakan untuk investor dan kreditur.
Peningkatan keyakinan
Tujuan penugasan audit adalah untuk meningkatkan keyakinan pengguna laporan sehingga
dapat dimanfaatkan dengan pengambilan keputusan. Agar dapat digunakan dalam pengambilan
keputusan, laporan keuangan yang bersangkutan tidak boleh menyesatkan pembacanya.
HUBUNGAN FIDUSIA
Hubungan 3 pihak diuraikan dalam definisi penugasan asuransi menunjukkan adanya
hubungan fidusia diantara mereka. Akuntan publik ditunjuk oleh pemegang saham dalam rapat
umum pemegang saham. asuransi menunjukkan hubungan adanya fidusia diantar
mereka.akuntan publik secara langsung mengarah dan mengawasi tersebut jika tidak
diperbolehkan.dalam kaitan dengan definisi penugasan asuransi pemegang saham merupakan
salah satu pengguna yang dituju.akuntan manajemen dibantu direksi dalam penyusunan laporan
keuangan.sedangkan agennya adakah direksi dan dewn komisaris.
Proses audit adalah evaluasi dan pengukuran terhadap akun-akun yang melakukan
keuangan.evaluasi pengukuran dilakukan terhadap tiap-tiap akun untuk memastikan hal hal
tersebut.
1.jumlah(saldo) shakuntala disajikan secara wajar. Tidak ada salah saji yang material dalam akun
tersebut. Tidak ada salah saji material berarti bahwa jumlah akun tersebut telah benar secara
material, telah lengkap mencerminkan semua transaksi yang tercukup, dan telah dinilai sesuai
dengan ketentuan standar akuntansi yang berlaku.
2.akun telah disajikan sebagai aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan atau beban sesuai dengan
ketentuan yang tercantum dalam standar akuntansi yang berlaku. Klasifikasi akun-akun tersebut
dalam laporan keuangan telah benar sesuai dengan standar akuntansi.
3.pengungkapan atas akun-akun dalam laporan keuangan telah memadai, sesuai dengan
ketentuan dalam standar akuntansi yang berlaku
Kode etik
Dalam melakukan penugasan akuntan publik harus mendasarkan dirinya pada kode etik
dalam profesional. Kode etik merupakan standar perilaku yang harus dijadikan pedoman dalam
setiap pengambilan keputusan dan tindakan oleh akuntan publik dalam penugasan audit.
Termasuk dalam kode etik akuntansi profesional adalah prinsip besok dasar etika yang harus
dijadikan sebagai dasar bertindak bagi akuntan publik.
STANDAR AUDIT
Dalam melaksanakan penugasan audit, akuntan publik dituntun oleh standar performa yang
disebut dengan standar audit. Di indonesia thunder audit yang harus diikuti iyalah internasional
standard on auditing (ISA) yang dikeluarkan oleh internasional auditing and assurance standards
board (IAASB) dari internasional federation of accountant (IFAC).
TANGGUNG JAWAB DAN TUJUAN AUDIT
Sebelum dilakukan penawaran dan penerimaan klien, kedua belah pihak harus
mempunyai kesepahaman dan kesepakatan tentang tanggung jawab masing-masing dalam
penugasan audit. akuntan publik bertanggung jawab terhadap opini yang diberikan terhadap
laporan keuangan.tanggung jawab akuntan terhadap pendapat yang diberikan terhadap
audit.pendapat akuntan publik merupakan kesimpulan dari hasil penilaian mereka tentang
kwajran pemisahan tanggung jawab dan penyambutan audit dinyatakan secara eksplisit dalam
laporan auditor independen.
Limitasi
Akuntan publik dan klien harus memahami dan menyekapti Adanya batasan dalam
penugasan audit. perlu dipahami dan disepakati bahwa audit atas laporan keuangan bukan
merupakan investigasi resmi antar suatu tindakan yang tidak benar. Akuntan publik tidak diberi
kewenangan hukum untuk itu. Kelengkapan bukti yang akan digunakan oleh akuntan publik
dalam pemberian pendapat tergantung pada keterbukaan manajemen dalam memberi informasi
kepada akuntan publik baik yang diminta maupun tidak. Adanya kecurangan merupakan limitasi
yang lain.
PENERIMAAN KLIEN
Keputusan krusal pertama yang harus dilakukan akuntan publik dalam penugasan audit
yaitu penerimaan klien. pada waktu menerima tawaran dari suatu perusahaan atau entitas untuk
mengaudit laporan keuangannya akuntan publik harus menempuh cara-cara atau prosedur
tertentu untuk mengevaluasi kemudian akuntan publik harus memutuskan apakah perusahaan
atau entitas tersebut dapat diterima sebagai klien.
Faktor penentu
Kode etik akuntan publik yang dikeluarkan IESBA mengharuskan akuntan untuk
memastikan bahwa penerimaan suatu perusahaan sebagai klien, tidak akan menimbulkan
ancaman terhadap prinsip-prinsip dasar etika akuntansi profesional.
Langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan akuntan publik adalah hal-hal berikut :
1.kegiatan bisnis klien, pemiliknya, manajemen dan pihak yang bertanggung jawab terhadap tata
kelola
2.komitmen manajemen terhadap diterapkannya pengendalian internal dan tata kelola perusahaan
yang baik.
PELAKSANAAN
Pelaksanaan audit dilakukan setelah tahap penerimaan klien selesai dilakukan dan surat
ditandatangani oleh kedua belah pihak.
Pelaksanaan audit meliputi hal-hal berikut
1. Mengevaluasi and atas kewajaran angka-angka dan kecukupan pengungkapan
2. Penilaian risiko salah saji material
3. Pertimbangan terhadap pengendalian internal
4. Pengevaluasian atas ketetapan kebijakan akuntansi
5. Pengevaluasian atas kewajaran estimasi
6. Pengevaluasian atas penyajian laporan keuangan secara keseluruhan
Kewaspadaan profesional terutama diterapkan jika terjadi atau terdapat hal-hal berikut.
1. Kecenderungan yang tidak biasa
2. Kondisi yang memungkinkan terjadinya kecurangan
3. Kontradiksi antara satu bukti audit dan bukti audit lainnya
4. Keraguan terhadap ke andalan dokumen atau jawaban atas pertanyaan yang digunakan sebagai
bukti audit
5. Keadaan yang memerlukan prosedur audit tambahan selain yang telah ditetapkan dalam ISA.
Benturan kepentingan
pada dasarnya, ancaman yang dihadapi oleh akuntan profesional terjadi karena mereka
dihadapkan pada situasi adanya benturan kepentingan ( conflict of interest) sehingga
mengakibatkan dilanggarnya
Prinsip objektivitas dan prinsip-prinsip dasar yang lain, terutama kesaksamaan. Benturan
kepentingan ini dapat terjadi jika terdapat kondisi sebagai berikut
1. Akuntan profesional menerima kegiatan profesional yang berkaitan dengan objek (masalah)
tertentu dari dua atau lebih pihak yang kepentingannya terhadap objek (masalah) tersebut
berbeda secara berlawanan satu sama lain.
2. Kepentingan akuntan profesional sehubungan dengan objek (masalah)
Tertentu dan kepentingan pihak dengan siapa penugasan diperoleh berada dalam keadaan
berlawanan (conflict).
Ancaman
IESBA (2015:12) merumuskan ancaman-ancaman tersebut ke dalam lima kategori sebagai
berikut:
1. Adanya kepentingan pribadi (self interest).
2. Adanya telaah terhadap pekerjaan sendiri (self review).
3. Adanya posisi advokasi (advocacy).
4. Adanya hubungan kefamilian (familiarity).
5. Adanya intimidasi (intimidation).
Kepentingan pribadi. ancaman ini berasal dari adanya kepentingan keuangan atau kepentingan
lainnya dari akuntan profesional terhadap objek yang harus dinilai atau diputuskan oleh akuntan
yang bersangkutan
Telaah pekerjaan sendiri. ancaman ini dapat terjadi jika seorang akuntan profesional harus
menelaah dan menilai pekerjaan, kegiatan, atau jasa yang sebelumnya ia lakukan. jika untuk
pekerjaan, kegiatan, atau jasa yang diberikan sekarang, seorang akuntan profesional harus
mengandalkan evaluasi atas pekerjaan, kegiatan, atau jasa sebelumnya terdapat kemungkinan
bahwa akuntan profesional tidak akan dapat memberikan pertimbangan yang tepat dan masuk
akal situasi ini menimbulkan ancaman yang disebut telaah pekerjaan sendiri.
Advokasi titik ancaman ini berasal dari situasi saat akuntan profesional berada dalam posisi
untuk membela klien atau pemberi kerja pada saat yang bersamaan dengan penugasan atau
pekerjaan yang memerlukan objektivitas. dalam kondisi demikian terdapat kemungkinan bahwa
objektivitas akan dikompromikan.
Kefamilian. Ancaman ini berasal dari situasi adanya kedekatan hubungan antara akuntan
profesional dan klien atau pemberi kerja. Kedekatan tersebut tidak hanya disebabkan oleh
adanya hubungan keluarga, tetapi juga dapat ditimbulkan oleh lamanya atau eratnya hubungan.
Hubungan ke familiant dapat mengakibatkan lunturnya pertimbangan objektivitas atau
keseksamaan dalam menjalankan pekerjaan.
Intimidasi. tekanan, baik secara nyata atau terselubung termasuk upaya untuk itu dengan
maksud mempengaruhi atau memaksa akuntan profesional untuk memenuhi kehendaknya
merupakan ancaman dalam bentuk intimidasi. ancaman ini akan mempengaruhi objektivitas dan
keseksamaan akuntan.
Pencegahan
Tindakan pencegahan atau safeguard terhadap ancaman dapat dikelompokkan ke dalam
dua kategori berikut.
1. Pencegahan yang diciptakan oleh profesi, legislasi dan regulasi.
2. Pencegahan yang diciptakan dalam lingkungan kerja ( work environment)
pencegahan yang diciptakan oleh profesi, legislasi, atau regulator dapat berupa 5 hal berikut.
1. persyaratan pendidikan pelatihan dan pengalaman untuk dapat diterima sebagai anggota
profesi.
2. Persyaratan pendidikan profesi berkelanjutan.
3. Regulasi tentang tata kelola perusahaan.
4. prosedur monitoring dan penegakan disiplin oleh profesi atau pihak otoritas.
5. telaah eksternal-oleh pihak ketiga yang diberi wewenang untuk itu-mengenai laporan, surat
pemberitahuan pajak ( return ) komunikasi, atau informasi yang dihasilkan oleh akuntan
profesional. upaya tertentu mungkin dapat menaikkan kemungkinan teridentifikasi atau
dicegahnya perilaku tidak etis. Upaya pencegahan tertentu yang dapat diciptakan oleh profesi
akuntansi, legislasi, atau regulasi oleh pihak otoritas dan organisasi yang mempekerjakan
akuntan, adalah:
1. Sistem pengaduan yang efektif,
2. Kewajiban secara legal untuk melaporkan pelanggaran etika.
PRINSIP DASAR BAGI SELURUH AKUNTAN
Prinsip-prinsip dasar bagi seluruh akuntan (bagian A) dalam code of ethics diberi judul
"general application of the code" (IESBA,2015:16). bagian ini terdiri atas 5 prinsip yaitu
integritas, objektivitas, kompetensi profesional dan keseksamaan kerahasiaan dan perilaku
profesional.
Objektivitas
IESBA (2015:10) menyatakan prinsip objektivitas sebagai "not to allow bias, conflict of interest,
or undur influence of other to override professional or bussines judgement". prinsip dasar ini
mengacu pada sikap tidak memihak tidak ada konflik kepentingan, dan tidak diterimanya
tekanan dari pihak lain yang dapat mengesampingkan pertimbangan profesional dan bisnis.
objektivitas berkaitan dengan pertimbangan profesional dan bisnis dalam setiap pengambilan
keputusan. Prinsip ini mengandung arti bahwa untuk setiap pertimbangan profesional dan bisnis,
kemampuan dan integritas harus selalu dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan. tidak
boleh dikompromikan dengan kepentingan pribadi sikap keberpihakan, dan tekanan dari orang
lain. Objektivitas berhubungan dengan cara kerja.
Penyusunan laporan keuangan sarat dengan pertimbangan-pertimbangan yang harus
diputuskan oleh penyusunnya. Pemilihan kebijakan akuntansi pemilihan metode dalam
perhitungan estimasi akuntansi, penentuan asumsi data dan proyeksi merupakan hal-hal yang
memerlukan pertimbangan profesional dalam keputusan yang tepat. Bagi direksi/dewan
komisaris, laporan keuangan merupakan sarana pertanggungjawaban untuk pengambilan
keputusan oleh stakeholder. Oleh karena itu, pertimbangan objektivitas dalam penyusunan
laporan keuangan harus dikaitkan dengan kepentingan publik tersebut.
Kompetensi professional
Prinsip kompetensi profesional oleh IESBA ( 2015: 18) diartikan sebagai berikut.
To maintain professional knowledge and skill at the required to ensure that a client or employee
receive competent professional Service based on current development to practice, legislation,
and techniques." terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan dalam prinsip ini yaitu upaya, tataran,
dan cakupan.
1. Mempertahankan pengetahuan dan keahlian profesional (upaya)
2. pada level yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan klien atau pemberi kerja atau jasa
profesional (tataran).
3. Berdasarkan perkembangan terkini mengenai praktik, legislasi, dan teknik (cakupan).
Keseksamaan
Kerahasiaan
IESBA (2015: 10) menjelaskan prinsip kerahasiaan sebagai berikut.
"To respect the confidentiality of information acquired as a result of professional and business
relationship and therefore not disclose not use the information for the personal advantage of the
professional accountant or third parties."
Terdapat dua macam larangan yang berkaitan dengan prinsip kerahasiaan. pertama larangan
untuk mengungkapkan kepada pihak ketiga mengenai informasi rahasia yang diperoleh karena
hubungan profesional atau bisnis. Pengungkapan hanya diperbolehkan jika memperoleh izin
khusus atau karena peraturan atau ketentuan profesi mengharuskannya untuk itu. larangan kedua
berkaitan dengan penggunaan informasi rahasia untuk keuntungan diri sendiri atau keuntungan
pihak ketiga.
Pada dasarnya, semua informasi yang diperoleh sehubungan dengan penugasan harus
dirahasiakan. Akuntan tidak diberi hak untuk menginterpretasikan mana informasi yang rahasia
dan mana yang tidak pengungkapan informasi tanpa izin kepada pihak ketiga tetap tidak
diperkenankan walaupun didasari atas maksud baik. Tujuan penggunaan dan manfaat informasi
bagi pihak ketiga tidak dapat diketahui. risiko paling besar bagi akuntan yaitu jika informasi
tersebut digunakan oleh pihak ketiga untuk melakukan tindakan yang merugikan klien atau
pemberi kerja. akuntan dapat disalahkan karena kerugian ini walaupun informasi yang
dibocorkan kepada pihak ketiga tersebut digunakan untuk suatu tindakan yang pada akhirnya
menguntungkan klien atau memberi kerja pengungkapan informasi tanpa izin tetap merupakan
suatu pelanggaran kode etik. Kerahasiaan merupakan inti dari kepercayaan.
keputusan untuk mengungkapkan informasi rahasia perlu diperhitungkan beberapa faktor.
Berikut ini faktor-faktor tersebut.
1. Kepentingan semua pihak, termasuk pihak ketiga, tidak akan terganggu.
2. pengungkapan atas informasi yang tidak didukung oleh fakta atau informasi yang tidak
lengkap perlu didasarkan atas pertimbangan profesional yang matang tentang apa yang harus
diungkapkan.
3. Bentuk komunikasi sesuai dengan yang diharapkan.
4. Pihak yang dituju oleh pengungkapan informasi haruslah pihak yang tepat.
Pengecualian terhadap larangan pengungkapan informasi tanpa izin hanya berlaku jika
pengungkapan tersebut diharuskan oleh peraturan perundang-undangan atau ketentuan profesi.
pengungkapan informasi dalam suatu proses persidangan di pengadilan, misalnya, harus
dilakukan tanpa harus meminta izin kepada klien atau pemberi kerja. demikian juga
pengungkapan informasi kepada kantor akuntan publik lain sehubung dengan peer review atau
penggantian auditor. Bagi akuntan publik, pengungkapan fakta material tentang kelalaian kepada
OJK dalam jangka waktu 2 hari setelah terjadinya peristiwa merupakan ketentuan tentang
pengungkapan yang tidak memerlukan izin dari klien.
Prinsip kerahasiaan masih berlaku walaupun akuntan publik yang bersangkutan sudah
tidak menjadi auditor dari klien yang bersangkutan. hal yang sama berlaku untuk akuntan
manajemen yang sudah tidak bekerja lagi pada suatu perusahaan. Dalam contoh akuntan publik,
tenaga ahli dari luar digunakan pada suatu penugasan juga wajib merahasiakan informasi yang
mereka peroleh walaupun penanggung jawab penugasan bukan dirinya.
Akuntan publik yang memberi pekerjaan pada tenaga ahli dari luar bertanggung jawab
terhadap dilaksanakannya asas kerahasiaan oleh tenaga ahli yang diminta untuk membantunya.
akuntan profesional tetap harus merahasiakan informasi yang diungkapkan oleh calon klien atau
pemberi kerja. Prinsip kerahasiaan ini bahkan juga berlaku untuk orang-orang di dalam
perusahaan tempat ia bekerja.
Perilaku profesional
Prinsip dasar ini mengharuskan akuntan untuk patuh pada peraturan perundang-undangan
yang relevan dan menghindari tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi IESBA (2015:10)
menyatakan sebagai berikut.
"to comply with relevant laws and regulations and avoid any action that discredit the profession."
ketaatan pada peraturan perundang-undangan tidak hanya berkaitan dengan peraturan yang
mengikat dan relevan dengan diri akuntan atau kantornya. ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan juga harus diaplikasikan kepada klien atau pemberi kerja saat akuntan
tugas-tugas yang diberikan kepadanya. misalnya akuntan publik dalam penugasan audit nya
harus memastikan bahwa klien tidak melakukan tindakan melawan hukum. Jika ternyata terdapat
tindakan melawan hukum, ia harus mengevaluasi dampak terhadap salah saji material dalam
laporan keuangan.
Resolusi konflik
Dalam penerapan kode etik akuntan profesional mungkin berbeda pendapat dengan akuntan
lain atau dengan kantor akuntan/perusahaan tempat dia bekerja. Langkah-langkah resolusi yang
perlu diikuti adalah
1. Perumusan masalah.
2. Konsultasi dengan pihak yang tepat dalam kantor/perusahaan.
3. konsultasi dengan pihak yang bertanggung jawab terhadap tata kelola perusahaan.
4. Meminta nasihat dari organisasi profesi yang relevan atau penasehat hukum.
Perumusan masalah mencakup 5 hal berikut.
1. Uraian tentang fakta yang relevan
2. Perumusan masalah etika yang dihadapi
3. Rujukan pada prinsip dasar etika yang berkaitan dengan masalah
4. Prosedur internal yang telah ditetapkan
5. Alternatif tindakan yang harus diambil.
Pada dasarnya, akuntan profesional yang bekerja dalam bisnis tidak boleh , secara sadar,
melakukan kegiatan bisnis, Menduduki jabatan, atau kegiatan yang dapat atau mungkin dapat
mengganggu integritas, objektivitas, atau reputasi profesi yang diakibatkan oleh tidak
dipatuhinya prinsip-prinsip dasar etika.
Kode etik untuk akuntan dalam bisnis dibagi dalam seksi-seksi sebagai berikut.
Seksi 310 : benturan kepentingan
Seksi 320 : penyusunan dan pelaporan informasi
Seksi 330 : bekerja dengan tenaga ahli yang cukup
Seksi 340 : kepentingan keuangan, kompensasi dan insentif yang dikaitkan dengan pelaporan
keuangan dan pengambilan keputusan
Seksi 350 : godaan
Saat mengevaluasi tingkat signifikansi ancaman yang berasal dari kepentingan keuangan
akuntan manajemen harus mengevaluasi sifat dari kepentingan tersebut. Kepentingan signifikan
ditentukan oleh keadaan pribadi orang yang bersangkutan titik berikut ini contoh-contoh upaya
pencegahan untuk mengatasi ancaman kepentingan keuangan tersebut.
1. kebijakan dan prosedur tentang pembentukan komite remunerasi dan nominasi yang
independen yang bertugas menentukan besaran atau bentuk remunerasi manajemen senior.
2. pengungkapan atas semua kepentingan yang relevan dan setiap rencana untuk menjalankan
hak atau pertukaran saham yang relevan kepada pihak yang bertanggung jawab tentang tata
kelola sesuai dengan kebijakan internal
3. Konsultasi, jika dirasa tepat, dengan atasan di dalam perusahaan.
4. konsultasi, jika dirasa tepat, dengan pihak yang bertanggung jawab terhadap tata kelola atau
organisasi profesi yang relevan.
5. Audit internal dan eksternal.
6. pemuktahiran pendidikan tentang masalah etika ketentuan hukum dan peraturan lain yang
berkaitan dengan perdagangan orang dalam.
Godaan (350)
Bentuk godaan yang ditawarkan pihak luar kepada akuntan manajemen atau keluarga langsung
atau keluarga dekatnya dapat bermacam-macam diantaranya hadiah keramahan perlakuan khusus
dan pertemanan atau loyalitas. godaan akan menimbulkan ancaman terhadap prinsip dasar
objektivitas atau kerahasiaan jika ukuran tersebut dimaksudkan untuk mempengaruhi secara
tidak pantas, tindakan atau keputusan, mendorong perilaku melanggar hukum, tidak jujur, atau
memperoleh informasi rahasia. Ancaman intimidasi terhadap objektivitas dan kerahasiaan dapat
muncul jika godaan diterima. akuntan manajemen tidak diperkenankan untuk menawarkan
godaan dengan maksud untuk mempengaruhi secara tidak benar, pertimbangan profesional pihak
ketiga. tekanan yang berasal dari dalam organisasi sendiri diselesaikan melalui atau mengikuti
resolusi konflik.
Bab 35
KODE ETIK AKUNTAN PUBLIK
Bagi profesi akuntan publik, kode etik merupakan roh dalam kehidupan profesinya. Kode
etik dan standar performanya merupakan benang merah pengikat profesi ini dengan sistem tata
kelola perusahaan nasional. Perlu diingat bahwa pembahasan tentang kode etik akuntan publik
harus dikaitkan dengan pengembangan sistem tata kelola perusahaan yang baik.
PEMBAGIAN SEKSI
Bagian B dari kode etik diperuntukkan bagi akuntan profesional yang melakukan praktik
untuk publik. Kode etik akuntan publik dibagi dalam seksi-seksi sebagai berikut.
(IESBA,2015:22).
Seksi 200 : pendahuluan
pada dasarnya, akuntan publik tidak boleh, secara sadar, melakukan kegiatan bisnis, menduduki
jabatan, atau melakukan kegiatan yang dapat atau mungkin dapat mengganggu integritas,
objektivitas, atau reputasi profesi dan yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip dasar etika.
Ancaman
Kepentingan pribadi
Telaah pekerjaan sendiri
Advokasi
Kefamilian
Intimidasi
Kerangka konseptual
Independensi mencakup independen dalam sikap dan independen dalam penampilan kritik
independen dalam sikap adalah keadaan pikiran atau sikap yang memungkinkan seseorang dapat
menyatakan kesimpulannya tanpa dipengaruhi oleh hal-hal yang dapat mengkompromikan
pertimbangan profesionalnya sehingga orang tersebut dapat berubah secara integritas dan dapat
melaksanakan konsep objektivitas dan kewaspadaan profesionalnya dengan baik. independen
dalam penampilan adalah penghindaran terhadap fakta atau keadaan yang sedemikian
signifikannya sehingga pihak ketiga yang rasional dan berpengetahuan akan menyimpulkan
setelah menilai semua fakta dan keadaan yang khas bahwa kantor akuntan publik atau anggota
tim audit telah mengkompromikan integritas objektivitas atau kewaspadaan profesionalnya.
Pendekatan dalam kerangka konseptual yang berkaitan dengan independen dilakukan dengan
cara berikut.
1. Mengidentifikasikan ancaman
2. Mengevaluasi tingkat signifikansi
3. menerapkan langkah-langkah pencegahan untuk menghilangkan atau menurunkan ancaman ke
tingkat yang dapat diterima.
Kantor akuntan publik atau audit harus mengevaluasi implikasi dari stiap keadaan bunga
yang hampir sama, tetapi berbeda sifatnya. Kemudian, mereka menentukan apakah langkah
pencegahan dapat diterapkan untuk menghilangkan atau mengurangi ancaman terhadap
independensi ke tingkat yang dapat diterima.
Hubungan Keuangan
Salah tu bentuk hubungan keuangan adalah adanya kepentingan keuangan Kode etik untuk
kepentingan keuangan diatur dalam Paragraf (290. 102) sampai (290.116). Kepentingan
keuangan antara kantor akuntan publik dan klien dapat menimbulkan ancaman kepentingan
pribadi (self interest). Kepentingan keuangan dicerminkan dalam bentuk hubungan keuangan di
antara kedua bedah pihak.
Hubungan keuangan tidak hanya melibatkan kantor akuntan saja, tetapi termasuk hubungan
keuangan yang dilakukan dengan klien oleh pihak-pihak berikut.
1. Anggota tim audit.
2. Anggota keluarga langsung dari tim audit.
3. Partner lain di kantor beserta anggota keluarga langsungnya.
4. Kantor lain dalam satu jaringan kantor.
5. Partner lain atau pegawai manajerial yang memberikan jasa non asurans pada klien audit.
6. Partner atau pegawai profesional lain yang bekerja di kantor akuntan publik
Hubungan keuangan oleh pihak-pihak yang terkait dengan kantor akuntan publik tidak
dibatasi pada hubungan mereka dengan klien audit secara langsung. Hubungan dengan entitas
lain dimana klien audit atau direktur, pimpinan (officer), atau pemegang saham pengendali klien
mempunyai hubungan keuangan signifikan termasuk sebagai ancaman dalam hal kepentingan
pribadi, kefamilian, atau intimidasi.
Hubungan keuangan dapat mengambil berbagai bentuk, misalnya kepemilikan saham.
Hubungan ini juga dapat bersifat langsung atau tidak langsung. Adanya hubungan keuangan
harus dievaluasi mengenai tingkat signifikansinya dalam semua aspek. Kemudian, langkah-
langkah pencegahan diambil untuk menghilangkan atau mengurangi signifikansi ancaman ke
tingkat yang dapat diterima. Beberapa dari hubungan keuangan tersebut dianggap tidak ada
langkah pencegahannya sehingga kantor akuntan publik harus mengeliminasi hubungan
keuangan yang bersangkutan atau mengundurkan diri dari penugasan.
Hubungan Bisnis
Ancaman terhadap kepentingan pribadi atau Intimidasi dapat muncul karena adanya
hubungan s (business relationship) yang dekat antara kantor, anggota tim audit, atau keluarga
langsungnya dengan klien, manajemen, atau pemegang saham pengendali. Hubungan tersebut
dapat bersifat komersial atau karena adanya kepentingan keuangan bersama (common financial
interest). Jika hubungan bisnis dilakukan oleh anggota tim audit, yang bersangkutan harus
dikeluarkan dari keanggotaan. Hubungan bisnis yang dilakukan oleh keluarga langsung tim audit
perlu dilakukan evaluasi terhadap signifikansi ancamannya
Hubungan Kefamilian
Ancaman terhadap kepentingan pribadi, kefamilian, atau intimidasi dapat muncul jika
terdapat hubungan kekeluargaan atau hubungan pribadi yang dekat antara anggota tim audit dan
direktur atau pejabat (officer) atau karyawan tertentu (tergantung perannya) dari klien audit.
Tingkat signifikansi ancaman tergantung beberapa faktor diantaranya tanggung jawab dalam tim
audit, peran anggota keluarga, atau individu lain dari klien dan kedekatan hubungan Tingkat
signifikansi ancaman ini harus dievaluasi
Hubungan Kerja
Jika seorang mantan direktur atau pejabat dari klien audit menjadi anggota tim audit atau
partner dari kantor akuntan publik, hal tersebut dapat menimbulkan ancaman kefamilian atau
intimidasi. Hal yang sama berlaku bagi pegawai yang berada dalam posisi dapat mempengaruhi
penyusunan laporan keuangan yang akan diaudit. Jika mantan anggota tim audit atau partner
sebuah kantor akuntan publik bergabung dengan klien audit, sementara posisi dan hubungan
antara kantor akuntan publik dan individu yang bersangkutan tetap sama, ancaman yang muncul
akan dipandang sangat signifikan. Oleh karena itu, tidak ada langkah pencegahan yang dapat
menurunkan tingkat ancaman tersebut. Jika posisi atau hubungan antara kantor akuntan publik
dan individu yang bersangkutan sudah tidak ada lagi, tingkat signifikansi ancaman perlu
dievaluasi. Ancaman kepentingan pribadi juga akan muncul jika anggota tim mengetahui bahwa
ia akan bergabung dengan klien pada masa mendatang.
Jasa Non-asurans
Suatu kantor akuntan publik memiliki kekuasaan untuk memberikan jasa non asurans kepada
klien auditnya. Jasa yang diberikan sangat bervariasi, tetapi tetap harus berada dalam lingkup
keahliannya. Memberikan kepada klien audit dapat menimbulkan ancaman independensi.
Ancaman yang muncul biasanya adalah telaah pekerjaan sendiri, kepentingan pribadi, dan
advokasi. Saat suatu kantor akuntan publik menerima penugasan nonasurans, evaluasi terhadap
ancaman independensi perlu dilakukan. Jika tingkat ancamannya sangat signifikan sehingga
langkah pencegahan tidak dapat menurunkannya ke tingkat yang dapat diterima, akuntan publik
yang bersangkutan harus menolak atau mundur dari penugasan.
Untuk klien audit yang bukan perusahaan publik, pemberian jasa akuntansi dan penyusunan
laporan keuangan dianggap signifikan sehingga perlu dievaluasi dan diambil langkah langkah
untuk menurunkan ancamannya ke tingkat yang dapat diterima (290.168) Untuk klien audit yang
merupakan perusahaan publik, ancaman atas pemberian jasa akuntansi dan pembukuan,
termasuk jasa pembayaran gaji atau penyusunan laporan keuangan tidak diperkenankan
(290.169). Pemberian jasa-jasa tersebut untuk divisi atau perusahaan yang berelasi dengan klien
audit, dapat dilakukan sepanjang pekerjaan tersebut bersifat rutin dan mekanistik dan orang yang
mengerjakannya bukan anggota tim audit. Nilai divisi atau perusahaan berelasi secara kolektif
juga harus tidak material terhadap laporan keuangan. Nilai jasa yang diberikan terhadap laporan
keuangan drvisi atau perusahaan berelasi juga harus tidak material (290.170). Paragraf (290.171)
memberikan klausul darurat yang memperkenankan pemberian jasa seam itu untuk klien adit
yang merupakan perusahaan publik.
Jasa Penilaian.
Pemberian jasa penilaian (valuation) dapat menimbulkan ancaman telaah pekerjaan sendiri.
Signifikansi ancaman tergantung pada beberapa faktor yang contohnya diberikan dalam Paragraf
(290.173). Ancaman untuk pemberian jasa ini dianggap signifikan sehingga harus dievaluasi dan
diambil langkah-langkah pencegahannya. Jika jasa penilaian mempunyai pengaruh yang material
dan melibatkan unsur subjektivitas terhadap laporan keuangan, ancaman jasa tersebut dianggap
sangat signifikan dan akuntan publik tidak boleh memberikan jasa tersebut.
Jasa Perpajakan.
Pemberian jasa perpajakan dapat mengambil berbagai bentuk. Ancaman yang mungkin
ditimbulkan atas pemberian jasa ini adalah telaah pekerjaan sendiri. Jasa pengisian Surat
Pemberitahuan (SPT) pajak dianggap tidak akan menimbulkan ancaman yang signifikan. Jasa
perhitungan pajak, termasuk pajak yang ditangguhkan (deferred tax) untuk keperluan pembuatan
ayat jurnal dalam pencatatan akuntansi akan menimbulkan ancaman telaah pekerjaan sendiri.
Untuk klien audit yang bukan perusahaan publik, ancaman tersebut dianggap signifikan sehingga
perlu diambil langkah-langkah pencegahan (290.181). Untuk klien audit yang berbentuk
perusahaan publik, ancaman atas pemberian jasa ini dianggap sangat signifikan jika pengaruhnya
material terhadap laporan keuangan (290.182). Namun, dalam keadaan darurat, pemberian jasa
tersebut diperkenankan (290.183)
Jika kantor akuntan publik diminta untuk mewakili klien audit dalam menangani perselisihan
pajak, ancaman advokasi atau telaah pekerjaan sendiri dapat muncul jika kantor pajak telah
memberitahukan bahwa ia menolak argumen yang diberikan klien. Ancaman tersebut dianggap
sangat signifikan (290.190).
Jasa Hukum.
Pemberian jasa hukum dapat berupa jasa pendukung litigasi (litigation support services) dan
jasa konsultasi hukum (legal services). Pemberian jasa pendukung litigasi dapat menimbulkan
ancaman telaah pekerjaan sendiri atau advokasi. Termasuk dalam ruang lingkup jasa ini adalah
menaksir kerugian atau jumlah lain yang mungkin ditagih atau dibayar dan suatu perselisihan
hukum. Oleh karena itu, assessment (penilaian) terhadap ancaman mengikuti pemberian jasa
penilaian. Ancaman terhadap pemberian jasa pendukung litigasi yang lain dianggap signifikan
sehingga perlu dievaluasi dan diambil langkah-langkah pencegahannya (290.205).
BAB 36
TANGGUNG JAWAB HUKUM
Sanksi Administratif
Bab XII dari UUPA berisi tentang sanksi administratif, sedangkan Bab XIII menguraikan
tentang ketentuan pidana. Sanksi administratif diberikan untuk pelanggaran administratif. Bentuk
sanksi administratif dapat berupa hal-hal berikut.
1. Rekomendasi untuk melaksanakan kewajiban tertentu.
2. Peringatan tertulis.
3. Pembatasan pemberian jasa kepada suatu jenis entitas tertentu jasa tertentu.
4. Pembatasan pemberian
5. Pembekuan izin
6. Pencabutan izin.
7. Denda
Pemberian sanksi administratif juga berlaku untuk pelanggaran terhadap kewajiban atau
larangan tersebut.
Sanksi Pidana
Ketentuan pidana dikenakan terhadap tindakan (Pasal 55) berikut.
1. Melakukan manipulasi dan/atau memalsukan data yang berkaitan dengan jasa yang diberikan
2. Dengan sengaja melakukan manipulasi, memalsukan, dan/atau menghilangkan data atau
catatan pada kertas kerja atau tidak membuat kertas kerja yang berkaitan dengan jasa audu
laporan keuangan hisotris sehingga tidak dapat digunakan dalam rangka pemeriksaan oleh pihak
yang berwenang.
Sanksi Perdata
Pasal 26 UUAP menyatakan bahwa akuntan publik bertanggung jawab, secara perdata, atas
jasa yang diberikan. Termasuk dalam jasa yang diberikan adalah audit atas laporan keuangan
historis UUAP tidak menyebutkan batasan tentang siapa yang berhak mengajukan tuntutan.
Artinya, siapa pun, yang merasa dirugikan karena jasa yang diberikan akuntan publik dapat
menuntutnya di muka pengadilan. Termasuk dalam kategori "siapa pun" adalah klien yang
mempunyai hak khusus dalam kontrak dan pihak ketiga yang merupakan pihak yang menerima
manfaat atau termasuk sebagai pihak yang berkontrak
Kultur Litigasi
Tuanakotta (2015: 73) menjelaskan tentang budaya litigasi (litigation culture) dengan
menggunakan contoh tiga negara (Amerika Serikat, Jepang. dan Inggris). Pakar dari Amerika
Serikat (AS) menganggap bahwa tuntut menuntut merupakan budaya di dalam masyarakatnya.
Hal ini disebabkan oleh karena sistem hukum yang dianut telah memenuhi tiga persyaratan, yaitu
accessible, predictable, dan not corrupt. Selain itu, masyarakat Amerika Serikat adalah orang-
orang yang sangat menghormati aturan. Tindakan hukum diyakini sebagai upaya untuk
menyelesaikan masalah, bukan untuk melakukan politisasi, mengkriminalisasi, atau
mengintimidasi
Pakar dari Inggris menyatakan bahwa sistem hukum di negaranya memang tidak mendukung
tuntutan yang remeh temeh. Ketentuan di Inggris menetapkan bahwa pihak yang kalah wajib
membayar honorarium (fee) untuk dirinya dan untuk pihak yang menang. Beban biaya hukum
yang mahal merupakan penghalang seseorang yang benar sekalipun, untuk menuntut. Pakar dari
Jepang mengakui bahwa masyarakatnya tidak menyukai litigasi. Orang Jepang biasanya
menghindari konfrontasi dan tidak suka jika masalah internal dibuka kepada publik dan
diselesaikan oleh "orang luar".
Tuanakotta (2015. 75) tidak mempunyai referensi dari pakar hukum Indonesia mengenai
apakah kita berbudaya litigasi atau tidak. Berdasarkan pengamatannya terhadap pemberitaan
kasus-kasus hukum di Indonesia, Tuanakota memberikan komentar sebagai berikut.
1. Kelemahan penegakan hukum mengakibatkan orang tidak suka berurusan dengan hukum
2. Pengusaha Indonesia belum terkontaminasi dengan budaya litigasi.
3. Penyelesaian sengketa hukum lebih banyak tidak dilakukan melalui jalur hukum
4. Kasus Indonesia yang punya nilai jual untuk dipublikasikan adalah kasus yang diadili di luar
Indonesia
Pengembangan budaya litigasi yang bersih dan efektif. sebetulnya, akan menunjang pada
terciptanya sistem tata kelola perusahaan nasional yang baik Budaya literasi yang bersih
mencakup adanya kepastian hukum yang memadai dan penegakan hukum yang efektif Seperti
dikemukakan Tuanakotta, penegakan hukum yang lemah membuat orang enggan berurusan
dengan hukum Situasi ini dapat mengakibatkan tidak terungkapnya kasus-kasus penyelewengan
atau kecurangan yang terjadi di masyarakat. Penerbitan banyak undang-undang atau peraturan
memang bagus untuk kepastian hukum. Namun, penerbitan undang-undang tanpa disertai
penegakan hukum yang efektif hanya akan menimbulkan kebingungan.